Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan Ketiga

A. Kedudukan Hadis sebagai hukum Islam


Kedudukan hadis dalam Islam tidak dapat diragukan karena terhadap
penegasan yang banyak. Baik di dalam AlQur’an maupaun dalam hadis Nabi
Muhammad SAW, seperti di raikan dibawah ini:

1.      Dalil Al-Qur’an
Dalil Al-qur’an banyaknya terdapat ayat yang menegakan tentang kewajiban
mengikuti Allah yang di inggin kan  dengan ketaatan mngikuti Rasul nya, seperti
firma allah berikut ini yang artinya ; Katakanlah ,”Taatilah Allah dan Rasulnya , jika
kamu berpaling sesungguhnya Allah tidak menyukai orang kafir.”(Q.S>Ali ‘Imran
[3]:32).
Dalam Q.S.An-Nisa [4]:59,Allah berfirman,yang artinya; Hai orang-orang
yang beriman , taatiilah allah dan taatilah  rasul nya ,dan ulil amri kamu berlainan
pendapatan tentang sesuatu ,kemudian ,jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu ,
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan rasul (stomahnya). Jika kamu benar-
benar beriam kepada allah  dan hari kemudian. Yang demikian  itu lebih utama
(bagiamu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisa[4]:59).
Dalam Q.S.Al-Hasyr ayat 7, allah juga berfirman,artinya; “apa yang diberikan rasul
kepadamu maka terimalah ia dan bertawakallah kepada allah.sesungguhnya allah
sanga keras hukumannya.(Q.S.Hasyr ayat 7) Disamping itu,banyak juga ayat yang
mewajibkan ketaatan kepada rasul secara khusus dan terpisah karena pada dasarnya
ketaatan kepada rasul beraarti ketaatan kepada allah  yaitu :
a.       Q.S An-nisa[4]ayat 65 dan 80
b.      Q.S Ali imran [3] ayat 31
c.       Q.S an-nur[24]ayat 56,62 dan 63
d.      Q.S Al a’raf [7] ayat 158

2.      Dalil hadist Rasulullah Saw


Disamping banyaknya ayat al-quran menjelaskan kewajiban mengikuti semua
yang disampaikan nabi saw.banyaaknya juga hadist nabi saw yang menegaskan
kewajiban mengikuti ajaran-ajaran yang dibawa oleh nabi saw seperti sabda rasullah
sebagai berikut: “aku tinggalkan dua pustaka pada kalian. Fakta kalian berpegang
kepada keduanya,niscaya tidak akantersesat,yaitu kitap allah(al qur’an) dan sunah
rasulnya Hadist  tersebut menunjukkan bahwa nabi saw.diberi al-kitab dan sunnah dan
mewajibkan kita berpegang teguh pada keduanya serta mengambil pada sunnah
seperti mengambil pada al-kitab.masih banyak hadist lainnya yang mengesahkan
kewajiban mengikuti perintah dan tuntunan nabi Saw.

3.      Ijma’
Seluruh umat islam telah sepakat untuk mengamalkan hadist, bahkan hal itu
mereka anggap sejalan dengan memenuhi panggilan allah swt dan rasulnya yang
terpecaya.kaum muslimin menerima hadist seperti menerima al-quran al-karim karena
berdasarkan pengesahan dari allah swt bahwa hadist merupakan salah satu sumber
ajaran islam.Allah juga memberikan kesaksian bagi rasulullah saw. Bahwa beliau
hanya mengikuti apa yang diwahyukan allah swt.Allah swt berfirman yang artinya:
Katakanlah “aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan allahb ada
padaku,dan tidak (pula)aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku
tidak mengikuti,kecuali apa yang  di wahyukan kepadaku, katakanlah,apakah sama
orang yang buta dengan orang yang melihat maka apa kamu tidak memikirkannya”.
(Qs.al-an’am[6]50)

B. Fungsi hadis terhadap al-Quran


Fungsi hadist dalam hubungan dengan al-Quran sebagai berikut.
1.      Bayan at-tafsir
Maksud dengan bayan at-tafsir adalah menerangkan ayat-ayat yang sangat
umum, mujmal,dan mustaraf. fungsi hadis dalam hal ini adalah memberikan perincian
(ta-shil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat al-qur’an yang masih mujmal, memberikan
taqyid yang masih mutlak, dan memberikan takhashish ayat yg masih umum. Diantara
contoh bayan at-tafsir mujmal adalah seperti hadis yang menerangkan kemujmaal
ayat-ayat tentang allah swt.untuk mengerjakan salat, puasa, zakat dan haji.ayat-ayat
al-qur’an yang menjelaskan tentang ibadah tersebut masih bersifat gelobal atau secara
garis besarnya saja. contohnya,kita diperitahkan sholat, namun al_qur’an tidak
menjelaskan tatacara sholat,tidak menerangkan ruruk-rukunnya dan kapan waktu
pelaksananya.
Semua ayat tentang kewajiban sholat tersebut di jelaskan holeh nabi
saw dengan sabdanya yang artinya: Solatlah sebagaimana kalian melihat aku solat
Sebagaimana hadist tersebut, rasul memberikan contoh tata cara solat yang sempurna
bukan hanya itu, beliau melengkapi dengan berbagai kegiatan yang menambah pahala
ibadah solat. Yang di mana allah swt  memerintahkan kepada umat islam untuk berzat
maka haddist menerangkannya dengan sangat detail. Nabi saw bersabda tentang zakat
emas dan perak yang artinya: Berikanlah dua setengah persen dari harta-
hartamu.       
                            
2.      Bayan At-Taqrir
Bayan At-Taqrir atau sering juga disebut bayan at-ta’kid dan bayan al- itsbat
adalah hadist yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-
Qur’an. Dalam hal ini, hadis hanya berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan Al-
Qur’an.  Suatu hadis yang diriwayatkan muslim dari Ibnu Umar, yang berbunyi
sebagai berikut :)‫فَإ ِ َذا َرأَيْـتُ ُم ْال ِهالَ َل فَصُوْ ُموْ ا َوإِ َذا َرأَيْـتُ ُموْ هُ فَأ َ ْف ِطرُوْ ا (رواه مسلم‬
“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila
melihat (ru’yah) itu maka berbukalah.” (HR. Muslim
Hadis ini datang men-taqrir ayat al-Qur’an di bawah ini yang artinya : “Maka barang
siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa” (QS. Al-Baqoroh
[2]: 185)

3.      Bayan At-Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’ adalah mewujudkan sesuatu hukum
atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur’an. Bayan ini juga disebut
dengan bayan zaid ‘ala Al-Kitab Al-Karim. Hadits merupakan sebagai ketentuan
hukum dalam berbagai persoalan yang tidak ada dalam Al-Qur’an.
Hadits bayan at-tasyri’ ini merupakan hadits yang diamalkan sebagaimana
dengan hadits-hadits lainnya. Ibnu Al-Qayyim pernah berkata bahwa hadits-hadits
Rasulullah Saw itu yang berupa tambahan setelah Al-Qur’an merupakan ketentuan
hukum yang patut ditaati dan tidak boleh kitaa tolak sebagai umat Islam. Suatu contoh
dari hadits dalam kelompok ini adalah tentang hadits zakat fitrah yang berbunyi : ‫إن‬
‫رسول هللا صلي هللا عليه وسلم فرض زكاة الفطرمن رمضا ن علي النا س صاعا من تمرأوصاعا من شــعيرعلي‬
‫كل حراوعبد ذكر أو أنثي من المسلمين‬

Artinya: “Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada
bulan Ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan.” Hadits yang termasuk bayan Tasyri’ ini wajib diamalkan
sebagaimana dengan hadits-hadits yang lainnya.

4.      Bayan An-Nasakh
Secara bahasa an-naskh bisa berarti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan) atau at-tagyar (mengubah). Para Ulama’
baik mutaqaddimin maupun muta’akhirin berbeda pendapat dalam mendefinisikan
bayan an-nasakh. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan di antara mereka dalam
mendefinisikan kata naskh dari segi kebahasaan.
Menurut Ulama’ mutaqaddimin, yang dimaksud dengan bayan an-nasakh
adalah adanya dalil syara’ yang datang kemudian. Dan pengertian tersebut menurut
ulama’ yang setuju adanya fungsi bayan an nasakh, dapat dipahami bahwa hadis
sebagai ketentuan yang datang berikutnya dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau
isi Al-Qur’an yang datang kemudian. 
Menurut ulama mutaqoddimin mengartikan bayan an-nasakh ini adalah dalil
syara’ yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada, karena datangnya
kemudian. Imam Hanafi membatasi fungsi bayan ini hanya terhadap hadits-hadits
Salah satu contoh hadits yang biasa diajukan oleh para ulama adalah hadits :‫ال وصية‬
‫لوارث‬
Artinya :“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”. Hadits ini menurut mereka me-
nasakh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 180     yang artinya : “Diwajibkan atas
kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”(QS:Al-
Baqarah:180)

C. Perbandingan hadis dan al-Quran


1. Persamaannya
Tentang persamaan Al Quran dan Hadits adalah sebagaimana yang telah
dijelaskan bahwa Hadits dan Al-Quran adalah sama-sama sumber ajaran Islam, dan
bahkan pada hakikatnya keduanya adalah sama-sama wahyu dari Allah SWT.

2. Perbedaannya
Meskipun Hadits dan Al-Quran adalah sama-sama sumber ajaran Islam dan
dipandang sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT, keduanya tidaklah persis
sama, melainkan terdapat beberapa perbedaan al Quran dan Hadits itu sendiri. Untuk
mengetahui perbedaannya, perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian dan
karakteristik dari Al-Quran, sebagaimana halnya dengan Hadits. Kata Al-Quran
dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar dari kata qara'a, yang berarti "bacaan"
(al-qira'ah). Di dalam QS Al-Qiyamah [75]: 17 disebutkan:

“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu)


dan (membuatmu pandai) membacanya.”
Selanjutnya, kata Qur'an secara umum lebih dikenal sebagai nama dari
sekumpulan tertentu dari Kalam Allah yang selalu dibaca hamba-Nya. (Wahbah Al
Zuhayli, Ushul al-Fiqh al-Islami; Beirut Dar Al Fikr, 1986, juz. 1 hal. 420)

Dengan demikian, secara terminologis Al-Quran berarti:


“Dia (Al-Quran itu) adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah
SAW dengan bahasa Arab, mengandung mukjizat meskipun dengan suratnya yang
terpendek, terdapat di dalam mushhaf yang diriwayatkan secara mutawatir,
membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surai Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat Al-Nas”.

Shubhi al-Shalih memilih definisi yang lebih ringkas, yang menurutnya telah
disepakati oleh para ahli Ushul Fiqh, para Fuqaha, dan Ulama bahasa Arab yaitu sebagai
berikut :

“Kalam Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
terdapat di dalam mushhaf, yang diriwayatkan dari Nabi SAW secara mutawatir, serta
membacanya merupakan ibadah”.

Dari definisi di atas jelas terlihat kekhususan dan perbandingan antara Al-Quran dengan
Hadits, yaitu:

1. Bahwa Al Quran adalah Kalam Allah dan bersifat mukjizat. Kemukjizatan Al-Quran


tersebut di antaranya terletak pada ketinggian balaghah (kandungan sastra)-nya yang
mencapai tingkatan di luar batas kemampuan manusia, sehingga masyarakat Arab
khususnya dan manusia pada umumnya tidak mampu untuk menandinginya. Dari segi
ini terlihat perbedaan yang nyata antara Al-Quran dengan Hadits, yaitu bahwa Hadits
maknanya bersumber dari Allah (Hadits Qudsi), atau dari Rasul SAW sendiri
berdasarkan hidayah dan bimbingan dari Allah (Hadits Nabawi), dan lafadznya
berasal dari Rasul SAW serta tidak bersifat mukjizat, sedangkan Al-Quran makna dan
lafadznya sekaligus berasal dari Allah SWT, dan bersifat mukjizat."(Al-Zuhayli,
Ushul al-Fiqh; juz. I, hal.421-422)
2. Membaca Al-Quran hukumnya adalah ibadah, dan sah membacai ayat-ayatnya di
dalam shalat, sementara tidak demikian halnya dengan Hadits.
3. Keseluruhan ayat Al-Quran diriwayatkan oleh Rasul SAW periwayatan yang
menghasilkan ilmu yang pasti dan yakin keautentikannya pada setiap generasi dan
waktu. Ditinjau dari segi periwayatannya tersebut, maka nash-nash Al-Quran adalah
bersifat pasti wujudnya atau qath’i al-tsubut. Akanalnya Hadits, sebagian besar adalah
bersifat ahad dan zhanni al-wurud, yaitu tidak diriwayatkan secara wutawatir.
Kalaupun ada, hanya sedikit sekali yang mutawatir lafadz dan maknanya sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai