Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AYAT ALQURAN

(QURANIYAH, KAUNIYAH DAN INSANIYAH)


SERTA HUKUM SYAR’I (TAQLIFI DAN WADH’I)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqih

Dosen pengampu : Sakri S.Pd.I, M.Pd

Disusun oleh :
1. Arni Amelia
2. Entus Wahidin
3. Hilda
4. Ifat khunida
5. Rohim

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STAI BABUNNAJAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatNya maka saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ayat-ayat Allah (Quraniyah,
Kauniyah dan Insaniyah) dan Hukum Syari’ (Taklifi dan Wadh’i)”. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah “Ushul Fiqih”.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Menes, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Alquran (Qur’aniyah, Kauniyah dan Insaniyah)....................................... 3


B. Hukum Syari’ (Hukum Taklifi dan Wadh’i).............................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alquran merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril. Tujuan diturunkannya
Alquran adalah sebagai penyempurna dari kitab-kitab yang telah Allah turunkan kepada
Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. Juga diharapkan dapat menjadi pedoman hidup bagi
umat manusia. Oleh sebab itu, sebagai seorang yang mengaku Muslim sebagaimana
ajaran yang Nabi Muhammad Saw sebarkan, harusnya dapat menjadikan Alquran sebagai
pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari.
Al Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Al Qur’an adalah buku
induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang, semuanya telah
diatur di dalamnya, baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah) sesama
manusia (hablum minannas) alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebagainya.
Dalam Alquran ayat-ayat Allah terbagi menjadi ayat qauliyah, kauniyah, dan
insaniyah, maka ilmu pengetahuan dalam Islam dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
pertama, ilmu-ilmu yang bersumberkan pada wahyu atau ayat Qauliyah, berupa Al-Quran
yang difirmankan Allah dan Al-Hadits yang disabdakan Rasulullah). Dari sumber inilah
muncul ilmu-ilmu agama, seperti Al-Quran, Al-Hadits, Fikih, Akidah dan Akhlak, dan
lain sebagainya. Kedua, ilmu-ilmu yang bersumberkan pada ayat-ayat kauniyah (sebab-
akibat/ kausalitas/sunnatullah) yang terhampar di alam semesta. Dari sumber inilah
muncul ilmu-ilmu sains seperti fisika, biologi, kimia, dan lain sebagainya. Ketiga, ilmu-
ilmu yang bersumberkan pada ayat-ayat insaniyah (nafsiyah/ humaniora). Ilmu-ilmu ini
mengkaji tentang hakikat kemanusiaan manusia, sehingga dari sumber ini muncullah
ilmu-ilmu yang berkaitan tentang manusia seperti antropologi, sosiologi, psikologi, dan
komunikasi.
Selain itu Aqluran adalah sumber hukum yang pertama bagi umat Islam. Sumber
hukum Islam berarti suatu rujukan atau dasar yang utama dalam pengambilan hukum
Islam termasuk didalamnya adalah hukum syara’. Hukum syara’ dapat diartikan sebagai
apa-apa yang telah ditetapkan oleh titah syariat, yaitu Alquran dan Sunnah. Hukum syara’

1
berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik berupa perkataan atau perbuatan dalam
melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Hukum syara’ tidak berkaitan dengan keyakinan atau akidah seseorang. Mukallaf
yang dimaksud adalah siapa saja yang dalam keadaan dibebani syariat termasuk ana kecil
dan orang gila.
Dari latar belakang yang dijelaskan diatas maka kami akan membuat makalah
dengan judul “Ayat Alquran dan hukum syar’a” yang didalamnya memuat materi ayat
Qur’aniyah, kauniyah dan insaniyah serta hukum syar’i dan wadh’i.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ayat qur’aniyah, kauniyah dan insaniyah ?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum syar’i dan wadh’i

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ayat qur’aniyah, kauniyah dan insaniyah
2. Untuk mengetahui hukum syar’i dan wadh’i

