Anda di halaman 1dari 15

IMAN DAN TAUHID

MAKALAH
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Tauhid dan Ilmu Akhlak)

Dosen Pengampu:

Dr. H. Dadan Nurul Haq, M.Ag.


Dr. Eep Sopwana Nurdin, M.Ud.

Disusun Oleh:

1. Nabila Nur Afifah (1222050095)


2. Nabila Nurlatifah F R (1222050096)
3. Nida Khafidhotul F (1222050104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Iman dan
Tauhid”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menyerukan ajaran tauhid kepada seluruh umat islam. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid dan
Ilmu Akhlak yang telah diberikan oleh dosen pengampu yaitu Bapak Dr. H. Dadan
Nurul Haq, M.Ag. dan Bapak Dr. Eep Sopwana Nurdin, M.Ud.
Makalah ini mendeskripsikan tentang ilmu tauhid yang nantinya akan
lebih berfokus pada pengertian iman dan tauhid, tingkatan-tingkatan iman,
indikator keimanan, serta hal-hal yang mendukung naik dan turunnya iman
seseorang. Kemudian pada bagian akhir juga terdapat penjelasan bagaimana
cara memelihara iman.
Dengan demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan, ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami paparkan
pada makalah ini, kami mohon maaf. Harapan kami, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Bandung, 13 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ...............................................................................................................................4
A. Pengertian Iman dan Tauhid...................................................................................4
B. Tingkatan Iman ......................................................................................................5
C. Indikator Keimanan ................................................................................................6
D. Hal-Hal yang Dapat Mempengaruhi Naik Turunnya Iman Seseorang ....................7
E. Cara Memelihara Iman ...........................................................................................8
BAB III ........................................................................................................................... 11
A. Simpulan .............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki fitrahnya sejak mereka dilahirkan yaitu bertauhid.
Tauhid yang dimiliki manusia ini konsisten dengan akal yang murni. Namun,
seiring berjalannya waktu, sebagian orang terkadang terkena pengaruh
lingkungannya yang menyebabkan mereka menyimpang dari ajaran tauhid. Agar
mereka kembali pada ajaran yang benar, maka ajaran itu harus bersumber dari Al-
Qur’an, Hadits Nabi Muhammad saw. maupun ijma’ para shalafush shalih.
Tauhid merupakan dasar dari agama Islam yang berarti meyakini keesaan Allah
SWT. adalah termasuk inti dari aqidah Islam. Oleh karena itu, menjadi kewajiban
primer bagi setiap umat Islam untuk mengenal keesaan Allah SWT. dan
mengesakan Allah SWT. pada kehidupan sehari-hari.
Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang
ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Dari fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa Theologi Islam ini adalah ajaran tentang Tuhan menurut
agama islam yang intinya mengajak manusia untuk mengeesakan Allah SWT.
Karena itu, jika kita berbicara tentang Theologi Islam maka kita membicarakan
pula makna dari Ilmu Tauhid itu sendiri.
Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dalam bidang itu (Wihadi Admojo,
1998:324). Sedangkan objek ilmu itu meliputi hal yang empiris maupun yang
tidak empiris, karena itu teologi sebagai ilmu yang membahas tentang Tuhan juga
termasuk ilmu yang sama dengan ilmu-limu lainnya (Muliadi Kartanegara dalam
Amsal Bakhtiar, 2010:16).
Asal kata tauhid adalah ahad atau wahid yang mana keduanya termasuk
nama-nama Allah SWT yang menunjukkan keesaan-Nya, seperti yang sudah
termuat pada ayat-ayat Al-Qur’an berikut:
- Surat Al-Ikhlas ayat 1
ۡ
ٰ‫قُل ُه َو ه‬
‫اّللُ اَ َحد‬

1
Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”
- Surat Al-Baqarah ayat 163
ِ ِ ِ ٌۚ ِ ِ ِ
‫الرحْي ُم‬
َّ ‫ْح ُن‬ َّ ‫َوا هٰلُ ُك ْم ا هله َّواحد ََلٓالهَ اَل ُه َو‬
‫الر ْ ه‬ َّ ‫ه‬

