JAWABAN
1. Struktur iman terdiri dari tiga aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi:
pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui perbuatan.
• Pembenaran dalam hati: Pembenaran dalam hati adalah keyakinan yang kuat dan
tulus dalam iman. Ini melibatkan pemahaman dan penerimaan yang mendalam
tentang kebenaran agama. Pembenaran dalam hati adalah dasar dari struktur iman,
karena tanpa keyakinan yang kuat, ikrar dan pembuktian akan kehilangan makna.
• Ikrar dengan lisan: Ikrar dengan lisan adalah pengakuan terhadap keyakinan iman
yang dimiliki. Melalui ikrar ini, seseorang secara terbuka menyatakan
keyakinannya kepada orang lain. Ikrar dengan lisan adalah cara untuk
mengungkapkan dan memperkuat pembenaran dalam hati. Dengan mengucapkan
keyakinan secara lisan, seseorang juga dapat memperoleh dukungan dan
pemahaman dari komunitas iman.
• Pembuktian melalui perbuatan: Pembuktian melalui perbuatan adalah tindakan
nyata yang mencerminkan keyakinan iman. Ini melibatkan perilaku dan tindakan
yang sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran agama yang diyakini. Pembuktian melalui
perbuatan adalah cara untuk menunjukkan keseriusan dan kebenaran keyakinan
iman. Melalui perbuatan yang baik dan moral, seseorang dapat menjadi teladan bagi
orang lain dan memperkuat struktur iman.
Ketiga aspek ini saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Pembenaran dalam
hati memberikan dasar yang kuat untuk ikrar dengan lisan, sementara ikrar dengan lisan
membantu memperkuat dan mengkomunikasikan keyakinan kepada orang lain.
Pembuktian melalui perbuatan adalah bentuk konkret dari keyakinan iman yang dapat
mempengaruhi dan menginspirasi orang lain. Dengan mengintegrasikan ketiga aspek
ini, seseorang dapat membangun dan memperkuat struktur iman mereka.
2. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Quran Surat Al-Anfal Ayat 2 sampai 4
mengatakan ciri orang beriman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-
ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal, [yaitu] orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki [ni’mat] yang mulia.”.
(QS: Al-Anfal [8]: 2-4)
Hanya orang yang berimanlah, yang jika disebutkan nama Allah, gemetar atau
bergetar hatinya. Ada rasa takut dalam hatinya.Rasa takutnya justru adalah sebagai
bentuk mengagungkan asma Allah. Maka, jika ia berkeinginan untuk melakukan
perbuatan dosa atau maksiat, ia pun segara teringat Allah dan takut
melaksanakannya.
Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al-Qur’an dibaca, baik oleh
dirinya ataupun orang lain.
Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah,
bukan kepada benda, gunung, cincin, keris, atau yang lain. Karena orang beriman
itu yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.
Jika Allah berkehendak terjadi, maka terjadilah. Dan jika Allah tidak berkehendak,
maka tidak akan terjadi
• Mendirikan shalat
َ َ َّ َ ُ ُ َ َّ
ٱلصل ٰوة ٱل ِذين ي ِقيمون
Artinya: “Dan mereka yang menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada
mereka.” (QS:Al-Anfal [8]: 3).
Jika kita memiliki sifat keimanan seperti itu, maka ayat menegaskan :
َ ُ ْ ْ ُ َ َ ُ
أول ٰـ ِئك ه ُم ٱل ُمؤ ِمنون َحقا
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.”
(QS:Al-Anfal [8]: 4).
َّ َ َ ِّ ٌ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ َ ُ ْ ْ َ َ َ َ
نف ُروا كافة فل ْوَل نف َر ِمن ك ِّل ِف ْرقة ِّمن ُه ْم طا ِئفة ل َيتفق ُهوا ِ ِف ِ وما كان ٱل ُمؤ ِمنون ِل َي
َ َ َّ َ َ َ َ َ ٱ ِّلد
)١٢٢( نذ ُروا ق ْو َم ُه ْم ِإذا َر َج ُعوا ِإل ْي ِه ْم ل َعل ُه ْم َي ْحذ ُرون
ِ ين و ِل ُي
ِ
Artinya : “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”
Dalam ayat ini, pengetahuan yang lebih dalam tentang Islam (li yatafaqqahu fi'ddin),
memang menyiratkan pendidikan dalam pengertian tradisional, yang berarti
memperoleh pengetahuan yang terperinci tentang bentuk agama, yaitu bagian ritual,
karena dengan demikian studi agama menjadi identik dengan studi tentang masalah-
masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek formal agama.
