Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JOURNAL REVIEW

AGAMA ISLAM
“Hukum Islam”

DOSEN PENGAMPU

Drs. RAMLI, M.A

OLEH

INTAN KEMALA SARI NS

4193321004

PENDIDIKAN FISIKA C

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis juga berterimakasih kepada dosen mata
kuliah yang telah memberikan bimbingannya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan critical
journal review ini.

Penulis sangat berharap kiranya critical journal review ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam critical journal ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan critical journal yang telah penulis buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 3 Mei 2021

Intan Kemala Sari Ns

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

IDENTITAS JURNAL ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Ringkasan Jurnal I .................................................................................... 2


2.2 Ringkasan Jurnal II ................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Jurnal I...................................................................................................... 8


3.2 Jurnal II .................................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan............................................................................................... 9
4.2 Saran ........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian hukum Islam, sumber dan tujuan, sebagai agama universal dan menyeluruh, yang
tidak hanya melulu mengatur masalah ritual ibadah saja, akan tetapi juga memiliki aturan-aturan
dan fondasi keimanan bagi umat Muslim, mulai dari perkara kecil hingga besar, seperti persoalan
cinta, zakat, shalat fardhu, pembagian warisan, pernikahan dan banyak lagi. Untuk itulah, fungsi
utama 5 rukun Islam dan 6 rukun iman yang senantiasa diamalkan oleh kaum Muslimin,
sangatlah vital. Pada dasarnya syariat Islam menurut Al-Quran mengatur hubungan manusia
dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sumber
hukum Islam merupakan hal yang paling mendasar dalam proses penetapan sebuah hukum.
Dalam Islam dikenal sumber hukum utama adalah Al-Quran dan sunnah, namun di sisi lain dari
kalangan mu‟tazilah memandang sumber utama hukum Islam bukanlah Al-Quran dan sunnah
melainkan akal yang lebih utama. Perbedaan pandangan tersebut menjadi menarik untuk dibahas
dalam bidang ushul fiqh perbandingan. Penulisan ini melakukan metode yuridis normatif,
dengan jenis dan sumber data sekunder, dikumpulkan dengan metode dokumenter dan dianalisis
dengan kualitatif deskriptif, sehingga bisa ditemukan perbedaan dan persamaan antaranya dua
madzhab yang berbeda terkait sumber hukum Islam yang digunakan dalam menetapkan sebuah
produk hukum.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa Pengertian Dari Hukum Islam
 Apa Saja Sumber-Sumber Hukum Islam

1.3 Tujuan
 Untuk Mengetahui Pengertian Dari Hukum Islam
 Untuk Mengetahui Sumber-Sumber Hukum Islam

1
BAB II

RINGKASAN JURNAL

2.1 JURNAL I

Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata “hukum” dan kata “Islam”. Kedua itu secara
terpisah, merupakan kata yang digunakan dalam bahasa Arab dan terdapat dalam Al-Qur‟an,
juga berlaku dalam bahasa Indonesia. “ hukum Islam” sebagai suatu rangkaian kata telah
menjadi bahasa Indonesia yang hidup dan terpakai. Dalam bahasa Indonesia kata „hukum‟
menurut Amir Syarifuddin adalah seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang
diakui sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu,
berlaku dan mengikat untuk seluruh anggotanya . Bila kata „hukum‟ menurut definisi di atas
dihubungkan kepada „Islam‟ atau „syara‟, maka „hukum Islam‟ akan berarti: “ seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tetang tingkah laku manusia mukalaf yang
diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam.
Dalam satria Effendi Zein, terdapat banyak pakar Hukum Islam mengenai sumber-sumber,
salah satunya ialah dikemukakan oleh R. Abd. Majid Muhammad Al-Khafawi, ahli hukum
berkebangsaan Mesir. Ia mengatakan ada 4 sumber hukum islam, yaitu :
1) Al-Qura’ an
2) Hadist (Sunnsah Rasulullah SAW)
3) Ijma’
4) Qiyas
Keempat sumber tersebut berdasarkan surah An-Nisa (4) : 59.
َُٕ‫َّس‬
‫ل‬ ‫ْ ٱنر‬ ‫ُٕا‬‫ع‬ِٛ‫َط‬‫َأ‬ َّ ْ
ٔ َ‫ٱّلل‬ ‫ُٕا‬‫ع‬ِٛ‫َط‬
‫ْ أ‬ َُٰٓ ‫ي‬
‫ٕا‬ َ‫ءا‬ َ ٍَِٚ َّ ‫ٓا‬
‫ٱنز‬ ََُّٚ
‫أ‬َٰٚٓ
َ
ٗ‫َِن‬‫ِ إ‬ ُٔ‫د‬ ‫َر‬
ُُّ ‫ء ف‬ َٙ‫ ش‬ِٙ
ٖ‫أ‬ ‫أ ف‬ ‫ُى‬
‫أت‬‫َع‬
‫َز‬ َ ٌ‫ئ‬
ُ‫ت‬ َِ
‫أ ف‬ ‫ُى‬
ۡۖ ‫ُِك‬‫ِ ي‬ ‫ٱۡلَأ‬
‫ير‬ ‫ أ‬ِٙ ُٔ
‫ْن‬ ‫َأ‬ٔ
‫ٱۡلَٰٓخِر‬
ِ ‫ِ أ‬ َٕ
‫أو‬ ٛ‫ٱن‬‫َ أ‬ َّ ِ
ٔ ِ‫ٱّلل‬ ‫ٌٕ ب‬َ ُِ ‫أي‬
‫تؤ‬ُ ‫أ‬ ‫ُُت‬
‫ُى‬ ‫ٌِ ك‬ ‫ِ إ‬‫َّسُٕل‬
‫َٱنر‬ َّ
ٔ ِ‫ٱّلل‬
‫ِ ا‬
٩٥ ‫ًل‬ٚ ٔ‫أ‬‫تأ‬ َ ُ ‫َح‬
ٍَ‫أس‬ ‫َأ‬
ٔ ٞ ‫أر‬َٛ
‫ِكَ خ‬‫َن‬‫ر‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda

2
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.”
Pendapat berbeda diutarakan oleh Mohammad Daud Ali yang membagi sumber hukum islam
menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Al-Qur’ an
2) Hadist ( Sunnah Rasulullah SAW)
3) Akal pikiran (rayu’ /ijtihad)
Namun perlu dipahami bahwa kedua pendapat tersebut tidak ada yang keliru ataupun yang
menyimpang. Jika dipahami dari pendapat Abd. Al-Majid Muhammad Al-Khafawi yang
mendasarkan pendapatnya dari surah An-Nisa : 59 maka dapat dipahami bahwa perintah
mentaati Allah dan Rasulullah dapat diketahui dengan jelas dari ayat tersebut sedangkan
mentaati ulil amri yang terdapat dari ayat diatas tercermin dari perintah mengikuti ijma’ , yaitu
hukum-hukum yang telah disepakati oleh para mujtahidin, karena mereka itulah ulil amri kaum
muslim dalam hal pembentukan hukum islam. Dan qiyas pula terdapat pada ayat tersebut karena
qiyas merupakan perintah mengembalikan segala sesuatu masalah kepada Al-Qur’ an dan
sunnah rasul.
Perihal ijma’ dan qiyas yang terdapat pada pendapat kedua Muhammad Daud Ali
memasukkannya kedalam sumber hukum islam ketiga, yaitu ijtihad, dimana posisi keduanya
sebagai 2 diantara 7 metode berijtihad.
1) Al-Qur’ an
Al-Qur’ an berasal dari kata qara-a yang artinya bacaan. Pemakaian kata Qur’ an dapat dilihat
dalam surah Al-Qiyamah (75) : 18.

