Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
Ujian Akhir Semester tentang Kajian Islam.
Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas di berikannya kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas Ujian Akhir
Semester tentang Kajian Islam.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam prodi
PENDIDIKAN SOSIOLOGI.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat serta pengetahuan bagi teman
teman sekalian.
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 40
BAB I
IMAN, ISLAM, IHSAN
IMAN
Secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah
”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam
perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah
kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak
dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari- hari.
Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar- Raghib
al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman didalam al- Qur’an
terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di bibir saja padahal hati dan
perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada
perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman
terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan
dan diamalkan dalam perbuatan sehari- hari.
~ Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati dan
perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:
ْ ُيُ َخ ٰـ ِد ُعونَ ٱهَّلل َ َوٱلَّ ِذينَ َءا َمن َاس َمن يَقُو ُل َءا َمنَّا بِٱهَّلل ِ َوبِ ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل َ ِخ ِر َو َما هُم بِ ُم ۡؤ ِمنِين
وا َو َما يَ ۡخ َد ُعونَ إِٓاَّل أَنفُ َسهُمۡ َو َما ِ ََّو ِمنَ ٱلن
َيَ ۡش ُعرُون
“ Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan :” Kami beriman kepada Allah
dan hari Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang- orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang
sebenarnya mereka menipu diri sendiri dan mereka tidak sadar.
~ Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi ucapan dan hatinya tidak
beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142:
ًاس َواَل يَ ۡذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ إِاَّل قَلِي ۬ال َّ إِ َّن ۡٱل ُمنَ ٰـفِقِينَ يُخَ ٰـ ِد ُعونَ ٱهَّلل َ َوه َُو خَ ٰـ ِد ُعهُمۡ َوإِ َذا قَا ُم ٓو ْا إِلَى ٱل
ْ صلَ ٰو ِة قَا ُم
َ َّوا ُك َسالَ ٰى ي َُرٓاءُونَ ٱلن
“ Sesungguhnya orang-orang munafik (beriman palsu) itu hendak menipu mereka. Apabila
mereka berdiri mengerjakan sembahyang, mereka berdiri dengam malas, mereka ria
(mengambil muka) kepada manusia dan tiada mengingat Allah melainkan sedikit sekali”.
“ Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu adalah orang-
orang yang Shiddiqien”.
Berdasarkan informasi ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa di dalam al- Qur’an kata
iman digunakan untuk tiga arti yaitu iman yang hanya sebatas pada ucapan, iman sebatas
pada perbuatan, dan iman yang mencakup ucapan. Perbuatan dan keyakinan dalam hati.
Menurut Al-qur’an, iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran yang
diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai landasan untuk
melakukan perbuatan. Al-qur’an dengan tegas memegang taguh pengertian seperti ini,
karena menurut Al-qur’an walaupun setan dan malaikat itu sama-sama adanya, namun
beriman kepada malaikat acap kali disebut sebagai bagian dari rukun iman, sedang
terhadap setan orang diharuskan mengafirinya.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman dan
islam. Karena diantara keduanya terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan
identitas masing-masing. Iman lebih menekankan kepada segi keyakinan dalam hati,
sedangkan islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.
3. Rukun Iman
ِ ب َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َو ْال َماَل ئِ َك ِة َو ْال ِكتَا
َب َوالنَّبِيِّين ِ ق َو ْال َم ْغ ِر
ِ ْس ْالبِ َّر أَ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر
َ لَي
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan
tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-
malaikat, Kitab- kitab, Nabi-nabi….”
Didalam ayat tersebut disebutkan rukun iman itu ada lima, yaitu beriman kepada Allah,
Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi. Disitu tidak disebutkan rukun
iman yang ke enam, yaitu beriman kepada qada dan qadar.
Teguh pendirian / tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak lemah
karena cobaan.
Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sOleh yang dikerjakannya
belum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah sehingga mempunyai
semangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.
Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti
makna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya,
maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepada
Allah SWT.
ISLAM
Terminologi
Kata islām berasal dari bahasa Arab aslama - yuslimu dengan arti semantik sebagai
berikut: tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan,
memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), masuk
dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-
salām).[4] Dari istilah-istilah lain yang akar katanya sama, “islām” berhubungan erat
dengan makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.[5]
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap
perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-
hukum-Nya.[6] Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan
untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti
ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.[5] Seorang muslim
mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha
untuk memahami hikmahnya.[5]
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman
kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” َت لِ َربِّ ْال َعالَ ِمين
ُ ال أَ ْسلَ ْم
َ َإِ ْذ قَا َل لَهُ َربُّهُ أَ ْسلِ ْم ۖ ق
Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada
Tuhan seluruh alam.”
—Qur'an Al-Baqarah:131
Islam sebenarnya juga dipakai untuk menyebut keyakinan monoteistik yang diyakini
bersama oleh agama-agama samawi (saat ini Judaisme dan Kekristenan); lihat QS al-
Maidah ayat 44, QS Ali Imran ayat 67 dan 52.[7] Namun, Islam lebih populer digunakan
untuk agama yang dibawa oleh Muhammad sebagaimana terdapat dalam sebuah ayat
Alquran yang diturunkan di akhir-akhir masa kenabiannya:[8]
Pada hari ini telah Aku sempurnakan يت لَ ُك ُم
ُ ض ُ ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم
ِ ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر ُ ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل
agamamu untukmu, dan telah Aku اإْل ِ ْساَل َم ِدينًا
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah
Aku ridhai Islam sebagai agamamu.
—Qur'an Al-Ma’idah:3
Islam dapat juga disebut dengan iman, millah, dan syariah dalam pengertiannya sebagai
aturan yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan yang mencakup kepercayaan,
keyakinan, adab, akhlak, perintah, dan larangan.[9] Agama Islam berdasarkan kewajiban
untuk berserah diri dan menunaikan ajarannya disebut islam; jika dilihat berdasarkan
kepercayaan terhadap Allah dan yang Dia turunkan, maka disebut iman; karena Islam itu
diktatif dan terdokumentasikan, maka disebut millah; dan karena sumber hukumnya
adalah Allah, maka disebut syariah.[9]
Islam adalah sebuah kepercayaan dan pedoman hidup yang menyeluruh.[10] Dalam Islam
diajarkan pemahaman yang jelas mengenai hubungan manusia dengan Allah (dari mana
kita berasal), tujuan hidup (kenapa kita di sini), dan arah setelah kehidupan (ke mana kita
akan pergi).[10] Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara menyatakan
kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.[10]
1. iman kepada Allah,
2. iman kepada malaikat Allah,
3. iman kepada kitab Allah (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf),
4. iman kepada nabi dan rasul Allah,
5. iman kepada hari kiamat, serta
6. iman kepada qada dan qadar.
Fiqih: ibadah dan muamalah
Artikel utama: Fikih
Lihat pula: Rukun Islam
Aspek hukum dalam Islam meliputi berbagai amal perbuatan.[34] Amal-amal perbuatan
tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori dasar menurut arah hubungannya.
Ibadah
Ibadah adalah amal perbuatan manusia berhubungan dengan Allah. Ibadah ada yang murni
ibadah,[a] seperti Salat dan puasa; ada yang ibadah sosial,[b] seperti Zakat dan Haji.
Keempat amal ini disebut sebagai "Rukun Islam" setelah syahadat.
Muamalah
Muamalah adalah perbuatan manusia berhubungan dengan manusia lain. Hukum yang
mengatur masalah muamalah dibagi lagi menjadi empat sub-bagian:
hukum-hukum yang memastikan keberlangsungan dakwah Islam dan
mempertahankannya. Hukum-hukum ini adalah yang dimaksud dengan Jihad. Jihad dapat
berupa upaya bersenjata dan upaya tidak bersenjata.
hukum-hukum keluarga untuk melindungi dan membina keluarga. Di dalamnya
termasuk hukum pernikahan, perceraian, dan warisan.
hukum-hukum perdagangan yang mengatur transaksi bisnis, kontrak sewa-pinjam,
dan lain-lain.
hukum-hukum pidana yang mengatur tindakan kriminal dalam masyarakat.[36]
Adab dan akhlak
Bukan hanya sekadar menjalani ajaran iman dan amal, Islam juga mengajari agar semua
muslim menghiasi diri lahir dan batin dengan adab dan akhlak mulia.[37]
Adab-adab dalam Islam:[38][39]
lalim
dengki
menipu
riya'
bangga diri dan tertipu oleh dunia
lemah dan malas
Gua Hira'.