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat Quraniyah, Kauniyah dan Insaniyah


1. Ayat Quraniyah (Qauliyah)
Quraniyah (Qauliyah) berasal dari kata qoola yang maknanya adalah
perkataan atau ucapan, yakni ayat Allah berupa ucapan yang difirmankan pada
Muhammad SAW. Ayat qauliyah berarti perkataan, sabda, atau firman. Jadi, ayat
qauliyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang berupa firman-Nya, yaitu Al-
Quran dan Hadits shohih. Ayat ini berasal dari ucapan yang bersumber dari firman
Allah SWT yang sering kita jumpai di dalam kitab suci Al Qur’an. Contohnya adalah
kita sebagai umat islam sangat dianjurkan untuk bersabar ketika kita ditimpa suatu
masalah. Melakukan kesabaran berarti bahwa sabar merupakan perbuatan menahan
diri yang sesuai aturan syariat. Bersabar bukan berarti pelakunya malas berpikir,
meskipun menerima sesuatu apa adanya.
Di antara hukum yang terpenting di sini adalah Tauhid (Keesaan Allah),
akhlak (moralitas), dan keadilan (hukum kepasangan positif dan negatif atau maslahat
dan mafsadat). Berikut adalah beberapa contoh dari ayat quraniyah dalam Alquran :
a. Surat Ar-Rad Ayat 13

‫َو ُي ِّبُح الَّر ْعُد َحِبْم ِدِه َو اْلَم اَل ِئَك ُة ِم ْن ِخ يَف ِتِه َو ُيْر ِس الَّص اِعَق َفُيِص ي َهِبا َمْن َيَش ا َو ُه ْم َجُياِدُلوَن يِف‬
‫ُء‬ ‫ُب‬ ‫ُل َو‬ ‫َس‬
‫َش ِديُد اْلِم اِل‬ ‫َّلِه‬
‫َح‬ ‫ال َو ُه َو‬
Artinya, “Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para
malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu
menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan
tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.”
b. Surat Thaha Ayat 1-5

‫الَّس ٰم ٰو ِت‬ ‫َاْل‬ ‫ا‬ ‫َل‬ ‫َّمِّم‬ ‫اًل‬ ‫ِز‬ ‫ْن‬ ,‫ى‬ ‫ٰش‬‫ْخَّي‬ ‫ِّل‬ ‫ًة‬ ‫ ِإاَّل َتْذ ِك‬,‫ آ َأ ْلَنا َل َك اْلُق ٰاَن ِلَتْش ٰٓقى‬, ‫ٰطٰه‬
‫َت ْي ْن َخ َق ْر َض َو‬ ‫َر َمْن‬ ‫ْر‬ ‫َم ْنَز َع ْي‬
‫ َالَّر ٰمْحُن َعَلى اْلَعْر ِش اْس َتٰو ى‬,‫اْلُعٰل ى‬

3
Artinya, “Taa Haa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu
(Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang
yang takut (kepada Allah), diturunkan (dari) Allah yang menciptakan bumi dan langit
yang tinggi, (yaitu) yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy.”
c. Surat Fushilat Ayat 53
‫ٍء‬ ‫ِف ِب‬ ‫ِق يِف ِس ِه‬ ‫ِر ِه ِت يِف‬
‫َس ُن ي ْم آَيا َنا اآْل َفا َو َأْنُف ْم َح ٰىَّت َيَتَبَنَّي ُهَلْم َأَّنُه اَحْلُّق ۗ َأَو ْمَل َيْك َر ِّبَك َأَّنُه َعَلٰى ُك ِّل َش ْي‬
‫َش ِه يٌد‬
Artinya, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?”

2. Ayat Kauniyah
Kauniyah berasal dari kata kaana yang maknanya adalah bukti. Secara istilah
kauniyah maksudnya adalah ayat-ayat Allah yang tidak terfirmankan atau terucapkan
atau tertuliskan namun bisa dibuktikan melalui keadaan atau pun kejadian. Seorang
mukmin yang baik tak hanya sekedar mencari kebesaran Allah melalui ayat-ayatnya
di dalam Al-Qur’an melainkan juga mencari ilmu dan kebesaran Allah melalui alam
semesta.
Ayat kauniyah merupakan tanda atau wujud yang diciptakan oleh Allah SWT
dalam bentuk, benda, kejadian, peristiwa, dan segala hal lain yang ada di alam. Ayat
kauniyah memiliki cakupan yang luas, seperti ayat yang menuntun manusia untuk
merenungkan penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, dan lain-lain.
Alquran menyebutkan bahwa orang yang dapat merenungkan, memahami, dan
mengerti ayat kauniyah adalah orang yang berakal. Itu karena orang yang beriman
adalah orang yang berakal dan menyadari bahwa seluruh alam semesta tidak
diciptakan dengan sia-sia. Selain itu, ayat kauniyah menunjukkan kekuasaan dan
kesempurnaan Allah SWT. Jadi, pemahaman akan ayat kauniyah pada akhirnya akan
menghantarkan manusia pada penyerahan diri, ketundukan, dan rasa takut kepada-
Nya. Berikut adalah contoh dari ayat kauniyah dalam Alquran :
a. Surat Ali Imran ayat 190-191 tentang penciptaan langit dan bumi

4
‫ِذ‬ ‫ٍت‬ ‫ِتَٰل‬ ‫ِت‬
‫ ٱَّل يَن َيْذ ُك ُر وَن ٱلَّلَه‬, ‫ِإَّن ىِف َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو َو ٱَأْلْر ِض َو ٱْخ ِف ٱَّلْيِل َو ٱلَّنَه اِر َل َءاَٰي ُأِّل۟و ىِل ٱَأْلْلَٰب ِب‬
‫ِقَٰي ًم ا َو ُقُعوًدا َو َعَلٰى ُج ُنوِهِبْم َو َيَتَف َّك ُر وَن ىِف َخ ْلِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض َر َّبَنا َم ا َخ َلْق َت َٰه َذ ا َٰبِط اًل‬
‫ُس ْبَٰح َنَك َفِق َنا َعَذ اَب ٱلَّناِر‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.'”
b. Surat Fussilat ayat 37

‫َو ِم ْن َءاَٰيِتِه ٱَّلْيُل َو ٱلَّنَه اُر َو ٱلَّش ْم ُس َو ٱْلَق َمُر ۚ اَل َتْس ُج ُد و۟ا ِللَّش ْم ِس َو اَل ِلْلَق َم ِر َو ٱْسُج ُد و۟ا ِلَّلِه ٱَّلِذى‬
‫َخ َلَق ُه َّن ِإن ُك نُتْم ِإَّياُه َتْع ُبُد وَن‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang,
matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah
Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.”
c. Surat Ar Rum ayat 20

‫َو ِم ْن َءاَٰيِتِهٓۦ َأْن َخ َلَق ُك م ِّم ن ُتَر اٍب َّمُث ِإَذٓا َأنُتم َبَش ٌر َتنَتِش ُر وَن‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang
biak.”

3. Ayat Insaniyah
Yaitu ayat-ayat yang bicara tentang manusia, baik mengenai keberadaannya
maupun pengaturan tingkah lakunya. Jadi, mencakup proses biologisnya sampai pada
apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup beserta patokan-patokan hidup,
sehingga manusia dapat hidup selamat di dunia dan akhirat. Berikut adalah contoh
ayat Insaniyah dalam Alquran :
1. Surat Al-baqarah ayat 185

