Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


LARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Kelompok: 2 ( Dua)
Anggota : Hikari Arvalian Akbar (11210960000089)
Zahratu Adla (11210960000090)
Sabrina Azzahra (11210960000092)
Kelas : Kimia 1C
Dosen : Nurul Amilia, M. Si
Tanggal : 12 November 2021

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2021
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertantu, zat
terlarut, untuk larut dalam suatu pelarut kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.
Sedangkan hasil kali kelarutan adalah hasil akhir yang dicapai oleh hasil kali ion
ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut
dalam larutan tersebut.
Dalam hal ini dapat mengetahui like dissolves like, senyawa polar dan non
polar, senyawa ion dan kovalen, kecepatan kelarutan, hasil kali kelarutan, dan
kelarutan jenuh, tepat jenuh, serta lewat jenuh.

1.2 Tujuan Percobaan


• Mampu mengamati kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalen baik dalam
pelarut air maupun pelarut organic
• Mampu menjelaskan factor- factor yang kelarutan suatu senyawa
• Mampu menjelaskan factor – factor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan
• Mampu membedakan larutan tidak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya yaitu nilai akhir yang dicapai oleh hasil
kali ion-ion ketika mencapai kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya
sedikit larut dan larutan itu. Hasil kali kelarutan (Ksp) senyawa dapat ditentukan dari percobaan
laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter
larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut telah maksimum
untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan
menjadi endapan. (Syukri, 1999)
Kelarutan ialah jumlah zat yang terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Sedangkan hasil kali kelarutan ialah hasil akhir yang dicapai oleh
hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit
larut dalam larutan tersebut. Hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap
suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan bilangan yang sama dengan
jumlah masing-masing ion yang bersangkutan. (Keenan, 1991)

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 2


Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam
tiap liter larutannya. Jika konsentrasi ion total dalam larutan meningkat, gaya tarik ion menjadi
lebih nyata dan aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibandingkan konsentrasi
stoikhiometri atau terukurnya. Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan, ini berarti
bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan kata
lain kelarutan akan meningkat. Berdasarkan hal tersebutlah sehingga percobaan ini dilakukan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah sebagai berikut:
• Jenis pelarut
• Suhu
• Pengadukan
• Pengaruh ion sejenis
• Sifat alami pelarut
• Pengaruh pH
• Pengaruh hidrolisis
• Pengaruh ion kompleks
Istilah like dissolves like merupakan azas umum dari keklarutan, dimana senyawa ion
non polar larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar
Air adalah pelarut polar. Air melarutkan senyawa ion seperti garam dapur, NaCl,
dansenyawa polar seperti gula, C12H22O11. Karbon tetra klorida adalah pelarut nonpolar dan
melarutkan senyawa non polar. Pelarut nonpolar tidak dapat melarutkan senyawa ion atau
senyawa polar.
Zat cair yang larut satu sama lain disebut saling bercampur. Bila kedua zat cair
mempunyai ikatan polar akan saling melarut. Dua zat cair yang nonpolar juga larut satu sama
lain. Tetapi zat cair polar dengan zat cair nonpolar saling tidak bercampur, terjadi tolak
menolak satu sama lain dan akan terpisah jadi dua lapisan.
Proses pelarutan hanyalah merupakan aksi antara pelarut dengan partikel zat terlarut.
Molekul-molekul pelarut menyerang partikel zat terlarut dan menyeretnya ke dalam larutan.
Kecepatan pelarutan tergantung pada kecepatan pelarut menyerang zat terlarut.
(Nurhasni,2019)

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 3


BAB III METODE PERCOBAAN
1.1. Alat
Alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini yaitu Tabung reaksi sebanyak 12 buah, Rak
tabung reaksi 1 buah, Batang pengaduk 1 buah, Hotplate 1 buah, Botol semprot 1 buah,
Gelas piala 600 mL 1 buah, Gelas ukur 10 mL 1 buah, Pipet tetes 1 buah, dan Spatula 1
buah.

1.2. Bahan
Kalium permanganat (KMnO4), Iodin (I2), Heksana (C6H14), Metanol (CH3OH),
Etanol (C2H5OH), Aseton (C3H6O), Sukrosa, Netrium asetat trihidrat (NaC2H3O2.3H2O),
dan Aquadest.

1.3. Prosedur Percobaan

1. Kelarutan
a. Kalium permangat (KMnO4)
2mL Air 2 mL Metanol

Masukkan sedikit Kristal Kalium Masukkan sedikit Kristal Kalium


permangat ke dalam 2mL Air. permangat ke dalam 2 mL Metanol.

Kemudian kocok hingga berubah Kemudian kocok hingga berubah


warna dan amati apakah Kristal warna dan amati apakah kristal larut,
larut, sedikit larut atau tidak. sedikit larut, atau tidak larut.
larut.

Kristal kalium permangat larut Kristal kalium permangat larut


dalam air dan warna berubah dalam methanol dan warna berubah
menjadi ungu pekat. menjadi semi ungu

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 4


2 mL Aseton 2 mL Heksana

Masukkan sedikit Kristal Kalium Masukkan sedikit Kristal Kalium


permangat ke dalam 2mL Aseton. permangat ke dalam 2mL
Heksana.

Kemudian kocok hingga berubah Kemudian kocok hingga berubah


warna dan amati apakah Kristal warna dan amati apakah Kristal
larut, sedikit larut atau tidak. larut. larut, sedikit larut atau tidak. larut.