ُ‫ۥ‬
٨١ ّ َ ‫ء‬
َ‫ا‬ ‫ُر‬
َ‫أ‬ ‫أ ق‬
‫ِع‬ َّ َ
‫ٱتب‬ َُ
‫ّ ف‬ َ‫أ‬
‫َأ‬ ‫َا ق‬
‫َر‬ ‫ئر‬َِ
‫ف‬
“Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”
Selain Al-Qur‟an, Allah juga memberi beberapa nama lain kepada kitab-Nya ini, yaitu
Al-Kitaab, Al-Furqaan, Adz-Dzikir, Al-Mubiin, Al-Kariim, Al-Kalam dan An-Nuur. Kitab Al-
Qur’ an diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun atau 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.
Ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah disebut Makkiyah dan ayat-ayat yang turun di Madinah
disebut Madaniyyah. Al-qur’ an terdiri dari dari 30 juz, 114 surah, dan 6.240 ayat. Perbedaan
antara ayat Makkiyah dan ayat Madaniyyah yaitu:

3
a. Ayat-ayat makkiyah pada umumnya pendek-pendek sedangkan ayat-ayat
Madaniyyah panjang-panjang ayatnya.
b. Dalam ayat Makkiyah terdapat kata-kata “ ya ayyuhannas” (wahai manusia)
sedangkan dalam ayat madaniyyah terdapat kata “ ya ayyuhalladziina” ( wahai
orang-orang yang beriman).
c. Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya mengandug hal-hal yang berhubugan dengan
keimanan, ancaman dan pahala serta kisah umat terdahulu, sedangkan ayat-ayat
Madaniyyah mengandung hukum-hukum, seperti hukum kemasyarakatan, hukum
agama dan lain sebagainya.
2) Al-Hadist/As-Sunnah
As-Sunnah diartikan sebagai seluruh perkataan, perbuatan maupun ketetapan atau sejenisnya
dari Rasulullah SAW atau As-Sunnah adalah segala perkataan Rasulullah SAW yang
diriwayatkan baik perbuatan, perkataan dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum.
As-Sunnah atau Al-hadist merupakan wahyu kedua setelah Al-Qur’ an. Sudah menjadi
kesepakatan seluruh kaum muslimin.
Ditinjau dari maddah (bahan), sunnah dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Sunnah Qouliyah (sunnah yang berupa ucapan).
b. Sunnah Fi’ liyah ( sunnah yang berupa perbuatan Rasulullah Saw)
c. Sunnah Taqririyah ( ketetapan atau pengakuan Rasulullah SAW terhadap segala
ucapan atau perbuatan para sahabatnya).
d. Sunnah Hammiyah ( Keinginan Nabi SAW untuk melakukan suatu hal, seperti
keinginan untuk berpuasa tanggal 9 Muharram).
Ditinjau dari kuantitas periwayatannya, sunnah dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Mutawattir, hadist yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang menurut akal tidak
mungkinmereka bersepakat berdusta.
b. Masyhur, hadist yang diriwayatkan oleh banyak perawi tetapi tidak sampai
kepada derajat mutawattir.
c. Ahad, hadist yang diriwayatkan oleh seorang perwai atau lebih yang derajatnya
tidak sampai derajat mutawattir dan masyhur.
Ditinjau dari segi kualitas hadistnya, sunnah dibagi menjadi 4 yaitu :

4
a. Shahih, adalah hadist yang sehat, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang
terpercaya dan kuat hafalannya, materinya baik dan persambungan sanadnya
dapat dipertanggung jawabkan.
b. Hasan, adalah hadist yang memenuhi persyaratan hadist shahih kecuali dari segi
hafalannya periwayatnya yang kurang baik.
c. Dha’ if, adalah hadist lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau
karena salah satu pembawanya kurang baik dan lain-lain.
d. Maudhu, adalah hadist palsu, hadist yang dibuat oleh seorang dan dikatakan
sebagai sabda atau perbuatan Rasul.
3) Akal Pikiran (Al-Rayu atau Ijtihad)
Ijtihad merupakan sumber hukum ketig setelah Al-Qur’ an dan hadist. Ijtihad adlah
akal pikiran manusia yang memenuhi syarat berusaha, berikhtiar dengan seluruh
kemampuan yang ada untuk memahami kaidah-kaidah hukum fundametal yang terdapat
pada sunnah Rasul dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang dapat
diterapkan pada suatu kasus tertentu. Dasar diperbolehkannya ijtihad ialah surah Al-
Hasyr (59) : 2.

