Berkemajuan
ْ #َ َذا ْالي#َ َل ه# ُد ِهللِ الَّ ِذي َج َع# اَ ْل َح ْم.ً ْيال#ص
و َم# ِ ان هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ
َ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْح
ع ْيدًا لِ ِعبَا ِد ِه ْال ُمْؤ ِمنِي َْن،
ِ
و،ار##وب و االءبص##ذكرة للقل## ت،ار##ل علي النه##ور اللي## مك،ار##ز الغف## العزي،ار##د القه##د هلل الواح##والحم
تبصرة لذوي االءلباب و االءعتبار.
و،ه## و حبيب،وله##ده و رس##دا عب##هد ان محم## و اش.رحيم##اشهد ان ال اله اال هللا البر الكريم و الرءوف ال
خليله الهادي الي صراط المستقيم.
Hadirin marilah kita bersyukur dalam suasana yang khusuk di hari yang
penuh dengan keberkahan ini, dengan senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita kepada Allah SWT. Dengan iman dan takwa kita senantiasa dalam
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana kita bersama ketahui, dalam Islam terdapat dua hari raya yang
telah dijelaskan dalam wahyu al-Qur’an beserta tanda-tandanya.
Pertama, Idul Fitri yang ditandai dengan awal turunnya al-Qur’an pada bulan
Ramadhan dan diproklamasikannya Islam kepada masyarakat dunia.
Kedua, Idul Adha yang ditandai dengan berakhirnya wahyu al-Qur’an pada
tanggal 9 Dzulhijjah di saat Rosulullah SAW berada di Padang Srafah
dengan turunya Al-Maidah:3
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.
Kedua, bahwa Islam adalah inti dari semua nikmat Allah SWT kepada umat
manusia yang harus dipertahankan sampai akhir hayatnya.
Ketiga, bahwa ridha Allah SWT hanya ada dalam Islam, maka siapapun yang
hendak mendapatkan ridha-Nya maka dia harus berislam, yakni beriman
dengan mengakui keesaan Allah dan tiada sekutu bagi-Nya. Itulah kiranya
kita sering dianjurkan untuk berdoa:
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َرسُوْ اًل َونَبِيًّا َوبِاْلقُرْ آ ِن ُح ْك ًما َواِ َما ًما
َ ْت بِاهللِ َربًّا َوبِااْل ِ ْساَل ِم ِد ْينًا َوبِ ُم َح َّم ِد
ُ ضي
ِ َر
Bulan Dzulhijjah terdapat ibrah sebagai dasar syariat ibadah yang dijelaskan
dalam al-Qur’an melalui kisah Nabi Ibrahim AS, yakni ibadah haji dan
kurban.
Kisah tersebut sebagaimana perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS tertuang
dalam an-Nahl 123. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Bukan hanya ibadah mahdah, Nabi Ibrahim Allah diberikan tuntunan untuk
membangun negara sebagaimana pembangun Kota Mekah al-Mukaramah
yang tersirat dalam doa beliau yang diabadikan dalam al-Qur’an surat al-
Baqarah ayat 126. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
هّٰلل ٰ
َ #َر ۗ ق#
ال# ِ ال اِب ْٰر ٖه ُم َربِّ اجْ َعلْ ٰه َذا بَلَدًا ٰا ِمنًا َّوارْ ُز ْق اَ ْهلَهٗ ِمنَ الثَّ َم ٰر
ِ #ت َم ْن ا َمنَ ِم ْنهُ ْم بِا ِ َوا ْليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ َ ََواِ ْذ ق
ِ س ْال َم
ص ْي ُر َ ار ۗ َوبِْئِ َّب النِ َو َم ْن َكفَ َر فَا ُ َمتِّ ُعهٗ قَلِ ْياًل ثُ َّم اَضْ طَرُّ ٗۤه اِ ٰلى َع َذا
Dari ayat di atas, terdapat tiga hal yang pokok (fundamental) dalam
kehidupan pada suatu bangsa dannegara.
Pertama, adanya keimanan yang kuat pada suatu masyarakat akan terciptanya
kehidupan nan tenang dan ketentraman. Namun apabila suatu masyarakat
tidak dalam keimanan niscaya hilangnya ketenangan dan ketentraman yang
ditandai terjadinya banyak kemungkaran, kejahatan, dan kemaksiatan.
“Orang Mukmin yang kuat aku cintai daripada orang Mukmin yang lemah.”
(HR Muslim)
Dalam firman Allah surat al-Insirah 7-8, Allah berfirman: “Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh
(urusan) yg lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai
dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Cerminan ketaatan iman dan ketakwaan dari Nabi Ibrahim AS. juga
tercermin ketika beliau menjadi seorang ayah dari Ismail yang juga sangat
taat kepada Allah sebagaimana ayahnya.
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail)
menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar.”
Peristiwa dalam ayat tersebut, dapatlah diambil hikmah bahwa ajaran Islam
memberikan anjuran kepada umat manusia agar bisa mengorbankan
kepemilikan, bahkan yang dicintai. Pengorbanan dalam arti luas sebagai
suatu masyarakat adalah dengan memiliki kesediaan untuk mengorbankan
waktu, harta untuk kepentingan sesama manusia.
لَ ْن تَنَا لُوا ْالبِ َّر َح ٰتّى تُ ْنفِقُوْ ا ِم َّما تُ ِحبُّوْ نَ ۗ َو َما تُ ْنفِقُوْ ا ِم ْن َش ْي ٍء فَا ِ َّن هّٰللا َ بِ ٖه َعلِ ْي ٌم
وْ ا##ُص ُدوْ ِر ِه ْم َحا َجةً ِّم َّم ۤا اُوْ ت ُ َوالَّ ِذ ْينَ تَبَ َّوُؤ ال َّدا َر َوا اْل ِ ْي َمانَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم ي ُِحبُّوْ نَ َم ْن هَا َج َر اِلَ ْي ِه ْم َواَل يَ ِج ُدوْ نَ فِ ْي
ۤ
َك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن َ ولِٓئ
ٰ ُ ق ُش َّح نَ ْف ِس ٖه فَا
َ ْاصةٌ ۗ َو َم ْن يُّو
َ ص َ ويُْؤ ثِرُوْ نَ ع َٰلى اَ ْنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَ بِ ِه ْم َخ َ
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah
beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang
yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan
dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin);
dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun
mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Pengorbanaan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan juga kaum Ansar,
setidaknya menjadi bagian yang seharusnya tidak terpisahkan dari diri kita
sebagai muslim. Hidup tanpa pengorbanan untuk kepentingan umum dan
kesejahteraan umat manusia adalah kehidupan yang kering tanpa manfaat,
laksana tumbuhan yang tak berbuah.
ضى َعنَّا
َ ْ َوار,ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحا بِ ِه اَجْ َم ِعي َْن َ اَللَّهُ َّم
ِ َصلِّ َو َسلِّ ْم َوب
ِ ك يَا اَرْ َح َم الر
َّاح ِمي َْن َ َِم َعهُ ْم بِ َرحْ َمت
ار
ِ صَ ين َواَْأل ْن ِ َت بَي َْن ْال ُمه
َ اج ِر َ ف بَي َْن قُلُوبِنَا َك َما َألَّ ْف
ْ ِّاَللَّهُ َّم َأل
َّح ْي ُم ك َأ ْن َ
ت التَّ َّوابُ الر ِ ي ِإنَّ َ اَللَّهُ َّم َربَّنَا تَـقَـبَّلْ ِمنَّا َ
صالَتَنَا… َوتُبْ َعلَ َّ