Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. Dengan-Nya kami meminta pertolongan dalam
urusan dunia dan agama. Semoga shalawat dan salam Allah atas tuan kita Muhammad
penutup para Nabi, keluarganya, dan Sahabatnya semua. Tidak ada daya dan upaya kecuali
dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.
Islam adalah agama yang universal. Agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak
ada satu persoalan pun dalam kehidupan ini, melainkan telah dijelaskan. Dan tidak ada satu
masalah pun, melainkan telah disentuh oleh nilai Islam, kendati masalah tersebut nampak
ringan dan sepele. Itulah Islam, agama yang menebar rahmat bagi semesta alam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Kelompok 4
DAFTAR ISI
A. Al Qur’an
Al Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan
dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9)
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau sekiranya Al-
Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak
di dalamnya.” (QS 4:82)
Al Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat
mengagumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al
Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu
yang perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5
Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-
rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodlo qodar, dan sebagainya. Prinsip-prinsip syari’ah
sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan tetap dalam koridor
yang benar bagaima namenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah, ibadah) dan
kepada manusia (hablun minannas, mu’amalah).
Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa
bagi yang berbuat dosa (nadzir). Kisah-kisah sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum
masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan antara lain : astronomi, fisika, kimia,
ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya,
sosiologi, psikologi, dan sebagainya.
2.1.KEUTAMAAN AL-QUR’AN
1. Al-Qur’an adalah cahaya
a) ۤا ُء ِم ْنO ه َم ْن نَّ َشOٖ Oِ ِديْ بOوْ رًا نَّ ْهOOُك رُوْ حًا ِّم ْن اَ ْم ِرنَا ۗ َما ُك ْنتَ تَ ْد ِريْ َما ْال ِك ٰتبُ َواَل ااْل ِ ْي َمانُ َو ٰل ِك ْن َج َع ْل ٰنهُ ن َ َِو َك ٰذل
َ ك اَوْ َح ْينَٓا اِلَ ْي
ِ ي اِ ٰلى
ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ۙ ٍْم ْٓ ك لَتَ ْه ِد َ َّ( ِعبَا ِدنَا ۗ َواِنQs.asyi-syura :52)
“Dahulu kamu Muhammad tidak mengetahui apa itu al-kitab dan apa pula iman ,akan tetapi
kemudian kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengan nya kami akan memberikan
petunjuk siapa saja diantara hamba -hamba kami yang khendaki.’’
ٌ ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ُك ْم بُرْ ه
b). َان ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َواَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْي ُك ْم نُوْ رًا ُّمبِ ْينًا
Artinya:
“Allah ta’ala berfirman (yang artinya), :Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada
kalian keterangan yg jelas dari rabb kalian,dan kami turunkan kepada kalian cahaya yg terang
benderang. :(QS.An-nisaa:174).
ِ ۗ ٰالظلُم
c.) ت ُ ْت اِلَى النُّوْ ۗ ِر َوالَّ ِذ ْينَ َكفَر ُْٓوا اَوْ لِيَ ۤاُؤ هُ ُم الطَّا ُغو
ُّ ت ي ُْخ ِرجُوْ نَهُ ْم ِّمنَ النُّوْ ِر اِلَى ُّ َهّٰللَا ُ َولِ ُّي الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ي ُْخ ِر ُجهُ ْم ِّمن
ِ ٰالظلُم
ٰۤ ُ
َار هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن ِ ۚ َّك اَصْ ٰحبُ الن َ ول ِٕى ا
Artinya:
“Allah ta’ala berfirman(yang artinya), Allah adalah penolong bagi orang-orang yg beriman ,
allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, Adapun orang-orang
kafir itu penolong mereka adalah thog yg mngeluarkan mereka dari cahaya menuju
kegelapan-kegelapan”(QS.Al-Baqarah:257)
َ ِج ِّم ْنهَ ۗا َك ٰذل
d.) ك ُزيِّنَ لِ ْل ٰكفِ ِر ْينَ َما َ ت لَي
ِ َْس بِخ
ٍ ار ِ ٰالظلُم ُّ اس َك َم ْن َّمثَلُهٗ فِى
ِ َّاَ َو َم ْن َكانَ َم ْيتًا فَاَحْ يَي ْٰنهُ َو َج َع ْلنَا لَهٗ نُوْ رًا يَّ ْم ِش ْي بِ ٖه فِى الن
َ َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن.(QS.An’aam:122).
