Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FUNGSI HADIS TERHADAP AL-QUR’AN

DOSEN PENGAMPU:
SUFIAN SURI,Lc.,M.A

Nama kelompok 3:
1. Zahra annazah (202232100)
2. yesa Pohan (202232077)

JURUSAN BIMBINGAN KONSLING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis munajatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Semoga Allah SWT meridhoi-Nya. Amin
Makalah ini membahas tentang “fungsi hadis terhadap al-qur’an ”. Semoga
makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membaca dan mempelajarinya. Sebelumnya penulis memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik
dan saran yang dapat membangun demi perbaikan di masa depan.

Lhokseumawe,14 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan penulisan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi hadis beserta contohnya .....................................................................
B. Pandangan ulama ...........................................................................................

\BAB III PENUTUP


Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hukum Islam, hadits menjadi sumber hukum kedua setelah al-
Qur`an. Penetapan hadits sebagai sumber kedua iniditunjukan oleh tiga hal, yaitu
al-Qur`an sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Al-
Quran menekankan bahwa RasulullahSAW berfungsi menjelaskan maksud
firman-firman Allah (QS. 16:44). Karena itu apa yang disampaikan Nabi harus
diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus diteladani oleh kaum Muslimin.
Sejak masa sahabat sampai hari ini para ulama telah bersepakat dalam penetapan
hukum didasarkan juga kepada sunnah Nabi, terutama yang berkaitan dengan
petunjuk operasional. Keberlakuan hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula
dengan kenyataan bahwa AlQur`an hanya memberikan garisgaris besar dan
petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat
dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja fungsi hadis?
2. Bagaimana perbedaan pendapat para fungsi hadis
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian fungsi hadis
2. Mengetahui contoh fungsi hadis .
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Hadist Beserta Contohnya