Di sini, dalam waktu yang lama mengasingkan diri, dia merenungkan kehidupannya dan
penyakit yang menimpa masyarakatnya.[42] Di sini, di usianya yang keempat puluh pada
bulan Ramadan, pada malam yang disebut Lailatul Qadar, “malam kemuliaan”,
Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah melalui perantara Malaikat Jibril.
[54]
Wahyu yang turun adalah lima ayat permulaan Surat al-'Alaq.[55]
1. Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan, ق َ ِّا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب
َ َك الَّ ِذي خَ ل
2. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. ٍ َق اإْل ِ ن َسانَ ِم ْن َعل
ق َ َخَ ل
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia, َ ُّا ْق َر ْأ َو َرب
ك اأْل َ ْك َر ُم
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya. َعلَّ َم اإْل ِ ن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم
—Qur'an Al-'Alaq:1-5
Dengan turunnya wahyu ini, Muhammad diangkat menjadi nabi seperti nabi-nabi yang
dikenal dalam agama-agama samawi.[56] Setelah wahyu yang berikutnya turun, setelah jeda
beberapa hari,[d] yaitu tujuh ayat permulaan Surat Al-Muddassir, Muhammad baru diutus
sebagai seorang rasul (“utusan”) yang diperintah
untuk mendakwahkan tauhid (monoteisme) dan memperingatkan masyarakatnya
dari kesyirikan (politeisme).[57] Selama 22 tahun (610-632), Muhammad terus menerima
wahyu yang kemudian dikumpulkan dan ditulis menjadi Alquran (“bacaan”).[56]
1. Wahai orang yang berkemul (berselimut)!
يَا أَيُّهَا ْال ُم َّدثِّ ُر
2. bangunlah, lalu berilah peringatan!
ْقُ ْم فَأَن ِذر
3. dan agungkanlah Tuhanmu,
ْ َو َربَّكَ فَ َكبِّر
4. dan bersihkanlah pakaianmu,
ْ َوثِيَابَكَ فَطَهِّر
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang
keji, ْ َوالرُّ جْ َز فَا ْهجُر
6. dan janganlah engkau (Muhammad)
memberi (dengan maksud) memperoleh َواَل تَ ْمنُن تَ ْستَ ْكثِ ُر
(balasan) yang lebih banyak.
7. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.
ْولِ َربِّكَ فَاصْ بِر
َ
—Qur'an Al-Muddassir:1-7
Hadis dari Aisyah, istri kedua Muhammad di kemudian hari, menceritakan betapa
Muhammad ketakutan saat ditemui malaikat Jibril, yang sosoknya tidak pernah dia lihat
sebelumnya.[58] Dia juga tidak begitu yakin dengan apa yang baru saja terjadi; apakah dia
tidak waras atau kerasukan jin.[56] Khadijah menenangkannya dan meyakinkannya bahwa
dia tidaklah gila maupun kerasukan jin.[59] Khadijah segera mengajak suaminya itu
menemui salah seorang sepupunya yang menganut Kristen, Waraqah bin Naufal,[e] dan
Muhammad menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya.[59] Mendengar itu,
Waraqah mengatakan,
Itu adalah makhluk kepercayaan Allah[f] (Jibril) yang telah Allah utus kepada Nabi Musa!
Andai saja aku masih bugar dan muda ketika itu! Andai saja aku masih hidup ketika
engkau diusir oleh kaummu! ... tidak seorang pun yang membawa seperti yang engkau
bawa ini melainkan akan dimusuhi, dan jika aku masih hidup pada saat itu niscaya aku
akan membelamu dengan segenap jiwa ragaku.[60]
Dakwah di Mekkah
Bukanlah hal yang mudah mendakwahkan pesan mengenai Tuhan Yang Maha Esa di Kota
Mekkah karena ia adalah pusat agama.[61] Muhammad mengawali dakwahnya secara
sembunyi-sembunyi selama tiga tahun untuk menghindari hal yang akan memancing
kemarahan penduduk Kota Mekkah.[62] Di antara yang pertama menerima ajakannya
adalah Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantunya yang saat itu masih kanak-kanak,
dan Abu Bakar, mertuanya di kemudian hari dan khalifah pertama.[63] Setelah itu, dia
secara bertahap berdakwah secara terang-terangan mulai dari keluarga terdekat dari Bani
Hasyim sampai akhirnya kepada penduduk Mekkah secara umum.[64]
Meskipun ada sejumlah orang yang masuk Islam menerima dakwahnya, perlawanan yang
dia terima selama dakwahnya sangat hebat.[65] Bagi masyarakat oligarki Mekkah yang
makmur dan kuat, pesan mengenai keesaan Tuhan, beserta penentangan terhadap gaya
hidup Mekkah yang tidak merata secara sosioekonomis, telah memunculkan penolakan
langsung tidak hanya terhadap agama tradisi yang politeistik, tetapi juga terhadap
kekuasaan dan hak istimewa yang telah mereka nikmati, serta mengancam kepentingan
politik, sosial, dan ekonomi mereka.[65] Nabi Muhammad mencela transaksi-transaksi tidak
benar, riba, serta pengabaian dan eksploitasi terhadap janda dan anak yatim.[65] Dia
membela hak-hak orang-orang miskin dan orang-orang tertindas, menekankan bahwa
orang-orang kaya memiliki kewajiban atas orang-orang miskin.[66] Sebagai bentuk
komitmen atas kewajiban itu, ditetapkanlah zakat atas harta dan produk pertanian dan
perkebunan.[65] Persis seperti Amos dan Yeremia sebelum dia, Muhammad merupakan
seorang “pemberi peringatan” dari Tuhan untuk menegur para pendengarnya
untuk bertobat dan bertakwa kepada-Nya, karena hari penghakiman sudah dekat:
49. Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia!
ٌ ِقُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ َما أَنَا لَ ُك ْم نَ ِذي ٌر ُّمب
ين
Sesungguhnya aku (diutus) kepadamu
sebagai pemberi peringatan yang nyata.”
50. Maka orang-orang yang beriman dan ق ِ فَالَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا
ٌ ت لَهُم َّم ْغفِ َرةٌ َو ِر ْز
mengerjakan kebajikan, mereka mem-
peroleh ampunan dan rezeki yang mulia. َك ِري ٌم
51. Tetapi orang-orang yang berusaha َ َِوالَّ ِذينَ َس َعوْ ا فِي آيَاتِنَا ُم َعا ِج ِزينَ أُو ٰلَئ
ُك أَصْ َحاب
menentang ayat-ayat Kami dengan maksud ْ
melemahkan (kemauan untuk beriman), ال َج ِح ِيم
mereka itu adalah penghuni-penghuni
neraka Jahim.
—Qur'an Al-Hajj:49-51[65]
Awalnya, penduduk Mekkah hanya berusaha agar orang-orang dari luar Mekkah tidak
mendengar dakwah itu dan melakukan perlawanan verbal dengan argumentasi dan celaan.
[67]
Kematian paman dan pelindungnya, Abu Thalib, dan Khadijah pada
tahun 619 menambah kesedihannya.[68] Perlawanan meningkat menjadi tindakan-
tindakan persekusi sampai pemboikotan massal.[69] Karena kondisi di Mekkah memburuk,
Muhammad mengizinkan para pengikutnya untuk hijrah ke luar Mekkah, seperti
Habasyah (Etiopia) yang merupakan wilayah Kristen, untuk mendapat keamanan.[68]
Dakwah di Madinah
Di Madinah, Muhammad memiliki kesempatan sangat luas untuk mewujudkan
pemerintahan dan menyebarluaskan dakwah atas perintah Allah, berkat posisinya
sekarang sebagai nabi dan pemimpin masyarakat dari Negara-kota Madinah.[68]
Contoh halaman cetakan Alquran, terlihat halaman berisi Surah Al-Fatihah. Surah tersebut
merupakan surah pertama dalam Alquran.
Fikih (hukum) merupakan kajian keilmuan primer dalam Islam.[70] Jika
dalam kekristenan teologi merupakan kajian primernya, dalam Islam, seperti halnya
dalam Yudaisme, hukum lebih menjadi titik berat karena islam berarti tunduk kepada
hukum Allah.[71] Meskipun demikian, penekanan pada ajaran hukum yang bersifat praktis
tidaklah mengesampingkan ajaran kepercayaan.[71] Kepercayaan (iman) dan praktek yang
benar (amal shalih) saling berkaitan.[71]
Dalam masa pembentukannya, yaitu selama masa kenabian, ajaran-ajaran dan hukum-
hukum Islam diambil dari dua wahyu sebagai sumber primer: Alquran dan sunnah.
