Anda di halaman 1dari 11

IMAN ISLAM DAN IHSAN

A. Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja
(fi’il), “ ‫ايمانا‬-‫ي!!ؤمن‬-‫ “ امن‬yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk,
tentram dan tenang. Imam Al-Ghazali memaknakannya dengan kata tashdiq (
‫ )التصديق‬yang berarti “pembenaran”.Pengertian Iman adalah membenarkan dengan
hati, diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa
berasal dari kata Asman-Yu’minu-limaanan artinya meyakini atau mempercayai.1
Iman adalah kepercayaan yang berkenaan dengan agama, keyakinan, dan
kepercayaan kepada Allah SWT,Nabi,Kitab. Iman adalah kepercayaan yang
meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan tidak bercampur syakh dan ragu,
serta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku, dan perbuatan
sehari-hari. Bukanlah ucapan lidah, bukan perbuatan dan bukan pula hanya
merupakan pengetahuan tengtang rukum iman dan hal hal yang perlu di Imani
akan tetapi merupakan kesatuan yang utuh. Pengetahuan akan membentuk
perilaku dan sikap seseorang. Iman itu adalah membenarkan dengan hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. ( HR. At-
Tabrani)
Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah
iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan. Ada tiga unsur iman menurut aqidah
islamiah yaitu keyakinan akan kepercayaan dalam hati, ucapan yang mengakui
tehadap segenap yang harus di imani.2
1. Unsur keyakinan dalam hati
Keyakinan dalam hati merupakan bagian iman yang utama. Orang yang
mengucapkan iman dengan lidahnya dan mengamalkan dengan segenap perbuatan
anggota badan, tetapi tidak disertai dengan pengakuan dalam hati, tidaklah disebut
iman. Allah berfirman.

‫س َمنْ يَّقُ ْو ُل ٰا َمنَّا بِاهّٰلل ِ َوبِا ْليَ ْو ِم ااْل ٰ ِخ ِر َو َما ُه ْم بِ ُمْؤ ِمنِي ْۘنَ يُ ٰخ ِدع ُْونَ هّٰللا َ َوالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ۚ َو َما يَ ْخ َدع ُْونَ آِاَّل‬ ِ ‫َو ِمنَ النَّا‬
َ‫ش ُع ُر ْو ۗن‬ َ ُ‫اَ ْنف‬
ْ َ‫س ُه ْم َو َما ي‬
"Di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari
Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang mukmin.
Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah
menipu diri sendiri tanpa mereka sadari." (QS. Al-Baqarah,2 :8-9)3
1
Nur Hadi, “Jurnal Intelektual”, Jurnal Pendidikan dan Keislaman Volume 9, Nomor 1, April
2019, Hal: 5.
2
Nur Khalisah Latuconsinah, S.Ag. M.Pd, “Akidah Akhlak Kontemporer”. Cetakan 1, (Makassar :
Alauddin Press, Desember 2014), Hal : 45-46
3
Ibid’46

1
Iman itu harus menyertakan hati atau pengakuan dalam hatinya, bahwa ia
beriman, pengakuan batin tentunya yang tahu hanya yang bersangkutan.
Dihadapan orang lain tidak ketahui karena mereka dapat menipu orang-orang
beriman. Sedangkan Allah yang maha tahu, mengetahui apa yang terdapat dalam
hatinya.
Demikian pentingnya peranan hati dalam beriman, dan tidak
mengherankan jika dalam ilmu kalam terdapat aliran yang berpendapat bahwa
iman itu tempatnya dihati dan hanya perbuatan hati (menurut aliran murjiah).
Akibat dari pandangan dan pemahaman yang demikian itu pada kesimpulannya
bahwa iman itu tidak bertambah dengan perbuatan dan amal yang baik dan tidak
pula akan berkurang dengan mengerjakan perbuatan yang buruk. Mereka
meyakini bahwa iman hanya dalam hati dan tidak ada hubungannya dengan
ucapan dan perbuatan.