Kristal kalium permangat larut Kristal kalium permangat tidak


dalam aseton dan warna larutan larut di dalam heksana dan tidak
berubah menjadi ungu kecokelatan. terjadi perubahan warna.

b. Kristal Iod

2 mL Air 2 mL Metanol

Masukkan sedikit Kristal Iod ke Masukkan sedikit Kristal Iod ke


\ Air.
dalam 2 mL dalam 2mL Metanol.

Kemudian kocok hingga berubah Kemudian kocok hingga berubah


warna dan amati apakah Kristal warna dan amati apakah Kristal
larut, sedikit larut atau tidak larut. larut, sedikit larut atau tidak larut.

Kristal Iod tidak larut dengan baik Kristal Iod larut dalam metanol
di dalam air dan tidak ada dan warna berubah menjadi
perubahan warna melainkan ada orange pekat.
endapan dari Kristal Iod.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 5


2 mL Aseton 2 mL Heksana

Masukkan sedikit Kristal Iod ke Masukkan sedikit Kristal Iod ke


dalam 2 mL Aseton. dalam 2 mL Heksana.

Kemudian kocok hingga Kemudian kocok hingga berubah


berubah warna dan amati apakah warna dan amati apakah Kristal
Kristal larut, sedikit larut atau larut, sedikit larut atau tidak larut.
tidak larut.

Kristal Iod larut dengan baik di Kristal Iod larut dengan baik di
dalam Aseton dan terjadi dalam Heksana dan terjadi
perubahan warna menjadi cokelat perubahan warna menjadi ungu.
pekat.

2. Pencampuran
2 mL Heksana 2 mL Metanol 2 mL Aseton

Masukkan 2 mL Air ke Masukkan 2 mL Air ke Masukkan 2 mL Air ke


dalam tabung reaksi. dalam tabung reaksi. dalam tabung reaksi.

Kemudian tambahkan 2 Kemudian tambahkan 2 Kemudian tambahkan 2


mL Heksana ke dalam mL Metanol ke dalam mL Aseton ke dalam
tabung reaksi yang tabung reaksi yang tabung reaksi yang
sudah berisi air lalu sudah berisi air lalu sudah berisi air lalu
kocok dan amati. kocok dan amati. kocok dan amati.

Larutan Heksana tidak Larutan Methanol larut Larutan Aseton larut


larut dengan air dengan baik pada air dengan baik pada air

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 6


3. Kecepatan Kelarutan

Gelas Piala

Isi gelas piala berukuran 600 mL, 1/3 nya dengan


air suling.

Tabung reaksi

Isi 3 buah tabung reaksi sampai dengan air suling.

Tabung reaksi 1 Tabung reaksi 2 Tabung reaksi 3

Hotplate

Gelas piala dipanaskan sampai


mendidih

Kaca arloji
Diambil 4 gram kristal sukrosa

Ditimbang masing-masing 1 gram

Gelas piala 4 Gelas piala 1

- Diisi dengan Aquadest - Dimasukkan akuades panas


- Dimasukkan 1 gram Kristal sampai ½ gelas piala
sukrosa - Dimasukkan 1 buah
- Dicatat waktunya hingga kristal kristal sukrosa
larut
Hasil percobaan
Hasil Percobaan

Gelas piala 2 Gelas piala 3

- Dimasukkan akuades panas - kristal digiling dengan


sampai ½ gelas piala lumpang,
- Dimasukkan 1 buah kristal - Dimasukkan bubuk
sukrosa sukrosa kemudian diaduk
- Diaduk terus menerus - Dicatat waktunya sampai
semuanya larut

Hasil percobaan Hasil percobaan

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 7


4. Demonstrasi Larutan Tak Jenuh, Tepat Jenuh, dan Lewat Jenuh

Tabung Reaksi

Dimasukkan kristal natrium asetat trihidrat


sampai terisi ¼ tabung.

Tabung Reaksi + Kristal Natrium Asetat Trihidrat

Tambahkan akuades sampai menutupi


permukaan kristal

Gelas Piala

Dipanaskan air dalam gelas piala sampai


mendidih kemudian matikan api.
Dimasukkan tabung reaksi dan diaduk
sampai larut

Keluarkan air dan dinginkan.


Setelah dingin tambahkan sebutir kecil Kristal Natrium Asetat trihidrat, amati hasilnya.

Tabung bekas percobaan

Ditambahkan 20 tetes air


Diulangi percobaan di atas dari
pemanasan, pendinginan dan
penambahan kristal
Diamati apa yang terjadi

Hasil Percobaan

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 8


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Pengamatan
No. Reaksi Hasil pengamatan
a. Kelarutan
1. Air + KMnO4 Kalium permanganat (KMnO4) merupakan garam yang
mengandung ion K+ dan MnO4-. Kalium permanganat
Larut dalam air menyebabkan larutan berwarna ungu
pekat. Reaksinya adalah:
-2K2MnO4 + 2H2O → 2MnO2 + 4KOH + O2

