Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR VI

DISUSUN OLEH
DIBACH KHOIRUN NISA KUSUMA
11200960000090

Program Studi Kimia


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Percobaan


Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang terlarut
dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan homogen. Kelarutan
tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan tekanan. (Lachman,
1986).

1.2. Tujuan Percobaan


1. Mampu mengamati kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalen baik dalam pelarut
air maupun pelarut organik.
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor kelarutan suatu senyawa.
3. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan.
4. Mampu membedakan larutan tidak jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Istilah like dissolves like merupakan azas umum dari kelarutan , dimana senyawa ion
dan polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Air
adalah pelarut polar. Air melarutkan senyawa ion seperti garam dapur, NaCl, dan senyawa
polar seperti gula, C12H22O11. Karbon tetra klorida adalah pelarut nonpolar dan
melarutkan senyawa non polar. Pelarut nonpolar tidak dapat melarutkan senyawa ion atau
senyawa polar. Zat cair yang larut satu sama lain disebut saling bercampur. Bila kedua zat
cair mempunyai ikatan polar akan saling melarut.Dua zat cair yang nonpolar juga larut satu
sama lain. Tetapi zat cair polar dengan zat cair nonpolar saling tidak bercampur, terjadadi
tolakmenolak satu sama lain dan akan terpisah jadi dua lapisan. Proses pelarutan hanyalah
merupakan aksi antara pelarut dengan partikel zat terlarut. Molekul-molekul pelarut
menyerang partikel zat terlarut dan menyeretnya ke dal;am larutan. Kecepatan pelarutan
tergantung pada kecepatan pelarut menyerang zatb terlarut..
Kelarutan atau solubility dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang
akan larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada suhu tertentu. Dalam konteks kualitatif, ahli
kimia membagi zat-zat sebagai dapat larut, sedikit larut atau tak dapat larut. Zat dapat
dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan air. Jika
tidak, zat tersebut dapat digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut. Semua
senyawa ionic merupakan elektrolit kuat, tetapi daya larutnya tidak sama.
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu
pelerut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada
sifat zan itu, molekul pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat
mengandung banyak komponen, tetapi pada kesempatan ini hanya dibahas larutan yang
mengandung dua komponen yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu zat
terlarut dan pelarut.

BAB III METODE PERCOBAAN

1.1. Alat
Tabung reaksi 12 buah
Rak tabung reaksi 1 buah
Gelas ukur 10 ml 4 buah

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 2


Gelas piala 50 ml 2 buah
Gelas piala 100 ml 1 buah
Mortir dan alu 1 buah
Pipet tetes 5 buah
Hotplate 1 buah
Penangas air 1 buah
Spatula 1 buah
Kata arloji 4 buah

1.2. Bahan
Natrium asetat trihidrat (CH3COONa)
Kalium permanganat (KMnO₄)
Kristal iod (I2)
Metanol (CH3OH)
Heksana (C6H14)
Aseton (C3H6O)
Sukrosa (C6H12O6)