‫ي ِمنْ ت َْحتِ َها ااْل َ ْن ٰه ۗ ُر اِنَّ هّٰللا َ يَ ْف َع ُل َما يُ ِر ْي ُد‬ ٰ


ٍ ّ‫ت َجن‬
ْ ‫ت ت َْج ِر‬
‫هّٰللا‬
ّ ٰ ‫اِنَّ َ يُ ْد ِخ ُل الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
“Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal
saleh ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Hajj,22 :14)

Pandangan demikian timbul akibat dari pemahaman terhadap iman yang


terpisah pisah atau parsial yaitu antara keyakinan dalam hati, ucapan dan
perbuatan tidak ada hubungannya. Pandangan demikian bila diikuti dapat
berdampak pada timbulnya sikap memeperbolehkan perbuatan yang buruk.
Walaupun ia mengakui sebagai orang yang beriman.
Iman yang ada didalam hati sebagai dasar yang dapat mewarnai segala
aktivitas kejiwaan manusia. Keimanan yan kuat tidak akan bisa mengubah dan
menggoyahkan meskipun banyak pengaruh dan godaan yang berasal dari jiwa
sendiriseperti prasangka , ragu, dan pengaruh dari luar seperti pengaruh dunia
dengan segala keindahannya. Bila manusia tergoyahhkan dengan berbagai macam
pengaruh yang menghiasi kehidupannya berarti imannya belum teguh.4

2. Unsur ucapan (Qawl)


Unsur iman yang kedua adalah ucapan atau qawl bil lisan yaitu
membenarkan dengan ucapan terhadap apa yang diyakininya. Namun bukan
berarti hanya dengan ucapannya saja, melainkan juga dengan harus disertai hati
dan perbuatan. Orang yang mengucapkan saja tetapi tidak disertai hati dan
perbuatan tidak termasuk iman yang sempurna. Allah berfirman.
4
Nur Khalisah Latuconsinah, S.Ag. M.Pd, “Akidah Akhlak Kontemporer”. Cetakan 1, (Makassar :
Alauddin Press, Desember 2014), Hal : 46-47

2
‫انَّ ا ْلم ٰنفقيْنَ ي ٰخدعُونَ هّٰللا و ُهو َخاد ُعه ۚم وا َذا قَام ٓوا الَى الص ٰلوة قَاموا ُكس ٰالىۙ ير ۤاءونَ النَّاس واَل ي ْذ ُكرونَ هّٰللا‬
َ ْ ُ َ َ َ ُْ َُ َ ْ ُ ِ َّ ِ ُْ َِ ُْ ِ َ َ َ ْ ِ ُ ِِ ُ ِ
ۖ ‫اِاَّل قَلِ ْياًل‬

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah


membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan
penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan
malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat
Allah, kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa,4 :142)5

3. Unsur perbuatan
Yang dimaksud perbuatan adalah perbuatan yang sesuai dengan yang di
imani, yaitu amal yang di ridhoi Allah dan Rasulnya.

‫سيَ ْج َع ُل لَ ُه ُم ال َّر ْحمٰ نُ ُو ًّدا‬ ّ ٰ ‫اِنَّ الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
َ ‫ت‬
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (Allah) Yang
Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta (dalam hati) mereka.” (QS.
Maryan,19 : 96)

Keimanan seseorang bisa berlansung ecara alami karena ilham dan maghfira dari
Allah SWT, tetapi bisa juga dengan berbagai suasana kejiwaan seperti
sabar,yakin, keadilan, dan jihad.
Pertama sabar mempunyai 4 cabang, 1. yaitu Rindu (syauq), maka barang
siapa yang rindu pada surga, dia akan melupakan segala godaan hawa nafsu, 2.
Takut (syafaq), barangsiapa yang takut akan neraka, dia akan meninggalkan
segala yang di haramkan, 3. Zuhud, barangsiapa yang zuhud di dunia, dia akan
mengangap ringan segala musibah. 4. Antisipasi (Taroqqub), barangsiapa yang
mengntisipasi kematian, dia akan bergegas melakukan amal-amal kebajikan.
Kedua yakin mempunyai 4 cabang, yaitu 1. Memandang segala sesuatu
dengan ketajaman pikiran, maka barangsiapa yang memandang segala sesuatu
dengan ketajaman pikiran, akan jelas baginya hikmah. 2. Menafsirkan dengan
hikmah, barangsiapa yang jelas baginya hikmah dia akan mengenal pelajaran. 3.
Menjadikan pelajaran sebagai nasehat, dan barangsiapa telah mengenal pelajaran
seakan akan dia termasuk orang orang terdahulu. 4. Sunnah orang-orang
terdahulu.6
5
Ibid’ 47
6
Ibid 48