Ayat ini juga memberi tahu kita bahwa tujuan mengembangkan pemahaman dalam
agama adalah untuk memperoleh kemampuan untuk menyampaikan pesan ilahi kepada
orang-orang.
Kata 'memperingatkan' (inzar) yang digunakan di sini berarti membuat orang sadar
akan konsekuensi di akhirat dari tindakan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan Islam harus mempersiapkan individu untuk berperan sebagai pengkhotbah
(da'i), sehingga para pendengarnya dapat takut kepada Allah dan menjadikan-Nya
sebagai satu-satunya perhatian dalam kehidupan mereka saat ini.
Pembelajaran Islam pada dasarnya adalah untuk mempersiapkan para utusan untuk
menyampaikan firman Tuhan kepada orang lain dan bukan hanya mempelajari
masalah-masalah yurisprudensi atau hukum-hukum Islam seperti yang umumnya
dipahami. Dari sudut pandang ini, pendidikan Islam harus berada di bawah dua judul:
Ilmu adalah salah satu kata yang sering digunakan dalam Al-Qur'an untuk
menggambarkan pengetahuan dan pemahaman. Terdapat beberapa kata derivasi yang
memiliki kesamaan makna dengan "ilmu" dalam beragam bentuknya. Berikut adalah
beberapa contoh:
1. 'Alim - Kata ini berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki arti "yang
mengetahui" atau "yang memiliki pengetahuan". Kata ini digunakan untuk
menggambarkan Allah sebagai Yang Maha Mengetahui dan juga untuk
menggambarkan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas.
2. 'Alam - Kata ini berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki arti "alam
semesta" atau "dunia". Dalam Al-Qur'an, kata ini digunakan untuk
menggambarkan penciptaan Allah dan keajaiban-keajaiban yang ada di alam
semesta.
3. 'Alimun - Kata ini juga berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki arti "orang
yang mengetahui" atau "orang yang memiliki pengetahuan". Kata ini digunakan
untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
kebijaksanaan.
4. 'Alimun bihakim - Kata ini merupakan gabungan dari kata "alimun" (orang
yang mengetahui) dan "bihakim" (dengan hukum). Kata ini digunakan untuk
menggambarkan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan
dalam menjalankan hukum-hukum Allah.
5. 'Alimun ladun - Kata ini juga berasal dari akar kata "ilmu" dan memiliki
arti "pengetahuan yang berasal dari sisi Allah". Kata ini digunakan untuk
menggambarkan pengetahuan yang hanya dimiliki oleh Allah dan tidak dapat
dipahami sepenuhnya oleh manusia.
6. 'Alimun khabir - Kata ini merupakan gabungan dari kata "alimun" (orang
yang mengetahui) dan "khabir" (yang mengetahui segala sesuatu). Kata ini
digunakan untuk menggambarkan Allah sebagai Yang Maha Mengetahui
tentang segala sesuatu.
5. Ayat yang menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat atau buruk dari hewan ternak
terdapat dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 179. Berikut adalah ayat tersebut
beserta tafsirnya:
َّ ٌِ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ ٌ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ِّ ْ َ ِّ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ
ي َل نس لهم قلوب َل يفقهون ِبها ولهم أع ِ ِٱْل و ن جِ ٱل ن م ا
ي ث
ِ ك وِلقد ذرأنا ِلجهنم
ُ َ َ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ ٌ َ َ َ ُ ُْ
ِصون ِب َها َول ُه ْم َءاذان َل َي ْس َم ُعون ِب َها أول ٰـ ِئك كٱْلن َع ٰـ ِم َب ْل ه ْم أض ُّل أول ٰـ ِئك ه ُم ِ يب
َ ُ َْٰ
)١٧٩ (ٱلغـ ِفلون
Artinya : “Dan Sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin
dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
Tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah menciptakan banyak jin dan manusia yang
akan masuk ke dalam neraka Jahannam. Mereka memiliki hati, mata, dan telinga,
tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik. Mereka tidak menggunakan hati mereka
untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak menggunakan mata mereka untuk melihat
tanda-tanda kekuasaan Allah, dan tidak menggunakan telinga mereka untuk
mendengar ayat-ayat Allah. Dalam hal ini, mereka lebih buruk daripada Binatang
ternak, karena binatang ternak tidak memiliki akal dan kemampuan untuk memahami
ayat-ayat Allah. Oleh karena itu, mereka yang lalai dan tidak memanfaatkan akal dan
indera yang diberikan oleh Allah akan menjadi lebih sesat dan buruk daripada
binatang ternak.
Sumber :