Artinya:
“Allah ta’ala berfirman(yg artinya), :dan apakah orang yg sudah mati lalu kami hidupkan dan
kami beri dia cahaya yg membuatnya dapat berjalan ditengah-tengah orang banyak, sama
dengan orang yg berada dalam kegelapan, sehingga ia tidak dapat keluar
darinya?.Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yg mereka
kerjakan”.
2.4 Tajwid
Definisi ilmu tajwid
Tajwid secara bahasa adalah mashdar dari jawwada-yujawwidu, yang artinya membaguskan.
Sedangkan secara istilah, Imam Ibnul Jazari menjelaskan:
اإلتيان بالقراءة مجودة باأللفاظ بريئة من الرداءة في النطق ومعناه انتهاء الغاية في التصحيح وبلوغ النهاية في التحسين
هOرف إلى مخرجO ورد الح، اOOا مراتبهOOا وترتيبهOروف حقوقهOOاء الحOو إعطO وه، راءةOة القO وزين، فالتجويد هو حلية التالوة
فOOراف وال تعسOO وكمال هيئته ; من غير إس، وإلحاقه بنظيره وتصحيح لفظه وتلطيف النطق به على حال صيغته، وأصله
وال إفراط وال تكلف
“maka tajwid itu merupakan penghias bacaan, yaitu dengan memberikan hak-hak,
urutan dan tingkatan yang benar kepada setiap huruf, dan mengembalikan setiap huruf pada
tempat keluarnya dan pada asalnya, dan menyesuaikan huruf-huruf tersebut pada setiap
keadaannya, dan membenarkan lafadznya dan memperindah pelafalannya pada setiap
konteks, menyempurnakan bentuknya. tanpa berlebihan, dan tanpa meremehkan” (An Nasyr
fil Qira’at Al ‘Asyr, 1/212).
Hukum tajwid
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah ditanya, “apakah seorang Muslim boleh
membaca Al Qur’an tanpa berpegangan pada kaidah-kaidah tajwid?”. Beliau menjawab:
طOOظ فقOOنعم يجوز ذلك إذا لم يلحن فيه فإن لحن فيه فالواجب عليه تعديل اللحن وأما التجويد فليس بواجب التجويد تحسين للف
وOOد فهOOرآن بالتجويOOرأ القOOوتحسين اللفظ بالقرآن ال شك أنه خير وأنه أتم في حسن القراءة لكن الوجوب بحيث نقول من لم يق
هOOه إال أنOOآثم قول ال دليل عليه بل الدليل على خالفه بل إن القرآن نزل على سبعة أحرف حتى كان كل من الناس يقرؤه بلغت
ان بنOOنين عثمOOير المؤمOOريش في زمن أمOOة قOOراءة على لغOOبعد أن خيف النزاع والشقاق بين المسلمين وحد المسلمون في الق
لOOد لئال يحصOOرف واحOOاس على حOOع النOOه أن جمOOه في خالفتOOن رعايتOOه وحسOOائله ومناقبOOعفان رضي هللا عنه وهذا من فض
ه فالOOا هي عليOOالحروف على مOOق بOOالنزاع والخالصة أن القراءة بالتجويد ليست بواجبة وإنما الواجب إقامة الحركات والنط
يبدل الراء الما مثال وال الذال زايا ً وما أشبه ذلك هذا هو الممنوع
“Ya, itu dibolehkan. Selama tidak terjadi lahn (kesalahan bacaan) di dalamnya. Jika
terjadi lahn maka wajib untuk memperbaik lahn-nya tersebut. Adapun tajwid, hukumnya
tidak wajib. Tajwid itu untuk memperbagus pelafalan saja, dan untuk memperbagus bacaan
Al Qur’an. Tidak diragukan bahwa tajwid itu baik, dan lebih sempurna dalam membaca Al
Qur’an. Namun kalau kita katakan ‘barangsiapa yang tidak membaca Al Qur’an dengan
tajwid maka berdosa‘ ini adalah perkataan yang tidak ada dalilnya. Bahkan dalil-dalil
menunjukkan hal yang berseberangan dengan itu.