3
Ketiga yaitu keadilan yang mempunyai 4 cabang, yaitu: 1. Menyelami
pemahaman, barangsiapa yang paham dia akan mengetahui kedalaman ilmu. 2,
Mendalami ilmu, barangsiapa yang telah mengetahui kedalaman ilmu, akan keluar
darinya syariat syariat hukum, 3. Mengetahui intisari hukum, 4. Kukuh dalam
kesabaran, dan barangsiapa yang bersabar dia tidak akan melampaui batas dalam
semua urusannya dan akan hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai orang
terpuji.
Keempat jihad yang mempunyai 4 cabang, yaitu: 1. Mengajak kepada
kebaikan, barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan dia telah membantu
orang-orang mukmin, 2. Mencegah kemungkaran, barangsiapa yang mencegah
kemungkaran dia telah merendahkan orang-orang kafir, 3. Lurus dalam setiap
keadaannya, semua kebutuhan akan terpenuhi, 4. Membenci orang-orang fasik,
barangsiapa yang membenci orang-orang fasik dan marah karena Allah, maka
Allah akan marah karena marahnya, dan dia akan menjadikanny ridho pada hari
kiamat.
Keimanan dapat dirasakan manusia dalam kehidupan didunia maupun akhirat
pada tiga keadaan yaitu:1. Memperbaiki penghidupannya, atau 2. Melangkah
dalam urusan akhirat, 3. Menikmati kesenangan dalam hal yang tidak diharamkan
Kegembiraan orang mukmin terlihat diwajahnya, sedangkan kesedihannya
tersimpan dihatinya. Dadanya paling lapang(sabar) dan merasa dirinya paling
hina. Dia tidak menyukai kedudukan dan membenci reputasi. Panjang
kesedihannya. Jauh pikirannya. Banyak diamnya. Sibuk waktunya. Banyak
bersyukur dan bersabar. Tenggelam dalam pikirannya. Berpegang teguh pada
kesetiakawanan. Mudah perangainya.Penurut. Dan jiwanya lebih keras daripada
batu api, semntara dia lebih (merasa) hina daripada seorang budak.7

B. Islam
Islam berasal dari kata bahasa Arab, yaitu dari kata Aslama berakar dari
kata salima artinya selamat sentosa. Sedangkan kata Yuslimu Islaman artinya;
memelihara dalam keadaan selamat,sentosa juga berarti menyerahkan diri, tunduk,
taat, dan patuh.
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
berpedoman kepada kitab Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu
Allah SWT. Kata Islam bisa juga bermakna berserah diri. Allah berfiman.

7
Ibid’ 49

4
ْ َ‫فَلَ َّمٓا ا‬
Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) “‫س لَ َما َوتَلَّ ٗه لِ ْل َجبِ ْي ۚ ِن‬
meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah
8
Allah)”. (QS. Ashr Shaffat,37 :103)
Ayat tersebut menggambarkan bahwa Islam bermakna berserah diri hanya
kepada Allah. Ini berarti yang maha kuasa dalam kehidupan hanya Allah SWT,
tempat bergantung, meminta, dan berlindung baik pada saat senang maupun
susah. Manusia tergambarkan dalam ayat tersebut sebagai makhluk, ia adalah
ciptaan atas kekuasaan-Nya yang dipersiapkan Tuhan di bumi. Kepadanya
diberikan amanah dan tugas mulia untuk mengembangkan diri dan alam raya
sebagai upaya mendekatkan diri kepada-Nya.
Makna lain dari Islam adalah tunduk atau patuh hanya kepada perintah-
Nya. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran.

ْ َ‫اِ ْذ قَا َل لَ ٗه َربُّ ٗ ٓه ا‬


ْ َ‫سلِ ۙ ْم قَا َل ا‬
َ‫سلَ ْمتُ لِ َر ِّب ا ْل ٰعلَ ِميْن‬
“(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia
menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (QS. A-
Baqarah,2 :131)

Kata Islam menjadi nama suatu agama yang di wahyukan Tuhan kepada umat
manusia melalui Nabi Muhammad. Allah berfirman.

ۢ ‫اختَلَفَ الَّ ِذيْنَ اُ ْوتُوا ا ْل ِك ٰت َب اِاَّل ِم ۢنْ بَ ْع ِد َم ا َج ۤا َء ُه ُم ا ْل ِع ْل ُم بَ ْغ‬


‫يًا بَ ْينَ ُه ْم ۗ َو َمنْ يَّ ْكفُ ْر‬ ْ ‫ساَل ُم ۗ َو َما‬ ‫هّٰللا‬
ْ ِ ‫اِنَّ ال ِّديْنَ ِع ْن َد ِ ااْل‬
‫هّٰللا‬ ‫ب ٰا ٰي هّٰللا‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ َ َّ‫ت ِ فَاِن‬
َ ‫س ِر ْي ُع ا ْل ِح‬ ِ ِ

“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam. Orang-orang yang
telah diberi kitab tidak berselisih, kecuali setelah datang pengetahuan kepada
mereka karena kedengkian di antara mereka. Siapa yang kufur terhadap ayat-ayat
Allah, sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan(-Nya).” (QS. Ali Imran,3 :
19)

ِ ‫ساَل ِم ِد ْينًا فَلَنْ يُّ ْقبَ َل ِم ْنهُۚ َو ُه َو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ا ْل ٰخ‬
َ‫س ِريْن‬ ْ ِ ‫َو َمنْ يَّ ْبت َِغ َغ ْي َر ااْل‬
“Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan
diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali
Imran,3 : 85)9
Kata al-Islam muncul enam kali dalam Alquran yang artinya ‚penyerahan‛
atau ‚penyerahan yang sesungguhnya‛. Islam dan muslim sering diartikan sebagai
‚menyerah‛ atau ‚seseorang yang menyerahkan dirinya kepada (Hukum)
Tuhan‛,kedua terma tersebut juga dijadikan nama bagi pesan-pesan keagamaan
8
Ibid’ 58
9
Ibid’ 59

5
dalam Alquran dan bagi komunitas yang menerimanya. Berikut adalah hal-hal
yang terkait dengan terma Islam: 1) Islam integral dengan Iman. 2) Islam adalah
perwujudan konkret dan terorganisir dari Iman dalam suatu komunitas normatif.
Yang pertama, Islam integral dengan Iman artinya suatu ‚penyerahan‛ diri
terhadap Tuhan tidak mungkin tanpa Iman (Q.S Ali Imran: 52, 84, Q.S Al-
Maidah: 111).Tiga ayat yang pertama –Ali Imran: 52 dan 84, Al-Maidah: 111
merupakan ayat yang bertanggal Madinah, dimana Islam yang dimaknai sebagai
‚penyerahan diri‛ telah mengalami reifikasi menjadi Islam yang konkret. Karena
pada periode Madinah, istilah al-islam diartikan sebagai‚penyerahan diri terhadap
(Hukum) Tuhan‛ dan nama agama Muhammad serta para pengikutnya.10

Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang-orang tertentu atau


golongan manusia atau Negara tertentu. Islam adalah agama yang berasal dari
Allah SWT Makna Islam diberikan oleh Allah, isi ajarannya berasal dari Allah
yang mengandung kedamaian bagi seluruh makhluk dan umat manusia.
Selanjutnya Islam juga digunakan untuk suatu misi penyerahan diri kepada Allah.
Dalam hubungan ini Islam menjadi agama sepanjang sejarah manusia. Agama-
agama yan dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Tuhan
pada bangsa dan kelompok manusia. Islam itulah agama yang dibawah oleh Nabi
Adam, Ibrahim, Ya’kub, Musa,Daud, Sulaiman dan Isa.11

‫س ٰ ّمى ُك ُم‬َ ‫ج ِملَّةَ اَبِ ْي ُك ْم اِ ْب ٰر ِه ْي ۗ َم ُه َو‬


ٍ ۗ ‫اجتَ ٰبى ُك ْم َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِى ال ِّد ْي ِن ِمنْ َح َر‬ ْ ‫ق ِج َها ِد ٖ ۗه ُه َو‬َّ ‫َو َجا ِهد ُْوا فِى هّٰللا ِ َح‬
َ‫الص ٰلوة‬ َّ ‫س فَ اَقِ ْي ُموا‬ ِ ۖ ‫ش َهد َۤا َء َعلَى النَّا‬ ُ ‫ش ِه ْيدًا َعلَ ْي ُك ْم َوتَ ُك ْونُ ْوا‬
َ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫سلِ ِميْنَ ەۙ ِمنْ قَ ْب ُل َوفِ ْي ٰه َذا لِيَ ُك ْونَ ال َّر‬ ْ ‫ا ْل ُم‬
‫هّٰلل‬
‫ص ْي ُر ࣖ ۔‬ ِ َّ‫ص ُم ْوا بِا ِ ۗ ُه َو َم ْو ٰلى ُك ۚ ْم فَنِ ْع َم ا ْل َم ْو ٰلى َونِ ْع َم الن‬ِ َ‫َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوا ْعت‬

“Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah


memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah)
agama nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu
orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an)
agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat,
dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah
sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.” (QS. Al-Hajj 22 : 78)

Islam sebagai agama wahyu memberikan bimbingan kepada manusia


sehingga semua aspek kehidupannya baik yang berkaitan dengan pengabdian
spritual (masalah-masalah keimanan), dan juga menyangkut masalah sosial
kemasyarakatan. Bidang sosial sangat banyak cakupannya, mulai hidup
10
Intan Fitiriya, “Konsep Iman, Islam, dan Taqwa”, Volume 14, Nomor 2, Hal : 10
11
Nur Khalisah Latuconsinah, S.Ag. M.Pd, “Akidah Akhlak Kontemporer”. Cetakan 1,
(Makassar : Alauddin Press, Desember 2014), Hal : 60

6
berkeluarga, bertetangga, hubungan dengan lingkungan sekitar, berkebudayaan,
bermasyarakat, berpolitik, dan hubungannya dengan negara.12

Sebagai agama terakhir yang diturunkan oleh Allah, agama Islam


merupakan sistem aqidah dan syariat serta akhlak yang mengatur hidup dan
kehidupan manusia dalam berbagai hubungan. Agama tersebut diyakini dapat
memayuni keragaman masyarakat baik yang berkaitan dengan kesukuan, bahasa,
kebudayaan dan agama itu sendiri. Manusia dengan perkembangan
kebudayaannya pasti memiliki keragaman budaya dan pemikiran sebagai wujud
dari perubahan peradaban umat manusia. Selain itu islam juga dapat menjawab
seluruh problemtika yang dihadapi oleh umat manusia, misalnya problema
kemanusiaan, politik ketatanegaraa, dan hubungan sosial kemasyarakatan.

Islam mengandung juga makna damai, sejahtera, menyerahkan diri, taat,


patuh, dan menerima kehendak Allah. Konsep tersebut terkait dengan hubungan
antara manusia dengan manusiayang dapat melahirkan ketentraman dan
kemaslahatan diantara sesama.13

C. Ihsan
Kata ihsan berasal dari kata bahasa Arab, yaitu Ahsana, Yuhsinu, Ihsanan,
yang artinya berbuat baik atau berbuat kebaikan. Kata ihsan dalam Al-Quran
diulang sebanyak 12 kali, dengan arti yang beraneka ragam. Diantaranya ada yang
berarti berbuat baik atau kebaikan.
Misalnya pada bunyi ayat :