[72]
Alquran berlaku sebagai sumber pokok dan cetak biru untuk kehidupan Islami,
sedangkan kehidupan sehari-hari Nabi (sunnah) berlaku untuk menerangkan prinsip-
prinsip dalam cetak biru tersebut serta untuk menunjukkan cara mengaplikasikannya.
[73]
Pada masa sahabat ketika mereka bersentuhan dengan sistem pemerintahan, budaya,
dan pola perilaku masyarakat yang baru yang belum pernah disinggung semasa kenabian,
para khalifah dan sahabat lain harus menggunakan proses pengambilan keputusan
berdasarkan ijmak (“konsensus”) dan ijtihad.[74] Dalam tahap perkembangannya pada
masa Kekhalifahan Abbasiyah, madzhab fikih bermunculan.[75] Para imam mazhab,
seperti Imam asy-Syafi'i, dan ulama lainnya tetap menitikberatkan pada penggunaan
Alquran dan sunnah sebagai sumber primer sebelum merujuk pada pendapat sahabat, baik
pendapat konsensus maupun perseorangan, dan sumber atau metode penetapan hukum
lainnya berupa qiyās (“analogi”), istiḥsān (“preferensi hukum”), dan ‘urf (“adat
kebiasaan”).[76]
Alquran
Artikel utama: Al-Qur'an
Meskipun Alquran menyatakan diri, “Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk
semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa,”[Ali
Imran:138]
yang disebutkan didalamnya bukanlah aturan hukum yang komprehensif.[77] Bagian
demi bagian Alquran diturunkan secara berkelanjutan selama rentang waktu 22 tahun
lebih untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad dan para
sahabatnya.[78]
Sunnah
Artikel utama: Sunnah
Prinsip-prinsip dan nilai-nilai dalam Alquran dibakukan dan diejawantahkan oleh sunnah
Nabi Muhammad, perilaku normatif Nabi Muhammad yang berfungsi sebagai contoh dan
teladan.[79] Karena sama-sama merupakan wahyu meskipun dalam wujud yang berbeda
dari Alquran, sunnah juga menjadi sumber hukum; yang kebanyakannya merupakan
jawaban dari pertanyaan para sahabat atau penjelasan atas peristiwa yang tengah terjadi.
[80]
Kedudukan penting sunnah ini telah Alquran nyatakan dengan bentuk kalimat perintah,
“Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), ... jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),”[An-
Nisa’:59]
maupun dengan bentuk kalimat berita, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”[Al-Ahzab:21][81]
Sejarah
Artikel utama: Sejarah Islam
Masa pra Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan
perdagangan dalam Jalur sutra yang menghubungkan antara Indo Eropa dengan
kawasan Asia di timur.[82] Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada
sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.[83] Mekkah adalah
tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu,[84] karena di sana terdapat berhala-berhala
agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka'bah.[85][86] Masyarakat ini
disebut pula jahiliyah, artinya bodoh, bukan dalam hal intelegensia namun dalam
pemikiran moral.[87] Warga Quraisy adalah masyarakat yang suka berpuisi, dan
menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan di saat berkumpul di tempat-tempat ramai.[88]
609-632: masa kenabian
Islam bermula pada tahun 609 ketika wahyu pertama diturunkan kepada Muhammad di
Gua Hira', 2 mil dari Mekah.[89]
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571).
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan
Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam
secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara
sembunyi-sembunyi, ia akhirnya menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada
seluruh penduduk Mekah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya
menentangnya.
Pada tahun 622, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa ini
disebut hijrah dan menjadi dasar acuan permulaan perhitungan kalender Islam,
yaitu Kalender Hijriah. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-
orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari
Mekkah), sehingga umat Islam semakin menguat. Dalam setiap peperangan yang
dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan.
Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan
umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak penduduk Mekkah yang
sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika
penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah. Ketika
Muhammad wafat di usia yang ke-61, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk Islam.
632-661: Khalifah Rasyidin
Artikel utama: Khulafaur Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang diberi petunjuk,
diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada masa ini umat Islam mencapai
kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat
Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah
meninggalnya Muhammad. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib
berhasil memimpin balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan
Islam, terutama ke Syam, Mesir, dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut,
banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.
632-Abad ke-20: Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke
tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-kadang disebut
"amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya. Pada periode ini khalifah tidak lagi
ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara
turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang
menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani
Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah yang kesemuanya diwariskan berdasarkan
keturunan.
Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan politik
yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu. Timbulnya tempat-tempat pembelajaran
ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah dunia Islam
telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung. Banyak ahli-ahli ilmu
pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman
keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.
Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan yang
sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas
kekuasaan terpisah yang berbentuk "kesultanan"; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan
Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka,
yang telah menjadi kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan
terkenal di dunia. Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut
secara nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan
Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan
penjajah Eropa. Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal
dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I.
Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V. Karena dianggap
kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh Mustafa Kemal Pasya atau
Kemal Atatürk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.
Sunni
Aliran Sunni atau Ahlu Sunnah wal Jamaah, merupakan aliran yang dianut mayoritas (75-
90 %) Muslim di dunia.[91] Istilah "Sunni" dapat diartikan sebagai golongan yang
mengikuti Sunnah (tradisi) dari Nabi Muhammad.[92]
Sejumlah mazhab fiqih (hukum Islam) utama dalam aliran Sunni
adalah Syafi'i, Maliki, Hambali dan Hanafi.[93] Akan tetapi, terdapat
pemikiran Salafi dalam aliran Sunni yang menolak mengikuti (taqlid) kepada mazhab-
mazhab tersebut.[94]
Sufisme Tasawuf dalam aliran Sunni didefinisikan sebagai ajaran pendalaman batin
(asketisme) kepada Allah, semisal dalam bentuk dzikir.[95] Terdapat pula
pemikiran Wahhabisme yang dicetuskan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab sebagai
paham ultra-konservatif yang dengan penekanan kepada "ajaran monoteisme murni" yang
bersih dari segala "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik yang mereka anggap bid'ah,
syirik dan khurafat.[96][97] Wahhabisme menjadi paham Sunni yang berkembang di Arab
Saudi dan Qatar.
Syiah
Berbeda dengan aliran Sunni, aliran ini meyakini bahwa penerus nabi Muhammad adalah
khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai menantu dan keturunan langsung Bani Hasyim,
keluarga nabi Muhammad, sementara Abu Bakar, Umar, dan Usman tidak diakui sebagai
khalifah umat Islam oleh pengikut Syiah.
Syiah dianut oleh mayoritas Muslim di Iran.
Hari raya dan hari besar
Hari perayaan dalam Islam secara umum dapat dibagi menjadi hari raya keagamaan dan
hari besar lainnya. Hari raya keagamaan Islam ada dua, yaitu:[98]
Idul Fitri
Idul Adha
Sedangkan hari besar Islam lainnya, antara lain yaitu:
Isra Mikraj
Maulid Nabi Muhammad
Tahun Baru Hijriyah
Tempat ibadah
Artikel utama: Masjid
Rumah ibadat umat Muslim disebut masjid atau mesjid. Ibadah yang biasa dilakukan di
Masjid antara lain salat berjama'ah, ceramah agama, perayaan hari besar, diskusi agama,
belajar mengaji (membaca Al-Qur'an) dan lain sebagainya.
IHSAN
Ihsan (Arab: " ;احسانkesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan
melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat
perbuatannya.
Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan
kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan
kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.
Hadits yang berkenaan tentang ihsan dikeluarkan di dalam Shahih Muslim dari Umar bin
Khattab dan dua riwayat dari Abu Hurairah pada Shahihain. Bunyi teks
berdasarkan hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah adalah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Pada suatu hari, rasulullah ﷺmuncul
di antara kaum muslimin. Lalu datang seseorang dan berkata: 'Wahai rasulullah,
apakah Iman itu?' Rasulullah ﷺbersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada
Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan
beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, apakah Islam itu?' Rasulullah
ﷺbersabda: 'Islam, yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan salat fardhu, memberikan zakat wajib dan
berpuasa di bulan Ramadhan'.
Orang itu kembali bertanya: 'Wahai rasulullah, apakah Ihsan itu?' Rasulullah
ﷺbersabda: 'Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu
melihatmu'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, kapankah Hari Kiamat itu?' Rasulullah
ﷺbersabda: 'Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya.
Apabila ada budak perempuan melahirkan majikannya, maka itulah satu di antara
tandanya. Apabila ada orang yang semula miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu
termasuk di antara tandanya. Apabila orang-orang yang tadinya menggembalakan ternak
saling berlomba memperindah bangunan, maka itu termasuk di antara tandanya. Ada lima
hal yang hanya diketahui oleh Allah'.
Kemudian rasulullah ﷺmembaca surat Luqman ayat 34:
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja lah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan
Dia lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada
seorang pun dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan
tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Kemudian orang itu berlalu. Lalu rasulullah ﷺbersabda: 'Panggillah
orang itu kembali!'. Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak
melihat sesuatu pun. Maka rasulullah ﷺbersabda: 'Itu tadi adalah Jibril, yang
datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama mereka'."
Ruang lingkup
Ihsan terbagi menjadi dua macam:
Harta
Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis perbuatan
ihsan dengan harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena dia termasuk di
dalam Rukun Islam. Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan kepada orang-orang
yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak, orang-tua, dll. Kemudian sedekah
bagi orang miskin dan orang yang membutuhkan lainnya.
Kedudukan
Manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Sehingga apabila dia memiliki
kedudukan yang berwenang maka digunakannya untuk membantu orang lain dalam hal
menolak bahaya ataupun memberikan manfaat kepada orang lain dengan kekusaannya
tersebut.
Ilmu
Yakni memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya kepada orang lain, dengan
cara mengajarkannya.
Badan
Yakni menolong seseorang dengan tenaganya. membawakan barang-barang orang
yang keberatan, mengantarkan orang untuk menunjukan jalan, dan ini termasuk bentuk
sedekah dan bentuk ihsan kepada makhluk Tuhan.
BAB II
Ranah Integrasi-Interkoneksi
Ranah Materi
Merupakan muatan dasar dari setiap disiplin ilmu. suatu proses bagaimana
mengintegrasikan nilai-nilai kebenaran universal umumnya dan keislaman khususnya ke
dalam pengajaran matakuliah umum, dan sebaliknya, ilmu-ilmu umum ke dalam kajian-
kajian keagamaan dan keislaman.
Ranah Metodologi
Metode pengembangan keilmuan disiplin ilmu yang digunakan untuk mengembangkan
disiplin ilmu yang lain.
Ranah Filosofi
Merupakan nilai fundamental dari setiap disiplin ilmu. Menurut Prof. Amin Abdullah
ranah ini berupa suatu penyadaran eksistensi bahwa satu disiplin ilmu pasti akan selalu
bergantung pada disiplin ilmu yang lain.
Setiap disiplin ilmu harus diberi nilai-nilai disiplin ilmu lainnya. Selain itu juga harus
diberi nilai-nilai kemanusiaan.
Contoh : Ilmu Informatika tidak bisa berdiri sendiri. Untuk kebutuhan praktis ilmu ini juga
memerlukan peranan ilmu lain seperti ilmu Matematika, Ekonomi, Kedokteran, dsb.
Dalam ranah ini, ilmu sains hendaknya juga harus mampu memacu lahirnya sifat-sifat
baik dalam diri pembelajaran. Hal-hal positif yang dimaksud diantaranya adalah
kejujuran, ketelitian, keistiqomahan, dsb.
Jika disamakan dengan istilah-istilah filsafat, beberapa istilah di atas sebenarnya bisa
disamakan dengan:
Contoh :
Ilmu Islam (Al-qur’an) memberikan informasi kepada ilmu sains dan teknologi bahwa
matahari memancarkan cahaya sedangkan bulan memantulkan cahaya (Q.S. Yunus:
5)
Konfirmatif (klarifikatif)
Suatu disiplin ilmu memberikan penegasan kepada disiplin ilmu lain.
Contoh :
Informasi tentang tempat-tempat (manaazil) bulan dalam Q.S. Yunus: 5, dipertegas oleh
ilmu sains dan teknologi (orbit bulan mengelilingi matahari berbentuk elips).
Korektif
Suatu disiplin ilmu mengoreksi disiplin ilmu yang lain.
Contoh :
Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia dan kera berasal dari satu induk, dikoreksi
oleh Al-qur’an.
Harapan Integrasi-Interkoneksi:
1. Memperkuat Iman
2. Mengoptimalkan Amal Shalih
Universalisme
Dalam Al-Quran surat Ali-Imran:110 disebutkan bahwa, orang yang beriman, mengajak
kepada kebaikan, dan mencegah yang mungkar, dikategorikan sebagai manusia yang lebih
baik daripada ahli kitab sekalipun.
Toleransi
Adanya toleransi antar umat, toleransi akan kemauan untuk berbagi ilmu an kemauan
menerima ilmu, menyebabkan perkembangan sains atau pengetahuan berkembang pesat.
1) Ontologi.
Studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Kata Ontologi berasal dari Yunani, yaitu onto yang artinya ada dan logos yang artinya
ilmu. Dengan demikian, ontologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang keberadaan. Ruang
kajian ontologi adalah pemikiran manusia yang rasional dan yang bisa diamati melalui
panca indera manusia.
Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: apakah objek yang ditelaah ilmu?
Bagaimanakah hakikat dari objek itu? Bagaimanakah hubungan antara objek tadi dengan
daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan dan ilmu? Dari pertanyaan –
pertanyaan yang menyangkut wilayah rasional tersebut, islam juga mengajarkan, dari Al-
Quran, untuk memahami Allah SWT dapat dilakukan melalui ayat-ayat qauliyyah dan
kauniyyah. Allah telah memberi petunjuk kepada manusia dalam 750 ayat Al-Quran yang
membahas tentang fenomena alam.
2) Epietemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan
pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature,
methods and limits of human knowledge). Epistemologi juga disebut teori pengetahuan
(theory of knowledge). berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”,
“pengetahuan yang benar”, “pengetahuan ilrniah”, dan logos = teori. Epistemologi dapat
didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur,
metode dan sahnya (validitas) pengetahuan.
Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang bagaimana seorang
ilmuwan akan membangun ilmunya. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:
bagaimanakah proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu?
Bagaimanakah prosedurnya? Untuk hal ini, kita akan mengarah ke cabang
fisafat metodologi. Dalam ilmu filsafat islam juga dikenal pendekatan metodologis yaitu
bayani, burhani, irfani. Dari sinilah mulai diintegrasikan filsafat metodologis tersebut.
a. Bayani
Dalam bahasa filsaat yang disederhanakan, pendekatan bayani dapat diartikan sebagai
Model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks sucilah yang
memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah khitab. Fungsi akal hanya
sebagai pengawa lmakna yang terkandung di dalamnya. Makna yang dikandung dalam,
dikehendaki oleh, dan diekspresikan melalui teks dapat diketahui dengan mencermati
hubungan antaramaknadanlafadz.
b.Burhani
Nalar burhani (demonstratif) merupakan pengaruh dari tradisi pikir Yunani,
nalar burhani (demonstratif logic) sebagaimana dikatakan oleh Abed al-Jabiri merupakan
hasil dari tradisi berpikir Yunani yang memposisikan pemikiran manusia pada upaya
untuk mencari sebab-sebab dari sesuatu. Masuknya pengaruh nalar burhani dalam
pemikiran Islam ditandai dengan penerjemahan besar-besaran karya-karya filsafat Yunani
ke dalam bahasa Arab di masa khalifah al-Makmun. Menurut al-Jabiri hal ini merupakan
tonggak pertemuan antara nalar rasional Yunani dengan nalar teks Arab. Berbeda dengan
epistemologi bayani yang mendasarkan kebenaran pada teks, epistemologi burhani sangat
menekankan pada kekuatan rasio yang dilakukan lewat dalil-dalil logika. Bahkan dalil-
dalil agama hanya bisa diterima sepanjang ia sesuai dengan logika rasional. Epistemologi
burhani menghasilkan pengetahuan melalui prinsip-prinsip logika atas pengetahuan
sebelumnya yang telah diyakini kebenarannya. Dengan demikian epistemologi burhani
memberikan porsi yang sangat besar pada kekuatan rasio manusia dalam mencapai
kebenaran.
c. Irfani
Secara terminologis, irfan bisa diartikan sebagai pengungkapan atas pengetahuan yang
diperoleh melalui penyinaran hakekat oleh Tuhan kepada hambaNya (kasyf) setelah
adanya latihan (riyadhah) yang dilakukan atas cinta (mahabbah). Berdasarkan pengertian
tersebut, irfan merupakan dimensi spiritualisme Islam yang tidak memisahkan
pengetahuan dengan spiritualitas, akal dengan hati, serta mensinergiskan antara
pencapaian pencerahan mistikal dengan pemahaman rasional-filosofis mengenai
pengalaman-pengalaman spiritualitas atau batiniah tersebut.
3) Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai
dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika seorang ilmuwan.
Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: untuk apa pengetahuan ilmu itu
digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional?
Dengan begitu , kita akan mengarah ke cabang fisafat Etika.
Setelah mengetahui Pengembangan ilmu yang dilihat dari filsafat, kita juga perlu
melakukan tindakan- tindakan nyata dalam pengembangan ilmu khususnya sains dan
teknologi. Pengembangan sains dan teknologi pati tidak lepas hubungannya denga
pemerintah, sebagai pemegang kekuasan. Perkembangan sains-teknologi dan
pembangunan bangsa adalah dua hal yang berimplikasi. Tindakan nyata pemerintah
sebagai dukungan pengembangan sains adalah dengan pendidikan da penelitian.
Pemerintah mewajibkan warga negara untuk menempuh wajib belajar 9 tahun dan 12
tahun. Dari segi penelitian, pemerintah memfokuskan penelitian pada 6 pembangunan:
ketahanan pangan, penciptaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan,
pengembangan teknologi dan manajemen transportasi, pengembangan teknologi informasi
dan komunikasi, pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan dan pengembangan
teknologi kesehatan dan obat.
EMPAT TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN ISLAM
13NOV
1. Tipologi Konflik
Konflik antara Sains adan Agama dapat terjadi karena sebab –sebab sebagai berikut
fundamentalisme sains (ilmu pengetahuan) , fundamentalisme agama (kitab suci ). Merasa
dirinya benar (paling benar)dan menyalahkan yang lain.
SEJARAH HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA
13NOV
Hubungan sains dan agama dari abad ke abad mengalami pasang surut. Ada masa saat
islam dan sains terhubung secara harmonis ada pula konflik yang terjadi dalam hubungan
islam dan sains. Contoh hubungan agama dan sains yang berlangsung harmonis pada masa
kejayaan peradaban islam. Istilah sains dalam Islam, sebenarnya berbeda dengan sains
dalam pengertian Barat modern saat ini, jika sains di Barat saat ini difahami sebagai satu-
satunya ilmu, dan agama di sisi lain sebagai keyakinan, maka dalam Islam ilmu bukan
hanya sains dalam pengertian Barat modern, sebab agama juga merupakan ilmu, artinya
dalam Islam disiplin ilmu agama merupakan sains
BAB III
Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang simpang siur
penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu
berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah mati
(dode regel), kalau secara sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut menjadi
aturan pemaksa (dwang maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka kemungkinannya
hanya hukum yang dicita-citakan yaitu ius constituendum.4 Kaidah hukum atau
peraturan itu sendiri, apakah cukup sistematis, cukup sinkron, secara kualitatif dan
kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang kehidupan tertentu. Dalam hal penegakan
hukum mungkin sekali para petugas itu menghadapi masalah seperti sejauh mana dia
terikat oleh peraturan yang ada, sebatas mana petugas diperkenankan memberi
kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang diberikan petugas kepada masyarakat.
Selain selalu timbul masalah jika peraturannya baik tetapi petugasnya malah kurang baik.
Demikian pula jika peraturannya buruk, maka kualitas petugas baik.
Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika sarana tidak cukup
memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal. Mengenai warga negara atau
warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat kepatuhan kepada peraturan. Indikator
berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga. Jika derajat kepatuhan rendah, hal itu lebih
disebabkan oleh keteladanan dari petugas hukum.
QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang tegak menegakkan
keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapakmu atau kerabatmu”.
BAB IV
KEWAJIBAN MENEGAKKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR
Tidak diragukan lagi bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah upaya menciptakan
kemaslahatan umat dan memperbaiki kekeliruan yang ada pada tiap-tiap individunya.
Dengan demikian, segala hal yang bertentangan dengan urusan agama dan merusak
keutuhannya, wajib dihilangkan demi menjaga kesucian para pemeluknya.
Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah dan syariat yang
meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang berdampak negatif bagi
kehidupan manusia.
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan amal yang paling tinggi karena posisinya sebagai
landasan utama dalam Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Ali
Imran: 110)
Jika kita perhatikan dengan saksama, sebenarnya diutusnya para rasul dan diturunkannya
Al-Kitab adalah dalam rangka memerintah dan mewujudkan yang ma’ruf, yaitu tauhid
yang menjadi intinya, kemudian untuk mencegah dan menghilangkan yang mungkar, yaitu
kesyirikan yang menjadi sumbernya.
Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan melalui rasul-Nya
adalah perkara yang ma’ruf. Begitu pula seluruh larangan-Nya adalah perkara yang
mungkar. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar
ini sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum mukminin secara
menyeluruh.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa,
Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
Siapa pun meyakini bahwa kebaikan manusia dan kehidupannya ada dalam ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hal
tersebut tidak akan sempurna tercapai melainkan dengan adanya amar ma’ruf nahi
mungkar. Dengan hal inilah umat ini menjadi sebaik-baik umat di tengah-tengah manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar….” (Ali Imran: 110)
Hukum Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah kewajiban bagi tiap-tiap muslim yang memiliki
kemampuan. Artinya, jika ada sebagian yang melakukannya, yang lainnya terwakili.
Dengan kata lain, hukumnya fardhu kifayah.
Namun, boleh jadi, hukumnya menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu dan tidak ada
lagi yang menegakkannya. Al-Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Amar
ma’ruf nahi mungkar menjadi wajib ‘ain bagi seseorang, terutama jika ia berada di suatu
tempat yang tidak ada seorang pun yang mengenal (ma’ruf dan mungkar) selain dirinya;
atau jika tidak ada yang dapat mencegah yang (mungkar) selain dirinya. Misalnya, saat
melihat anak, istri, atau pembantunya, melakukan kemungkaran atau mengabaikan
kebaikan.” (Syarh Shahih Muslim)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Amar ma’ruf nahi mungkar adalah
fardhu kifayah. Namun, terkadang menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu dan tidak
ada pihak lain yang menjalankannya.”
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah mengemukakan hal yang
sama, “Ketika para da’i sedikit jumlahnya, kemungkaran begitu banyak, dan kebodohan
mendominasi, seperti keadaan kita pada hari ini, maka dakwah (mengajak kepada
kebaikan dan menjauhkan umat dari kejelekan) menjadi fardhu ‘ain bagi setiap orang
sesuai dengan kemampuannya.”
Dengan kata lain, kewajibannya terletak pada kemampuan. Dengan demikian, setiap orang
wajib menegakkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, dengarlah serta taatlah
dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa dijaga dirinya dari
kekikiran, mereka itulah orang yang beruntung.” (at-Taghabun: 16)
Kemampuan, kekuasaan, dan kewenangan adalah tiga hal yang terkait erat dengan proses
amar ma’ruf nahi mungkar. Yang memiliki kekuasaan tentu saja lebih mampu dibanding
yang lain sehingga kewajiban mereka tidak sama dengan yang selainnya.
Al-Qur’an telah menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar tidak wajib bagi tiap-tiap
individu (wajib ‘ain), namun secara hukum menjadi fardhu kifayah. Inilah pendapat yang
dipegangi mayoritas para ulama, seperti al-Imam al-Qurthubi, Abu Bakar al-Jashash, Ibnul
Arabi al-Maliki, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain rahimahumullah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ك أَضْ َعفُ اإْل ِ ي َم
ان َ َِم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل
“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan
tangannya. Jika belum mampu, cegahlah dengan lisannya. Jika belum mampu, dengan
hatinya, dan pencegahan dengan hati itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no.
70 dan lain-lain)
Syarat kedua: Lemah lembut dalam beramar ma’ruf dan bernahi mungkar.
Penyambutan yang baik, penerimaan, dan kepatuhan adalah harapan yang tidak mustahil
apabila proses amar ma’ruf nahi mungkar selalu dihiasi oleh kelembutan.
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan dalam sabdanya:
ِ ْطي َعلَى ْال ُع ْن
ُف َو َما اَل يُ ْع ِطي َعلَى َما ِس َواه ِ ق َويُ ْع ِطي َعلَى الرِّ ْف
ِ ق َما اَل يُع َ ق يُ ِحبُّ ال ِّر ْف
ٌ إِ َّن هللاَ َرفِي
“Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai sikap lemah lembut dalam tiap urusan.
Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kepada sikap lemah lembut sesuatu yang
tidak akan diberikan kepada sikap kaku atau kasar dan Allah subhanahu wa ta’ala akan
memberikan apa-apa yang tidak diberikan kepada selainnya.” (HR. Muslim “Fadhlu ar-
Rifq” no. 4697, Abu Dawud “Fi ar-Rifq” no. 4173, Ahmad no. 614, 663, 674, dan 688,
dan ad-Darimi “Bab Fi ar-Rifq” no. 2673)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ُع ِم ْن َش ْي ٍء إِاَّل َشانَه َ إِ َّن ال ِّر ْف
ُ ق اَل يَ ُكونُ فِي َش ْي ٍء ِإاَّل زَ انَهُ َواَل يُ ْن َز
“Tidaklah sikap lemah lembut itu ada dalam sesuatu, melainkan akan menghiasinya, dan
tidaklah sikap lemah lembut itu dicabut dari sesuatu, melainkan akan menghinakannya.”
(HR. Muslim no. 4698, Abu Dawud no. 2119, dan Ahmad no. 23171, 23664, 23791)
Seseorang yang beramar ma’ruf nahi mungkar berarti telah memosisikan dirinya sebagai
penyampai kebenaran. Padahal tidak setiap orang ridha dan suka dengan kebenaran. Oleh
karena itu, ia pasti akan mendapat gangguan, dan itu menjadi cobaan serta ujian baginya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan,
‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-
orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti
mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-‘Ankabut: 2—3)
Ada 73 golongan yang disebutkan dalam sebuah hadis yang akan selamat di hari akhir.
Riwayat hadis tersebut sangat terkenal di antara umat Islam dan sering disampaikan dalam
majelis-majelis taklim.
Riwayat hadis tersebut, yaitu dari Imam Thabrani, Orang- orang Yahudi bergolong-golong
terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang Nasrani bergolong- golong menjadi 71 atau
72 golongan, dan umatku (kaum Muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan.
Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang lain celaka.
Ditanyakan, Siapakah yang selamat itu? Rasulullah SAW menjawab, Ahlusunnah wal
jamaah. Dan kemudian ditanyakan lagi, Apakah Ahlusunnah wal jamaah itu? Beliau
menjawab, Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku (diajarkan
oleh Rasulullah SAW dan diamalkan beserta para sahabat).
Ustaz Sofyan Chalid Ruray dalam kajian di Masjid Nurul Iman Blok M, Jakarta Selatan,
menjelaskan tentang apa ciri dari orang penganut Aswaja tersebut. Salah satunya adalah
melaksanakan amar makruf nahi mungkar.
"Amar makruf nahi mungkar adalah membantah dan menjelaskan kesalahan yang
menyelisihi kebenaran, ujar Ustaz Sofyan saat mengisi materi kajian dengan tema 6
Prinsip Utama Ahlusunnah wal Jamaah (dari kitab Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar),
belum lama ini.
Ustaz Sofyan menegaskan, upaya mengingatkan kebenaran juga termasuk dari prinsip
ajaran Islam.Ia mengatakan, melaksanakan amar makruf nahi mungkar akan menjadikan
seseorang menjadi umat yang mulia.
Mereka juga akan termasuk orang dalam golongan yang beruntung. Sebagaimana dalam
surah Ali Imron ayat 104, Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Keberadaan manusia di muka bumi mempunyai tanggung jawab yang sangat besar.
Terlebih, dia menjelaskan, sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah al- Baqarah ayat
30 bahwa ma nusia di dunia sebagai khalifah di bumi.
"Kita umat Islam punya misi, yaitu memerintahkan amar makruf nahi mungkar dan
melarang kemungkaran dan beriman kepada Allah, kata Ustaz Sof yan.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Mengajak seseorang
untuk melakukan kebaikan dan mencegah melakukan kemungkaran, menurutnya,
merupakan investasi jangka panjang. Amar makruf nahi mungkar yang dilaksanakan oleh
seseorang selamanya akan mendapatkan posisi yang mulia.
Seperti Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka mendapatkan kedudukan yang mulia
hingga sekarang.Para sahabat selalu menyampaikan setiap perintah Rasulullah kepada
umat Islam lainnya. Sehingga, pahala akan terus mengalir kepada mereka.
Ustaz Sofyan juga mengajak umat Islam agar tidak mengajarkan kesesatan kepada orang
lain. Pasalnya, mereka akan ikut menanggung dosa pada setiap kesesatan yang dikerjakan
oleh seseorang.Untuk itu, ia menegaskan, mereka juga termasuk orang- orang yang tidak
berada pada posisi umat yang mulia.
Ia mengingatkan, di era media sosial (medsos) merupakan ujian tersendiri bagi seorang
Muslim. Seseorang dengan mudah melakukan dosa konten-konten negatif yang
disebarkan melalui medsos. Karena itu, umat Islam harus bijak menggunakan medsos. Di
era medsos ini mempermudah berita tersebar menjadi viral.
"Ini lebih berbahaya. Di upload dan disebarkan semua menjadi berdosa," tuturnya.
Dalam posisi ini, melaksanakan amar makruf nahi mungkar jelas sangat dibutuhkan.
Tujuannya, agar dosa seseorang tidak bertambah akibat dampak buruk dari
ketidakmampuan menggu- nakan medsos. Menurut Ustaz Sof yan, perintah amar makruf
nahi mungkar bentuk kasih sayang Allah kepada manusia.
Tujuan lainnya adalah untuk menyelematkan umat agar tak terjerumus kepada kesesatan.
Termasuk, untuk menjaga keaslian agama Islam. Karenanya mengingatkan setiap
kesalahan wajib dilakukan bagi setiap Muslim. Kendati demikian, mengingatkan
seseorang juga harus menggunakan cara supaya mereka tidak merasa direndahkan.
BAB V
FITNAH AKHIR ZAMAN
Oleh KH. Abdul Muhith Abdul Fattah Akan datang suatu masa di mana bangsa
mengeroyok kalian seperti orang rakus merebutkan makanan di atas meja, ditanyakan
(kepada Rasulullah saw) apakah karena di saat itu jumlah kita sedikit? Jawab Rasulullah
saw, tidak bahkan kamu saat itu mayoritas tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air
banjir, hanya mengikuti kemana air banjir mengalir (artinya kamu hanya ikut-ikutan
pendapat kebanyakan orang seakan-akan kamu tidak punya pedoman hidup) sungguh
Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kamu, dan mencampakkan di
dalam hatimu 'al-wahn' ditanyakan (kepada Rasulullah) apakah al-wahn itu ya Rasulullah?
Jawabnya: wahn adalah cinta dunia dan benci mati.<> ADVERTISEMENT الحمد هلل يبتلى
وقال إِنَّ َما ي َُوفَّى, َ و َسيَجْ ِزي هَّللا ُ ال َّشا ِك ِرين: قال, وبمايفتنون ليحذروا, وبما يكرهون ليصبروا,عباده بما يحبون ليشكروا
وقانا,َظي ٌم وأشهد أن الأله إال هللا ِ وقال إِنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوهللاُ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر ع,ب
ٍ الصَّابِرُونَ أَجْ َرهُ ْم بِ َغي ِْر ِح َسا
وأشهد أن سيدنا محمدا رسول هللا سأل ربه أن يجيره من,بتعاليم دينهـ الفتن ماظهرمنها وما بطن وهو الحكيم العليم
وقال اللهم أالطف لي فى تيسير كل عسير فان تيسير كل عسير عليك يسير,حزي الدنيا وفتنتها ومن عذاب األخرة
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه الذين تلقوا البالء.وأسألك اليسر والمعافاة فى الدنيا واألخرة
مايزال البالء بالمؤمن والمؤمنة فى نفسه وولده وماله حتى: ونصب أعينهم قوله صلى هللا عليه وسلم,بالصبر والرضا
وقد فاز المتقون, فيا عبادهللا أوصيكم ونفسى بتقوى هللا, أمابعد.يلقى هللا وما عليه خطيئة. Kaum Muslimin
Rahimakumullah Marilah kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah swt dengan
melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya karena dengan taqwa,
fa insyaallah kita mendapatkan kebahgiaan di dunia dan di akhirat (allahumma amin).
Kaum muslimin Rahimakumullah Salah satu mu'jizat Rasulullah saw Nabiyyur Rahmah
(seorang nabi yang paling sayang kepada umatnya) adalah sabda beliau yang menjelaskan
kondisi umat di masa yang akan datang, sabda tadi diriwayatkan oleh sahabat Hudzaifah
Ibn Yaman ra. Di mana beliau berkata: كان الناس يسألون رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن الخير وكنت
أسأله عن الشر مخافة أن يدركني فقلت يا رسول هللا إنا كنا في جاهلية وشر فجاءنا هللا بهذا الخير فهل بعدـ هذا الخير
شر قال نعم فقلت هل بعد ذلك الشر من خير قال نعم وفيه دخن قلت وما دخنه قال قوم يستنون بغير سنتي ويهدون بغير
هديي تعرف منهم وتنكر فقلت هل بعد ذلك الخير من شر قال نعم دعاة على أبواب جهنم من أجابهم إليها قذفوه فيها
فقلت يا رسول هللا صفهم لنا قال نعم قوم من جلدتنا ويتكلمون بألسنتنا قلت يا رسول هللا فما ترى إن أدركني ذلك قال
تلزم جماعة المسلمين وإمامهم فقلت فإن لم تكن لهم جماعة وال إمام قال فاعتزل تلك الفرق كلها ولو أن تعض على
أصل شجرة حتى يدركك الموت وأنت على ذلكADVERTISEMENT Orang-orang bertanya kepada
Rasulullah saw tentang 'kebaikan' (Islam) sedang aku (Hudzifah) bertanya tentang
'kejelekan' karena aku khawatir kejelekan itu menimpa pada diriku. Aku bertanya
(Hudzifah) "wahai Rasulullah kita dahulu pernah hidup di zaman jahiliyah yang penuh
keburukan, kemudian ember lillah- Allah menggantikannya dengan kebaikan (Islam),
apakah setelah kebaikan (Islam) ini akan muncul suatu kejelekan kembali? Kemudian
Rasulullah saw menjawab : ya, ada. Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya: apakah setelah
kejelekan yang terjadi itu akan muncul kembali kebaikan (Islam)? Beliau (Rasulullah saw)
menjawab: ya, masih ada, tetapi kebaikan itu tidak murni, ada kekaburan (campuran) nya.
Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya: apa kekaburannya wahai Rasulullah? Rasulullah
menjawab: yaitu kelompok (kaum) yang mengaku muslim tetapi perbuatannya tidak
murni menurut sunnahku (ada campuran/kotoran-kotoran aqidah dan faham yang tidak
menurut sunahku), dan mereka memberi petunjuk tidak menurut petunjukku. Sebagian
perbuatan mereka ada yang kamu anggap baik karena (cocok dengan sunahku) dan
sebagiannya yang lain ada yang kamu ingkari (karena) tidak sesuai dengan sunahku
(Islam). Islam dibelokkan ajarannya oleh mereka menurut kepentingannya (kelompok
mereka) dan jangan sampai ada anggapan bahwa Islam agama yang memudar (melemah)
maka ajaran Islam dirubah-rubah oleh mereka, disesuaikan dengan perkembangan zaman
(yang tambah rusak ini) ADVERTISEMENT Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya:
apakah setelah kebaikan (yaitu Islam yang dibawa oleh kaum yang tidak murni Islamnya
itu) timbul kejelekan lagi, wahai Rasulullah? Jawabannya ya, ada. Yaitu dai-dai yang
berdiri di depan pintu-pintu neraka jahannam. Barang siapa yang melaksanakan dakwah
dan ajakannya, maka mereka da'i-da'i tersebut melempar orang tadi ke dalam neraka
jahannam, dai-dai itu mengaku sebagai muslim tetapi terang-terangan dakwahnya
memusuhi Islam dan bertentangan dengan Islam. Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya:
jelaskan kami (wahai Rasululllah) sifat/identitas da'i-dai itu? Rasulullah menjawab,
mereka itulah orang yang kulitnya sama dengan kulit kita dan berbicara dengan bahasa
kita. Kemudian aku (Hudzaifah) bertanya: apa yang kamu perintahkan kepada kami jika
keadaan seperti itu menemui kami? Jawab Rasulullah: kamu harus (wajib) bergantung
dengan kelompok orang-orang Islam dan pimpinan-pimpinannya. Kemudian Kemudian
aku (Hudzaifah) bertanya: kalau sudah tidak ada kelompok orang-orang Islam dan
pimpinan-pimpinannya, bagaimana wahai Rasulullah? Rasulullah saw menjawab :
tinggalkan semua kelompok-kelompok yang non muslim (semuanya), berpegang teguhlah
kepada Islam walaupun kamu sendirian. Begitu pentingnya pendirian ini hingga
Rasulullah saw menggambarkannya (seakan-akan kamu menggigit pokok pohon sehingga
kamu mati sendirian dalam keadaan demikian) Kaum Muslimin Rahimakumullah Kondisi
umat seperti yang digambarkan oleh hadits Rasulullah yang diriwayatkan shabat
Hudzaifah Ibnu Yaman di atas kini menjadi kenyataan. Dimana sekarang ini umat Islam
diterpa oleh bermacam-macam fitnah yang menjadikan umatnya ini kembali kepada
akhlaq zaman jahiliyyah. Agama masyarakat mereka diliputi berbagai kejelekan,
kejahatan, kehancuran dan perselisihan. Persis seperti yang disampaikan oleh Sayyidina
Umar bin Khattab dengan kata-kata beliau: إنما ينقض عرى اإلسالم من نشأ فى اإلسالم ولم يعرف
الجاهليةADVERTISEMENT Sesungguhnya orang yang tumbuh besar di dalam agama
Islam dan tidak mengenal zaman jahiliyah, inilah yang merusak ajaran Islam sendiri
Kualitas iman umat Islam saat ini tengah melorot jauh dibandingkan pendahulu-pendahulu
mereka, jika kita cari sebabnya tidak lain karena cinta dunia dan benci mati, Rasulullah
saw bersabda: ( قال (صلى, قيا أ من قلة نحن يومئذ،يوشك ان تتداعى عليكم االمم كما تتداعى االكلة على قصعتها
وليقذفن هللا، ولينزعن هللا المهابة من قلوب اعدائكم منكم، ولكنكم غثاء كغثاء السيل، بل انتم كثير, ال:)هللا عليه وسلم
حب الدنيا وكراهية الموت: ) وما الوهن يا رسول هللا؟ قال (صلى هللا عليه وسلم: قالوا، )في قلوبكم الوهنAkan
datang suatu masa di mana bangsa mengeroyok kalian seperti orang rakus merebutkan
makanan di atas meja, ditanyakan (kepada rasulullah saw) apakah karena di saat itu
jumlah kita sedikit? Jawab rasulullah saw, tidak bahkan kamu saat itu mayoritas tetapi
kamu seperti buih di atas permukaan air banjir, hanya mengikuti kemana air banjir
mengalir (artinya kamu hanya ikut-ikutan pendapat kebanyakan orang seakan-akan kamu
tidak punya pedoman hidup) sungguh Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-
musuh kamu, dan mencampakkan di dalam hatimu 'al-wahn' ditanyakan (kepada
Rasulullah) apakah al-wahn itu ya Rasulullah? Jawabnya: wahn adalah cinta dunia dan
benci mati. Penyakit-penyakit cinta dunia ini disebabkan merasuknya rasa cinta kepada
harta, tahta, wanita, di hati manusia. Manusia ingin kaya, pangkat tinggi, punya pengaruh
hebat, terkenal dimana-mana. Manakala keinginan ini dicapai tanpa mengikuti aturan
Allah, maka inilah disebut materialistis, faha, kebenaran seperti yang disinyalir hadits
Rasulullah saw: يأتي على الناس زمان همتهم بطونهم وشرفهم متاعهم وقبلتهم نساؤهم ودينهم دراهمهم ودنانيرهم
أولئك شر الخلق ال خالق لهم عند هللاAkan datang kepada manusia di mana perhatianya adalah
perutnya, kebanggaan mereka adalah harta (benda) qiblatnya adalah wanita, agama
mereka adalah uang dirham dan dinar, mereka itulah makhluk paling jelek dan tidak
mendapat bagian di sisi Allah. Dalam kondisi di mana kaum muslimin mendiamkan
semua kemungkaran ini berlangsung di negeri nereka, maka penyakit cinta dunia
merajalela. Banyak kaum muslimin yang terjerat menjadi kapitalis matrialistis, tidakkan
mereka ingat firman Allah swt. فَاَل تَ ُغ َّرنَّ ُك ُم ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا َواَل يَ ُغ َّرنَّ ُك ْم بِاهَّلل ِ ْال َغرُو ُرJanganlah sekali-kali
hidup dunia memperdayakan kamu dan janganlah pula penipu/syaithan memperdayakan
kamu dalam menta'ati Allah. Begitu pula tidakkah mereka igat peringatan Rasulullah saw
تعسى عبد الدينار تعسى عبد الدرهم تعسى عبد الخميصه تعسى عبدالخميصه ان اعطى رضى وان لم يعطى سخط
Celakalah hamba dinar dan hamba dirham, celakalah hamba pakaian jika iya diberi senang
jika tidak diberi ia marah Ungkapan hamba dinar dan dirham menunjukkan orang yang
mengabdikan diri untuk mendapatkan keuntungan materi dengan menyepelekan ajaran
Allah, hamba pakaian adalah mereka yang selalu mengikuti perkembangan mode terkini
dan trendi, yaitu mereka yang menghambur-hamburkan uang untuk mendapatkan berbagai
jenis model pakaian terbaru. Cara hidup seperti ini merupakan tipu daya (yahudi) untuk
menyesatkan umat manusia dari jalan Allah. cara hidup inilah cara hidup yang
berdasarkan system kapitalis matrialitis yang menjadikan harta dunia adalah tuhannya dan
tujuan hidupnya, sedangkan cinta dunia adalah sumber fitnah dan malapetaka. Kaum
Muslimin Rahimakumullah Oleh karena itu marilah kita dalam menghadapi zaman yang
penuh fitnah dan zaman jahiliyyah modern yang penuh kerusakan dan yang dilanda
dengan perselisihan perpecahan ini, marilah kita mengikuti pesan dan perintah Rasulullah
saw yang diriwayatkan oleh sahabat Hudzfah Ibnul Yaman RA. Di atas, تلزم جماعة المسلمين
وإمامهمyaitu bagi mereka yang mengaku sebagai orang muslim, mari bergabung dengan
kelompok saudara yang muslim, sebab Rasulullah saw bersabda عليكم بالجماعة فإن يد هللا على
الجماعة ومن شذ شذ فى النارTetapi wajiblah kamu bersama-sama jama'ah karena
kekuatan/pertolongan Allah terletak pada jama'ah dan barang siapa menyendiri
(pengenyahan diri) maka dia akan sendirian di neraka: Bagitu pula Rasulullah bersabda: إن
هللا لن يجمع أمتى على ضاللةSeseungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatkan (Islam)
terhadap suatu kesesatan. Dan marilah kita tetap menjadi muslim yang teguh, memegang
iman dan prinsip/pendirian bagaikan batu karang tak goyah karena hembusan badai duit
dan krisis. Tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. طوبى لمن هدي إلى االسالم ولوكان
عيشه كفافا وقنع بهBerbahagialah orang yang ditunjukkan kepada Islam walaupun hidupnya
pas-pasan dan ia terima apa yang menjadi qadha dan qadarnya. Dan ingatlah ucapan
seorang syair: طلع الصاح# وكتابه أقوى وأقوم قيال التذكروا الكتاب لسوالف عنده# أللـــه أكبر إن دين محمد
فأطفأ القنديلAllah adalah maha besar sesungguhnya agama Muhammad dan kitabnya adalah
paling kuat dan lurus ucapannya. Janganlah kamu sebutkan kitab-kitabnya orang karena
dahulu di sisinya sebagai perbandingan, itu adalah bagaikan perbandingan sinar suh
dengan lampu, begitu fajar suh terbit, padamlah lampu-lampu itu. Kaum muslimin
Rahimakumullah Demikianlah khutbah hari jum'at ini semoga kita menjadi muslim yang
teguh imannya dan selamat dari fitnah dan mudah-mudahan umat Islam sadar akan
pentingnya persatuan ربنا ال تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهابYa Tuhan
kami, janganlah kau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah kau beri
petunjuk kepada kami. Dan kurniakanlah rahmat dari sisi engkau karena sesungguhnya
engkaulah Maha Pemberi. وتقبل.ت وال ِّذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم ِ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيّا ُك ْم بِاآليا,ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُرْ آ ِن ال َع ِظي ِْم َ با َ َر
أقول قولى هذا فأستغفر هللا العظيم لى ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمنات,منى ومنك تالوته إنه هو السميع العليم
فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم. Khutbah II َ َواَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَه.اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى اِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه
ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ اللهُ َّم.لى ِرضْ َوانِ ِه َ ِاعى ا ِ ك لَهُ َواَ ْشهَ ُد اَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّد َ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي
ُِو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا اَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا اَ َّن هللاّ اَ َم َرك ْم
صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َ ُصلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ بِا َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى اِ َّن هللاَ َو َمآل ئِ َكتَهُ ي
ك َو ُر ُسلِكَ َو َمآلئِ َك ِة َ ِصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى انبِيآئ
ْ َ َ َ َ ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ اللهُ َّم.َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما
َص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْين َّ ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ اَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال َ ْْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوار
ْ
َت َوال ُم ْسلِ ِم ْين ْ ْ ْ ْ ْ َ
ِ ك يَا ارْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ اللهُ َّم اغفِرْ لِل ُمؤ ِمنِ ْينَ َوال ُمؤ ِمنَا َ َّ
َ ِض َعنا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمت َ ْلَهُ ْم بِاِحْ َسا ٍن اِلىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوار
َ
ْ
َك َوال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَادَكَ ال ُم َوحِّ ِديَّة ْ َ ْ ْ
َ ْت اللهُ َّم اَ ِع َّز ا ِال ْسالَ َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوأ ِذ َّل ال ِّشر ِ ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َواِ َو ْال ُم ْسلِ َما
اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء.اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ اَ ْعدَا َءال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِكَ اِلَى يَوْ َم ال ِّدي ِْن ْ ص َر ال ِّد ْينَ َو َ ََوا ْنصُرْ َم ْن ن
َان ْ ْ
ِ صةً َو َسائِ ِر البُلد َّ َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َوال ِم َحنَ َوسُوْ َء الفِ ْتنَ ِة َوال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِي ِْسيَّا خآ
ْ ْ ْ
َاواِ ْن لَ ْم َ َربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسن.ار ِ َّاب النَ َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ. َْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْين
ْ
بى َويَ ْنهَى ع َِن الفَحْ شآ ِء ُ ْ
َ ْان َوإِيْتآ ِء ِذى القر ِ ِعبَا َدهللاِ ! اِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِالحْ َس. َتَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِر ْين
َ َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ ع
َْلى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَر
Ilmu akan dicabut dari hati manusia dengan cara diwafatkannya para ulama’ ahli ilmu
agama. Maka setelah itu akan terjadilah kebodohan dimana-mana dan akan ada muncul
da’i-da’i
yang menyeru ke dalam neraka jahanam.
Pada kenyataan yang bisa kita amati adalah dengan dicabutnya sifat amanah dari pundak-
pundak para pemimpin. Kepemimpinan merupakan amanah yang sangat besar.
Sebagaimana
sabda shallahu ’alaihi wasallam: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
diminta
pertanggungjawaban terhadap apa yang pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal tersebut telah muncul di zaman ini seperti yang bisa kita amati seksama, yaitu
banyaknya para pemimpin yang tidak melaksanakan amanahnya dengan baik. Mereka
malah
menyelewengkan amanah itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya seperti
halnya
korupsi yang telah merajalela dimana-mana. Hal itu termasuk bentuk penyelewengan
amanah
yang seharusnya disampaikan kepada rakyat.
4). Fitnah harta.
Macam-macam fitnah tersebut merupakan sebagian dari tanda-tanda hari kiamat. Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda:
“Sesungguhnya di antara tanda hari kiamat ialah; diangkat ilmu (agama), tersebar
kejahilan
(terhadap agama), arak diminum (secara leluasa), dan zahirnya zina (secara terang-
terangan)”.
(HR. al-Bukhari no. 78 dan Muslim no. 4824)
Fitnah-fitnah tersebut mulai muncul setelah wafatnya Umar bin al-Khattab. Karena beliau
merupakan dinding pembatas antara kaum Muslimin dengan fitnah tersebut, sebagaimana
yang
diterangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berkata kepada ‘Umar:
“Sesungguhnya
antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka kita semua harus berhati-hati pada fitnah-fitnah tersebut, karena hal tersebut akan
menghancurkan semua umat. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Dan
takutlah
kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian semata dan
ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. al-Anfal: 25)
DAFTAR PUSTAKA
https://intanparlina.wordpress.com/2011/11/08/materi-kuliah-tentang-iman/
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam
https://id.wikipedia.org/wiki/Ihsan
https://islamandsains.wordpress.com
http://haristelmanan.blogspot.com/2008/05/integrasi-interkoneksi.html)
www.jurnalfai-uikabogor.org › article › download
https://asysyariah.com/kewajiban-amar-maruf-nahi-mungkar-2/
https://republika.co.id/berita/peojie313/menegakkan-amar-makruf-nahi-mungkar
: https://islam.nu.or.id/post/read/39988/fitnah-akhir-zaman
https://www.hidayatullah.com/kolom/akhir-zaman/read/2017/01/26/110489/fitnah-besar-
tercampurnya-antara-kebenaran-dan-kebatilan.html
LAMPIRAN