Hadis adalah sumber hukum islam kedua yang telah di sepakati oleh para
ulama (ahlul ilmi) dapat memunculkan hukum dengan sendirinya tampa besertaan
dengan al-Qur’an.1 Disamping itu hadist juga memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan Al-Qur’an apalagi bila kita tinjau dari sisi fungsinya. Fungsi hadist
terhadap Al-Qur’an secara umum yaitu sebagai bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan
takhshis, bayan taqyid, bayan tasyri’, dan bayan tabdil. Kejelasan fungsi-fungsi
hadist tersebut diatas adalah sebagai berikut.
1. Bayan Ta’kid
Bayan ta’kid atau disebut juga dengan bayan Taqrir atau bayan itsbat
adalah hadist yang berfungsi untuk memperkokoh atau memperkuat isi kandungan
Al-Qur’an.2 Dalam hal ini, hadist hanya berfungsi untuk memperkokoh isi
kandungan Al-Qur’an,3 dengan demikia maka kandungan hukumnya memiliki dua
dalil sekaligus yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi.4
Diantara contoh bayan ta’kid adalah firman Allah SWT:5
....ُ‫ص ْمه‬ َّ ‫فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم‬
ُ َ‫الش ْه َر َفلْي‬
Karena itu, barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah
ia berpuasa… (Q. S. Al-Baqarah (2): 185)
Ayat Al-Qur’an di atas di ta’kid (di perkuat) oleh hadist Nabi SAW:
‫ص ْو ُم ْواوِإذَ َار َْأيتُ ُم ْوهُ فَـَأ فْ ِط ُر ْوا‬
ُ َ‫ِإذَا َر َْأيتُ ُم ْوهُ ف‬
“Apabila kalian melihat (ru’yat) bulan maka, berpuasalah. Dan begitu pula apabila
melihat (ru’yat) bulan itu maka, berbukalah”(H. R.Muslim).
1
Muhammad bin Ali bin Muhammad as-Syaukani, Irsyadul Fuqul (Kairo: Darus Salam,
2006), Jilid:1 h.132
2
Agus Solahudin, dkk, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.78.
3
Idri, Studi Hadist (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h.24.
4
Abu Yasid, Hubungan simbiotik al-Qur’an dan al-Hadist dalam membentuk diktum-
diktum hukum (Ponorogo: Jurnal Tsaqofah, Vol.7, No.1, April, 2011),h.144.
5
Munzier Suprapta, Ilmu Hadist (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka: 2013), h.59.
2. Bayan Tafsir
            Yang dimaksud dengan bayan tafsir adalah hadist berfungsi untuk
menerangkan ayat-ayat yang sangat umum (a’m), global (mujmal), dan kesaman
makna (musytarak) dengan memberikan perincian penafsiran terhadap ayat-ayat
Al-Qur’an yang masih global (mujmal), memberikan batasan (taqyid) ayat-ayat
Al-Qur’an yang masih belum terbatasi (muthlaq), dan memberikan kekususan
(takhshih) ayat-ayat yang masih umum (a’m).6 Badri Khaeruman mendefinisikan
dengan hadist yang difungsikan menerangkan hal-hal yang tidak mudah di ketahui
pengertiannya (mujmal atau musytarok fihi)7 atau dapat dikatakan memberikan
penafsiran dan penjabaran yang lebih konkret tentang garis besar yang ada di
dalam al-Qur’an.8
Jadi, bila memandang pengertian di atas maka bayan takhshis dan bayan
taqyid termasuk dalam katagori bayan tafsir. Di antara contoh bayan tafsir ini
adalah:9
1) Bayan Tafsir Mujmal adalah seperti hadist yang menerangkan ke
mujmala-an ayat-ayat tentang perintah Allah SWT untuk mengerjakan
shalat, puasa, zakat dan haji. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
masalah ibadah tersebut masih bersifat global atau secara garis besarnya
saja. Contohnya kita diperintahkan shalat, namun Al-Qur’an tidak
menjelaskan bagaimana tata cara shalat, tidak menerankan rukun-
rukunnya dan kapan waktu pelaksanaannya. Semua ayat tentang kewajiban
shalat tersebut dijelaskan oleh Nabi SAW dengan sabdanya,
ِ
َ ‫صلُّ ْوا َك َما َر َْأيتُ ُم ْون ْي‬
‫ُأصلِّ ْي‬ َ
            “Shalatlah sebagaimana kamu melihatku shalat.”(H.R. Bukhari)
2) Bayan Tafsir Musytarak Fihi, adalah menjelaskan tentang ayat quru’.
Allah SWT berfirman:

6
Agus Solahudin, dkk, Ulumul Hadist, 81.
7
Badri Khaeruman, Ulum al-Hadist (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.49.
8
Abu Yasid, Hubungan simbiotik al-Qur’an dan al-Hadist dalam membentuk diktum-
diktum hukum,h.145.
9
Munzier Suprapta, Ilmu Hadist,h.61-63.
ٍ ‫ات يتربَّصن بَِأْن ُف ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ ُق ر‬
‫وء َواَل يَ ِح ُّل ل َُه َّن َأ ْن يَكْتُ ْم َن َم ا َخلَ َق اللَّهُ فِي َْأر َح ِام ِه َّن ِإ ْن‬ ُ َ ْ َ ََ ُ ‫َوال ُْمطَلَّ َق‬
‫صاَل ًحا َول َُه َّن ِمثْ ُل الَّ ِذي‬ ِ ‫ُك َّن يْؤ ِم َّن بِاللَّ ِه والْيوِم اآْل ِخ ِر وبعولَته َّن َأح ُّق بِرد‬
َ ِ‫ِّه َّن فِي َذل‬
ْ ‫ادوا ِإ‬
ُ ‫ك ِإ ْن ََأر‬ َ َ ُ ُ ُُ َ َْ َ ُ
ِ ِ ِّ ِ‫وف ول‬
ِ ِ
ٌ ‫لر َجال َعلَْي ِه َّن َد َر َجةٌ َواللَّهُ َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬ َ ‫َعلَْي ِه َّن بال َْم ْع ُر‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya.Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Untuk menjelaskan lafazh quru’ ini, datanglah hadist Nabi SAW berikut ini,

َ ‫ـان َو ِع َّد ُت َهـا َح ْي‬


ِ َ‫ضت‬
‫ـان‬ ِ َ‫طَالَ ُق اَأْلم ِة ِإ ْثنَت‬
َ
“Talak budak dua kali dan iddahnya dua haid.” (H.R. Ibnu Majah)
Sehingga arti kata perkataan quru’ dalam ayat Al-Qur’an tersebut di
atas berarti suci dari haid.
3) Bayan Tafsir Taqyid adalah sifat mutlaq ayat Al-Qur’an yang antara lain
Q. S Al-Maidah (5) : 38, yaitu :

ِ ِ ِ ِ ‫السا ِرقَةُ فَاقْطَعُوا َأيْ ِد َي ُهما َج َز‬


ٌ ‫اء ب َما َك َسبَا نَ َكااًل م َن اللَّه َواللَّهُ َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬ ً َ َّ ‫السا ِر ُق َو‬
َّ ‫َو‬
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

Hadist Nabi:
ِ ‫السـا ِر ِق ِإاَّل فَي رب ِع ِدينـا ٍر فَصـ‬
‫اع ًدا‬ َّ ‫الَ ُت ْقطَ ُع يَ ُد‬
َ َْ ُْ ْ
“Tangan pencuri tidak boleh di potong, melainkan pada (pencurian
sebilai) seperempat dinar atau lebih.” (H. R. Mutafaq menurut lafadz
Muslim)
4) Bayan Tafsir Takhshis keumuman ayat-ayat Al-Qur’an adalah hadist Nabi
SAW, berikut ini.

‫ث الْ َقاتِ ُل ِم َن ال َْم ْق ُت ْو ِل َش ْيـًأ‬


ُ ‫الَ يَ ِر‬
“Seorang pembunuh tidak berhak menerima harta warisan” (H. R.
Ahmad)
Hadist tersebut men-takhshis keumuman firman Allah SWT dalam Q. S.
An-Nisa (4): 11 yaitu :
ِّ ‫لذ َك ِر ِمثْل َح‬
ِ‫ظ اُأْلْن َثَي ْين‬ َّ ِ‫وصي ُكم اللَّهُ فِي َْأواَل ِد ُك ْم ل‬
ِ ‫ي‬
ُ
ُ ُ
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu : bagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan..
3. Bayan Takhshis
Bayan Takhshis adalah membatasi atau mengkhususkan kandungan ayat-
ayat al-Qur’an yang bersifat umum.10
Sebagai contoh adalah hadist Nabi SAW:

‫ث الْ َقاتِ ُل ِم َن ال َْم ْق ُت ْو ِل َش ْيـًأ‬


ُ ‫الَ يَ ِر‬
“Seorang pembunuh tidak berhak menerima harta warisan” (H. R.
Ahmad)
Yang membatasi ayat al-Qur’an an-Nisa 11:
ِّ ‫لذ َك ِر ِمثْل َح‬
‫ظ اُأْلْن َثَي ْي ِن‬ َّ ِ‫وصي ُكم اللَّهُ فِي َْأواَل ِد ُك ْم ل‬
ِ ‫ي‬
ُ
ُ ُ
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian
dua orang anak perempuan..

10
Idri, Studi Hadist, h.28.
4. Bayan Taqyid
Bayan Taqyid adalah membatasi ayat yang bersifat mutlak (hakikat kata
tampa memandang jumlah maupun sifatnya) dengan sifat, keadaan atau syarat
tertentu.11
Contoh ayat Q. S Al-Maidah (5) : 38, yaitu :
‫اء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِم َن اللَّه‬ ِ
ً ‫السا ِرقَةُ فَاقْطَعُوا َأيْد َي ُه َما َج َز‬
َّ ‫السا ِر ُق َو‬
َّ ‫َو‬
Di batasi dengan hadist:
ِ ‫السـا ِر ِق ِإاَّل فَي رب ِع ِدينـا ٍر فَصـ‬
‫اع ًدا‬ َّ ‫الَ ُت ْقطَ ُع يَ ُد‬
َ َْ ُْ ْ
“Tangan pencuri tidak boleh di potong, melainkan pada (pencurian
senilai) seperempat dinar atau lebih.” (H. R. Mutafaq menurut lafadz
Muslim)
5. Bayan Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan tasyri’ adalah ajaran-ajaran yang tidak
didapati dalam al-Qur’an maka dimunculkan hukumnya, baik yang tidak ada sama
sekali atau yang diketemukan pokok-pokoknya (ashl) saja.12
Hadist termasuk ke dalam kelompok ini, diantaranya adalah hadist
penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara istri dengan
bibinya), hukum syuf’ah, hukum merajam wanita pezinah yang masih perawan,
dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak. Salah satu contoh yang lain
adalah hadist tentang hukum zakat fitrah sebagai berikut;13
‫اعا ِم ْن‬
ً ‫ص‬
ِ ‫َّاس ص‬
َ ‫اعا م ْن تَ ْم ٍر َْأو‬ َ ‫ض َز َكاةَ ال ِْفطْ ِر ِم ْن َر َم‬
ً َ ِ ‫ض ا َن َعلَى الن‬ ِ
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َف َر‬
ِ َ ‫َأن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ
ِِ ِ ٍ ِ
َ ‫َشعي ٍر َعلَى ُك ِّل ُح ٍّر َْأو َع ْبد ذَ َك ٍر َْأو ُأْنثَى م ْن ال ُْم ْسلم‬
‫ين‬

“Bahwasanya Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat


Islam pada bulan Ramadlan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap
orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan Muslim.” (H. R
Muslim)
6. Bayan Tabdil
11
Ibid.
12
Munzier Suprapta, Ilmu Hadist, h.64.
13
Ibid.
Bayan tabdil di sebut juga dengan nasakh (membatalkan), alijalah
(menghilangkan), tahwil (memindahkan), atau taqyir (mengubah). Yang dimaksud
dengan tabdil disini adalah menghapus ketentuan hukum yang ada di al-Qur’an.14
Salah satu contoh dari katagori bayan tabdil adalah sabda Rasul SAW dari
ibnu Umamah Al-Bihili,
ٍ ‫صيَّةَ لِوا ِر‬
‫ث‬ ِ ‫ِإ َّن اللَّهَ قَ ْد َأ ْعطَى ُك َّل ِذي ح ٍّق ح َّقهُ فَاَل و‬
َ َ َ َ
“Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap orang haknya (masing-
masing). Maka, tidak ada wasiat bagi ahli waris.”(H. R Ahmad dan Al-Arba’ah,
kecuali An-Nasa’i. Hadist ini dinilai hasan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi).
Hadis ini menurut mereka men-naskh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2):
180, yakni;
ِ ‫صيَّةُ لِلْوالِ َدي ِن واَأْلقْربِين بِالْمعر‬
‫وف َح ًّقا َعلَى‬ ِ ‫ت ِإ ْن َتر َك َخ ْيرا الْو‬
ُ ‫َأح َد ُك ُم ال َْم ْو‬ َ ‫ب َعلَْي ُك ْم ِإ َذا َح‬ ِ
ُْ َ َ َ َ ْ َ َ ً َ َ ‫ض َر‬ َ ‫ُكت‬
‫ين‬ ِ
َ ‫ال ُْمتَّق‬
Diwajibkan atas kamu, apabila seorng di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dari
karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atau orang-orang yang
bertaqwa (Q. S. Al-Baqarah (2): 180)
Kewajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat dekat berdasarkan Q. S
Al-Baqarah (2): 180 di atas, di naskh hukumnya dengan hadist yang menjelaskan
bahwa ahli waris tidak boleh menerima wasiat, sebab ahli waris akan
mendapatkan bagian warisan tersendiri setelah mayit meninggal.15