Artinya : Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan
selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Dari penjelelasan di atas dapat didefinisikan pengertian Ilmu Tauhid
secara bahasa adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT Yang Maha Esa.
Mengenai definisi Ilmu Tauhid secara istilah, para ahli telah
mengemukakan pendapatnya, seperti Ibnu Khaldun (tt:458) yang mengatakan
bahwa Ilmu Tauhid itu berisi alasan-alasan dari akidah keimanan dengan dalil-
dalil aqliyah dan alasan-alasan yang merupakan penolakan terhadap golongan
bid’ah yang dalam bidang akidah telah menyimpang dari mazhab salaf dan Ahlus
sunnah.
Dengan demikian, Teologi Islam atau Ilmu Tauhid merupakan salah satu
ilmu keislaman yang wajib diketahui oleh setiap muslim, bahkan bisa dikatakan
terpenting dibanding ilmu-ilmu keislaman lainnya. Sebab tanpa pengetahuan yang
memadai mengenai ilmu ini, seseorang akan dengan mudah terpeleset pada jurang
kesesatan yang dosanya termasuk dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah
SWT, yaitu syirik.
Makalah ini mencoba memaparkan tentang iman dan tauhid yang
berkaitan sangat erat, mulai dari pengertian iman dan tauhid, tingkatan-tingkatan
iman, indikator keimanan, hal-hal yang dapat mempengaruhi naik turunnya iman
seseorang, dan yang terakhir adalah tentang cara memelihara iman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iman dan tauhid?
2. Ada berapa tingkatan-tingkatan dalam iman?
3. Apa saja indikator keimanan itu?
4. Hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi naik turunnya iman sesorang?
5. Bagaimana cara memelihara iman?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari iman dan tauhid.

2
2. Untuk mengetahui ada berapa tingkatan-tingkatan dalam iman.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam indikator keimanan.
4. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi naik turunnya
iman seseorang.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara memelihara iman.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman dan Tauhid
a. Iman
Kata iman berasal dari bahasa Arab yakni “‫ ”امن‬yang artinya adalah
aman, damai, tentram atau dalam pengertian lain adalah keyakinan atau
kepercayaan. Kata iman tersusun atas tiga huruf (hamzah-mim-nun),
kemudian disebutkan pada kitab Mu’jam Muhfaros jumlah keseluruhan ayat
dalam Al-Qur’an dimana kata-kata berakar pada huruf a-m-n ada 387.
Sedangkan kata iman itu sendiri memiliki arti membenarkan atau meyakini,
atau dalam bahasa Arab disebut at-Tasdiq yang merupakan lawan kata dari al-
Kufr dan at-Taqdzib.
Sedangkan secara istilah syar’i para ulama tafsir mempunyai pendapat
yang beragam mengenai pengertian iman, antara lain:
1. Muhammad Nawawi Al-Jawi berkata, Iman adalah mereka yang
percaya dengan segenap hati mereka. Tidak seperti orang-orang yang
berkata namun tidak sesuai dengan haati mereka.
2. Menurut al-Baidhawi iman secara bahasa merupakan ungkapan
tentang membenarkan sesuatu. Kata iman diambil dari kata al-amn,
seperti bagaimana orang yang membenarkan sesuatu, maka dia (akan)
mengamankan hal yang diyakini kebenarannya itu dari pendustaan dan
perbedaan.
3. Menurut Ibnu Katsir iman adalah membenarkan ucapan dengan
perbuatan, kemudian melakukan sholat dan menunaikan zakat dan apa
yang dibawa oleh Rasulullah SAW, juga apa yang dibawa oleh rasul-
rasul sebelumnya, serta keyakinan akan adanya kehidupan akhirat.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah keyakinan yang
kuat di dalam hati, diucapkan dengan lisan, serta diamalkan sengan seluruh
anggota badan.
b. Tauhid
Secara bahasa (etimologis), tauhid berasal dari kata bahasa Arab
wahhada, yuwahhidu, tauhidan yang memiliki arti menjadikan sesuatu itu

