Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

Kelas : Kimia 2C
Kelompok : 4 (Empat)
 E. Putri Regina Prayoga 11200960000078
 Dibach Khoirun Nisa Kusuma 11200960000090
 La Viola Michelle Sampaleng 11200960000096
Tanggal : 28 Maret 2021
Dosen : Agus Rimus Liandi, M.Si., dan Nurul Amilia, M.Si.

Program Studi Kimia


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Percobaan


Titik beku larutan adalah temperatur pada saat kristal pertama dari pelarut murni
mulaiterbentuk dalam keseimbangan dengan larutan. Besarnya perbedaan antara titik beku
zat pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (ΔT f = freezing point
depression). Penurunan titik beku yang disebabkan oleh 1 mol zat terlarut dalam 1000 gram
zat pelarut dan mempunyai harga tetap dinamakan penurunan titik beku (Kr). Penurunan
titik beku terjadi karena terjadi kenaikan tekanan cairan dalam radiator, sehingga cairan
membeku dalam suhu yang lebih rendah dari pelarutnya. Penurunan titik beku larutan encer
sebanding dengan konsentrasi massanya. Oleh karena itu, untuk mengetahui cara
menentukan tetapan titik beku dan menentukan berat molekul zat non volatil dilakukan
percobaan “Penentuan Titik Beku Larutan ini.”

1.2. Tujuan Percobaan


1. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut.
2. Menentukan harga Kf dari pelarut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sukarjo (2004) sifat koligatif larutan merupakan sifat sifat yang hanya di
tentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Zat
terlarut tertentu jika di tambahkan kedalam suatu pelarut akan menimbulkan perubahan
fisik pelarut tertentu jika ditambahkan kedalam suaatu pelarut akan menimbulkan
perubahan fisik pelarut tersebut besarnya sebanding dengan molalitas zat terlarut yang
ditambahkan, sifat fisik tersebut bisa berupa penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmosis. Perbedaan antara sifat fisik dari pelarut dan
larutan pada penurunan titik beku larutan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Perbedaan sifat fisik pelarut dan larutan


Jika kita lihat, gambar di atas memperlihatkan diagram fasa larutan yang mengalami
pergeseran yang menyebabkan terjadinya perbedaan dengan diagram fasa pelarut murninya.
Larutan akan membeku jika temperature larutan tersebut lebih rendah dari titik beku larutan
murninya, selisih antara titik beku larutan dengan titik beku larutan murninya disebut juga

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 2


penurunan titik beku (ΔTf).. Zat terlarut jika merupakan zat non elektrolit, maka penurunan
titik bekunya sebanding dengan molalitas larutan (m). Penambahan zat terlarut tertentu
pada suatu pelarut akan mempengaruhi dari sifat koligatif lainnya, karena keempat sifat
koligatif tersebut saling berkaitan. Titik beku adalah temperature dimana fasa cair dari
suatu larutan setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan mempunyai titik beku yang lebih
rendah daripada titik beku pelarutnya atau disebut juga dengan (ΔTf), alat yang digunakan
untuk mengukur titik beku larutan adalah Beckman (Sukardjo, 2004).
Suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva peleburan
disebut titik beku. Titik didih adalah suhu perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm
dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih, sama halnya
seperti penurunan tekanan uap yang sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya (Petruci,
1987).
Larutan dalam senyawa kimia diartikan sebagai suatu campuran homogen yang
terdispersi pada spesies kimia dalam skala molecular. Diantaranya larutan biner merupakan
larutan yang terdiri atas tiga unsur, larutan tersier (terner) merupakan larutan yang terdiri
atas tiga unsur, dan kuartener terdiri atas empat unsur. Larutan dapt berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan mempunyai fase yang berbeda-beda. Fase ini mempengaruhi sifat dari zat
tersebut. Salah satunya sifat koligatif larutan. Ada dua sifat-sifat larutan. Pertama, sifat
larutan yang ditentukan dari jenis dan kepekatan (konsentrasi) zat terlarut saja tidak
tergantung pada jenis larutan. Sifat yang seperti ini disebut sifat koligatif larutan (Purba,
1987).
Suatu zat terlarut yang nonvolatile akan menurunkan titik beku zat pelarutnya. Hal
tersebut terjadi karena zat terlarut bersifat sukar menguap, maka pada suhu 0oC ternyata
belum membeku dan tekanan permukaannya lebih kecil dari 1 atm, sehingga larutan harus
dibekukan pada tekanan 1 atm dengan menurunkan suhu larutan. Penurunan titik beku
larutan dari titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku (Dogra, 1894).
Titik beku dan titik didih larutan tergantung pada kesetimbangan pelarut yang berada
dalam larutan dengan pelarut padatan atau uap pelarut murni. Kesetimbangan yang lainnya
adalah antara pelarut dalam larutan dengan pelarut murni. Pada saat kesetimbangan itu
terjadi, maka pula titik beku maupun titik didihnya tercapai (Wahyuni, 2013).
Setiap pelarut memiliki harga tetapan Kf tertentu. Tetapan Kf ini menyatakan
besarnya penurunan titik beku larutan 1 molal. Asam asetat ini memeiliki harga Kf sebesar
3,9 sedangkan titik bekunya 16,7°C (pada tekanan 1 atm) (Sachri dan Harun, 1982).
Tetapan Kf hanya bergantung pada jenis besarnya penurunan titik beku untuk larutan
1 molal. Pada umumnya efek enurunan titik beku akan lebih besar daripada efek kenaikan

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 3


titik didih atau penurunan tekanan uap. Penurunan titik beku relatif lebih banyak digunakan
dalam penentuan berat molekul (Jupamahu, 1980).
Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen dalam suatu larutan
senilai dengan tekanan uap suatu larutan dikali dengan fraksi mol komponen yang menguap
dalam larutan. Menurut Roult untuk menentukan titik beku larutan yang sangat encer
berlaku :
ΔTf = Kf . m ……………………..(1)
Dimana Tf adalah titik beku larutan (oC), Kf adalah tetapan penurunan titik beku
molal (oC/mol), m adalah molalitas larutan (mol.L-1). Hukum Roult menyatakan bahwa
tekanan uap suatu komponen dalam suatu larutan sama dengan tekanan uap larutan murni
dikali dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan. Pada temperatur yang
sama, larutan memiliki tekanan yang lebih rendah dari pada pelarut murninya. Akibatnya
titik beku larutan menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan titik beku pelarut
murninya. Air murni pada tekanan 1 atm membeku pada 0 oC. Besarnya penurunan titik
beku hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut. Semakin banyak partikel zat
terlarut maka semakin besar pula( Anshory, 1999)
Penurunan rumus, diperoleh bahwa penurunan titik beku juga sebanding dengan
konsentrasi zat terlarut (molalitas). Diperoleh persamaan sebagai berikut:
∆Tf = m
Pada kenyataannya, persamaan ini tidak hanya berlaku untuk larutan yang
mengandung zat terlarut non volatil, tetapi juga berlaku untuk larutan yang mengandung zat
terlarut volatile (Bird,1993).
Jika kedalam suatu zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap (non
volatil), maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini
mengikuti persamaan Nernst.
G1º – G2º = RT ln x …………………….. (1)
Dimana:
G1º – G2º = Penurunan tenaga bebas pelarut
R = Tetapan gas murni umum
T = suhu mutlak
x = Fraksi mol pelarut dalam larutan
Penurunan tenaga bebas ini akan menurunkan hasrat zat pelarut untuk berubah menjadi fase
uapnya, sehingga tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan
dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Pengaruh penurunan tekanan
uap terhadap titik beku larutan mudah difahami dengan bantuan diagram fasa berikut :

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 4


Dalam diagram di atas terlihat bahwa titik beku larutan Tf lebih rendah
dibandingkan dengan titik beku pelarut murni Tfº. Dari uraian diatas jelas bahwa penurunan
titik beku larutan
ΔTf = ( Tfº – Tf ) ~ x…………………………….(2)
Besarnya tergantung pada fraksi mol pelarut. Karena fraksi mol zat terlarut X1 : menurut
persamaan X = 1- X1 maka ΔTf dapat dinyatakan sebagai X1 berikut:

ΔTf = (R(Tf o)2 X1 …………………….…....... (3)


ΔHf
Dimana ΔHf adalah panas pencairan pelarut. Jika m ml zat terlarut ke dalam1000
gram zat terlarut, maka di dapat larutan dengan molarutas m. sehingga larutan tersebut
mempunyai fraksi mol zat terlarut sebesar

X1 = m ………………………..(4)
1000/ M+m
Dimana adalah berat molekul zat pelarut. Untuk larutan encer m mendekati 0 (nol), maka
X1 = mM/1000, sehingga penurunan titik beku larutan dapat di tulis :

ΔTf = (R(Tf0 )2M m …………………………...(5)


1000ΔHf

Bila di substitusikan :
Kf = (R(Tf0)2 M) …………………….(6)
1000ΔHf
Dari X1 = mM/1000 di atas didapat
m = 1000 X1 / M
Sedangkan x1 = n1 = (W1 / M1)
(n1 + n) {(W1 / M1 + W/M)}
W1 = berat zat terlarut
M1 = BM zat terlarut
W = berat pelarut
Oleh karena larutan encer, maka (W1 / M1) >>(W /M) , sehingga didapat :

X1 = (W1. M) dan ΔTf = (1000 / kf)


(W. M1) M1 x W1/ W

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 5


Rumus untuk menghitung harga kf adalah:

kf = (W.M1 ΔTf)
(1000W1)
Sedangkan rumus untuk menghitung BM zat terlarut:
M1 = (1000 kf )/ ΔTf x (W1/W)
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Alat
 Beaker glass 100 mL 2 buah
 Tabung reaksi 2 buah
 Pipet tetes 2 buah
 Gelas ukur 50 mL 1 buah
 Termometer 1 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Stopwatch 1 buah
3.2. Bahan
 Es batu secukupnya
 Akuades secukupnya
 Garam secukupnya
 Asam cuka glasial 10 mL
 Naftalein 3 gram
3.3. Prosedur Percobaan

Siapkan alat dan Bahan

Isi beaker glass dengan air, es, dan


garam secukupnya

Masukkan 20 mL pelarut (asam cuka glasial)


ke dalam tabung reaksi

Diamkan dan dinginkan

Catat suhu dengan termometer


Lakukan setiap menit
Amati pelarut
Ketika suhu terlihat

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 6


tetap, amati apakah
pelarut membeku atau belum

Ulangi langkah-langkah tersebut

Tentukan dan catat titik beku


pelarut murni Tfo

Biarkan pelarut mencair


Masukkan naftalein

Ulangi langkah-langkah tersebut

Tentukan dan catat titik beku larutan


Tf

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
1. Penentuan titik beku asam cuka (Tf0)
Volume asam cuka = 10 mL pelarut
Berat jenis asam cuka = 1,050C
Berat asam cuka (W) = 5 gram
Suhu (0C) 0,6 0,6 -1,6 -1,6 -2,6 -2,6 -2,6
Waktu 2 5 7 10 15 20 30
(menit)
Titik beku asam cuka (Tf o) = -2,60C

2. Pelarutan titik beku larutan Naftalena (BM = 128)


Berat Naftalena = 3 gram
Suhu (0C) 0,6 0,6 -2,6 -2,6 -4,6 -5,6 -5,6
Waktu 2 5 7 10 15 20 30
(menit)
Titik beku larutan Naftalena (Tf) = -5,60C
Penurunan titik beku pada larutan Naftalena (ΔTf) = 30C
Kf asam cuka = 1,280C gram/mol. Zat terlarut

4.2. Pembahasan
Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya, salah satu sifat penting
dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana
suatu zat tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami
pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami
proses pengaturan molekul-molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga
diperlukan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 7


Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang
keadaannya ditambahkan zat terlarut.
Praktikum kali ini adalah penentuan penurunan titik beku larutan (∆Tf) dengan
tujuan menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut. Hal pertama yang dilakukan
adalah menyusun rangkaian alat yang berupa gelas beaker dengan ukuran terbesar dibagian
terluar, gelas beaker tersebut ditambah dengan air, es, dan garam. Garam disini berfungsi
untuk membuat es yang terdapat dalam beaker tidak cepat mencair karena garam akan
menghambat kestabilan ikatan partikel air yang berada dalam fase padat yaitu berupa es. Di
dalam beaker tersebut ditambahkan beaker yang ukurannya lebih kecil. Beaker tersebut
diisi dengan air secukupnya. Didalam gelas beaker yang diisi air dimasukkan satu lagi gelas
beaker dengan asam cuka didalamnya sebanyak 10 mL. Asam cuka disini berfungsi sebagai
pelarut. Asam cuka yang telah dimasukkan didalam gelas beaker kemudian diukur titik
bekunya dengan menggunakan termometer. Titik beku asam cuka ini adalah titik beku
pelarut murni (Tfo). Titik beku diamati, jika suhu sudah mulai konstan dilihat keadaan dari
asam cuka sudah membeku atau belum. Dihitung per menit suhu asam asetat glasial dan
dihentikan setelah didapatkan suhu yang konstan dan semua bagian zat sudah menjadi
padat. Ketika suhu konstan dan larutan membeku maka dicatat titik bekunya. Berikut ini
adalah grafiknya:
Grafik
Dari data hasil pengamatan suhu yang dihasilkan pada menit yang ditentukan
mengalami penurunan temperatur perlahan. Suhu yang dihasilkan yaitu -2,6 °C. Hasil yang
didapatkan jauh lebih rendah dari suhu literatur yaitu 16,7 oC. Hal tersebut bisa terjadi
karena es yang dimasukkan terlalu banyak sehingga larutan tersebut cepat membeku. Sebab
semakin dingin suatu larutan maka akan semakin rendah pula titik beku yang dihasilkan.
Langkah selanjutnya adalah ditambahkan naftalen sebanyak 3 gram dan di
homogenkan dengan asam cuka glasial yang sudah mencair setelah diukur titik bekunya
tadi, langkah percobaan sama seperti langkah percobaan sebelumnya. Naftalen adalah zat
non volatil yang berfungsi menurunkan energi bebas dari pelarut sehingga kemampuan
pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya akan menurun pula, oleh karena itu tekanan uap
pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang
sama dalam keadaan murni. Penurunan tekanan uap sebanding dengan penurunan titik
beku. Sehingga jika tekanan uapnya turun maka perubahan titik beku juga akan turun,
begitu pun sebaliknya. Titik beku mengalami penurunan setelah ditambahkan naftalen
dapat dibuktikan melalui data yang diperoleh dari hasil percobaan. Grafiknya adalah
sebagai berikut:

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 8


Grafik

Grafik diatas menunjukkan bahwa titik beku asam cuka glasial adalah -5,6 oC setelah
ditambahkan dengan naftalen. Penambahan naftalen dapat menurunkan titik beku asam
asetat glasial. Hasil ini diakibatkan oleh adanya partikel naftalen yang menghalangi
interaksi molekul asam asetat glasial untuk memadat. Naftalen melemahkan interaksi antar
molekul dalam asam asetat sehingga asam cuka akan terganggu untuk memadat dan akan
menurunkan titik bekunya menjadi lebih kecil. Dengan ini maka didapatkan perhitungan
nilai Kf dari asam cuka sebesar 1,28 0C gram/mol dan diperoleh penurunan titik beku asam
asetat glasial adalah 30C. Harga Kf asam cuka yang didapatkan pada percobaan kali ini
mengalami sedikit perbedaan dengan Kf asam cuka menurut literatur yang ada, dimana
harga Kf asam cuka menurut literatur adalah 3,9 0C gram/mol.

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan ini yaitu:


1. Garam berfungsi sebagai penurun titik beku air.
2. Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang
dihasilkan.
3. Dari perhitungan yang telah dilakukan, Kf asam cuka adalah 3,9 0C gram/mol.

DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irfan. 1994. Kimia. Jakarta: Erlangga

Bird, Tony. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Dogra SK dan S Dogra. 1894. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.

Jupamahu, M.S. 1980. Kimia Fisika 1. Bandung: Departemen Kimia ITB.

Petrucci, Ralph M., 1978. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Purba, Michael. 1987. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Sachri, Soebandi dan Harun. 1982. Buku Tabel Ilmu Fisika dan Kimia. Bandung: Binacipta.

Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Jember: Laboratorium Kimia
Fisika FMIPA UNEJ.

Wahyuni S. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
LAMPIRAN

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 9


Penurunan titik beku pada larutan Naftalena (ΔTf):
= Tf pelarut (Tf0) – Tf larutan (Tf)
= -2,6 0C – (- 5,6 0C)
= 3 0C
Kf Asam Cuka (Kf):
= ΔTf x W x M1 5 gram
1000 x W1
0
= 3 C x 10 Ml x 128 gr/mol
1000 x 3 gram
0
= 1,28 C gram/mol

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 10

Anda mungkin juga menyukai