‫َبِ ي‬ ‫ِ أ‬ َ ٍِ ‫ْ ي‬ ‫ُٔا‬ ‫َر‬‫َف‬


‫َ ك‬ َّ َ ‫َج‬ ‫َخ‬ َّ َ ُ
ٍِ ‫ِت‬‫ٱنك‬ ‫ْم‬ ‫أ أأ‬ ٍِٚ‫ٱنز‬ ‫أر‬ ‫َٰٓ أ‬
ِ٘ ‫ٱنز‬ ْٕ
ْ ُّٕ
‫َٰٓا‬ َُ
‫َظ‬ٔ ْۡۖ
‫ُٕا‬ ‫ُج‬‫خأر‬َٚ ٌَ ‫أ أ‬‫ُى‬ ‫َُت‬ َُ
‫يا ظ‬ َ ِ‫َشأر‬ ‫ِ أ‬
‫ٱنح‬ َٔ‫أ ِۡل‬
‫َّل‬ ‫ِى‬ِْ
‫ر‬َِٚ‫د‬
ُ
‫أث‬َٛ ‫أ ح‬ َّ ُ
‫ٱّللُ ي‬
ٍِ ‫ٓى‬ ََ
ُٖ‫ت‬ ‫َأ‬ َّ َ
‫ٱّللِ ف‬ ٍِ‫ٓى ي‬ ُ ُ
َُٕ ‫ُص‬‫أ ح‬‫ٓى‬ُُ
‫َت‬ ‫ِع‬َ‫يا‬ َّ ‫ٓى‬َََُّ
‫أ‬
َ ‫ب‬
ٌٕ ُِ ُ َ
‫خأر‬ٚ ‫أب‬‫ُّع‬
‫ُ ٱنر‬ ‫ِى‬ِٓ
‫هٕب‬ ُُ‫ ق‬ِٙ ‫َ ف‬ ‫زف‬ََ
‫َق‬ٔ ْ ۡۖ
‫ُٕا‬ ‫ِب‬‫َس‬ ‫أت‬‫ح‬َٚ ‫أ‬ ‫َنى‬
ْ
‫ُٔا‬ ‫َب‬
‫ِر‬ ‫َٱع‬
‫أت‬ ‫َ ف‬ ٍِٛ ‫أي‬
ُِ ‫ُؤ‬ ‫أ‬
ً‫ٱن‬ ‫ذ‬ٚ‫َأ‬
ِ٘ ‫َأ‬ٔ ‫أ‬ ‫ِى‬ِٓٚ‫ذ‬ٚ‫َأ‬
‫ِأ‬‫ٓى ب‬ ُ‫ت‬َُٕٛ‫ب‬ُ
٢ ِ‫َر‬‫ٱۡلَأبص‬
‫ أ‬ِٙ ُٔ
‫ْن‬ ‫أ‬َٰٚٓ
َ
“Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga memusnahkan rumah-
rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah
(kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan!”
Selain dalam Al-Qur’ an dasar dibolehkannya berijtihad juga terdapat dalam hadist
riwayat Bukhari dan Muslim, artinya :

5
Apabila hakin memutuskan hukum dan ia berijtihad, kemudian ternyata ijtihadnya benar maka ia
menapat dua pahala dan jika ijtihadnya keliru maka ia mendapat satu pahala” .
Terdapat beberapa persyaratan seseorang yang dapat melakukan ijtihad, yaitu :
a. Menguasai dan mengetahui arti ayat-ayat hukum yang terdapat dalam Al-Qur’ an
baik menurut bahasa maupun syariah.
b. Mengetahui dan menguasai hadist-hadist tentang hukum, baik menurut bahasa
maupun syariah, akan tetapi tidak disyaratkan untuk menghapalnya, melainkan
cukup mengetahui letak-letaknya secara pasti, untuk memudahkan jika ia
membutuhkannya.
c. Mengetahui Nasikh dan Mnasuh dalam Al-Qur’ an dan sunnah, supaya tidak
salah dalam menetapkan hukum, namun tidak disyaratkan menghafalnya.
d. Mengetahui permasalahan yang sudah ditetapkan melalui ijma’ ulama, sehingga
ijtihadnya tidak bertentangan dengan ijma’ .
e. Mengetahui qiyas dan berbagai persyaratannya, karena qiyas merupakan kaidal
dalam berijtihad.
f. Mengetahui bahasa arab dan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan bahasa
, serta berbagai problematikanya.
g. Mengetahui ilmu ushul fiqih yang merupakan fondasi dalam berijtihad.
h. Mengetahui maqashidu al-syari’ ah (tujuan syariat) secara umum, karena
bagaimanapun juga syariat itu berkaitan dengan maqasyidu al-syari’ a atau rahasi
disyariatkannya suatu hukum.