“para ulama muta’akhirin merinci antara wajib syar’i dengan wajib shina’i dalam
masalah tajwid. Wajib syar’i (kewajiban yang dituntut oleh syariat) adalah yang jika
meninggalkannya dapat menjerumuskan pada perubahan struktur kalimat atau makna yang
rusak. Dan wajib shina’i adalah hal-hal yang diwajibkan para ulama qiraat untuk
menyempurnakan kebagusan bacaan.
Maka apa yang disebutkan pada ulama qiraat dalam kitab-kitab ilmu tajwid mengenai
wajibnya berbagai hukum tajwid, bukanlah demikian memahaminya. Seperti idgham, ikhfa’,
dan seterusnya, ini adalah hal-hal yang tidak berdosa jika meninggalkannya menurut mereka.
Asy Syaikh Ali Al Qari setelah beliau menjelaskan bahwa makharijul huruf berserta
sifat-sifat dan hal-hal yang terkait dengannya itu adalah hal yang berpengaruh dalam bahasa
arab, beliau berkata: ‘hendaknya setiap orang memperhatikan semua kaidah-kaidah
makharijul huruf ini. Wajib hukumnya dalam kadar yang bisa menyebabkan perubahan
struktur kalimat dan kerusakan makna. Sunnah hukumnya dalam kadar yang bisa
memperbagus pelafalan dan pengucapan ketika membacanya'” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah
Al Kuwaitiyyah, 10/179).
Maka tidak benar sikap sebagian orang yang menyalahkan bacaan Al Qur’an dari
orang-orang yang belum pernah mendapatkan pelajaran tajwid yang mendalam, padahal
bacaan mereka masih dalam kadar yang sudah memenuhi kadar wajib, yaitu tidak rusak
makna dan susunan katanya. Bahkan sebagian orang ada yang merasa tidak sah shalat di
belakang imam yang tidak membaca dengan tajwid. Dan ada pula sebagian pengajar tajwid
yang menganggap tidak sah bacaan Al Qur’an setiap orang yang tidak menerapkan semua
kaidah-kaidah tajwid dengan sempurna. Ini adalah sikap-sikap yang kurang bijak yang
disebabkan oleh kurangnya ilmu. Wallahul musta’an.
ِ ْ فَِإنَّهُ يَ ُكونُ عَوْ نًا َعلَى فَه ِْم ْالقُر، ا ْق َرْأهُ َعلَى تَ َمه ٍُّل:ي
آن َوتَ َدب ُِّر ِه ِ { َو َرتِّ ِل ْالقُرْ آنَ تَرْ تِيال} َأ:َُوقَوْ لُه
“dan firman-Nya: ‘dan bacalah Al Qur’an dengan tartil‘, maksudnya bacalah dengan pelan
karena itu bisa membantu untuk memahaminya dan men-tadabburi-nya” (Tafsir Ibni Katsir,
8/250).
وترسل فيه ترسال، وبين القرآن إذا قرأته تبيينا: ( َو َرتِّ ِل ْالقُرْ آنَ تَرْ تِيال) يقول ج ّل وع ّز:وقوله
“dan firman-Nya: ‘dan bacalah Al Qur’an dengan tartil‘, maksudnya Allah ‘Azza wa Jalla
mengatakan: perjelaslah jika engkau membaca Al Qur’an dan bacalah dengan tarassul (pelan
dan hati-hati)” (Tafsir Ath Thabari, 23/680).
As Sa’di menjelaskan:
{تعداد } َو َرتِّ ِل ْالقُرْ آنَ تَرْ تِيالOOؤ واالسOO والتهي، بآياتهO والتعبد، وتحريك القلوب به،فإن ترتيل القرآن به يحصل التدبر والتفكر
التام له
“‘dan bacalah Al Qur’an dengan tartil‘, karena membaca dengan tartil itu adalah membaca
yang disertai tadabbur dan tafakkur, hati bisa tergerak karenanya, menghamba dengan ayat-
ayat-Nya, dan tercipta kewaspadaan dan kesiapan diri yang sempurna kepadanya” (Taisir
Karimirrahman, 892).
2.5 Asbabun Nuzul