5
‫ِمُي‬ ‫ِذ‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِذ‬
‫َأْمَل َتَر ِإىَل ٱَّل ى َح ٓاَّج ِإْبَٰر ۦَم ىِف َر ِّبٓۦ َأْن َءاَتٰى ُه ٱلَّلُه ٱْلُم ْلَك ِإْذ َقاَل ِإْبَٰر ۦُم َر َىِّب ٱَّل ى ْحُيِىۦ َو يُت‬
‫ِق ِت ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِت‬ ‫ِه‬ ‫ِم‬ ‫۠ا‬
‫َقاَل َأَن ُأْح ِىۦ َو ُأ يُت ۖ َقاَل ِإْبَٰر ۦُم َفِإَّن ٱلَّلَه َيْأ ى ِبٱلَّش ْم ِس َن ٱْلَم ْش ِر َفْأ َهِبا َن ٱْلَم ْغِر ِب َفُبِه َت‬
‫َّٰظِلِم‬ ‫ِد‬ ‫ِذ‬
‫ٱَّل ى َك َف َر ۗ َو ٱلَّلُه اَل َيْه ى ٱْلَق ْو َم ٱل َني‬
Artinya : Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim
mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan).
Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,”
dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata,
“Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka
bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang zalim.
2. Surat ‘Abasa ayat 18-23
‫ٍة‬ ‫ِم‬
‫ َك اَّل َلَّم ا َيْق ِض َم ٓا َأَم َر ۥُه‬,‫ َّمُث ِإَذا َش ٓاَء َأنَش َر ُه‬,‫ َّمُث َأَم اَت ۥُه َفَأْقَبَر ُه‬,‫ َّمُث ٱلَّس ِبيَل َيَّس َر ُه‬,‫ن ُّنْطَف َخ َلَق ُه َفَق َّد َر ُه‬
‫ َو ِعَنًبا‬,‫ َفَأۢن َبْتَنا ِفيَه ا َح ًّبا‬,‫ َّمُث َشَق ْق َنا ٱَأْلْر َض َش ًّقا‬,‫ َأَّنا َصَبْبَنا ٱْلَم ٓاَء َص ًّبا‬,‫َفْلَينُظِر ٱِإْل نَٰس ُن ِإٰىَل َطَعاِمِهٓۦ‬
‫ َفِإَذا َج ٓاَءِت ٱلَّصٓاَّخ ُة‬, ‫ َو َٰفِكَه ًة َو َأًّبا’ َّم َٰت ًعا َّلُك ْم َو َأِلْنَٰع ِم ُك ْم‬,‫ َو َح َد ٓاِئَق ُغْلًبا‬, ‫ َو َز ْيُتوًنا َو ْخَناًل‬,‫َو َقْض ًبا‬
Artinya : Dari apakah Allah menciptakannya?. Dari setetes mani, Allah
menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya.
Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur. Kemudian
bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Sekali-kali jangan
manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-
benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya. Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-
sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat. Dan buah-buahan serta
rumput-rumputan. Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

B. Hukum Syar’i
Hukum syara’ (Syar’i) dapat diartikan sebagai apa-apa yang telah ditetapkan oleh
titah syariat, yaitu Alquran dan Sunnah. Hukum syra’ berkaitan dengan perbuatan
mukallaf baik berupa perkataan atau perbuatan dalam melakukan atau meninggalkan
sesuatu. Hukum syara’ tidak berkaitan dengan keyakinan atau akidah seseorang. Mukallaf
yang dimaksud adalah siapa saja yang dalam keadaan dibebani syariat termasuk ana kecil
dan orang gila.

6
Salah satu yang harus dipahami oleh seorang muslim adalah hukum syara’.
Hukum syara’ merupakan nama hukum yang disandarkan pada syariat atau syariah.
Yakni, suatu ketentuan yang berasal dari Allah SWT dan Rasul baik dalam bentuk
tekstual ataupun hasil pemahaman ulama. Oleh sebab itu, hukum syara’ juga dapat
dikatakan berasal dari Alquran dan Hadis.
Berdasarkan pengertian hukum syara’ di atas maka hukum syara’ dapat
dikategorikan dalam 2 jenis sebagai berikut.
a. Hukum Taklifi
Hukum taklifi merupakan tuntutan yang dibebankan kepada mukallaf untuk
mengerjakan atau meninggalkan suatu pekerjaan dan pilihan antara mengerjakan atau
meninggalkan suatu pekerjaan. Hukun taklifi dikelompokkan menjadi beberapa
macam di antaranya wajib, haram, mubah, mandub, dan makruh. Berikut penjelasan
kelima kategori tersebut.
1). Wajib
Wajib merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh pembuat syariat yang
harus dikerjakan. Seseorang yang melakukan perkara wajib akan diberikan
ganjaran dan mendapatkan hukuman jika meninggalkannya. nama lain dari wajib
di antaranya fardhu, faridhah, hatmun, mahtum, dan lazim. Hukum wajib sendiri
dapat dikategorikan menjadi empat sebagai berikut.
a). Berdasarkan Keterikatan Waktu
Berdasarkan keterikatan waktu, hukum wajib dikelompokkan menjadi
dua di antaranya sebagai berikut.
(1).Wajib Mutlaq atau Wajib Muwassa’, yaitu kewajiban yang waktu
pelaksanannya luas dan tidak terikat dengan waktu tertentu, seperti
menqadha’ puasa Ramadhan.
(2).Wajib Muqayyad atau Wajib Mudhayyaq, yaitu kewajiban yang
pelaksanaannya terikat oleh waktu tertentu, seperti shalat lima waktu,
puasa Ramadhan, dan lain sebagainya.
b). Berdasarkan Ketentuan Objek
Berdasarkan ketentuan objek, hukum wajib dibedakan menjadi dua
kategori sebagai berikut.
(1).Wajib Mu’ayyan, yaitu kewajiban yang sudah ditentukan dan tidak ada
pilihan lain selain yang sudah menjadi ketentuan, seperti wajibnya puasa
di bulan Ramadhan, wajibnya Haji, dan lain sebagainya.

7
(2).Wajib Ghairu Mu’ayyan atau Wajib Mukhayyar, yaitu kewajiban yang
dibolehkan menentukan salah satu diantara beberapa pilihan. Contohnya
adalah kaffarah bagi orang yang melanggar sumpah.
c). Berdasarkan Kadarnya
Berdasarkan kadarnya, hukum dibedakan menjadi dua kategori di
antaranya sebagai berikut.

(1).Wajib Muqaddar atau Wajib Muhaddad, yaitu kewajiban yang telah


ditentukan kadarnya, seperti jumlah raka’at pada shalat fardhu, jumlah
minimal pembayaran zakat, dsb.
(2).Wajib Ghairu Muhaddad, yaitu kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya,
seperti berinfak di jalan Allah, bersedekah, memberi makan anak yatim,
dsb.
d). Berdasarkan Subjek Hukumnya
Berikut rincian wajib berdasarkan subjek hukumnya.
(1).Wajib Aini atau Fardhu Ain, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada
setiap individu, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dsb.
(2).Wajib Kifa’i atau Fardhu Kifayah, yaitu kewajiban yang dibebankan
secara kolektif, yang apabila sudah terwakili maka gugurlah kewajiban itu.
Seperti shalat jenazah, jihad fi sabilillah, amar ma’ruf nahi munkar, dsb.
2). Haram
Haram merupakan sesuatu yang dilarang oleh pembuat syariat yang harus
ditinggalkan. Orang yang meninggalkan hal-hal haram akan mendapatkan pahala.
Namun, orang yang melakukannya akan mendapatkan dosa. Haram sendiri dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok sebagai berikut.
a). Haram lidzatihi atau haram karena zatnya. Yaitu perbuatan yang pada asalnya
haram menurut hukum syar’i. Contoh : syirik, zina, mencuri, memakan babi,
dan lain sebagainya.
b). Haram lighairigi atau haram karena selainnya. Yaitu perbuatan yang pada
asalnya diperbolehkan atau disyariatkan, namun karena adanya faktor lain
yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemudharatan maka perbuatan itu
menjadi haram. Sebagai contoh minum alkohol menjadi haram karena
mengandung khamer. Orang yang minum alkohol akan kehilangan kontrol diri

8
dan dapat melakukan hal maksiat lainnya. Seperti zina, membunuh orang, dan
sebagainya.
3). Mubah
Mubah merupakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan perintah
dan larangan. Sebagai contoh makan, tidur, minum, dan sebagainya. Segala
perbuatan yang pada asalnya tidak diperintahkan dan tidak dilarang oleh syariat.
Hal ini disebabkan jika perbuatan tersebut dilatarbelakangi oleh sesuatu yang
diperintahkan atau dilarang maka perbuatan tersebut mengikuti hukum yang
melatarbelakanginya.
Sebagai contoh mempelajari bahasa Arab yang hukum asalnya adalah
boleh. Namun, karena kita diwajibkan untuk mengetahui kandungan dari Al-
Quran dan As-Sunnah maka tidak mungkin kita bisa mengetahuinya tanpa
mempelajari bahasa Arab. Sehingga mempelajari bahasa Arab hukumnya menjadi
wajib atas dasar latar belakang tersebut. Contoh lain seperti makan dan minum.
Hukum asalnya adalah mubah, namun apabila dilakukan secara berlebihan hingga
membahayakan dirinya maka ia menjadi haram.
4). Mandub (Sunah)
Mandub merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh pembuat syariat yang
tidak harus dikerjakan. Seorang yang mengerjakan sesuatu mandub sedang
mencari pahala akan mendapat pahala, tetapi jika tidak dikerjakan maka tidak
akan mendapat hukuman. Mandub atau sunnah memiliki beberapa tingkatan di
antaranya sebagai berikut.
a). Pertama, sunnah muakkadah. Adalah sunnah yang selalu dikerjakan oleh Nabi
sallallaahu ‘alaihi wasallam. Contohnya melaksanakan shalat sunnah dua
rakaat sebelum subuh.
b). Kedua, sunnah ghairu muakkadah. Adalah sunnah yang tidak selalu dikerjakan
oleh Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam artinya sesekali beliau
meninggalkannya, seperti shalat tarawih, shalat empat rakaat sebelum dan
sesudah dzuhur, dan lain sebagainya.
Dalam Islam juga terdapat sunnah adat, yakni perbuatan Nabi Muhammad
SAW yang bukan dalam rangka ibadah kepada Allah. Seperti, cara berpakaian,
jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, cara berkendara, cara berjalan, dan
sebagainya.
5). Makruh

9
Makruh merupakan sesuatu yang dilarang oleh pembuat syariat dalam
bentuk ketidakharusan. Ketika, seseorang meninggalkan perkara makruh maka
akan diberikan pahala. Namun, jika melakukannya, orang tersebut tidak akan
berdosa.
Penggunaan istilah makruh diamini oleh para ulama kecuali ulama
hanafiyyah. Baginya, makruh terdiri dari dua, yakni makruh tahrim dan makruh
tanzih. Makruh tahrim adalah sesuatu yang dilarang atau diharamkan oleh syariat
akan tetapi dalilnya bersifat dzanni al-wurud (dugaan kuat). Sementara itu,
makruh tanzih adalah sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk ditinggalkan
sebagaimana makruh yang dikenal oleh para ulama pada umumnya.

b. Hukum Wadh’i
Hukum wadh’i berarti buatan atau bikinan. Hukum wadh’i yang dimaksudkan
di sini yakni adanya sesuatu hukum yang bergantung pada ada atau tidaknya sesuatu
yang lain seperti sebab, syarat, dan halangan hukum.
1). Sebab
Yang dimaksud dengan sebab merupakan segala sesuatu yang dijadikan
oleh syar’i sebagai alasan bagi ada atau tidak adanya hukum dan tidak adanya
sesuatu itu melazimkan adanya hukum. Misalnya, dalam firman Allah dalam QS
Al-Maidah yang mana terkandung dua hukum. Pertama, hukum taklifi, yakni
melanggar larangan mencuri. Kedua, terdapat pula hukum wadh’i karena ia
mencuri sebagai alasan ia dipotong tangannya. Jadi, adanya pencuri memastikan
adanya potong tangan.
2). Syarat
Yang dimaksud dengan syarat adalah tidak adanya sesuatu yang
memastikan tidak adanya hukum. Tetapi tidak sebaliknya, yakni adanya sesuatu
harus adanya hukum. misalnya firman Allah dalam QS Al- Baqarah ayat 110.
Arti QS Al-Baqarah ayat 110, “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan
mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa
yang kamu kerjakan.”
Berdasarkan ayat tersebut, zakat menjadi hukum wajib. Namun, tidak
cukup haul maka tidak ada hukum wajibnya. Namun, tidak pula cukupnya haul
memastikan wajibnya zakat karena masih bergantung pada hal yang lain seperti

10
nisab. Dalam hal ini, haul disebuy sebagai syarat, yakni salah satu syarat wajibnya
zakat.
3). Mani’
Yang dimaksud dengan mani’ merupakan segala sesuatu yang dapat
meniadakan atau membatalkan hukum. Misalnya, seseorang perempuan yang
sedang dalam masa haid atau nifas dilarang melakukan salat.
Sederhananya, mani’nya di sini adalah haid dan nifas. Hal ini disebabkan
adanya haid atau nifas itu maka tidak adanya kewajiban salat.
4). Rukhsah dan Azimah
Rukhsah berarti mudah dan ringan. Yang dimaksud rukhsah adalah
perubahan sesuatu dari yang berat pada yang ringan atau yang lebih mudah.
Karena adanya suatu sebab terhadap hukum asal. Seperti dalam firman Allah, QS
An-Nisa’ ayat 101.
Arti dari ayat tersebut adalah “Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka
tidaklah berdosa kamu meng-qasar salat, jika kamu takut diserang orang kafir.
Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Ayat tersebut menjelaskan mengenai keringanan pada orang-orang yang
sedang dalam perjalanan untuk mengqasar salatnya. Melansir dari laman
bincangmuslimah.com, rukhsah dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori
di antaranya sebagai berikut.
a). Rukhshah yang wajib diambil. Seperti memakan bangkai bagi orang yang
hampir mati dan tidak menemukan makanan yang lain.
b). Rukhsah yang sunnah diambil. Seperti mengqashar shalat dalam perjalanan,
tidak berpuasa bagi orang yang sakit, dan memandang wajah dan kedua
telapak tangan perempuan yang hendak dipinang.
c). Rukhshah yang boleh diambil. Seperti mempraktekkan akad salam.
d). Rukhshah yang lebih utama tidak diambil. Seperti mengusap sepatu,
menjamak shalat dalam keadaan tidak ada dharar, dan lain-lain.
e). Rukhsah yang makruh diambil. Seperti mengqashar shalat dalam perjalanan
yang kurang dari radius 3 marhalah (120 km)
Dengan adanya rukhsah memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia
yang terhimpit oleh kesulitan dan hanya ada hal-hal haram atau tidak boleh di
depan mata. Namun, hanya itu yang dapat menyelamatkan hidupnya.

