DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TAMBAK I
Jl. Raya Barat Tambak No.9 Kode Pos 53196
Telp. (0287) 472495 Email:puskesmas_1tambak@ymail.com
PANDUAN PELAYANAN
RUANG GAWAT DARURAT
BAB 1
DEFINISI
12. Pelayanan evakuasi medik untuk korban gawat darurat harus selalu
disertai petugas pendamping yang terampil ( dokter/tenaga keperawatan).
BAB II
RUANG LINGKUP
3. Pasien Rujukan
1. TRIAGE
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat
kegawatannya untuk memperoleh prioritas tindakan.
Pembagian golongan pada musibah masal/ bencana :
a. Gawat darurat – merah Kelompok pasien yang tiba-tiba
berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
b. Gawat tidak darurat – putih Kelompok pasien berada
dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
c. Tidak gawat, darurat – kuning Kelompok pasien akibat
musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mêngancam
nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat
dangkal.
d. Tidak gawat, tidak darurat – hijau, Kelompok pasien
yang tidak luka dan tidak memerlukan intervensi
medic.
e. Meninggal – hitam
2. Penanganan Pasien.
Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu
diagnostik kemudian dilanjutkan dengan Secondary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,
pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi
akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan
dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam
kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey
antara lain (Fulde, 2009) :
b. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah
memeriksa responsivitas pasien dengan mengajak
pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya
sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat
berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin
memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang
belakang leher harus dilindungi selama intubasi
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala,
leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering
disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien
tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada
pasien antara lain:
1) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien
dapat berbicara atau bernafas dengan bebas?
2) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada
pasien antara lain:
⮚ Adanya snoring atau gurgling
⮚ Stridor atau suara napas tidak normal
⮚ Agitasi (hipoksia)
⮚ Penggunaan otot bantu pernafasan /
paradoxical chest movements
⮚ Sianosis
Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran
napas bagian atas dan potensial penyebab
obstruksi:
✓ Muntahan
✓ Perdarahan
✓ Gigi lepas atau hilang
✓ Gigi palsu
✓ Trauma wajah
3) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan
jalan nafas pasien terbuka.
a) Lindungi tulang belakang dari gerakan yang
tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk
mengalami cedera tulang belakang.
b) Gunakan berbagai alat bantu untuk
mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi
✓ Chin lift/jaw thrust
d. Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi
organ dan oksigenasi jaringan. Hipovolemia adalah
penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis
shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi,
takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas
dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan
produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya tanda-
tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang
cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi
perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk
melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab
lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera
adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade,
cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua
perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi
melalui paparan pada pasien secara memadai dan
dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000)..
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status
sirkulasi pasien, antara lain :
1) Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
2) CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap
untuk digunakan.
3) Kontrol perdarahan yang dapat mengancam
kehidupan dengan pemberian penekanan secara
langsung.
4) Palpasi nadi radial jika diperlukan: