Anda di halaman 1dari 8

MASHADIR AL- AHKAM: ( Al-QUR’AN AS- SUNNAH),

PENGERTIAN KEDUDUKAN, DALALAHNYA TERHADAP HUKUM


SERTA FUNGSI SUNNAH TERHADAP AL- QUR’AN

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI


TUGAS MATA KULIAH USHUL FIQH

Disusun Oleh :
MUHANDI
ARDIANSYAH
SABRI SALIM

Dosen Pengampu:
DR. EFIZAL A, M.A

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN FIQH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL QUR’AN PAYAKUMBUH
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur penulis mohonkan kepada Allah SWT kerena a t a s b e r k a h


d a n r a h m a t - N ya p e n u l i s t e l a h d a p a t m e n ye l e s a i k a n m a k a l a h
d e n g a n judul Mashadir Ahkam. Makal ah i n i penul i s buat beri si kan
pem bahasan a yat -a yat Al -Qur‟an dan Hadits tentang sumber hukum Islam.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengambil materi dari


buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah sumber hukum Islam
terutama yang berkaitandengan Al-Qur‟an dan Hadits.

Demikian makalah ini penulis buat semoga dapat bermanfaat bagi


kita semua, khususnya dalam meningkatkan pemahaman tentang menggunakan
akal kita untuk berpikir. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesem-
purnaannya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Payakumbuh, 30 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber ajaran Islam, yang kedua dari Al-


Qur‟an. Dilihat darisudut periwayatannya, jelas antara Hadits dan Al-
Qur‟an terdapat perbedaan. Untuk Al-Qur ‟an semua periwayatannya
berlangsung secara mutawatir. Sedangkan periwayatan Hadits
sebagian berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlang-
sung secara ahad. Sehingga mulai dari sinilah timbul berbagai pen-
dapatdalam menilai kualitas hadits. Sekaligus sumber perdebatan dalam
kancah ilmiah atau bahkan dalam kancah-kancah non ilmiah. Akibatnya
bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi sebaliknya perpecahan yang
terjadi.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Mashadir Ahkam


2. Kedudukan Mashadir Ahkam
3. Dalalahnya terhadap hukum
4. Fungsi sunnah terhadap Alquran

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Mashadir Ahkam


2. Untuk mengetahui Kedudukan Mashadir Ahkam
3. Untuk mengetahui Dalalahnya terhadap hukum
4. Untuk mengetahui Fungsi sunnah terhadap Alquran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Mashadir Ahkam

Pengertian Mashadir Ahkam dalam Bahasa Indonesia berarti Sumber


Hukum. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tem-
pat kita dapat menemukan atau menggali hukumnya. Sumber hukum Islam
adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber hukum Islam disebut
juga dengan istilah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau dasar
hukum Islam. Kata „sumber‟ dalam hukum fiqh adalah terjemah dari lafadz
‫ يصذس‬- ‫ يصادس‬, lafadz tersebut terdapat dalam sebagian literatur kontemporer
sebagai ganti dari sebutan dalil ( ‫ ( انذنيم‬atau lengkapnya “ adillah syar‟iyyah”
( ‫ اأنذنة انششعية‬. (Sedangkan dalam literatur klasik, biasanya yang digunakan
adalah kata dalil atau adillah syar‟iyyah, dan tidak pernah kata “ mashadir al-
ahkam al-syar‟iyyah” ( ‫ يصادس اأنحكاو انششعية‬. (Mereka yang menggunakan kata
mashadir sebagai ganti al-adillah beranggapan bahwa kedua kata tersebut
memiliki arti yang sama.

Bila dilihat secara etimologis, maka akan terlihat bahwa kedua kata
itu tidaklah sinonim, setidaknya bila dihubungkan kepada „syariah‟. Kata
sumber ( ‫ يصادس‬,( atau dengan jamaknya ‫ يصادس‬, dapat diartikan suatu wadah
yang dari wadah itu dapat ditemukan atau ditimba norma hukum. Sedangkan
„dalil hukum‟ berarti sesuatu yang memberi petunjuk dan menuntun kita da-
lam menemukan hukum Allah. Kata “sumber” dalam artian ini hanya dapat
digunakan untuk Al-Qur‟an dan sunah. Kata „dalil‟dapat digunakan untuk Al-
Qur‟an dan sunah, juga dapat digunakan untuk ijma dan qiyas, karena me-
mang semuanya menuntun kepada penemuan hukum Allah. Sumber utama
hukum ada 2 yaitu Alquran dan Sunnah.
2 Kedudukan Mashadir Ahkam

Mashadir Ahkam sebagai pedoman utama bagi umat Islam. Sebagaima-


na firman-Nya dalam surah An-Nisa105:

‫ب اِنَيْكَٓ اَ َْضَ ْنَُآ اِ ََّٓا‬


َٓ ‫ق ْان ِك ٰت‬
ِّٓ ‫اط َبيٍَْٓ ِنتَحْ ُك َٓى ِب ْان َح‬
ٓ ِ َُّ‫ّللاُ اَ ٰسىكَٓ ِب ًَآ ان‬
ٰٓ ‫ل‬ ْٓ ‫َص ْي ًًا ِنّ ْهخ َۤا ِٕىُِيٍَْٓ ت َ ُك‬
ٓ َ ‫ٍ ۗ َو‬ ِ ‫ٓٔ ۗٓ خ‬١

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepa-


damu (Nabi Muhammad) dengan hak agar kamu memutuskan (perkara) di an-
tara manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Janganlah
engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) pa-
ra pengkhianat."

Kedudukan Al-Qur'an sebagai pedoman atau sumber hukum Islam yang


pertama ini juga dijelaskan dalam surah An Nisa ayat 59. Dia berfirman:

‫ّللا اَ ِط ْيعُىا ٰا َيُُ ْىا انَّ ِزيٍَْٓ ٰياَيُّ َها‬ َٰٓ ‫ل َوا َ ِط ْيعُىا‬ َٓ ‫س ْى‬
ُ ‫انش‬َّ ‫ٌِ ِي ُْ ُك ْٓى ْالَ ْي ِٓش َواُو ِنى‬
ْٓ ‫ي تََُاصَ ْعت ُ ْٓى فَا‬ َ ُِٓ ‫ّللاِ اِنَى فَ ُشد ُّْو‬
ْٓ ِ‫ش ْي ٓء ف‬ ٰٓ
ِٓ ‫س ْى‬
‫ل‬ ُ ‫انش‬
َّ ‫ٌِ َو‬ ٰٓ ‫ال ِخ ِٓش َو ْان َي ْى ِٓو ِب‬
ْٓ ‫اّللِ تُؤْ ِيُُ ْىٌَٓ ُك ُْت ُ ْٓى ا‬ ٰ ْ َٓ‫سٍُٓ َخيْشٓ ٰر ِنك‬
َ ْ‫ْل َّواَح‬ٓ ً ‫ ࣖ ت َأ ْ ِوي‬١٥

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nabi Muhammad) serta Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Ji-
ka kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-
Qur'an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari
Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya."

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Aku tinggalkan kepadamu
sekalian dua perkara. Apabila kamu berpegang teguh kepada dua perkara ter-
sebut niscaya kamu tidak akan tersesat selamanya. Kedua perkara tersebut,
yaitu Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rasul (hadits).
Kedudukan Sunnah dalam Islam sebagai sumber hukum.
Para ulama juga telah konsensus dasar hukum Islam adalah al-Qur‟an
dan Sunnah. Dari segi urutan tingkatan dasar Islam ini Sunnah menjadi dasar
hukum Islam (Tashri‟iyyah) kedua setelah al-Qur‟an
Sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama ber-
pegang teguh kepada keduanya yaitu kitab Alla>h dan Sunnahku”. (HR. al-
H{akim dan Malik).

3 Dalalahnya Terhadap Hukum

Dalālah Salah satu cara atau metode untuk memahami Naṣ al Qur‟an
dan al Sunnah yaitu melalui pemahaman kebahasaan. Bahasa yang
digunakan dalam nash al Qur‟an dan al Sunnah sebagai petunjuk (dalālah)
adalah bahasa Arab.

Dalālah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata “ ( ‫ ”)دلنة‬bentuk maṣdar


(kata dasar) dari kata “dalla-yadullu” yang berarti menunjukkan. Makna
dalālah secara umum adalah memahami sesuatu atas sesuatu. Kata sesuatu
yang disebutkan pertama disebut madlul (yang ditunjuk/hukum/moral, dsb).
Sedangkan kata sesuatu yang disebutkan kedua disebut Dalil (yang menjadi
petunjuk/dalil, hujjah, dsb).
Dalālah berarti petunjuk. Sedangkan secara istilah, Dalālah adalah suatu
pengertian yang ditunjuki oleh lafaz. Dalālah didefinisikan sebagai
penunjukkan suatu lafaz naṣ kepada pengertian yang dapat dipahami,
sehingga dengan pengertian tersebut dapat diketahui ketentuan yang
dikandung oleh dalil nash. Dalālah dibagi menjadi dua, yaitu dalālah
lafżiyah dan dalālah ghairu lafżiyah. Dalālah lafżiyah merupakan dalālah
yang ditunjukkan secara jelas oleh lafaznya, sedangkan dalālah ghairu
lafżiyah sebaliknya, yaitu dalālah yang tidak ditunjukkan secara jelas oleh
lafaznya.
4 Fungsi Sunnah terhadap Alquran

a) Merincikan ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat umum


Misal perintah sholat dalam Al-Qur'an pada Surat Al-Baqarah ayat 110.
Kemudian Nabi SAW menjelaskan terkait sholat, seperti waktunya, tata
cara, bacaan yang dilarang, dan lain sebagainya. Demikian juga beliau
menetapkan status hukumnya dari ayat Al-Qur'an tersebut.
b) Seperti sabda Rasulullah SAW yang menentukan keharaman memakan
hewan buruan bertaring dan burung bercakar. Hal tersebut dijelaskan
oleh beliau dalam hadits, yang mana tidak dapat ditemukan dalam ayat
Al-Qur'an..
c) Membuat aturan tambahan yang pokok-pokoknya termaktub dalam Al-
Qur'an
Misal saja penjelasan tentang li'an (sumpah suami ketika menuduh
istrinya berzina), yang Allah SWT uraikan dalam Surat An-Nur ayat 6-
9. Dalam ayat tersebut tidak dirincikan apakah hubungan antara pasan-
gan suami istri masih berlanjut atau tidak.
Sementara Nabi SAW menerangkan lebih lajut perihal li'an dalam
sabdanya, yang menyatakan bahwa suami istri dalam kasus li'an maka
keduanya dipisahkan.
BAB III
KESIMPULAN

Mashadir Ahkam merupakan Sumber Hukum umat Islam, Sumber hukum


tersebut terbagi menjadi 4 yaitu, Alquran, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Sumber
hukum yg utama berpedoman kepada Alquran dan Sunnah, sedangkan Ijma
dan qiyas adalah hasil dari Ijtihad ulama.

Anda mungkin juga menyukai