‫هّٰللا‬
‫س ُك ْم‬ َ ُ‫اس لَّ ُهنَّ ۗ َعلِ َم ُ اَنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم ت َْختَ انُ ْونَ اَ ْنف‬ ٌ َ‫اس لَّ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم لِب‬ ٌ َ‫س ۤا ِٕى ُك ْم ۗ هُنَّ لِب‬َ ِ‫ث اِ ٰلى ن‬ُ َ‫صيَ ِام ال َّرف‬ ِّ ‫اُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ ال‬
ُ‫اش َربُ ْوا َح ٰتّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي ط‬ ‫هّٰللا‬
ْ ‫اش ُر ْوهُنَّ َوا ْبتَ ُغ ْوا َم ا َكت ََب ُ لَ ُك ْم ۗ َو ُكلُ ْوا َو‬ ِ َ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَ ا َع ْن ُك ْم ۚ فَا ْلٰٔـنَ ب‬ َ ‫فَت‬
َ‫ش ُر ْوهُنَّ َواَ ْنتُ ْم ٰع ِكفُ ْو ۙنَ فِى ا ْل َم ٰس ِج ِد ۗ تِ ْلك‬ِ ‫صيَا َم اِلَى الَّ ْي ۚ ِل َواَل تُبَا‬ ِّ ‫س َو ِد ِمنَ ا ْلفَ ْج ۖ ِر ثُ َّم اَتِ ُّموا ال‬ ْ َ ‫ض ِمنَ ا ْل َخ ْي ِط ااْل‬ ُ َ‫ااْل َ ْبي‬
‫هّٰللا‬ ٰ ‫هّٰللا‬
َ‫س لَ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُ ْون‬ِ ‫ُحد ُْو ُد ِ فَاَل تَ ْق َربُ ْوه َۗا َكذلِ َك يُبَيِّنُ ُ ٰا ٰيتِ ٖه لِلنَّا‬

“Bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian
bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu
tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan
memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan)
antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah
puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu
(dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka,

12
Ibid’ 61
13
Ibid’ 62

7
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia agar mereka bertakwa.” (QS Al- Baqarah 2 : 187)14

‫ش ۤا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر َوا ْلبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ‫هّٰللا‬


ِ ‫س ا ِن َواِ ْيتَ ۤاِئ ِذى ا ْلقُ ْر ٰبى َويَ ْن ٰهى ع‬
َ ‫َن ا ْلفَ ْح‬ َ ‫۞ اِنَّ َ يَ ْأ ُم ُر بِا ْل َع ْد ِل َوااْل ِ ْح‬
َ‫تَ َذ َّك ُر ْون‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan
bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS An-
Nahl 16 : 90)

‫هّٰللا‬
‫سانًا َّو ِذى ا ْلقُ ْر ٰبى َوا ْليَ ٰتمٰ ى َوا ْل َم ٰس ِك ْي ِن َوقُ ْولُ ْوا‬ َ ‫س َر ۤا ِء ْي َل اَل َت ْعبُد ُْونَ اِاَّل َ َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن اِ ْح‬ َ ‫َواِ ْذ اَ َخ ْذنَا ِم ْيثَا‬
ْ ِ‫ق بَنِ ْٓي ا‬
ۗ ٰ
ُ ‫صلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ ثُ َّم تَ َولَّ ْيتُ ْم اِاَّل قَلِ ْياًل ِّم ْن ُك ْم َواَ ْنتُ ْم ُّم ْع ِر‬
َ‫ض ْون‬ َّ ‫سنًا َّواَقِ ْي ُموا ال‬ ْ ‫س ُح‬ ِ ‫لِلنَّا‬
“(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik
kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu
berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih
menjadi) pembangkang.” (QS Al- Baqarah 2 : 83)15

Pada ayat-ayat tersebut kata Ihsan selalu diartikan berbuat baik, dan
dihubungkan dengan berbagai masalah sosial, yaitu berbuat baik dalam bentuk
mau memaafkan kesalahan orang lain, dalam memimpin masyarakat, dan dalam
hubungannya dengan orangtua. Dengan demikian kata ihsan lebih menunjukkan
pada akhlak yang mulia.
Sedangkan arti ihsan sebagaimana digunakan dalam arti istilah merasa
diperhatikan oleh Allah, sehingga ia tidak berani melakukan pelanggaran atau
meninggalkan perintah Tuhan. Arti ihsan lebih lanjut dijelaskan dalam hadis Nabi
yang berbunyi “(Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad) Apakah ihsan itu? Nabi
menjawab : ihsan ialah menyembah Allah seolah olah engkau melihat-Nya, dan
sekalipun engkau tidak melihat-Nya, namun sesungguhnya Allah melihat kamu.”
(HR. Bukhari)16

Ihsan erat kaitannya dengan sikap selalu dekat dengan Tuhan, karena
dimanapun ia berada selalu merasa diperhatikan oleh Allah SWT. Orang yang
demikian dalam dirinya ada perasaan diperhatikan oleh Allah, sehingga ia enggan
berbuat buruk.
Dengan demikian, arti ihsan baik dari segi bahasa maupun istilah pada
intinya berbuat sebagai akibat dari merasa diperhatikan Allah. Secara teori Iman,
14
Ibid’ 63
15
Ibid’ 63
16
Ibid’ 64

8
Islam, dan Ihsan dapat dibedakan. Namun dari segi prakteknya tidak dapat
dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi. Iman menyangkut aspek keyakinan
dalam hati, yaitu kepercayaan atau keyakinan, sedangkan islam artinya
keselamatan, kesentosaan, patuh dan tunduk; dan ihsan artinya selalu berbuat
baim karena merasa diperhatikan Allah.

Segi persamaannya adalah bahwa ketiga-tiganya merupakan ajaran Islam


yang penting dan saling mengisi. Iman memberikan dasar bagi pengalaman ke-
islaman dan ke-ihsanan, Islam sebagai bukti atas adanya iman menumpuk
keimanan itu sendiri, dan ihsan merupakan hasil dari pelaksanan Iman dan Islam,
yaitu dalam bentuk akhlak yang mulia. Untuk lebih jelanya hubunan Iman, Islam,
dan Ihsan dapat dilihat dari pelaksanaan rukun Islam. Rukun Iman sebagaimana
diketahui ada enam, yaitu Iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
para rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar. Hal ini sejalan
dengan hadis yang artinya : Iman itu adalah percaya kepada Allah, malaikatnya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, qadar baik dan buruknya.
(HR.Muslim).17

Hakikat ihsan (al-Nabulsi, 1986) lebih tinggi martabatnya daripada iman


kerana ia memperbaiki iman yaitu mengukuhkannya. Ihsan juga salah satu sifat
daripada segala sifat iman dan satu tingkatan kedudukan daripada tingkatan iman.
Ini kerana beriman dan meyakini Allah‫ ﷻ‬di sertai dengan rasaan bahawa Allah‫ﷻ‬
melihat dan hadir di dalam diri, pergerakan dan perbuatan pada setiap masa dan
ketika merupakan ihsan (al-Nabulsi, 1986). Keadaan ini akan melahirkan muslim
yang berakhlak mulia sebagai cerminan kepada iman dan amal ibadah yang
dilakukannya. Nabi‫ ﷺ‬dan para sahabat berjaya menyebarkan ajaran Islam dengan
akhlak yang mulia. Menurut al-Nabulsi (1986) terdapat tiga syarat untuk
merperolehi martabat ihsan iaitu, pertama; pegangan akidah bertepatan dan
sepenuhnya berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Kedua; amal ibadat yang
dilakukan benar-benar berlandaskan perintah syariat Allah‫ ﷻ‬dan suci daripada
perkara yang bertentangan dengannya. Ketiga; segala tutur kata dan perkataan
terpelihara daripada perkara yang melalaikan dan tidak berfaedah.
Bagi memperolehi ihsan adalah dengan mendalami ilmu tasawuf. Ini
kerana tasawuf adalah satu ilmu yang membersihkan hati dari bergantung kepada
makhluk di samping mendorong diri sentiasa dalam kehambaan, keluar dari sifat
kemanusian dan menenggelamkan hati dengan mengingati Allah‫ﷻ‬, sehingga
keadaan diri menjadi fana dengan Allah‫ﷻ‬.(Zaqzuq, 2012) Tasawuf juga adalah
ilmu yang bukan dipelajari dengan percakapan atau kajian, akan tetapi melalui
rasaan seperti dengan berlapar, tinggalkan dunia, tinggalkan segala adat kebiasaan

17
Ibid’ 66

9
dan kelaziman dan perkara yang baik disisi akal (al Nabulsi, 1986). Ini dapat
difahami bahawa tasawuf adalah ilmu untuk memproses nafsu dan jiwa dari
segala kegelapan untuk menjadi jiwa yang sempurna (Mohd Shahran, 2016).18
Konsep iman, islam dan ihsan, mempunyai keterkaitan antara ketiga
konsep tersebut yaitu meyakini apapun yang berhubungan dengan nilai-nilai
tahuid percaya terhadap rukun iman sehingga menimpulkan
ketenangan ,kedamaian dan keselamatan dengan menjalankan rukun islam ketika
iman ,dan islam nya kokoh maka akan terbentuk akhlakul karimah dan beribadah
dengan sungguh-sungguh karena apapun yang dilakukan Allah maha melihat, dan
salah satu ibadah yaitu proses pendidikan .Dalam proses pendidikan di tingkat
perguruan tinggi bukan hanya pendidikan bersifat teorits semata melainkan
mengintegrasikan antara pengetahuan,sikap dan keterampilan, Dari integrasi
tersebut jelas bahwa kemampuan pengetahuan berasal dari pekerjaan hati, sikap
baik muncul karena peserta didik mendapatakan ketenangan ,keselamatan
meninggalkan kebodohan kepada kecerdasan ,adapaun dari proses ini makan akan
muncul tanggung jawab akan segala konsekwensi sebagai mahkluk yang
berkomitmen kepada dirinya untuk menjadi insan yang berkualitas melalui proses
pendidikan.19

D. Kesimpulan
Dengan uraian tersebut secara umum terlihat hubungan antara iman,islam,
da ihsan. Pemahaman Islam yang demikian itu yang diperlukan, yaitu pemahaman
yang komprehensif. Iman jangan dipisahkan dari Islamdan Ihsan, karena iman
yang demikian iman yang palsu, dan akhirnya menjadi keyakinan kebtinan
semata. Demikian juga Islam, jangan dipisahkan dari Iman dan Ihsan, karena
Islam yang lepas dari Iman dan Ihsan, tak ubahnya bagaikan jiwa tampa roh dan
tama baju dan hiasan. Demikian juga Ihsan tidak dapat dilepaskan dari Iman dan
Islam, karena Ihsan tampa Iman dan Islam, tak ubahnya pohon tampa akar dan
batang.

18
Nor Dalilah Zakaria, Raihanah Azahari, “Menghayati Nilai Iman, Islam, dan Ihsan Dalam
Mendepani Cabaran Kontemporari”, Volume 5, Nomor 1, Juni 2022, Hal : 35-36
19
Muntazam, “Implementasi Nilai Iman,Islam, dan Ihsan Pada Pendidikan Agama di Perguruan
Tinggi Umum”, Volume 2, Nomor 1, 2021 Hal: 63

10
DAFTAR PUSTAKA

Nur Hadi, “Jurnal Intelektual”, Jurnal Pendidikan dan Keislaman Volume


9, Nomor 1, April 2019

Nur Khalisah Latuconsinah, S.Ag. M.Pd, “Akidah Akhlak Kontemporer”.


Cetakan 1, (Makassar : Alauddin Press, Desember 2014)

Intan Fitiriya, “Konsep Iman, Islam, dan Taqwa”, Volume 14, Nomor 2

Nor Dalilah Zakaria, Raihanah Azahari, “Menghayati Nilai Iman, Islam,


dan Ihsan Dalam Mendepani Cabaran Kontemporari”, Volume 5, Nomor 1, Juni
2022

Muntazam, “Implementasi Nilai Iman,Islam, dan Ihsan Pada Pendidikan


Agama di Perguruan Tinggi Umum”, Volume 2, Nomor 1

11

Anda mungkin juga menyukai