2.2 JURNAL II

Pengertian hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidahkaidah yang didasarkan
pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah
dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya.
Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara
total. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk
umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun yang berhubungan dengan amaliyah. Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja

6
namun adalah sebuah aturan-aturan untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena
banyak ditemui permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali
membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukan
sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:

1) Al-Quran

Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci umat Muslim yang
diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Quran
memuat kandungan-kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan,
hikmah dan sebagainya. Al-Quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia
menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang ber akhlak mulia. Maka dari itulah,
ayatayat Al-Quran menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.

2) Al-Hadist

Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala sesuatu yang berlandaskan
pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist
terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan yang masih global dalam Alquran. Kata
hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat
berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah SAW
yang dijadikan ketetapan ataupun hukum Islam.

3) Ijma’

Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah atas sebuah
perkara dalam agama.” Dan ijma‟ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di
zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi‟ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah zaman
mereka para ulama telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak,

7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 JURNAL I
Pada Jurnal I memiliki kelebihan
1) Jurnal menggunakan bahasa yang tepat dan mudah dipahami, font tulisannya juga sesuai
dengan standar penulisan.
2) Jurnal memiliki ISSN cetak dan online.
3) Jurnal memiliki DOI.
4) Jurnal disertai dengan beberapa dalil dan hadist yang dapat memperjelas materi.
5) Jurnal menggunakan referensi dari berbagai buku dan jurnal yang update.
6) Jurnal menyertakan caki dalam setiap lembar halamannya.

3.2 JURNAL II

Pada Jurnal II memiliki kelebihan

1) Jurnal memuat cukup lengkap materi tentang Hukum Islam


2) Jurnal menggunakan bahasa yang tepat dan mudah dipahami, font tulisannya juga sesuai
dengan standar penulisan.
3) Jurnal disertai dengan beberapa dalil dan hadist yang dapat memperjelas materi.
4) Jurnal memiliki ISSN.
5) Jurnal menggunakan referensi yang ter update yaitu > 2009.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari Jurnal I dan Jurnal II bahwa Sumber hukum
dalam Islam sangat penting, karena ia merupakan sumber utama dalam menentukan sebuah
hukum yang melandasi kehidupan seorang muslim. Perbedaan cara pandang tentang akal
menjadikan perbedaan pendapat dikalangan jumhur fuqaha dengan kelompok mu‟tazilah
sehingga jelas menjadikannya berbeda dalam memandang tentang sebuah permasalahan hukum
karena berbeda dalam memandang sumber utama hukum Islam. Dari permasalahan tersebut,
menjadikan umat Islam harus memperlajari Al-Qur‟an dan sunnah sebagai sumber utama
hukum Islam agar tidak hanya meyakini tentang sumber utama hukum Islam namun juga
memahaminya dengan baik.

4.2 SARAN
Dalam penyusunan CJR ini mungkin masih terdapat kesalahan atau kekurangan, baik
dalam hal materi referensi atau penulisan. Oleh karena itu, penyusun meminta maaf yang
sebesar-besarnya kepada pembaca serta meminta kritik dan saran agar penyusunan makalah
berikutnya bisa lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Iryani., E.I. (2017). Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi. 17(2);24-31.

Sulistiani., S.L. (2018). Perbandingan Sumber Hukum Islam. Jurnal Peradaban dan Hukum
Islam. 1(1);102-116.

10

Anda mungkin juga menyukai