4
satu atau esa. Sedangkan menurut ilmu syariat tauhid artinya mengesakan
Allah dalam suatu hal yang merupakan kekhususan bagi-Nya, yaitu berupa
Rububiyah Allah, Uluhiyah Allah dan Asma’ Wa Shifat Allah.
Muhammad Abduh juga mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian tauhid. Menurut beliau tauhid adalah suatu ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang
boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib
dilenyapkan daripada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah,
meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan)
kepada mereka, dan apa yang terlarang untuk dihubungkan kepada diri
mereka.
B. Tingkatan Iman
Menurut Syeikh Nawawi Al-Banteni menyebutkan keimanan manusia ada
lima tingkatannya, ‫“ مراتب اإليمان خمسة‬Derajat keimanan ada lima”, yaitu:
1. Iman Taqlid, yaitu mantap dengan ucapan orang lain tanpa mengetahui
dalil. Orang yang memiliki tingkatan keimanan ini dihukumi sah
keimanannya tetapi berdosa karena ia meninggalkan mencari dalil
apabila ia mampu untuk menemukannya.
2. Iman ‘Ilmi, yaitu mengetahui akidah-akidah beserta dalil-dalilnya.
Tingkatan keimanan ini disebut ilmu yaqin.
3. Iman ‘Iyaan, yaitu mengetahui Allah dengan pengawasan hati. Oleh
karena itu, Allah tidak hilang dari hati sekedip mata pun. Karena rasa
takut kepada-Nya selalu ada di hati, sehingga seolah-olah orang yang
memiliki tingkatan keimanan ini melihat-Nya di maqom muroqobah
(derajat pengawasan hati). Tingkat keimanan ini disebut dengan Ainul
Yaqin.
4. Iman Haq, yaitu melihat Allah dengan hati. Tingkatan keimanan ini
adalah pengertian dari perkataan ulama, “Orang yang makrifat Allah
dapat melihat-Nya dalam segala sesuatu.” Tingkat keimanan ini
berada di maqom musyahadah dan disebut dengan haq al-yaqindi
maqom musyahadah dan disebut dengan haq al-yaqin. Orang yang
memiliki tingkatan keimanan ini adalah orang yang terhalang jauh dari

5
selain Allah.
5. Iman Hakikat, yaitu sirna bersama Allah dan mabuk karena cinta
kepada-Nya. Oleh karena itu, orang yang memiliki tingkatan
keimanan ini hanya melihat Allah seperti orang yang tenggelam di
dalam lautan dan tidak melihat adanya tepi pantai sama sekali.
Tingkatan keimanan yang wajib dicapai seseorang adalah tingkatan nomer
1 dan 2. Sedangkan tingkatan keimanan 3, 4, dan 5 merupakan tingkatan-tingkatan
keimanan yang dikhususkan oleh Allah untuk para hamba-Nya yang Dia
kehendaki.
C. Indikator Keimanan
Dinukil dari kisah di dalam kitab klasik Nashooihul ‘Ibad dapat
disimpulkan bahwa jika kita mengaku beriman kepada Allah SWT maka kita
harus memiliki indikasi atau indikator sebagai berikut:
1. Pertama, bersedia sabar atas semua ujian dari Allah SWT. Sebagai
manusia yang beriman, siapa pun dan dari golongan mana pun, baik
itu orang kaya atau miskin, pejabat atau orang biasa, ulama atau ustadz
sekalipun, semuanya pasti akan diberi ujian oleh Allah SWT (Q.S. Al-
Baqarah ayat 214). Bukankah orang terpuji karena diuji? Semakin
banyak kita diuji dan berhasil dalam melewati semua ujian itu maka
pintu meraih keterpujian sudah di depan mata.
2. Kedua, selalu bersyukur atas semua karunia dari Allah. Amalan ini
sebenarnya merupakan bagian dari kasih sayang Allah seperti yang
ditegaskan dalam firman Allah, “Jika kalian bersyukur, niscaya akan
Aku tambah (nikmat-Ku) kepadamu.” (Q.S. Ibrahim ayat 7). Asal
yang mendasari hal ini adalah iman, maka jika kita senantiasa
bersyukur kepada Allah itu merupakan pembuktian atas keabsahan
iman kita.
3. Ketiga, ridha dengan setiap ketentuan dan takdir Allah. Keikhlasan
dan kerelaan atas setiap apa yang terjadi dalam hidup, itu menjadi
bukti atas keimanan kita di hadapan-Nya. Karena, bagaimanapun
semua terjadi telah ditetapkan jauh sebelum kehidupan ini dimulai.

6
D. Hal-Hal yang Dapat Mempengaruhi Naik Turunnya Iman Seseorang
1. Faktor Meningkatnya Keimanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata faktor berarti hal
(keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan atau memengaruhi terjadinya
sesuatu dan kata meningkat berarti menginjak, naik, beralih pada keadaan, dan
menjadi lebih banyak. Jadi maksud dari faktor meningkatnya keimanan yaitu
penyebab yang dapat menaikkan kadar keimanan seseorang dan adapun
faktor-faktornya sebagai berikut:
a. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Sebagaimana firman Allah SWT pada surah Ali Imran ayat 173.
Dari ayat ini kita bisa belajar bahwa jika kita senantiasa taat kepada Allah
dan Rasul-Nya maka akan membuat iman kita menjadi kuat, sebab yang
tertanam di hati dan pikiran kita selalu merujuk pada hukum Allah SWT
atau kebenaran sehingga akan menimbulkan perbuatan yang baik juga.
b. Melakukan Perbuatan Baik
Contoh dari perbuatan baik yang dapat menguatkan iman kita salah
satunya adalah shalat. Ibadah shalat memiliki banyak sekali nilai-nilai
spiritual, seperti pada novel karya Tere Liye yang berjudul “Hafalan
Shalat Delisa” yang mengisahkan tentang semangat seorang anak bernama
Delisa dalam menghafal bacaan shalat dan pada akhirnya tertanam dengan
kuat keimanan dalam diri Delisa.
2. Faktor Menurunnya Keimanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata faktor berarti hal
yang ikut memengaruhi terjadinya sesuatu dan kata menurun makin ke bawah
dan melemah. Jadi yang dimaksud dengan faktor menurunnya keimanan
adalah sesuatu hal yang dapat menurunkan kadar keimanan seseorang dan
adapun faktor-faktornya sebagai berikut:
a. Godaan dari Iblis dan Setan
Hal ini disebutkan dalam surah Al-A’raf ayat 16-17. Dalam ayat
ini disebutkan bahwa manusia telah dianugerahi banyak sekali kenikmatan
oleh Allah SWT, salah satunya adalah diciptakan dengan bentuk yang
sebaik-baiknya. Tetapi tidak sedikit manusia yang kufur atau tidak pernah

7
bersyukur kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan oleh keimanannya yang
tidak baik karena tergoda oleh bujuk rayu iblis dan setan yang dimana
mereka selalu menggoda manusia dari empat arah yaitu depan, belakang,
kanan, dan kiri. Maka ketika manusia tergoda oleh bujuk rayu iblis dan
setan untuk berbuat maksiat maka sejatinya keimanannya sedang turun
atau melemah.
b. Melakukan Perbuatan Buruk
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
Abu Hurairah yang inti matannya adalah tidak akan berbuat buruk
seseorang dalam keadaan beriman. Salah satu contohnya adalah
berlebihan dalam mencintai dunia (hubbud dunya). Kecintaan kepada
dunia akan muncul apabila hati dan pikiran hanya tertuju pada kesenangan
dunia, seperti hanya berfokus pada perempuan, harta, jabatan, dan
kesenangan-kesenangan dunia yang lainnya. Perbuatan itu tidaklah salah,
akan tetapi akan melahirkan penyakit jika berlebihan.
E. Cara Memelihara Iman
Menurut Imam Ahmad, beliau mengatakan:

‫يزيد ابلطاعة و ينقص ابالعصية‬


Artinya adalah iman itu bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang
dengan melakukan kemaksiatan. Dari perkataan tersebut dapat sipetik suatu
pelajaran bahwa pohon iman yang ada di dalam hati itu mati jika melakukan
kemaksiatan, oleh karena itu Rasulullah memberikan benteng agar iman para
sahabatnya selamat sehingga pohon iman mereka tetap kokoh.
a. Meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT
1) Beramal sholih yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Surah Al-
Baqarah ayat 2, 3, dan 4 :
ِ ِ ِ ِ ‫ك ٱلْكِ هتَب ََل ري‬ ِ
2 ‫ني‬
َ ‫ب ۛ فيه ۛ ُه ًدى لٰلْ ُمتَّق‬
َ َْ ُ َ ‫هَذل‬

3 ‫ٱلصلَ هوةَ َوِِمَّا َرَزقْ هنَ ُه ْم يُ ِنف ُقو َن‬


َّ ‫يمو َن‬ ِ ِ ِ ِ ‫ٱلَّ ِذ‬
ُ ‫ين يُ ْؤمنُو َن بٱلْغَْيب َويُق‬
َ
4 ‫اخَرةِ ُه ْم يُوقِنُو َن‬
ِ ‫ٱلء‬ ِ
َ ‫ك َوَمآ أُن ِزَل ِمن قَ ْبل‬
َ ْ ِ‫ك َوب‬ َ ‫ين يُ ْؤِمنُو َن ِِبَآ أُن ِزَل إِلَْي‬
ِ
َ ‫َوٱلَّذ‬

8
Artinya, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang
Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-
Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab)
yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya
akhirat.”
a) Melaksanakan shalat
Dalam surat Taha ayat 14 :
ْۙ ِ ۠ َِّ ‫ِه‬ ِ
‫الص هلوةَ لِ ِذ ْك ِر ْي‬
َّ ‫ن َواَقِ ِم‬ ْ ‫ب‬ ‫اع‬‫ف‬
َ ‫َن‬ ٰ‫َّن اَ ََن ه‬
ْ ُ ْ َ َ‫اّللُ ََلٓ الهَ اَلٓ ا‬
‫د‬ ِْٓ ‫ان‬
Artinya, “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat
Aku.” Dalam tafsirannya berisi Wahai Musa, ketahuilah
sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tuhanmu, dan sungguh tidak
ada Tuhan Pencipta alam raya yang layak disembah selain Aku,
maka berimanlah kepada-Ku, sembahlah Aku, dan laksanakanlah
shalat untuk mengingat-Ku dan bersyukur kepada-Ku.” Inilah
prinsip pertama akidah, yaitu keesaan Tuhan.
b) Berinfaq
Meningkatkan dan mempertebal iman kepada Allah dapat
dilakukan dengan berinfaq sebagaimana firman Allah dalam surah
Al-Hujurat ayat 15 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar.”
c) Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an dapat meningkatkan keimanan kita dengan
cara mentadabburi Al-Qur’an. Karena Allah berkomunikasi
dengan manusia melalui media komunikasi berupa Al-Qur’an.

9
Seluruh isi yang di dalam Al-Qur’an itulah yang Allah
komunikasikan kepada manusia dengan membaca dan memahami
bacaan Al-Qur’an.
2) Beramal sholih menurut Hadits Riwayat Ahmad
Agar iman kepada Allah SWT tumbuh subur dan kokoh di hati
para sahabatnya, Rasulullah SAW mengajarkan kepada mereka bahwa
amal sholih, seperti tawakkal, dzikir, shalat, puasa, menolong orang
lain, dan lain sebagainya adalah bagian dari keimanan, semakin
seseorang banyak melakukan amal sholih semakin subur dan kokoh
pula keimanan di dalam hati. Rasulullah SAW bersabda, “Iman itu
terdiri dari tujuh puluh sekian bagian, dan yang paling utama adalah
ucapan “laa ilaaha illallah”, dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan perkara yang menganggu orang yang lewat di jalan
seperti; tulang, dan rasa malu termasuk bagian daripada iman.” (HR.
Ahmad)
b. Menjauhi kemaksiatan
1) Hadits ke-34 dalam Kitab Arba’in Nawawi
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran,
ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya.
Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-
lemahnya iman.” (HR. Muslim no. 49)
Dalam hadits tersebut memiliki isi kandungan bahwa menentang
perilaku kebatilan dan menolak kemungkaran itu kewajiban yang
dituntut dalam ajaran islam sesuai kemampuan dan kekuatannya,
karena menyingkirkan kemungkaran merupakan buahnya keimanan.
Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim,
sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan
kemampuannya.

10
BAB III
PENUTUP
F. Simpulan
Iman secara bahasa aman, damai, dan tentram, atau dalam pengertian lain
adalah keyakinan atau kepercayaan. Sedangkan pengertian iman secara istilah
adalah keyakinan yang kuat dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan seluruh anggota badan. Tauhid secara bahasa artinya esa atau satu,
sedangkan secara istilah adalah mengesakan Allah dalam suatu hal yang
merupakan kekhususan bagi-Nya, yaitu berupa Rububiyah Allah, Uluhiyah Allah,
dan Asma’ wa Shifat Allah.
Ada beberapa tingkatan dalam beriman kepada Allah SWT yaitu, Iman
Taqlid, Iman ‘Ilmi, Iman ‘Iyaan, Iman Haq dan Iman Hakikat. Dari lima yang
telah disebutkan ada yang wajib dicapai dan ada yang dikhususkan oleh Allah
untuk para hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi naiknya kadar keimanan seseorang
yaitu, taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya dan melakukan perbuatan baik atau
yang biasa disebut dengan amal shalih. Sedangkan hal-hal yang dapat
mempengaruhi turunnya kadar keimanan seseorang yaitu, godaan dari iblis dan
setan, serta melakukan perbuatan buruk atau maksiat.
Ketika iman kita sudah terasa mulai melemah, kita dapat menjaga iman
kita dengan cara memperbanyak beramal shalih seperti melaksanakan shalat,
membaca Al-Qur’an, dan bersedekah atau berinfaq, serta menjauhi segala bentuk
kemaksiatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Baydawi, Abdullah bin ‘Umar. Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, Jilid 1. Ditahqiq
oleh Abdurrahman al-Mir’asyly. Beirut: Dar Ihya’ at-Turats Al-‘Arabi, 1418H.
Arfin, Muh Irwan. "Pengertian Dan Pembagian Tauhid."
Barus, E. E. (2016). Tauhid Sebagai Fundamental Filsafah Ekonomi Islam. JPED (Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam)(Darussalam Journal of Economic
Perspectives), 2(1), 69-79.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JPED/article/view/6648/5498
Imam Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin (Terjemahan). Jakarta: Malik Karim, 1965.
Imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqi. Tafsir Ibnu Katsir. Terj. Bahrun Abu Bakar. Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2000.
Muhammad Ibnu Mukrim Ibn Manzur Al-Afriki Al-Misri. Lisan al-Arabi. Beirut: Dar
Sodir
Muhammad Nawawi Al-Jawi. Tafsir Uunir, Marah Labid. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2011.
Muhammad Shidqi ‘Athori. Al-Mu’jam al-Muhfaros li Ahfadz Al-Qur’an al-Karim.
Beirut: Dar Fikr, 2010.
Muhyidin Yahya bin Syaraf Nawawi. Hadits Arba’in Nawawi (Terjemahan). Surabaya:
Abdullah Haidir, 2007.
Nasrullah, A. Muzammil Alfan. Pengantar Ilmu Tauhid. Vol. 103. Duta Media
Publishing, 2019.
Saputra, T. (2022). Faktor Meningkatnya dan Menurunnya Keimanan: Studi Kitab
Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka. Jurnal Riset Agama, 251-263.
Syekh Nawawi Al-Bantani. Kasyifatus Saja’ (Terjemahan). Jakarta: Pustaka Mampir,
2013.
Zaini, Syahminan. Kulah Aqidah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983
https://www.proquest.com/scholarly-journals/konsep-bertambah-dan-berkurang-iman-
menurut/docview/2437133743/se-2
https://www.republika.co.id/berita/odhh3b313/3-indikator-iman
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21413344023.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai