Disusun oleh :
Al-qur’an adalah
a. Bayan at-Taqrir
Bayan at-taqrir adalah menetapkan juga memperkuat dari apa yang
sudah diterangkan dalam al-quran. Disini hadis berfunngsi untuk membuat
kandungan al-qur’an semakin kokoh dengan adanya penjelasan hadis
tersebut. Contoh fungsi ini seperti sebuah hadis yang menjelaskan firman
Allah SWT. Dalam QS al-baqoroh [2]:185
َۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر َۖولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدة
b. Bayan at-Tafsir
Fungsi hadis sebagai bayan at-Tafsir berarti memberikan tafsiran
(perincian) terhadap isi al-qur’an yang masih bersifat umum (mujmal) serta
memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat
muklak (takyid). Mungkin di dalam al-qur’an masih bersifat umum,
sedangkan dalam hadis diperinci dan didetailkan serta mentekniskan apa
yang dijelaskan dalam al-qur’an. Misalnya Allah memerintahkan orang
beriman untuk melaksanakan shalat. Mengenai teknis detail dan caranya, hal
ini diperjelas dengan hadis sebagaimana yang telah Rasulullah lakukan.
Hadis ini menafsirkan firman Allah swt. dalam QS al-Maidah [5]:38
d. Bayan an-Nasakh
Secara etimologi, an-nasakh memiliki banyak arti di antaranya at-tagyir
(mengubah), al-ibtal (membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau
izalah (menghilangkan). Para ulama mendefinisikan bayan an-nasakh
sebagai ketentuan yang datang keudian dapat menghapuskan ketentuan
yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok
dengan lingkunyan nya dan lebih luas.
Untuk fungsi hadis sebagai bayan nasakh ini masih terjadi perdebatan di
kalangan ulama. Para ulama bin Hazm dan Mutaqaddimin membolehkan
menasakh al-Qur’an dengan segala hadis walaupun hadis ahad.
Kelompok Hanafiyah berpendapat boleh menasakh hadis masyhur tanpa
harus mutawatir.
RANGKUMAN