11
Azimah berarti teguh, berat, dan kuat. Azimah juga dapat dimaknai
sebagai apa-apa yang disyari’atkan pada mulanya, dan tidak bergantung pada
sesuatu uzur atau halangan seperti salat lima waktu sebelum ada uzur. Puasa
Ramadhan sebelum ada uzur atau halangan. Demikian pula, kewajiban lainnya
disebut sebagai azimah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ayat qauliyah berarti perkataan, sabda, atau firman. Jadi, ayat qauliyah ialah
tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang berupa firman-Nya, yaitu Al-Quran dan Hadits
shohih. Contoh ayat ini dalam Alquran adalah surat Ar-Rad ayat 13, fushilat ayat 53,
thoha ayat 1-5.
Ayat kauniyah maksudnya adalah ayat-ayat Allah yang tidak terfirmankan atau
terucapkan atau tertuliskan namun bisa dibuktikan melalui keadaan atau pun kejadian.
Seorang mukmin yang baik tak hanya sekedar mencari kebesaran Allah melalui ayat-
ayatnya di dalam Al-Qur’an melainkan juga mencari ilmu dan kebesaran Allah melalui
alam semesta. Contoh ayat ini dalam Alquran adalah surat Ali Imran ayat 190-191,
Fussilat ayat 37, Ar-Rum ayat 20.
Ayat Insaniyah yaitu ayat-ayat yang bicara tentang manusia, baik mengenai
keberadaannya maupun pengaturan tingkah lakunya. Jadi, mencakup proses biologisnya
sampai pada apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup beserta patokan-patokan
hidup, sehingga manusia dapat hidup selamat di dunia dan akhirat. Contoh ayat ini dalam
Alquran adalah surat Al-Baqarah ayat 185, ‘Abasa ayat 18-32.
Hukum syara’ (Syar’i) dapat diartikan sebagai apa-apa yang telah ditetapkan oleh
titah syariat, yaitu Alquran dan Sunnah. Hukum syra’ berkaitan dengan perbuatan
mukallaf baik berupa perkataan atau perbuatan dalam melakukan atau meninggalkan
sesuatu. Hukum Syar’i dibagi menjadi dua yaitu hukum taklifi dan wadh’i. Hukum taklifi
merupakan tuntutan yang dibebankan kepada mukallaf untuk mengerjakan atau

12
meninggalkan suatu pekerjaan dan pilihan antara mengerjakan atau meninggalkan suatu
pekerjaan. Contohnya wajib, sunah, mubah, makhruh, haram. Sedangkan hukum wadh’i
Hukum wadh’i berarti buatan atau bikinan. Hukum wadh’i yang dimaksudkan di sini
yakni adanya sesuatu hukum yang bergantung pada ada atau tidaknya sesuatu yang lain
seperti sebab, syarat, dan halangan hukum. Contohnya adalah sebab, syarat, mani’,
rukhsoh dan azimah

B. Saran
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT makalah ini bisa terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun
penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dibutuhkan demi
tersusunnya makalah yang lebih baik lagi. Materi yang kami dapatkan dalam penulisan
Makalah ini hanya bersumber dari Internet, oleh karena itu kami menyarankan agar
pembaca menambahkan materi dari sumber yang lain dalam penyusunan makalah
selanjutnya. Kami juga beraharap semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi
pribadi dan umumnya bagi pembaca yang budiman

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Hukum syara’ (https://www.gramedia.com/literasi/hukum-syara/). Diakses pada


tanggal 13 November 2023.
2. Ayat Kanuniyah dan Insaniyah (https://www.dialogilmu.com/2018/03/memahami-
ayat-kauniyah-dan-insaniyah.html). Diakses pada tanggal 13 November 2023 .
3. Ayat Kauliyah dan Kauniyah (https://bambies.wordpress.com/2019/06/16/ayat-
qauniyah-dan-ayat-kauniyah/). Diakses pada tanggal 13 November 2023
4. Ayat Kauliyah, Kanuniyah dan Insaniyah
(https://id.wikipedia.org/wiki/Teoantropoekosentris). Diakses pada tanggal 13
November 2023
5. Ayat Kauliyah, Kanuniyah dan Insaniyah (https://ibtimes.id/ayat-ayat-allah-qauliyah-
kauniyah-dan-insaniyah/). Dikases pada tanggal 13 November 2023

Anda mungkin juga menyukai