1.3. Prosedur Percobaan

1.3.1 Kelarutan
Pada percobaan pertama ini menggunakan kristal permanganat untuk menentukan
kelarutannya di dalam pelarut tertentu, hal pertama yang kita lakukan dalam percobaan ini
adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dalam tabung reaksi ke-1, dimasukkan
sebanyak 2 ml aquades dan dimasukkan sedikit kristal permanganat, dikocok tabung
tersebut, kemudian diamati apakah kristal tersebut larut, sedikit larut, atau tidak larut.
Dalam tabung reaksi ke-2, dimasukkan sebanyak 2 ml aseton dan dimasukkan sedikit
kristal permanganat, dikocok tabung tersebut, kemudian diamati apakah kristal tersebut
larut, sedikit larut, atau tidak larut. Dalam tabung reaksi ke-3, dimasukkan sebanyak 2 ml
metanol dan dimasukkan sedikit kristal permanganat, dikocok tabung tersebut, kemudian
diamati apakah kristal tersebut larut, sedikit larut, atau tidak larut. Dalam tabung reaksi ke-
4, dimasukkan sebanyak 2 ml heksana dan dimasukkan sedikit kristal permanganat,
dikocok tabung tersebut, kemudian diamati apakah kristal tersebut larut, sedikit larut, atau
tidak larut. Dalam tabung reaksi ke-5, dimasukkan sebanyak 2 ml aquades dan dimasukkan
sedikit kristal permanganat, dikocok tabung tersebut, kemudian diamati apakah kristal
tersebut larut, sedikit larut, atau tidak larut.
Pada percobaan kedua yaitu dengan menggunakan kristal iod untuk menentukan
kelarutannya di dalam pelarut tertentu, hal pertama yang kita lakukan dalam percobaan ini
adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dalam tabung reaksi ke-1, dimasukkan
sebanyak 2 ml aquades dan dimasukkan sedikit kristal iod, dikocok tabung tersebut,
kemudian diamati apakah kristal tersebut larut, sedikit larut, atau tidak larut. Dalam tabung
reaksi ke-2, dimasukkan sebanyak 2 ml aseton dan dimasukkan sedikit kristal iod, dikocok
tabung tersebut, kemudian diamati apakah kristal tersebut larut, sedikit larut, atau tidak
larut. Dalam tabung reaksi ke-3, dimasukkan sebanyak 2 ml heksana dan dimasukkan
sedikit kristal iod, dikocok tabung tersebut, kemudian diamati apakah kristal tersebut larut,
sedikit larut, atau tidak larut. Dalam tabung reaksi ke-4, dimasukkan sebanyak 2 ml
metanol dan dimasukkan sedikit kristal iod, dikocok tabung tersebut, kemudian diamati
apakah kristal tersebut larut, sedikit larut, atau tidak larut.

1.3.2 Pencampuran
Pada percobaan selanjutnya yaitu pencampuran, hal pertama yang kita lakukan
dalam percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dalam tabung

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 3


reaksi ke-1 dimasukkan sebanyak 2 ml aquades dan dimasukkan 2 ml metanol, kemudian
diamati apakah larutan tersebut bercampur atau tidak bercampur. Dalam tabung reaksi ke-2
dimasukkan sebanyak 2ml aquades dan dimasukkan 2 ml aseton, kemudian diamati apakah
larutan tersebut bercampur atau tidak bercampur. Dalam tabung reaksi ke-3 dimasukkan
sebanyak 2ml aquades dan dimasukkan 2 ml heksana, kemudian diamati apakah larutan
tersebut bercampur atau tidak bercampur.

1.3.3 Kecepatan kelarutan


Pada percobaan selanjutnya yaitu kecepatan kelarutan, hal pertama yang kita
lakukan dalam percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Disiapkan
penangas air terlebih dahulu dan dipanaskan menggunakan hotplate. Diisi empat tabung
reaksi sampai setengahnya dengan akuades, lalu ditimbang kristal sukrosa dengan massa
yang sama pada empat wadah yang berbeda, dimasukkan kristal sukrosa yang sudah
ditimbang tadi kedalam tabung reaksi 1, 2, 4. Selanjutnya dihaluskan kristal sukrosa dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi ke 3, dimasukkan tabung reaksi 1 ke dalam penangas
air tanpa diberi perlakuan dan diperhatikan waktu yang dibutuhkan sampai kristal sukrosa
larut, dimasukkan tabung reaksi 2 ke dalam penangas air lalu diaduk dan diperhatikan
waktu yang dibutuhkan sampai kristal sukrosa larut, diaduk tabung reaksi 3 tanpa disertai
pemanasan dan diperhatikan waktu yang dibutuhkan sampai kristal sukrosa larut, lalu
kristal sukrosa pada tabung reaksi 4 dibiarkan tanpa perlakuan dan diperhatikan waktu yang
dibutuhkan sampai kristal sukrosa larut.

1.3.4 Larutan tak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh


Pada percobaan selanjutnya yaitu menentukan larutan tak jenuh, tepat jenuh, dan
lewat jenuh. Hal pertama yang kita lakukan dalam percobaan ini adalah menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan. Dimasukkan kristal natrium asetat trihidrat ke dalam tabung
reaksi sampai seperempat tabung terisi dan ditambahkan akuades hingga menutupi
permukaan kristal, lalu tabung reaksi dipanaskan di penangas, aduk hingga kristal larut,
selanjutnya dikeluarkan tabung reaksi dari penangas dan didinginkan. Diamati perubahan
yang terjadi. Setelah dingin, ditambahkan beberapa butir kristal natrium asetat trihidrat dan
diamati perubahan yang terjadi, kemudian ditambahkan 20 tetes akuades.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 HASIL
1. Data Hasil Pengamatan
No. Reaksi Hasil Pengamatan Kesimpulan
a. Kelarutan
KMnO4
1. Air -Terjadi perubahan warna Larut
menjadi ungu pekat
-Tidak terdapat endapan
2. Metanol -Terjadi perubahan warna Larut
menjadi ungu muda
-Tidak terdapat endapan
3. Aseton -Terjadi perubahan warna Sedikit larut
menjadi ungu muda
-Terdapat sedikit endapan
4. Heksana -Tidak terjadi perubahan Tidak larut
warna