2. Metanol + KMnO4 Kalium permanganat (KMnO4) larut dengan baik dalam


metanol. Jika larut dengan baik berarti zat tersebut
adalah polar dengan polar dan menghasilkan larutan
berwarna semi ungu. Reaksinya adalah:
3CH3OH + 4KMnO4 → 3HCOOH + 4KOH + 4MnO2 +
H2O
3 Aseton + KMnO4 Kalium permanganat larut cukup dengan baik dalam
aseton. Jika larut dengan baik maka zat tersebut
merupakan polar dengan polar dan menghasilkan larutan
berwarna ungu kecokelatan. Reaksinya adalah:
3C3H6O + 16KMnO4 → 16MnO2 + 9CO2 + H2O +
16KOH

4 Heksana + KMnO4 Kalium permanganat tidak larut dalam Heksana karena


kedua larutan tersebut bersifat polar dan nonpolar.
Terdapat endapan permanganat dan larutan bening
reaksinya
2C6H14 + 19KMnO4 → 19KMnO2 +12CO2+ 14H2O

No Reaksi Hasil Pengamatan


• Iodin (I2) padatan

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 9


1 Air + Iodin Pada saat pencampuran Kristal iod tidak larut dalam air dan
menyebabkan adanya endapan Kristal iod sehingga larutan
bening
Reaksinya I2 + H2O → HI + HIO

2. Metanol + Iodin Iodin dengan Metanol tercampur dengan baik dan


terjadi perubahan warna menjadi ungu.

3. Aseton + Iodin Pada saat pencampuran Kristal iod dengan aseton


menyebabkan larutan cokelat pekat dan menyebabkan
terjadinya endapan. Reaksinya adalah:

C3H6O + 3I2 → C3H3OI3 + 3HI

4. Heksana + Iodin Pada saat pencampuran Kristal iod dengan heksana


kristal iod larut dan menybabkan larutan berwarna ungu
atau merah muda reaksinya
2C6H14 + I2 → 2C6H13 + 2HI

No Reaksi Hasil Pengamatan


b. Pencampuran
1. H2O + Metanol Brcampur

Methanol dapat bercampur dalam air dan methanol bersifat


lebih polar karena ada gugus OH- yang bereaksi dengan
molekul air membentuk ikatan hidrogen.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 10


2. H2O + Aseton Bercampur

Aseton dapat bercampur dalam air karena aseton bersifat


semipolar yang dapat digunakan sebagai pelarut polar
maupun nonpolar, sifat ini dikarenakan pada aseton terdapat
ikatan C=O.

3. H2O + Heksana Tidak Bercampur

Air merupakan senyawa polar sedangkan Heksana bukan


senyawa nonpolar karena memiliki ikatan karbon yang
cukup Panjang dan tidak adanya gugus OH-, oleh karena itu
gaya Tarik menarik antar molekul nya lemah. Tetapi
heksana larut didalam senyawa nonpolar atau sedikit polar.
No Reaksi Hasil Pengamatan
c. Kecepatan larutan
1. Akuades dingin + kristal sukrosa Larut dalam waktu > 1jam

Kristal sukrosa dan aquades dingin lambat larut


disebabkan membutuhkan waktu untuk bisa pecah
dalam aquades baru, setelah itu kristal tersebut larut
dengan sendirinya.

2. Akuades panas + kristal sukrosa


Larut dalam waktu 54 menit

Kelarutan suatu zat berwujud padat semakin tinggi jika


suhunya dinaikkan. Dengan naiknya suhu laruta, jarak
antar molekul zat padat menjadi renggang. Hal ini
menyebabkan ikatan antar zat padat akan mudah lepas
oleh gaya tarik molekul – molekul air sehungga zat
tersebut mudah larut.

3. Aquades panas + kristal Larut dalam waktu 48 detik


sukrosa +pengaduk
Pengadukan menyebabkan partikel- partikel antar
zat akan sering bertabrakan sehingga sehingga
sukrosa akan cepat larut.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 11


4. Aquades panas + serbuk Larut dalam 23 detik
sukrosa +pengaduk
Serbuk sukrosa lebih cepat larut dibandingkan
kristal sukrosa. Pada hal ini dibuktikan bahwa
ukuran zat terlarut dapat mempengaruhi
kecepatan larutan. Semakin kecil ukuran dari zat
terlarut, maka semakin cepat zat tersebut larut
dalam pelarut.

No Reaksi Hasil Pengamatan


d. Demonstrasi larutan lewat jenuh
Larutan Hasil Pengamatan
Kristal Natrium Asetat Trihidrat Dalam hal ini hanya dapat diketahui
+Aquades bercampurnya 1/4 Kristal Natrium Asetat
Trihidrat dengan akuades di dalam tabung reaksi

Tabung reaksi yang berisi larutan Dalam hal ini yaitu belom mulai terbentuk nya
lalu dipanaskan endapan dan masih merupakan larutan jenuh.

Tabung reaksi yang berisi larutan Setelah dipanaskan, tabung reaksinya di


dan sudah dipanaskan lalu didingin keluarkan dari penanggas dan kemudian
kan dinginkan maka mulai terbentuklah sedikit
endapan dan mulai membentuk sedikit larutan
lewat jenuh,

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 12


Tabung reaksi yang bersisi larutan Selanjutnya ketika proses yang sebelumnya telah
dansudah didinginkan lalu dilakukan, kembali lagi dimasukkan Kristal
ditambahkan dengan 20 tetes aquades Asetat Trihidrat serta akuades lalu
dihomogenkan agar tercampur/larut dan setelah
di perhatikan yaitu mulai terjadinya endapan dan
ini termasuk kedalam larutan lewat jenuh.

