Anda di halaman 1dari 9

Khutbah Idul Adha 2022: Spirit Kurban untuk Membangun Bangsa

Berkemajuan

Oleh Abdul Kholid Achmad, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas


Muhammadiyah Gresik

ْ #َ‫ َذا ْالي‬#َ‫ َل ه‬#‫ ُد ِهللِ الَّ ِذي َج َع‬#‫ اَ ْل َح ْم‬.ً‫ ْيال‬#‫ص‬
‫و َم‬# ِ ‫ان هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ‬
َ ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْح‬
‫ع ْيدًا لِ ِعبَا ِد ِه ْال ُمْؤ ِمنِي َْن‬،
ِ

‫ و‬،‫ار‬##‫وب و االءبص‬##‫ذكرة للقل‬##‫ ت‬،‫ار‬##‫ل علي النه‬##‫ور اللي‬##‫ مك‬،‫ار‬##‫ز الغف‬##‫ العزي‬،‫ار‬##‫د القه‬##‫د هلل الواح‬##‫والحم‬
‫تبصرة لذوي االءلباب و االءعتبار‬.

‫ و‬،‫ه‬##‫ و حبيب‬،‫وله‬##‫ده و رس‬##‫دا عب‬##‫هد ان محم‬##‫ و اش‬.‫رحيم‬##‫اشهد ان ال اله اال هللا البر الكريم و الرءوف ال‬
‫خليله الهادي الي صراط المستقيم‬.

‫ و ساءر الصالحين‬،‫صلوات هللا و سالمه علي ساءر النبيين‬.

‫ اِ َّن َشا نَِئكَ هُ َو ااْل َ ْبتَ ُر‬:  ْ‫ك َوا ْن َحر‬


َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬ َ ‫ اِنَّ ۤا اَ ْعطَي ْٰن‬: ‫قال هللا تعال‬
َ َ‫ ف‬#: ‫ك ْال َكوْ ثَ َر‬

Allahu akbar, Allahu akbar

Hadirin marilah kita bersyukur dalam suasana yang khusuk di hari yang
penuh dengan keberkahan ini, dengan senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita kepada Allah SWT. Dengan iman dan takwa kita senantiasa dalam
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Bersyukur atas nikmat Allah yang memberikan kesempatan kepada kita, di


mana hari ini masih dalam keadaan Islam, sehat jasmani dan rohani. Di saat
sebagian dari saudara kita sedang berada di Tanah Suci untuk menyelesaikam
ibadah haji.

Kita berdoa semoga jamaah yang mendapatkan panggilan Allah semuanya


memperoleh predikat haji mabrur dan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT
sesuai yang dijanjikan-Nya.

Sebagaimana kita bersama ketahui, dalam Islam terdapat dua hari raya yang
telah dijelaskan dalam wahyu al-Qur’an beserta tanda-tandanya.

Pertama, Idul Fitri yang ditandai dengan awal turunnya al-Qur’an pada bulan
Ramadhan dan diproklamasikannya Islam kepada masyarakat dunia.

Kedua, Idul Adha yang ditandai dengan berakhirnya wahyu al-Qur’an pada
tanggal 9 Dzulhijjah di saat Rosulullah SAW berada di Padang Srafah
dengan turunya Al-Maidah:3

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 ‫ ٍة‬# ‫ص‬ َ ‫طُ َّر فِ ْي َم ْخ َم‬# ‫اض‬


ْ ‫ا ۗ فَ َم ِن‬##ً‫ْت لَ ُك ُم ااْل ِ ْساَل َم ِد ْين‬
ُ ‫ضي‬ ُ ‫اَ ْليَوْ َم اَ ْك َم ْل‬
ُ ‫ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْي َو َر‬
‫اءن هّٰللا َ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
َّ َ‫ف اِّل ِ ْث ٍم ۙ ف‬
ٍ ِ‫َغ ْي َر ُمت ََجان‬

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.

Ayat di atas, mengandung pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya


sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW.

Pertama, Islam adalah agama samawi yang menyempurnakan agama-agama


sebelumnya yang telah diturunkan oleh Allah, dengan segala
kesempurnaannya. Hal tersebut menjadi kenyataan yang tidak dapat dibantah
oleh siapapun sepanjang zaman hingga akhir nanti.
Pengertian tersebut mengandung sebuah konsekuensi logis bagi umat Islam
untuk bertanggungj awab bahwa umat Islam harus memiliki kesanggupan
memahami Islam secara sempurna (kaffah) dan tidak sepotong-potong
(parsial).

Kedua, bahwa Islam adalah inti dari semua nikmat Allah SWT kepada umat
manusia yang harus dipertahankan sampai akhir hayatnya.

Bahkan firman Allah SWT menyatakan nikmat yang sesungguhnya adalah


apabila seorang meninggal dalam keadaan Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman dalam Ali Imran 102:

َّ ‫ٰۤياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اتَّقُوا هّٰللا َ َح‬


َ‫ق تُ ٰقتِ ٖه َواَل تَ ُموْ تُ َّن اِاَّل َواَ ْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ ن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Ketiga, bahwa ridha Allah SWT hanya ada dalam Islam, maka siapapun yang
hendak mendapatkan ridha-Nya maka dia harus berislam, yakni beriman
dengan mengakui keesaan Allah dan tiada sekutu bagi-Nya. Itulah kiranya
kita sering dianjurkan untuk berdoa:

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َرسُوْ اًل َونَبِيًّا َوبِاْلقُرْ آ ِن ُح ْك ًما َواِ َما ًما‬
َ ‫ْت بِاهللِ َربًّا َوبِااْل ِ ْساَل ِم ِد ْينًا َوبِ ُم َح َّم ِد‬
ُ ‫ضي‬
ِ ‫َر‬

“Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, Muhamamd


sebagai rasul dan nabi panutanku, dan Alqur’an sebagai dasar hukum dan
imamku.”

Allahu akbar, Allahu akbar

Bulan Dzulhijjah terdapat ibrah sebagai dasar syariat ibadah yang dijelaskan
dalam al-Qur’an melalui kisah Nabi Ibrahim AS, yakni ibadah haji dan
kurban.
Kisah tersebut sebagaimana perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS tertuang
dalam an-Nahl 123. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

َ ‫ثُ َّم اَوْ َح ْين َۤا اِلَ ْي‬


َ‫ك اَ ِن اتَّبِ ْع ِملَّةَ اِب ْٰر ِه ْي َم َحنِ ْيفًا ۗ  َو َما َكا نَ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْين‬

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama


Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.”

Bukan hanya ibadah mahdah, Nabi Ibrahim Allah diberikan tuntunan untuk
membangun negara sebagaimana pembangun Kota Mekah al-Mukaramah
yang tersirat dalam doa beliau yang diabadikan dalam al-Qur’an surat al-
Baqarah ayat 126. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‫هّٰلل‬ ٰ
َ #َ‫ر ۗ ق‬#
‫ال‬# ِ ‫ال اِب ْٰر ٖه ُم َربِّ اجْ َعلْ ٰه َذا بَلَدًا ٰا ِمنًا َّوارْ ُز ْق اَ ْهلَهٗ ِمنَ الثَّ َم ٰر‬
ِ #‫ت َم ْن ا َمنَ ِم ْنهُ ْم بِا ِ َوا ْليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
ِ ‫س ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬ َ ‫ار ۗ  َوبِْئ‬ِ َّ‫ب الن‬ِ ‫َو َم ْن َكفَ َر فَا ُ َمتِّ ُعهٗ قَلِ ْياًل ثُ َّم اَضْ طَرُّ ٗۤه اِ ٰلى َع َذا‬

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri


Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada
penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku
beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab
neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.

Allahu akbar, Allahu akbar

Dari ayat di atas, terdapat tiga hal yang pokok (fundamental) dalam
kehidupan pada suatu bangsa dannegara.

Pertama, adanya keimanan yang kuat pada suatu masyarakat akan terciptanya
kehidupan nan tenang dan ketentraman. Namun apabila suatu masyarakat
tidak dalam keimanan niscaya hilangnya ketenangan dan ketentraman yang
ditandai terjadinya banyak kemungkaran, kejahatan, dan kemaksiatan.

Kedua, kecukupan ekonomi individu pada suatu masyarakat yang berimbas


pada kemakmuran rakyat keseluruhan. Namun sebaliknya jika tidak terdapat
keimanan pada suatu masyarakat, niscaya kerakusan idividu dalam bentuk
korupsi, kemalasan bekerja sehingga memicu pencurian, dan keserakahan
dalam menumpuk-numpuk harta tanpa memiliki rasa empati terhadap
sesama.

Allahu akbar, Allahu akbar

Ketentraman, keamanan, dan kecukupan ekonomi adalah bagian penting


dalam suatu peradaban masyarakat yang harus diperjuangkan. Dengan
penguasaan pada ketiganya, peningkatan ilmu pengetahuan dengan dasar
iman dan takwa dapatlah diwujudkan. Perwujudan tersebut akan lahir dari
jiwa jiwa yang cerdas, kerja keras, cakap. Karena itulah Rasulullah bersabda:

“Orang Mukmin yang kuat aku cintai daripada orang Mukmin yang lemah.”
(HR Muslim)

Kecerdasan, kerja keras, dan kecakapan dengan pondasi iman akan


mengantarkan masyarakat yang senantiasa dicintai Allah SWT. Karena
mereka akan memaksimalkan waktu mereka untuk dunia namun tidak lupa
dengan ibadah kepada Allah.

Dalam firman Allah surat al-Insirah 7-8, Allah berfirman: “Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh
(urusan) yg lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

Keimanan yang dijadikan pondasi oleh suatu bangsa akan menghadirkan


rahmat Allah SWT, berupa kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, keamanan,
dan ketentraman.

Firman Allah SWT al-A’raf 96

‫ا‬##‫ا َك‬##‫ ْذ ٰنهُ ْم بِ َم‬#‫ض َو ٰل ِك ْن َك َّذبُوْ ا فَا َ َخ‬ ۤ


ٍ ‫َولَوْ اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰرى ٰا َمنُوْ ا َوا تَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر ٰك‬
ِ ْ‫ت ِّمنَ ال َّس َمآ ِء َوا اْل َر‬
َ‫نُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai
dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Dasar-dasar keimanan sebagaimana tersurat dalam Al Quran, telah jelas bagi


kita untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dalam bingkai bangsa dan
negara. Kebersamaan dalam mewujudkannya diperlukan sebagai bagian dari
ukhwah Islamiyah dan ukhuwah basariyah.

Allahu akbar, Allahu akbar

Cerminan ketaatan iman dan ketakwaan dari Nabi Ibrahim AS. juga
tercermin ketika beliau menjadi seorang ayah dari Ismail yang juga sangat
taat kepada Allah sebagaimana ayahnya.

Manakalah Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah menyembelih anak


semata wayang yang dimilikinya (Ismail) keduanya melaksanakan dengan
kesungguhan dan kesabaran. Firman Allah SWT dalam ash-Shaffat 102
menjelaskan:
ۤ
ِ َ‫ اَب‬#‫ا َل ٰي‬##َ‫رى ۗ ق‬#ٰ #َ‫ا َذا ت‬##‫رْ َم‬##ُ‫ا ْنظ‬##َ‫كَ ف‬##‫ام اَنِّ ۤ ْي اَ ْذبَ ُح‬#
‫ا‬##‫لْ َم‬##‫ت ا ْف َع‬ ِ #َ‫ي اِنِّ ۤ ْي اَ ٰرى فِى ْال َمن‬ َ ‫فَلَ َّما بَلَ َغ َم َعهُ ال َّسع‬
َّ َ‫ْي قَا َل ٰيبُن‬
ّ ٰ ‫تُْؤ َم ُر ۖ  َستَ ِج ُدنِ ۤ ْي اِ ْن َشآ َء هّٰللا ُ ِمنَ ال‬
َ‫صبِ ِر ْين‬

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail)
menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar.”

Peristiwa dalam ayat tersebut, dapatlah diambil hikmah bahwa ajaran Islam
memberikan anjuran kepada umat manusia agar bisa mengorbankan
kepemilikan, bahkan yang dicintai. Pengorbanan dalam arti luas sebagai
suatu masyarakat adalah dengan memiliki kesediaan untuk mengorbankan
waktu, harta untuk kepentingan sesama manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫لَ ْن تَنَا لُوا ْالبِ َّر َح ٰتّى تُ ْنفِقُوْ ا ِم َّما تُ ِحبُّوْ نَ  ۗ  َو َما تُ ْنفِقُوْ ا ِم ْن َش ْي ٍء فَا ِ َّن هّٰللا َ بِ ٖه َعلِ ْي ٌم‬

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan


sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang
hal itu, sungguh Allah Maha mengetahui.” (Ali Imran 92)

Adalah kaum Ansar ketika datangnya kaum Muhajirin ke Madinah, yang


telah mengorbankan sebagian kepentingan mereka dan harta mereka untuk
menolong kaum Muhajirin saat hijrah bersama Nabi Muhammad SAW.
Meskipun diketahui bahwa kaum Ansar dalam keadaan yang serba
keterbatasan. Gambaran kisah tersebut diabadikan dalam firman Allah al-
Hasyr 9:

‫وْ ا‬##ُ‫ص ُدوْ ِر ِه ْم َحا َجةً ِّم َّم ۤا اُوْ ت‬ ُ ‫َوالَّ ِذ ْينَ تَبَ َّوُؤ ال َّدا َر َوا اْل ِ ْي َمانَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم ي ُِحبُّوْ نَ َم ْن هَا َج َر اِلَ ْي ِه ْم َواَل يَ ِج ُدوْ نَ فِ ْي‬
ۤ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ َ ‫ولِٓئ‬
ٰ ُ ‫ق ُش َّح نَ ْف ِس ٖه فَا‬
َ ْ‫اصةٌ ۗ  َو َم ْن يُّو‬
َ ‫ص‬ َ ‫ ويُْؤ ثِرُوْ نَ ع َٰلى اَ ْنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَ بِ ِه ْم َخ‬ َ

“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang
yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan
dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin);
dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun
mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Pengorbanaan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan juga kaum Ansar,
setidaknya menjadi bagian yang seharusnya tidak terpisahkan dari diri kita
sebagai muslim. Hidup tanpa pengorbanan untuk kepentingan umum dan
kesejahteraan umat manusia adalah kehidupan yang kering tanpa manfaat,
laksana tumbuhan yang tak berbuah.

Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah kita semua bersabda bahwa


“Sebaik baik manusia adalah yg bermanfaat bagi manusia lainnya.”

‫خير الناس انفعهم للناس‬

Akhirnya marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita serta


semangat pengorbanan untuk mencapai masa depan Islam yg lebih baik
dalam naungan ridho Allah SWT. Amin. Dan marilah khutbah ini kita tutup
dengan bersama sama berdoa kepada Allah SWT:

ِ ‫س ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحيْم‬

‫ضى َعنَّا‬
َ ْ‫ َوار‬,‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحا بِ ِه اَجْ َم ِعي َْن‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوب‬
ِ ‫ك يَا اَرْ َح َم الر‬
‫َّاح ِمي َْن‬ َ ِ‫َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمت‬

ِ ‫ت اَالَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا‬


‫ت‬ ْ ‫وء ِمنِي َْن َو ْال ُم‬
ِ ‫وء ِمنَا‬ ْ ‫ت َو ْال ُم‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما‬
َ َّ‫ِان‬.
ِ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َوا‬
‫ت‬

َ ِ‫اجنَا َو ُذرِّ يَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّق‬


‫ين ِإ َما ًما‬ ِ ‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز َو‬
‫اللَّهُ َّم َأ ِع َّزاِإْل ْساَل َما َو ْال ُمسلِ ِمين‬

َ ‫ق يَا َربَّ ْال َعلَ ِم‬


‫ين‬ ِّ ‫ين َعلَى ْال َح‬
َ ‫َوجْ َم ْع َكلِ َمةَ ْال ُم ْسلِ ِم‬

‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫ين َواَْأل ْن‬ ِ َ‫ت بَي َْن ْال ُمه‬
َ ‫اج ِر‬ َ ‫ف بَي َْن قُلُوبِنَا َك َما َألَّ ْف‬
ْ ِّ‫اَللَّهُ َّم َأل‬
‫َّح ْي ُم‬ ‫ك َأ ْن َ‬
‫ت التَّ َّوابُ الر ِ‬ ‫ي ِإنَّ َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َربَّنَا تَـقَـبَّلْ ِمنَّا َ‬
‫صالَتَنَا… َوتُبْ َعلَ َّ‬

‫نت ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم‬


‫ك َأ َ‬
‫َّح ْي ُم‪َ ,‬ربَّنَا تَقَبَّلْ ِمنَّا ِإنَّ َ‬ ‫ك َأ ْن َ‬
‫ت التَّ َّو ُ‪#‬‬
‫اب الر ِ‬ ‫ي ِإنَّ َ‬
‫َوتُبْ َعلَ َّ‬

‫ان َرب َِّك َربّى‬


‫ار‪ُ .‬سب َْح َ‬ ‫َربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاالَ ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫صفُون َوال َّسالَ ُم َعلَى ْال ُمرْ َسلِي َْن َو ْال َح ْم ُ‪#‬د ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬ ‫ْا ِ‬
‫لع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬

‫ين َو ْال َح ْم ُ‪#‬د هَّلِل ِ َربِّ‬


‫ون َو َساَل ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسلِ َ‬ ‫ان َرب َِّك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬
‫صفُ َ‬ ‫ُسب َْح َ‬
‫ْال َعالَ ِم َ‬
‫ين‬

‫َوال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهُ‬

Anda mungkin juga menyukai