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 4


-Terdapat endapan
Iodin (I2) padatan
1. Air -Tidak terjadi perubahan Tidak larut
warna
-Terdapat endapan
2. Metanol -Terjadi perubahan warna Sedikit larut
menjadi ungu pekat
-Terdapat endapan
3. Aseton -Terjadi perubahan warna Sedikit larut
menjadi ungu muda
-Terdapat sedikit endapan
4. Heksana -Terjadi perubahan warna Larut
menjadi orange
-Tidak terdapat endapan
b. Pencampuran
1. Air + etanol -Tidak terjadi perubahan Bercampur
warna
-Tidak terdapat endapan
-Terdapat satu fase
2. Air + aseton -Tidak terjadi perubahan Bercampur
warna
-Tidak terdapat endapan
-Terdapat satu fase
3. Air + heksana -Tidak terjadi perubahan Tidak bercampur
warna
-Tidak terdapat endapan
-Terdapat dua fase
c. Kecepatan Kelarutan
1. Aquades panas + Waktu larut : 23 menit 18 Larut
kristal sukrosa detik
2. Aquades panas + Waktu larut : 1 menit 35 detik Larut
kristal sukrosa +
pengadukan
3. Aquadest dingin + Waktu larut : 25 detik Larut
serbuk sukrosa +
pengadukan
4. Aquades dingin + Waktu larut : >30 menit Larut
kristal sukrosa
d. Larutan tak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh
1. Kristal natrium asetat - Kristal natrium asetat Larutan tepat jenuh
trihidrat + aquades trihidrat mengendap
2. Kristal natrium asetat -Ketika dipanaskan tidak Larutan lewat jenuh
trihidrat + aquades + terjadi pengkristalan natrium
Kristal natrium asetat asetat trihidrat, tetapi
trihidrat setelah larutan tersebut
dingin, natrium asetat
trihidrat tersebut mengkristal
di dasar tabung reaksi

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 5


3. Kristal natrium asetat - Natrium asetat trihidrat Larutan tidak jenuh
trihidrat + aquades + mengkristal di dasar tabung
Kristal natrium asetat reaksi
trihidrat + aquades 20
tetes

2. Terangkan istilah like dissolve like dan jelaskan apakah prinsip like dissolve like tejadi
pada semua jenis campuran?
Jawab : Menurut prinsip like dissolves like, suatu pelarut akan cenderung melarutkan
senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang sama. Pelarut polar akan melarutkan
senyawa polar dan sebaliknya, pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa nonpolar. Prinsip
like dissolve like terjadi pada semua campuran dengan ikatan kovalen yang sejenis.

3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalen!
Berikut faktor yang mempengaruhi kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalen.
a)Temperature
Temperatur dapat meningkatkan kelarutan zat padat terutarna kelarutan garam dalam air,
sedangkan kelarutan senyawa nonpolar hanya sedikit sekali dipengaruhi oleh temperatur.

b) Penambahan zat lain


Penambahan Ion sejenis - Apabila elektrolit sukar larut, dilarutkan untuk membentuk
larutan jenuh, kelarutan digambarkan sebagai Ksp. Kelarutan menurun dengan adanya ion
sejenis, meningkat dengan penambahan ion tidak sejenis.

c) pH
Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat dipengaruhi oleh pH, sedangkan
kelarutan senyawa non elektrolit yang tidak terionisasi dalam air hanya sedikit
dipengaruhi olch pH. Untuk senyawa yang terionisasi (elektrolit) seperti asam karboksilat
(HA) kelarutan merupakan fungsi dari pH. Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan
senyawa asam lemah, dan penurunan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa basa
lemah.

d) Polaritas Pelarut
Molekut zat terlarut polar akan terlarut pada pelarut polar dan molekul zat terlarut
nonpolar akan terlarut dalam pelarut nonpolar.

4. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu senyawa dalam pelarut!
a.) Suhu
Tingkat suhu larutan mempengaruhi proses pelarutan zat terlarut. Pada suhu yang lebih
tinggi, zat terlarut akan mudah melarut dalam pelarut. Hal tersebut terjadi karena partikel-
partikel zat padat pada suhu yang lebih tinggi akan bergerak lebih cepat, sehingga
memungkinkan terjadinya tumbukan yang lebih sering dan efektif.

b.) Ukuran zat terlarut


Semakin kecil butiran zat terlarut, maka semakin mudah larut dalam pelarut. Kecilnya
butiran zat terlarut menyebabkan luas permukaan zat tersebut semakin luas dan tersebar
dalam suatu larutan. Semakin luas permukaan zat, maka semakin banyak partikel yang
saling bertumbukan satu sama lain. Hal inilah yang menyebabkan proses pelarutan
berlangsung semakin cepat.

c.) Volume pelarut
Besarnya jumlah volume pelarut mempengaruhi proses pelarutan zat. Hal ini karena

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 6


semakin banyak partikel zat pelarut yang bereaksi dengan zat terlarut. Semakin banyak
volume pelarut yang digunakan, maka akan semkain cepat pula proses pelarutan zat
terlarut.

d.) Kecepatan pengadukan
Proses pelarutan akan semakin cepat jika ditambahkan dengan faktor pengadukan.
Dengan mengaduk, maka partikel zat terlarut semakin bercampur dengan pelarut sehingga
reaksi pelarutan semakin cepat dibandingkan dengan pelarutan tanpa pengadukan.

5. Jelaskan ciri larutan bersifat tak jenuh, tepat jenuh dan lewat jenuh!
a.) Ciri-ciri larutan tak jenuh
-Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
-larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat).
-Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan
belum jenuh ( masih dapat larut).

b.) Ciri-ciri larutan tepat jenuh


-Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya.
-Larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal).
-Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.

c.) Ciri-ciri larutan lewat jenuh


-Larutan lewat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada
yang diperlukan untuk larutan jenuh.
-Larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
-Larutan tepat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan
lewat jenuh (mengendap).

6. Bagaimana mengubah larutan lewat jenuh menjadi larutan tak jenuh?


Larutan lewat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada
yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Untuk mengubah larutan lewat jenuh
menjadi tak jenuh yaitu dengan cara mengurangi solute agar dapat larut.

1.2 PEMBAHASAN

1.1 Kelarutan
Istilah like dissolve like merupakan azaz umum dari kelarutan, dimana senyawa ion dan
polar larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Dalam
percobaan ini kita menggunakan Kristal Permanganat dan Kristal Iod untuk dilarutkan
dalam suatu pelarut.
Pada percobaan pertama yaitu KMnO4 dicampurkan dengan 2 ml air. Dari hasil
percobaan tersebut diperoleh perubahan warna menjadi ungu gelap, tidak terdapat endapan,
dan KMnO4 larut dalam air. Karena air merupakan senyawa polar dan KMnO4 termasuk
senyawa ion maka ketika kedua zat tersebut larut.
Pada percobaan kedua yaitu KMnO 4 dicampurkan dengan 2 ml Metanol. Dari hasil
percobaan tersebut diperoleh perubahan warna menjadi ungu muda, tidak terdapat endapan,
dan KMnO4 larut dalam Metanol. Karena metanol merupakan senyawa polar dan KMnO4

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 7


termasuk senyawa ion maka kedua zat tersebut larut.
Pada percobaan ketiga yaitu KMnO 4 dicampurkan dengan 2 ml Aseton. Dari hasil
percobaan tersebut diperoleh perubahan warna menjadi ungu muda, terdapat sedikit
endapan. Karena aseton merupakan senyawa semipolar yang mana bisa bertindak sebagai
senyawa polar maupun nonpolar dan KMnO4 termasuk senyawa ion maka kedua zat
tersebut sedikit larut.
Pada percobaan keempat yaitu KMnO 4 dicampurkan dengan 2 ml Heksana. Dari hasil
percobaan tersebut tidak diperoleh perubahan warna, terdapat endapan, dan KMnO4 tidak
larut dalam Heksana. Karena heksana merupakan senyawa nonpolar dan KMnO4 termasuk
senyawa ion maka kedua zat tersebut tidak larut.
Selanjutnya percobaan dengan menggunakan kristal iod, pada percobaan pertama ini,
kristal iod dicampurkan dengan 2 ml air sehingga dalam percobaan ini tidak diperoleh
perubahan warna dan terdapat endapan. Karena kristal iod merupakan senyawa nonpolar
dan air termasuk senyawa polar maka kedua zat tersebut tidak larut.
Pada percobaan kedua yaitu kristal iod dicampurkan dengan 2 ml metanol. Dari hasil
percobaan tersebut diperoleh perubahan warna menjadi ungu pekat, terdapat sedikit
endapan. Karena metanol merupakan senyawa polar dan kristal iod termasuk senyawa
nonpolar maka kedua zat tersebut sedikit larut.
Pada percobaan ketiga yaitu kristal iod dicampurkan dengan 2 ml Aseton. Dari hasil
percobaan tersebut diperoleh perubahan warna menjadi ungu muda, terdapat sedikit
endapan. Karena aseton merupakan senyawa semipolar yang mana bisa bertindak sebagai
senyawa polar maupun nonpolar dan kristal iod termasuk senyawa nonpolar maka kedua
zat tersebut sedikit larut.
Pada percobaan keempat yaitu kristal iod dicampurkan dengan 2 ml heksana. Dari
hasil percobaan tersebut diperoleh perubahan warna menjadi orange, tidak terdapat
endapan. Karena heksana merupakan senyawa nonpolar dan kristal iod termasuk senyawa
nonpolar maka kedua zat tersebut larut.

1.2 Pencampuran
Sama dengan kelarutan, pada pencampuran yang membedakan hanya bentuk fisiknya
saja. Percobaan pertama air dengan etanol bercampur disebabkan karena air termasuk
senyawa polar dan etanol termasuk senyawa polar juga. Maka dari itu, senyawa polar akan
bercampur dengan senyawa polar juga. Percobaan yang kedua yaitu air dengan aseton
bercampur disebabkan karena air termasuk senyawa polar dan aseton termasuk senyawa
semipolar yang mana bisa bertindak sebagai senyawa polar maupun nonpolar. Pada
percobaan yang ketiga yaitu air dengan heksana, menghasilkan larutan yang tidak
bercampur sehingga terbentuknya dua fase. Hal ini disebabkan karena heksana merupakan
senyawa nonpolar dan air merupakan senyawa polar. Maka dari itu senyawa nonpolar tidak
dapat bercampur dengan pelarut polar.
Pada ketiga campuran tersebut terjadi gaya tarik-menarik antara molekul zat terlarut
dan pelarut. Selain itu juga terdapat gaya tarik menarik antar atom-atom di dalam molekul
itu sendiri yang menyebabkan molekul atau ionnya masih tetap bersatu. Dua senyawa yang
dapat bercampur lebih mudah bila gaya tarik antar molekul dan pelarut semakin besar.
Besarnya gaya tarik ini ditentukan oleh jenis ikatan pada masing-masing molekul.
Pada campuran air dan etanol; dan campuran air dan aseton memiliki gaya tarik
menarik antar molekul yang sangat kuat, sehingga dapat bercampur. Sedangkan pada
campuran air dan heksana memiliki gaya tarik menarik antar molekul yang lemah yang
disebabkan karena berbeda jenis ikatan sehingga campuran zat tersebut tidak dapat
bercampur.

1.3 Kecepatan kelarutan


Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu, ukuran zat

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 8


terlarut, volume pelarut, dan kecepatan pengadukan.
Pada percobaan pertama yaitu aquades panas + kristal sukrosa butuh waktu yang cukup
lama untuk melarutkan gula dalam aquades panas, karena kelarutan hanya dipengaruhi oleh
suhu dari aquades panas tersebut. Maka dari itu, membutuhkan waktu selama 23 menit 18
detik untuk melarutkan gula pada aquades tersebut
Pada percobaan kedua yaitu aquades panas + kristal sukrosa + pengadukan, dengan
adanya suhu yang ditingkatkan/aquades panas maka proses kelarutan akan cepat
disebabkan karena partikel zat padat pada suhu yang lebih tinggi akan bergerak lebih cepat,
sehingga memungkinkan terjadinya tumbukan yang lebih sering dan efektif. Dan juga
dengan proses pengadukan akan mempercepat proses kelarutan disebabkan karena partikel
zat terlarut semakin bercampur dengan pelarut sehingga reaksi pelarutan semakin cepat
dibandingkan dengan pelarutan tanpa pengadukan. Maka dari itu, dalam waktu 1 menit 35
detik gula tersebut sudah larut dalam aquades.
Pada percobaan ketiga yaitu aquadest dingin + serbuk sukrosa + pengadukan,
dengan adanya penggerusan pada kristal sukrosa akan mempercepat proses kelarutan
karena Semakin kecil butiran zat terlarut, maka semakin mudah larut dalam pelarut.
Kecilnya butiran zat terlarut menyebabkan luas permukaan zat tersebut semakin luas dan
tersebar dalam suatu larutan. Semakin luas permukaan zat, maka semakin banyak partikel
yang saling bertumbukan satu sama lain. Hal inilah yang menyebabkan proses pelarutan
berlangsung semakin cepat. Dan dengan adanya pengadukan juga menyebabkan proses
pelarutan semakin cepat disebabkan karena partikel zat terlarut semakin bercampur dengan
pelarut sehingga reaksi pelarutan semakin cepat dibandingkan dengan pelarutan tanpa
pengadukan. Maka dari itu, dalam waktu 25 detik gula tersebut sudah larut dalam aquades.
Pada percobaan yang keempat yaitu aquades dingin + kristal sukrosa membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk melarutkan kristal sukrosa pada aquades, hal ini disebabkan
karena proses kelarutan tidak didukung oleh fakto-faktor yang mempercepat proses
kelarutan. Maka dari itu, membutuhkan waktu selama lebih dari 30 menit untuk melarutkan
gula pada aquades tersebut

1.4 Larutan tak jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh


Pada percobaan pertama yaitu kristal natrium asetat trihidrat + aquades terbentuk
larutan tepat jenuh karena jumlah zat terlarut sama dengan jumlah pelarutnya dan
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Pada percobaan kedua yaitu kristal natrium asetat trihidrat + aquades
kemudian dipanaskan diatas hotplate hingga kristal natrium asetat trihidrat larut, lalu
setelah dingin ditambahkan kristal natrium asetat trihidrat lagi secukupnya sehingga
natrium asetat trihidrat mengendap di dasar tabung reaksi, percobaan ini membentuk
larutan lewat jenuh. Hal ini disebabkan karena jumlah zat terlarut lebih banyak daripada
jumlah pelarutnya dan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarutnya sehingga terjadi
endapan. Pada percobaan yang ketiga yaitu ditambahkan aquades sebanyak 20 tetes
setelah dilakukan percobaan kedua tadi dengan kondisi natrium asetat trihidrat yang
masih mengendap, sehingga terbentuk larutan tidak jenuh karena zat terlarutnya kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh dan partikel- partikelnya tidak tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini yaitu:


1. Kesimpulan dari percobaan ini adalah kelarutan yang sangat dipengaruhi oleh jenis
ikatan zat pelarut dan zat terlarut yaitu senyawa polar akan larut dalam pearut polar dan
senyawa nonpolar akan larut dalam senyawa nonpolar.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 9


2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan larutan yaitu suhu, warna, ukuran
zat terlarut dan volume pelarut.
3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan senyawa ion dan senyawa kovalen
yaitu temperature, penambahan zat lain, Ph, dan polaritas air.
4. Untuk mengubah larutan lewat jenuh menjadi tak jenuh yaitu dengan cara mengurangi
solute agar dapat larut.
5. Senyawa polar akan larut dengan pelarut polar dan senyawa nonpolar akan larut dengan
pelarut nonpolar
DAFTAR PUSTAKA

Nurhasni, dkk. 2017. Modul Praktikum Kimia Dasar. Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Achmad, Hiskia dan Tupamahu. 2001. Stoikiometri Energi Kimia. Citra Aditya Bakti,
Bandung

Oxtoby, David W, dkk. 2001. Prinsip-pronsip kimia modern. Citra Aditya Bakti, Bandung

https://www.slideshare.net/mobile/ilmanafial3/laporan-praktikum-kimia-dasar-81509922
(diakses pada 3 november 2019)

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 10

Anda mungkin juga menyukai