1.2 Pembahasan
a. Kelarutan padatan KMnO4
Pada percobaan kali ini kita akan mengamati kelarutan yang terjadi pada padatan kalium
permanganate pada 4 tabung reaksi yang sudah di isi 2 mL air, 2 mL methanol, 2 mL aseton, 2
mL heksana.

Pada tabung ke 1 yang berisi 2 mL air kalium permanganate dapat larut dalam air
menghasilkan larutan berwarna ungu yang pekat, penguapan larutan ini meninggalkan kristal
prismatik berwarna keunguan-hitam. kalium permanganate merupakan suatu senyawa kimia
anorganik yang memiliki rumus KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung
ion K+ dan MnO4-. Sedangkan air merupakan larutan yang bersifat polar. Kelarutan antara
kalium permanganate dipengaruhi oleh adanya ion senama dan pH. Kalium permanganat
bereaksi dengan air menghasilkan persamaan reaksi : 4KMnO4 + 2H2O → 4MnO2 + 4KOH + 3O2

Pada tabung ke 2 saat melarutkan 2 mL methanol dimana methanol ini merupakan


senyawa pelarut polar, dan kalium permanganate juga termasuk kedalam senyawa pelarut polar
serta senyawa kimia organik. Sehingga keduanya dapat sedikit larut dan terjadi perubahan
warna ungu muda atau semi ungu, dengan menghasilkan persamaan reaksi : 3CH3OH + 4KMnO4
→3HCOOH + 4MnO2 + H2O

Pada tabung ke 3 saat nelarutkan 2 mL aseton dimana aseton merupakan senyawa pelarut
polar karena mengandung gugus karboksil dan kalium permanganate juga termasuk kedalam
senyawa pelarut polar. Nah berarti keduanya dapat larut dan terjadi perubahan warna menjadi
ungu kecoklatan, dengan menghasilkan persamaan reaksi : 3C3H6O + 16KMnO4 → 16MnO2 + 9CO2
+ H2O + 16KOH

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 13


Pada tabung ke 4 saat melarutkan 2 mL heksana, dimana kalium permanganate tidak larut
didalam heksana. Hal ini disebabkan heksana bukan merupakan senyawa polar melainkan
senyawa nonpolar. Sehingga keduanya tidak dapat larut dan tidak terjadi perubahan apapun,
dengan menghasilkan persamaan reaksi : 2C6H14 + KMNO4 → 2C6H12 + KMNO2 + 2H2O

• Kelarutan pada Iodin (I2) padatan

Pada pencobaan ini sama seperti pada percobaan sebelumnya, dimana kita akan
melarutkan iodin padatan dengan empat pelarut yang berbeda, yaitu : 2 mL air, 2 mL methanol,
2 mL aseton, dan 2 mL heksana.

Pada percobaan ke 1, antara pelarut air dengan kristal iod ini tidak larut sama sekali
dan tidak adanya terjadi perubahan warna tetapi adanya endapan. Hal ini disebabkan iodin
merupakan senyawa non polar sedangkan air merupakan senyawa polar, jadi antara iodin
sangat sukar larutnya didalam air, dibandingkan senyawa polar dengan polar atau non polar
dengan non polar. Dengan demikian hasil persamaan reaksinya : I2 + H2O → HI + HIO

Pada percobaan ke 2, antara pelarut methanol dengan kristal iod ini yaitu sedikit larut
dan terjadi perubahan warna menjadi kuning tua/orange. Hal ini disebabkan iodin merupakan
senyawa non polar sedangkan methanol merupakan senyawa polar, dengan persamaan
reaksinya : 2CH3OH + I2 → 2CH3I + 2OH

Pada percobaan ke 3, antara pelarut aseton dengan kristal iod yaitu dapat larut dan
terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman, dimana kristal iod larut didalam air, karena
aseton merupakan senyawa semi polar dan iodin senyawa non polar. Dengan persamaan
reaksinya : 3I2 + C3H6O → CI3COCH3 + 3HI

Pada percobaan ke 4, antara pelarut heksana dengan kristal iod yaitu dapat larut dan
terjadi perubahan warna menjadi ungu, dimana kristal iod larut karena merupakan senyawa
non polar dan iodin juga merupakan senyawa polar, jadi keduanya lebih mudah untuk
bercampur, dengan persamaan reaksinya : 2C6H14 + I2 → 2C6H13 + 2HI

b. Pencampuran

Pada percobaan kali ini kita akan mencampurkan 2 mL etanol, 2 mL aseton, dan 2 mL
hekssana dengan air. Pada saat pencampuran air dengan etanol, Sebagian kecil etanol larut
dalam air karena gugus hidroksi pada etanol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 14


air. Namun ketika ukuran gugus alkil bertambah besar, kelarutannya akan berkurang. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Etanol sendiri termasuk kedalam senyawa semi polar. Dan sama halnya dengan etanol, aseton
pun termasuk kedalam senyawa semi polar.

Selanjutnya pada percampuran air dengan heksana, heksana tidak dapat tercampur/larut
didalam air, hal ini karena air merupakan senyawa polar dan heksana merupakan senyawa non
polar karena memiliki ikatan karbon yang cukup Panjang dan tidak memiliki gugus OH. Selain
itu juga perbedaan massa jenis yang cukup jauh mengakibatkan air dan heksana tidak dapat
bercampur. Karena massa jenis heksana lebih rendah dibandingkan dengan massa jenis air.

c. Kecepatan Larutan
Pada percobaam kali ini telah dilakukan pengamatan dan perhitungan kecepatan
kelarutan Kristal sukrosa dan serbuk sukrosa pada pelarut akuades dengan faktor suhu
akuadesnya dan dengan berpengaruh atau tidak pengadukan pada kecepatan kelarutan.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan kelarutan di antaranya: Suhu, Pengadukan,
Volume pelarut dan Ukuran zat terlarut. Selain itu, gula dan air memiliki sifat yang
masing-masing senyawanya adalah polar sehingga keduanya dapat larut dengan baik.
(Sudarmo, 2014)
• Suhu
Kristal sukrosa lebih mudah larut yaitu pada suhu yang tinggi. Hal ini dipengaruhi
oleh pergerakan molekul yang ada pada air bersuhu tinggi membuat zat padat
seperti sukrosa lebih mudah larut. Pada air panas, terdapat lebih banyak molekul
yang bergerak , Akibatnya, akan terjadi lebih banyak tabrakan atau benturan antara
molekul air dan sukrosa. Hal ini menyebabkan ikatan antar zat lebih mudah lepas
oleh gaya tarik molekul-molekul air sehingga zat tersebut mudah larut. (Umiyati,
2016). Sedangkan pada air dingin, sukrosa sulit larut. Penyebabnya karena jumlah
pergerakan molekul pada air dingin tidak sebanyak yang ada di air panas , selain itu
jumlah benturan yang terjadi hanya sedikit, maka hal ini kurang bisa merobek
ikatan molekul padat yang dicampurkan pada air. Kesimpulannya adalah kelarutan
zat berwujud padat semakin tinggi, jika suhunya dinaikkan

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 15


• Pengadukan
Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan
semakin sering bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi
semakin cepat.
• Ukuran zat terlarut
Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah larut dibandingkan zat yang
berukuran besar seperti kristal. Pada saat zat terlarut berbentuk serbuk, permukaan
sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin banyak. Akibatnya, zat berbentuk
serbuk lebih cepat larut daripada zat berbentuk kristal.
• Volume pelarut
Volume pelarut akan memengaruhi proses pelarutan suatu zat. Semakin banyak
volume pelarut yang digunakan, semakin cepat suatu zat akan melarut.

d. Demosntrasi Larutan Tak Jenuh, Jenuh, Dan Lewat Jenuh

Pada percobaan terakhir yaitu demonstrasi kejenuhan suatu larutan, Suatu larutan dapat
dikatan tak jenuh, jenuh, dan lewat jenuh yaitu apabila Larutan disebut jenuh pada temperatur
tertentu jika larutan tidak dapat melarutkan zat terlarut. Jumlah zat terlarut kurang dari pelarut
disebut larutan tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh. Selanjutnya larutan akan
memasuki fase jenuh apabila sudah mencapai batas maksimum kelarutannya yang dibuktikan
dengan terbentuknya sedikit endapan di dasar tabung reaksi setelah didinginkan beberapa saat.
Namun, ketika larutan tersebut ditambahkan beberapa butir kristal natrium asetat trihidrat maka
akan terbentuk endapan yang lebih banyak dari sebelumnya karena larutan ini sudah melewati
batas maksimum kelarutannya sehingga dalam keadaan ini larutan memasuki fase lewat jenuh.
Kemudian larutan yang sudah memiliki banyak endapan tersebut ditetesi akuades sebanyak 20
tetes untuk mengurangi tingkat kejenuhan larutan tersebut. Hasilnya, endapan yang tadinya
sudah terbentuk akan menghilang secara perlahan karena sudah terurai kembali menjadi bentuk
larutannya. Pada keadaan ini, larutan memasuki fase antara tak jenuh dan jenuh.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 16


BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan kali ini mengenai kelarutan,
diantaranya :
1. Dalam air, senyawa ion akan larut dalam pelarut polar. Tetapi dalam senyawa orgnik
senyawa ion tidak dapat larut. Sedangkan senyawa kovalen non polar dapat larut
dalam pelarut nonpolar atau pelarut organik.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan kelarutan, yaitu : intensitas
pengadukan, suhu dan ukuran partikel.
3. Larutan lewat jenuh mengandung lebih banyak zat terlarut daripada jumlah
maksimum yang dapat dilarutkan pelarut. Larutan lewat jenuh dapat dilihat pada hasil
percobaan sukrosa yang dilarutkan pelarut akuades mengahasilkan beberapa sukrosa
yang tidak dapat terlarut lagi dan terjadi perbahan warna, dan kristal Natrium asetat
trihidrat yang dilarutkan dengan pelarut akuades dan dengan metode lainnya hingga
terbentuk kristal/endapan kembali (reaksi rekristalisasi).
4. Sifat kelarutan air dengan berbagai pelarut dapat disimpulkan bahwa air merupakan
senyawa polar yang dapat larut oleh pelarut polar juga. Air dapat larut oleh etanol,
kristal kalium permanganat, sukrosa, aseton, dan natrium asetat trihidrat. Sedangkan
air tidak dapat larut pada senyawa nonpolar, seperti heksana, metana, dan iod.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 17


BAB VI DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016. Material Safety Data Sheet : Sodium Chloride MSDS [Serial Online]
www.sciencelab.com. Diakses 9 April 2016.
Keenan, Charles W. dkk., 1991, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.
Nurhasni. Adawiyah dan Yusraini Dian. 2019. Modul Praktikum Kimia Dasar I. Jakarta: PLT
UIN Syarif Hidayatullah .
Sudarmo, Unggul, 2014. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Syukri, 1999, Kimia Dasar 2, ITB Press, Bandung.
Umiyati, Nurhalimah.2016. Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam Untuk
SMA/MA Kelas XI. CV Mediatama. Surakarta.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 18


LAMPIRAN – LAMPIRAN
Larutan Gambar
Air + Metanol

Air + Aseton

Air + Heksana

Kristal Natrium Asetat Trihidrat +


akuades

Sukrosa + Aquades

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 19


Sukrosa + Aquades (panas)

Sukrosa + Aquades (panas) + diaduk

Sukrosa (bubuk) + Aquades (panas) +


diaduk

Air + KMnO4

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 20


Heksana + KMnO4

Aseton + KMnO4

Air + Metanol

Air + Kristal Iod

Heksana + Kristal Iod

Aseton + Kristal Iod

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 21


Methanol + Kristal Iod

PERTANYAAN POST TEST


2. Terangkan istilah like dissolve like dan jelaskan apakah prinsip like dissolve like terjadi
pada semua jenis campuran ?
3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalen ?
4. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu senyawa dalam pelarut?
5. Jelaskan ciri larutan bersifat tak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh ?
6. Bagaimana mengubah larutan lewat jenuh menjadi larutan tak jenuh?

Jawaban :
2. Like dissolve like merupakan azas umum dari kelarutan, di mana senyawa ion dan polar
larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam pelarut nonpolar.

3. Elektronegativitas yaitu terkair elektronegativitas antar atom yang berikatan. Jika nilai
elektronegativitasnya besar maka akan terjadi transfer elektron ke elektron lainnya sehingga
terbentuk senyawa ion. Akan tetapi, Jika elektronegativitas yang bergabung kecil maka akan
terjadi pemakaian pasangan elektron dan akan terbentuk senyawa kovalen.

Potensial Ionisasi yaitu jika nilai potensial atom rendah, maka atom itu akan mudah
membentuk kation (ion+). Jika nilai potensial ionisasi besar maka atom akan mudah
membentuk anion (ion-). Apabila perbedaan potensial ionisasi besar maka kemungkinan akan
membentuk senyawa ion, sedangkan jika perbedaannya sangat kecil maka akan terbentuk
senyawa kovalen.

Afinitas Elektron yaitu jika afinitas elektronnya besar maka akan membentuk senyawa ion,
sedangkan jika afinitas elektronnya kecil maka akan terbentuk senyawa kovalen lebih besar.

Sifat Logam dan Nonlogam yaitu jika unsur logam dengan nonlogam bereaksi kemungkinan
terbentuk senyawa ion dan jika keduanya nonlogam akan terbentuk senyawa kovalen.

4. Yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu senyawa dalam pelarut adalah

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 22


➢ Suhu
Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut. Pelarut dengan
suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut dibandingkan
pelarut dengan suhu lebih rendah.
➢ Pengadukan
Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut
akan semakin sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan
menjadi semakin cepat.
➢ Ukuran zat terlarut
Zat terlarut dengan ukuran terkecil (serbuk) lebih mudah melarut dibandingkan
dengan zat terlarut yang berukuran besar. Pada zat terlarut berbentuk serbuk,
permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin banyak. Akhirnya,
zat terlarut berbentuk serbuk, lebih cepat larut daripada zat terlarut yang
berukuran besar.
➢ Jenis zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur
dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya
kurang dapat saling bercampur sempurna.

5. Ciri larutan bersifat tak jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh adalah

a. Larutan tak jenuh


Larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh, Atau dapat disebut juga larutan yang partikel-partikelnya
tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak
jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion <Ksp berarti larutan belum jenuh
(masih dapat larut)
b. Larutan tepat jenuh
Lautan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadukan
kesetimbangan dengan solute padatnya. Atau dapat diartikan sebagai larutan yang
partikel-partikelnya tepah habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Larutan Jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan
tepat jenuh.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 23


c. Larutan lewat jenuh
Larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk
larutan jenuh. Atau dapat didefinisikan larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan lewat jenuh terjadi apabila hasil
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh.

6.Larutan lewat jenuh dapat diubah dengan menjadi larutan tak jenuh apabila ditambahkan
pelarut sehingga konsentrasi ion menjadi < Ksp. Suatu larutan akan menjadi tak jenuh aoabila
konsentrasu pelarut > konsentrasi terlarut dengan ciri tidak adanya senyawa yang mengendap.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 24


MSDS
1. Aseton (C3H6O)
Sifat Fisika dan Kimia
Wujud : cair
Warna : tidak berwarna
Bau : seperti buah
pH :5-6
Titik didih : 56,2 °C
Titik beku : -95,4 °C
Suhu : 465 °C
Berat Jenis : 0,79 g/cm3

Bahaya:
Beresiko pada pernapasan selama muntah, kerusakan paru-paru, iritasi mata yang
serius, menyebabkan mengantuk dan pusing.

Penanganan
• Setelah terhirup : segera pindahkan ke area udara segar, jika sulit bernafas berikan
oksigen.
• Kontak dengan kulit : segera tinggalkan pakain yang terkontaminasi, cuci kulit
dengan air dan sabun dalam jumlah yang banyak.
• Setelah tertelan : jangan paksakan muntah tanpa pengawasan oleh tim medis, Segera
minta pertolongan medis.
• Setelah kontak dengan mata : segera lepaskan kontak lensa, cuci mata dengan air
yang banyak sekurang-kurangnya selama 15 menit. Segera beri pertolongan medis.

2. Aquadest

Sifat Fisika dan Kimia


Keadaan Fisik : Cair
Penampilan : tidak berwarna - Bening - putih air
Bau : tidak berbau
pH : Tidak tersedia.
Tekanan Uap : 17,5 mm Hg @ 20 derajat C.
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 25


Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : 1 cP @ 20C
Titik didih : 100 derajat C
Titik beku/lebur : Tidak tersedia.
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
Kelarutan : Tidak tersedia.
Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 1.000
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.0134

Bahaya
• Mata : Tidak mengiritasi mata.
• Kulit : Tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
• Tertelan : Tidak ada bahaya yang diharapkan dalam penggunaan industri normal.
• Penghirupan : Diperkirakan tidak ada bahaya dalam penggunaan industri normal.
• Kronis : Tidak ada

Penanganan
• Mata: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini tidak mungkin berbahaya.
• Kulit: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini tidak berbahaya.
• Tertelan: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini diharapkan tidak
berbahaya.
• Penghirupan: Tidak diperlukan perawatan khusus karena bahan ini tidak mungkin
berbahaya jika terhirup. Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala dan suportif.

3. Etanol (C2H5OH)
Sifat fisik dan kimia
Bentuk fisik : air
Bau : khas alcohol
Warna : tak berwarna
Titik didih : > 760C (168,80F)

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 26


Titik baku : -113,840C (-172,90F)
Masa jenis : 0,789 – 0,806
Tekanan uap :-
Densitas : 1,59 – 1,62
Tingkat penguapan : 1,7
Solubilitas / kelarutan :larut dalam air dingin
Bentuk Fisik : Cairan
Titik nyala : 11-140C (51,8-57,20F)
Bahaya

• Mata :Menyebabkan iritasi


• Kulit :Menyebabkan iritasi, berbahaya jika terserap dalam jumlah banyak
• Pernapasan :Menyebabkan iritasi saluran pernapasan
• Pencemaran :Jika tertelan menyebabkan defresi, kantuk, menunjukkan gejala-gejala
keracunan
Pencegahan
• Mata : bilas segera dengan air banyak minimal 15 menit cari pertolongan medis jika
terjadi iritasi
• Kulit : bilas segera dengan air yang banyak, pisahkan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi, cuci pakaian sebelum digunakan kembali, bersihkan sepatu sebelum
digunakan kembali, jika iritasi berlanjut segera cari pertolongan medis
• Pernapasan : pindahkan ketempat yang berudara segara cari pertolongan medis
• Pencernaan : jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut korban yang pingsan, jika
bahan ini tertelan dalam jumlah banyak segera cari pertolongan medis.

4. Heksana (C6H14)
SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna
Bau : seperti benzene

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 27


Ambang Bau : Tidak tersedia informasi.
pH : Tidak berlaku
Titik lebur : -94,3 °C
Titik didih/rentang didih : 69 °C pada 1.013 hPa
Titik nyala : -22 °C
Tekanan uap : 160 hPa pada 20 °C
Kerapatan (densitas) uap relative : 2,79 Densitas 0,66 g/cm3 pada 20 °C
Bahaya
Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan kerusakan mata yang serius. Sangat toksik pada
kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.

Penanganan
• Setelah terhirup: hirup udara segar.
• Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Periksakan ke dokter.
• Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata. Lepaskan lensa kontak.
• Setelah tertelan: perhatian jika korban muntah. Resiko pengeluaran! Jaga agar
aliran udara tetap bebas. Segera panggil dokter. Kerusakan paru-paru mungkin
terjadi setelah pengeluaran muntah

5. Iodin (I2)
Sifat Fisika dan Kimia:
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : hitam-ungu
Bau : seperti yodium
pH : Tidak tersedia.
Kepadatan Uap : 8.8 (air=1)
Tekanan Uap : 0.3 mm Hg @ 20°C
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 28


Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 184°C
Titik Pembekuan/Leleh : 113°C
Suhu Dekomposisi : sublim
Kelarutan : 0.034 g/100 ml @ 25°C
Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 4.93
Rumus Molekul : I2
Berat Molekul : 253.81
Bahaya
Menyebabkan luka bakar oleh semua rute paparan. Berbahaya jika tertelan, terhirup,
atau terserap melalui kulit. Dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Pada suhu
biasa, yodium menyublim menjadi gas ungu dengan bau yang khas dan menjengkelkan.

Organ Sasaran: Sistem pernapasan, mata, tiroid, kulit.

• Mata: Menyebabkan iritasi mata yang parah. Dapat menyebabkan luka bakar pada
mata. Uap menyebabkan iritasi mata.
• Kulit: Berbahaya jika terserap melalui kulit. Dapat menyebabkan iritasi parah dan
kemungkinan luka bakar.
• Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan luka bakar pada saluran
pencernaan.
• Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Menyebabkan iritasi saluran pernapasan yang
parah.
• Kronis: Paparan kronis dapat menyebabkan iodisme yang ditandai dengan sakit kepala,
air liur berlebih, sekret hidung, konjungtivitis, radang tenggorokan, bronkitis,
stomatitis, pembesaran kelenjar submaksila, dan ruam kulit.

Penanganan
• Setelah kontak dengan mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak
air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
• Setelah kontak dengan kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak
air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 29


terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan
kembali.
• Setelah tertelan: bahan RACUN. Jika tertelan, segera dapatkan bantuan medis.
Induksi muntah hanya jika diarahkan oleh tenaga medis. Jangan pernah memberikan
apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.
• Setelah terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

6. Kalium permanganate (KMnO4)


Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Kristal
Penampilan : ungu tua - perunggu
Bau : tidak berbau
pH : 7-9 (20 g/l H2O)
Titik lebur : 240 derajat C
Suhu Dekomposisi : 150 derajat C
Kelarutan : 6,4 g/100 ml @ 20°C
Massa Jenis : 2.700 g/cm3
Rumus Molekul : KMnO4
Berat Molekul : 158.03
Bahaya :
• Mata : Menyebabkan iritasi mata yang parah dan kemungkinan luka bakar. Dapat
menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea.
• Kulit : Menyebabkan iritasi kulit dan kemungkinan luka bakar.
• Tertelan : Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat menyebabkan
perforasi saluran pencernaan. Dapat menyebabkan efek sistem saraf pusat.
• Terhirup : Menyebabkan iritasi saluran pernapasan dengan kemungkinan luka bakar.
• Kronis : Inhalasi atau konsumsi kronis dapat menyebabkan manganisme yang ditandai
dengan gejala neurologis seperti sakit kepala, apatis, dan kelemahan kaki, diikuti oleh
psikosis dan gejala neurologis yang mirip dengan penyakit Parkinson.

Penanganan

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 30


• Mata : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit. Dapatkan bantuan medis segera.
• Kulit : Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15
menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan
medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. CATATAN: Pakaian yang
terkontaminasi dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
• Tertelan : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika
korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui
mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.
• Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

7. Methanol (CH3OH)

Sifat fisika dan kimia


Keadaan Fisik : Cair
Penampilan : Tidak berwarna
Bau : Seperti alcohol
Ambang Bau : Tidak ada informasi yang tersedia
pH : Tidak berlaku

Titik Lebur/Rentang : -98 °C / -144,4 °F

Titik didih/Rentang : 64,7 °C / 148,5 °F @ 760 mmHg

Titik Nyala : 12 °C / 53.6 °F

Laju Penguapan : 5.2 (eter = 1)

Kemudahan terbakar : Tidak berlaku

Batas mudah terbakar atau meledak


Atas : 31,00 vol%
Bawah : 6.0 vol%

Tekanan Uap : 128 hPa @ 20 °C

Kepadatan Uap : 1,11

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 31


Gravitasi Spesifik : 0,791

Kelarutan : Larut dengan air

Koefisien partisi : Tidak ada data

Suhu Penyalaan : 455 °C / 851 °F

Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia informasi

Viskositas : 0,55 cP pada 20 °C

Rumus Molekul : CH4O

Berat Molekul : 32,04

Konten VOC (%) 100

Tegangan permukaan : 0,02255 N/m @ 20°C

Bahaya
Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar.Beracun jika tertelan, jika kena kulit, atau
jika terhirup. Menyebabkan kerusakan pada organ. Menyebabkan kerusakan pada
organ melalui paparan yang lama atau berulang.

Penanganan

• Kontak Mata : Segera bilas dengan banyak air, juga di bawah kelopak mata,
setidaknya selama 15 menit. Perhatian medis segera diperlukan.
• Kontak Kulit : Segera cuci bersih dengan banyak air selama minimal 15 menit.
Perhatian medis segera diperlukan.
• Terhirup : Pindah ke udara segar. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Jangan
menggunakan metode mulut ke mulut jika korban menelan atau menghirup zat
tersebut; memberikan pernapasan buatan dengan bantuan masker saku yang
dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis pernapasan lainnya yang
sesuai. Perhatian medis segera diperlukan.
• Tertelan : Jangan dimuntahkan. Hubungi dokter atau Pusat Pengendalian Racun
segera.
• Catatan untuk Dokter : Rawat sesuai gejalanya

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 32


8. Sukrosa
Sifat fisika dan Kimia
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : tidak berwarna menjadi putih
Bau : Tidak berbau.
pH : Netral dalam larutan.
Tekanan Uap : Tidak tersedia.
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : Tidak tersedia.
Titik beku/lebur : 365 derajat F
Suhu Dekomposisi : 365 derajat F
Kelarutan : Larut dalam air
Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 1,59 pada 25 derajat F
Berat Molekul : 342.1474
Bahaya
• Mata : Debu dapat meyebabkan iritasi mekanis.
• Kulit: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa.
• Tertelan : Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal.
Diharapkan menjadi bahaya konsumsi yang rendah.
• Penghirupan: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa. Inhalasi yang
berlebihan dapat menyebabkan iritasi pernapasan ringan.
• Kronis: Tidak ada informasi yang ditemukan.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 33


Penanganan
• Mata : Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali mengangkat
kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
• Kulit : Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. Tertelan :
Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air
• Penghirupan : Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak
bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan
bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.Penanganan

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 34

Anda mungkin juga menyukai