B. Pandangan Ulama

Sehubungan dengan fungsi hadist sebagai bayan tersebut, para ulama berbeda
pendapat dalam merincinya lebih lanjut.16
14
Idri, Studi Hadist,h.30.
15
Ibid.
16
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadist (Yogyakarta: Graha Guru, 2008), h.17.
1. Menurut Imam Malik bin Annas, yaitu: meliputi bayan taqrir, bayan tafsir,
bayan tafshil, bayan Isbat, dan bayan tasyri’.
2. Menurut Imam Syafi’i, yaitu: meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin, bayan
tasyri’, bayan nasakh, bayan tafshil dan bayan isyaroh.
3. Menurut Ahman bin Hanbal: yaitu meliputi bayan ta’kid, bayan tafsir,
bayan tasyri’, dan bayan takhsis.
Hadits sebagai penjelas atau bayan Al-Qur’an itu memiliki bermacam-macam
fungsi. Imam Malik menyebutkan lima macam fungsi, yaitu sebagai bayan at-
taqrir, bayan at-tafsir, bayan at-tafsil, bayan at-bast, bayan at-tasyri. Sementara
itu, Imam Safi’i menyebutkan lima fungsi, yaitu bayan at-tafsil, bayan at-takhsis,
bayan at-ta’yin, bayan at-tasyri dan bayan an-nasakh. Dalam “Al-Risalah” ia
menambahkan dengan bayan al-isyarah.Ibnu qoyyim menyebutkan empat bayan,
yaitu; bayan ta’kid, bayan tafsir,bayan tasyri’, bayan takhsis dan takyid. Imam
Ahmad dan Hanbal menyebutkan empat fungsi yaitu bayan al-ta’kid, bayan at-
tafsir, bayan at-tasyri dan bayan at-takhsis.17
Meskipun para ulama menggunakan istilah yang berbeda, namun pada
dasarnya yang mereka maksudkan sama saja. Secara umum fungsinya adalah
menguatkan (ta’qid), merinci (tafshil), menjelaskan (tafsir), memunculkan hukum
baru (tasryi’) serta merevisi hukum al-quran (naskh).18

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

17
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 1999),h.58-60
18
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadist,h.17.
Jadi, fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an secara umum ada enam, yaitu:
sebagai bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan takhshis, bayan taqyid, bayan tasyri’,
dan bayan tabdil. Dan ulama berbeda pendapat mengenai bayan takhshis, bayan
taqyid ada yang memasukkan kedalan golongan bayan tafsir dengan menambah
dua bayan lain yaitu bayan tafsir mujmal serta bayan Musytarak Fihi ada yang
memisahkannya.

Pandangan para ulama mengenai bayan secara umum terbagi menjadi


empat pendapat ada yang berbeda tetapi memiliki esensi yang sama yaitu Secara
umum berfungsi untuk menguatkan (ta’qid), merinci (tafshil), menjelaskan
(tafsir), memunculkan hukum baru (tasryi’) serta merevisi hukum al-quran
(naskh).

Daftar Pustaka

Amin, Muhammadiyah. 2008. Ilmu Hadist. Yogyakarta: Graha Guru.


As-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. 2006. Irsyadul Fuqul. Kairo:
Darus Salam.
Idri. 2010. Studi Hadist. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Ismail, M. Syuhudi. 1999. Pengantar Ilmu Hadist. Bandung: Pustaka Setia.
Khaeruman, Badri.2010. Ulum al-Hadist. Bandung: Pustaka Setia.
Solahudin, Agus dkk. 2009. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Suprapta, Munzier. 2013. Ilmu Hadist. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Yasid, Abu. 2011. Hubungan simbiotik al-Qur’an dan al-Hadist dalam
membentuk diktum-diktum hukum. Ponorogo: Jurnal Tsaqofah.

Anda mungkin juga menyukai