Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap kimia dasar lanjut dengan judul “Pembuatan dan Sifat
Koloid” yang disusun oleh:
nama : Nila Ardia Cahyani
NIM : 1613042005
kelompok : I (satu)
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten/Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.
Makassar, Mei 2017
Koordinator Asisten Asisten

Dwi Kurniawan Yommy Kurniaty


NIM. 1413041006 NIM. 1413440008

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra. Hj. Army Auliyah, M.Si


NIP. 19640306 199203 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan dan Sifat Koloid
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari cara pembuatan dan sifat- sfiat koloid
C. LANDASAN TEORI
Pembahasan mengenai campuran, dikenal dengan dua istilah yakni
campuran homogen dan campuran heterogen. Kedua campuran tersebut dapat
dikenal dari ukuran partikel zat- zat penyusunnya. Jika pada campuran terjadi
pemisahan yang jelas sehingga dapat dibedakan komponen satu dan lainnya, maka
sistem itu dinamakan suspensi kasar atau campuran heterogen. Dilain pihak, jika
zat yang dicampurkan dapat terdispersi ke dalam cairan menjadi molekul atau ion,
maka akan terbentuk larutan sejati, dimana komponen campuran tidak lagi dapat
dibedakan satu dengan lainnya (membentuk satu fase) (Sunarya, 2013:42).
Berdasarkan ukuran partikel dan kestabilan dalam sistem campurannya
dengan pelarut, maka sistem dispersi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
suspensi, koloid dan larutan sejati. Suatu suspensi adalah sistem campuran yang
tidak saling bercampur secara homogen sehingga dapat dibedakan secara jelas
komponen- komponen penyusunnya. Sistem larrutan sejati adalah sistem dimana
terjadi pencampuran secara homogen anatar komponen- komponen penyusun dari
larutan tersebut (Tim Dosen, 2017:9).
Masih terdapat larutan yang tidak dapat dikategorikan ke dalam larutan
atau suspensi kasar. Jika kanji dilarutkan kedalam air panas akan terbentuk larutan
kanji. Larutan yang terbenuk memiliki kesamaan dan perbedaan dengan larutan
sejati. Perbedaannya, pada larutan kanji lebih kental, tidak transparan terhadap
cahaya, dan ukuran partikel zat terlarut besar. Oleh karena banyak perbedaan
antara larutan sejati dan larutan kanji, maka perlu mendefinisikan satu system
larutan seperti kanji. Pakar kimia menggolongkan larutan kanji ke dalam
golongan khusus yang disebut koloid (Sunarya, 2013:42).
Koloid ialah campuran dari dua zat atau lebih zat yang salah satu fasanya
tersuspensi kedalam sejumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fasa kedua.
Zat yang terdispersi medium penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cairan,
atau padatan. Contohnya antara lain semprotan aerosol (cairan tersuspensi dalam
gas), asap (partikel padatan udara), susu (tetesan kecil minyak dan padatan dalam
air), mayones (tetesan air dalam minyak) dan cat (partikel pigmen padat dalam
minyak untuk cat berdasarkan pigmen dari minyak yang terdispersi dalam air
untuk cat lateks). Meskipun beberapa koloid memisah menjadi dua fasa terpisah
jika didiamkan lama, campuran lain bertahan sangat lama. Partikel suspensi
berada dalam keadaan gerakan tetap yang disebut Gerak Brown. Gerak Brown
adalah gerakan akibat dari kocokan acak tetapi tetap pada partikel oleh molekul
pelarut (Oxtoby, 2001:178-179).
Karena kebanyakan zat padat berada dalam keadaan koloid, semua cabang
ilmu kimia berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua
jaringan hidup bersifat koloidal. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu
untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Dalam campuran
homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom ataupun ion dsebarkan
dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat
dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung sehingga
dihasilkan suatu disperse (sebaran) koloid dalam sistem koloid. Dalam sistem
semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan
menjad kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut zat pendispersi atau
disebut medium pendispersi. Adapun tipe-tipe dari sistem koloid diantaranya
adalah busa, busa padat, aerosol cair, emulsi, emulsi padat, aerosol padat sol, dan
sol padat (Keenan, 1986:457).
Ada dua cara pembuatan partikel koloid, yakni cara kondensasi dan
dispersi. Pada cara kondensasi, molekul- molekul diubah menjadi partikel koloid,
sedangkan cara dispersi partikel- partikel besar diubah menjadi partikel- partikel
dengan ukuran koloid. Cara kondenasi pada umunya terjadi dalam rekasi
hidrolisis, reaksi penggantian, maupun rekasi redoks. Pengaruh konsentrasi dan
temperatur pada pembentukan koloid, dapat dilihat pada pembentukan beberapa
mL larutan besi (III) klorida jenuh dalam air mendidih.
FeCl3 + 3H2O 3HCl + Fe(OH)3
Pada cara dispersi, gumapalan zat besar diperkecil dengan cara
penggilingan/penggerusan, pengadukan atau pengocokan. Jika suatu zat cair
didispersikan pada zat cair yang lain (yang tidak saling melarutkan), maka system
koloid ini disebut emulsi. Cara disperse yang lain adalah peptisasi yaitu proses
dimana zat padat pecah menjadi partikel- partikel dengan ukuran koloid dengan
suatu zat kimia (Tim Dosen, 2017:10).
Ada beberapa hal yang ada hubungannya dnegan sifat koloid, salah
satunya adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah penemplan zat asing pada permukaan
suatu partikel kolid. Zat- zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan
yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dau partikel. Banyaknya zat asing yang
dapat diadsorpsi bergantung pada luas permukaan partikel koloid. Meskipun
adsorpsi merupakan gejala umum dari zat, efisiensi adsorpsi ni bergantung pada
besarnya luas pemukaan zat pengadsorpsi. Jika permukaan partikel koloid
bermuatan positif, maka zat asing ynag menempel harus bermuatan negatif.
Sebaliknya, jika permukaan kolid bermuatan negatif, maka zat yang menempel
pada permukaan koloid harus bermuatan positif. Akibat dari kemampuan partikel
koloid dapat mengadsorpsi partikel lain, maka system koloid dapat terbentuk
agregat yang sangat besar berupa jaringan, seperti pada jeli. Di lain pihak, agregat
yang sangat besar dapat dipecah- pecah menjadi agregat kecil- kecil seperti
ditunjukan sol (Sunarya, 2013:47).
Salah satu proses pengolahan air minum adalah proses
koagulasi/flokulasi, yakni proses pengumpulan partikel-partikel penyusun
kekeruhan yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang
lebih besar sehingga dapat diendapkan dengan cara pemberian bahan kimia
koagulan. Untuk menentukan dosis optimal dilakukan dengan mengamati perilaku
respon dinamik yang telah disimulasikan. Simulasi dilakukan dua kondisi awal
konsentrasi kekeruhan yang berbeda-beda. Simulasi dari masing-masing kondisi
awal kekeruhan dilakukan dengan pemberian tiga variasi konsentrasi dosis
koagulan yang berjalan dari waktu awal hingga waktu akhir detik. Dari masing-
masing hasil menunjukkan bahwa konsentrasi kekeruhan tampak mengalami
kenaikan saat berada di tahap kedua dan ketiga, tetapi beberapa saat setelah itu
terlihat mengalami penurunan selama proses pengolahan berlangsung. Hal ini
dikarenakan adanya restabilisasi partikel koloid yang menyebabkan kenaikan
sesaat konsentrasi kekeruhan tersebut. Sedangkan untuk menetukan atau
memprediksi dosis optimal dari simulasi yang sudah didapatkan, dilakukan
perbandingan perubahan konsentrasi kekeruhan akibat ketiga variasi dosis yang
diberikan (Permatasari, 2013:6-10).
Emulsi merupakan salah satu jenis koloid, dimana emulsi mempunyai
manfaat bagi manusia salah satunya digunankan dalam uji aktivitas minyak
cengkeh. Dimana prosesnya adalah Pada tahap pembuatan sediaan dilakukan
dengan cara memvariasikan jenis dan konsentrasi emulgator yang berbeda-beda
diantaranya yaitu PGA (Pulvis Gummi Arabicum,), CMC
(Carboxymethylselulosa) dan Tragakan dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20%.
Sediaan emulsi yang diperoleh untuk emulgator CMC (Carboxymethylselulosa)
dan Tragakan memiliki konsistensi yang terlalu tinggi sehingga emulsi yang
dihasilkan terlalu kental dan menunjukan sediaan emulsi yang tidak baik. Oleh
karena itu, dilakukan penurunan konsentrasi basis emulgator yang sesuai dengan
petunjuk penggunaan emulsi yang baik dengan rentang basis emulgator untuk
CMC (Carboxymethylselulosa) yaitu 0,25-1%. Setelah dilakukan pembuatan basis
emulgator, selanjutnya dibuat sembilan formula dengan cara memvariasikan jenis
dan konsentrasi emulgator, Tujuan dari memvariasikan jenis dan konsentrasi
emulgator ini untuk mengetahui jenis dan konsentrasi berapa yang mempunyai
sediaan emulsi yang paling baik (Yuliana, 2014:247-248).
Koloid juga bermanfaat dalam bidang kesehtan, salah satunya untuk
terapi. Radiosinovektomi adalah suatu alternatif terapi selain pembedahan dimana
radiofarmaka pemancar beta disuntikkan ke dalam lapisan dalam bungkus sendi
untuk mengobati reumatoid artritis. Salah satu sediaan radiofarmaka yang dapat
digunakan dalam radiosinovektomi adalah 186Re_Sn koloid. Pembuatan
186Re_Sn koloid dilakukan dengan mencari kondisi reaksi terbaik untuk
memperoleh efisiensi peJabelan yang tinggi (>95%), ukuran partikel yang sesuai
dan kestabilan yang baik saat disimpan pad a suhu kamaI'. Pembuatan 186Re_Sn
koloid telah berhasil dilakukan dengan menggunakan rasio mol SnCh.2H20
terhadap Re senilai 1000: I (~ 50 mg SnCh.2H20) dan waktu pemanasan 90 menit
dengan presentase efisiensi penandaan > 95%. 186Re_Sn koloid cukup stabil saat
disimpan selama 24 jam pada suhu kamar dan mempunyai ukuran partikel yang
sesuai untuk digunakan sebagai radiofarmaka untuk digunakan pada terapi
radiosinovektomi (Rustendi, 2010:89).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas Kimia 250 mL 1 buah
b. Gelas Kimia 100 mL 5 buah
c. Gelas ukur 10 mL 2 buah
d. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
e. Corong plastik 1 buah
f. Botol semprot 1 buah
g. Pipet Tetes 2 buah
h. Cawan porselin 1 buah
i. Lumpang dan alu 1 buah
j. Pembakar spiritus 1 buah
k. Erlenmeyer 100 mL 1 buah
l. Batang pengaduk 1 buah
m. Tabung reaksi 3 buah
n. Rak tabung reaksi 1 buah
o. Sendok plastik 1 buah
p. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Besi (III) Klorida (FeCl3) jenuh
b. Larutan Perak Nitrat (AgNO3) encer
c. Larutan Natrium Klorida (NaCl) encer
d. Larutan Asam Nitrat (HNO3) encer
e. Tepung kanji (Amilum)
f. Benzena (C6H6)
g. Air sabun (Natrium oleat)
h. Larutan Kalsium Asetat (CH3COOCa)
i. Etanol (C2H5OH) 95%
j. Gula pasir kotor (C12H22O11)
k. Norit
l. Kertas saring
m. Aquades (H2O)
n. Korek api
o. Larutan iod (I2)
p. Tissu
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan koloid Fe(OH)3
25 mL air dipanaskan sampai mendidih, setetes demi setetes ditambahkan larutan
FeCl3 jenuh, sambil diaduk sampai menjadi merah coklat.
2. Koagulasi
Kedalam dua gelas kimia, 250 mL dan 100 mL dimasukkan 25 mL air. Di dalam
masing-masing ditambahkan 1 mL larutan perak nitrat encer, 1 mL larutan NaCl
encer dan 5 mL larutan HNO3 encer. Salah satu bejana didiamkan, sedangkan
bejana yang lain dipanaskan sampai mendidih. Kecepatan koagulasi dibandingkan
dari kedua peristiwa ini.
3. Dispersi
a. Satu sendok teh amilum (tepung kanji) dan dengan 10 mL air dicampurkan
dalam suatu gelas kimia. Kemudian diaduk dengan batang pengaduk
kemudian disaring
b. Satu sendok teh lagi amilum (tepung kanji) dan dengan 10 mL air digerus
sampai halus dalam mortar. Campuran ini kemudian disaring.
c. Filtrat a dan b dibandingkan,
4. Emulsi
a. Dalam satu tabung reaksi yang bersih, 1 mL dimasukkan benzena, 10 mL
ditambahkan aquades, lalu dikocok dengan keras. Tabung reaksi itu
diletakkan pad rak, dan waktu yang diperlukan untuk pemisahan kedua zat
tersebut menjadi dua lapisan kembali.
b. Kepada campuran kedua zat di a, 15 tetes ditambahkan larutan ditambahkan
larutan natrium oleat (air sabun) dan dikocok dengan kuat. Tabung reaksi
diletakkan pada rak selama 10-15 menit
5. Pembuatan gel
Larutan kalsium sebanyak 1,5 mL dimasukkan kedalam suatu tabung reaksi kecil
dan 8,5 ml etanol 95% larutan kalsium asetat jenuh dimasukkan kedalam tabung
reaksi kecil yang lain. Kedua larutan secara bersama dicampurkan di dalam wadah
gelas yang sama. Sedikit gel yang terbentuk dimasukkan kedalam cawan penguap
lalu dibakar.
6. Adsorpsi
Satu sendok gula pasir merah (kotor) dilarutkan di dalam 10 mL air dalam tabung
reaksi. Ditambahkan setengah sendok norit, kemudian tabung reaksi tersebut
diletakkan di dalam bejana gelas yang berisi air panas, tabung reaksi itu dikocok
berkali-kali dan sesudah 10 menit isinya disaring di dalam suatu tabung reaksi
yang bersih. Warna dari larutan ini diperhatikan, dan dibandingkan dengan larutan
sebelumnya.
F. HASIL PENGAMATAN
No. Percobaan Hasil Pengamatan
1. Pembuatan koloid Fe(OH)3
25 ml H2O + 5 tetes FeCl3 . H2O (tidak Larutan berwarna merah
berwarna) FeCl3 (coklat). 25 ml H2O kecokelatan
dipanaskan sampai mendidih, lalu
ditambahkan beberapa tetes FeCl3
2. Koagulasi
25 ml H2O (tidak berwarna) pada kedua
tabung.
a. Tabung I
25 ml H2O + 1 ml AgNO3 Larutan berwarna bening
25 ml H2O + 1 ml NaCl Larutan berwarna putih
25 ml H2O + 5 ml HNO3 pucat
Lalu didiamkan Terbentuk gumpalan/
endapan putih pucat
dengan labat
b. Tabung II
25 ml H2O + 1 ml AgNO3 Larutan berwarna bening
25 ml H2O + 1 ml NaCl Larutan berwarn putih
25 ml H2O + 5 ml HNO3 pucat
Lalu dipanaskan Terbentuk
gumpalan/endapan putih
pucat dengan cepat
3. Dispersi
a. 1 sendok amilum + 10 ml H 2O, lalu Larutan tidak berwarna
disaring (bening)
Larutan keruh dan setelah
b. 1 sendok amilum, digerus + 10 ml H 2O ditambahkan iod
+ larutan iod berwarna biru keunguan
4. Emulsi
1 ml Benzena + 10 ml H2O Campuran terbentuk dua
lapisan. Benzene pada
bagian atas (sedikit
keruh) dan air dibawah
(jernih). Terdapat sedikit
1 ml Benzena + 10 ml H2O + 15 tetes gelembung.
Natrium oleat lalu dikocok Campuran menyatu
setelah dikocok. Setelah
didiamkan larutan
membentuk dua lapisan.
Bagian atas larutan
berwarna putih dan
bagian bawah larutan
sedikit keruh.
5. Pembuatan gel
1,5 ml (CH3COO)2Ca + 8,5 ml etanol Setelah didiamkan,
didiamkan membentuk gel
Gel dibakar Gel habis terbakar
6. Adsorpsi
10 ml H2O + 1 sendok gula kotor Larutan sangat keruh.
Sampel ditambahkan setengah sendok Bubuk norit tidak
norit bercampur dengan
larutan, hanya butiran
halus yang melayang
didalam air.

Sampel dimasukkan kedalam air panas, Larutan berwarna hitam


lalu dikocok selama 10 menit
Sampel disaring Larutan agak keruh
G. PEMBAHASAN
Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fasa terdispersi (yakni
partikel- partikel koloidnya) dan fasa pendispersi, yaitu dimana terdapat
partikel- partikel koloid. Pada sistem koloid bila dilakukan pencampuran akan
saling mencampur tetapi setelah didiamkan dalam waktu yang cukup lama
akan terjadi sedikit pemisahan kembali antara komponen- komponen yang
dicampurkan.(Tim Dosen Kimia Dasar, 2017 : 9).
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat dan cara pembuatan
koloid. Ada dua cara pembuatan partikel koloid, yakni cara kondensasi dan
dispersi. Pada cara kondensasi, molekul- molekul diubah menjadi partikel koloid,
sedangkan cara dispersi partikel- partikel besar diubah menjadi partikel- partikel
dengan ukuran koloid. Adapun percobaan yang dilakukan yaitu:
1. Pembuatan koloid Fe(OH) 3
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar). Pada percobaan FeCl 3 berfungsi sebagai
bahan dasar pembentukan sol Fe(OH) 3 yang direaksikan dengan air panas.
Fungsi air panas pada percobaan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi kimia
dalam pembuatan koloid Fe(OH)3, sehingga dengan reaksi persamaan yaitu :
FeCl3 (aq) + 3H2O (aq) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl (aq)
Pada reaksi diatas maka akan menghasilkan uji positif yang berbentuk sol
Fe(OH) 3 yang berwarna merah coklat, perubahan warna menjadi merah coklat
membuktikan bahwa pada percobaaan tersebut koloid telah terbentuk. Sehingga
hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa partikel Fe(OH) 3 yang
terbentuk adalah partikel koloid, karena ukuran partikel yang lebih besar untuk
mengendap.
2. Koagulasi
Proses koagulsi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel dalam air
dengan menggunakan bahan kimia (koagulan) yang menyebabkan pembentukan
inti gumpalan. Secara umum, proses koagulasi merupakan serangkaian proses
yang terdiri dari : Proses destabilisasi muatan partikel karena adanya penambahan
koagulan, proses destabilisasi yang memerlukan energi dalam bentuk aliran
turbulan, penyebab pusat-pusat aktif partikel yang tidak stabil pada pengadukan
cepat menjadi partikel yang lebih stabil dan pembentukan flok-flok besar yang
terjadi pengendapan flok-flok (welasih, 2008 :12).
Percobaan yang dilakukan digunakan 2 buah gelas kimia yang masing-
masing ditambahkan perlakuan H2O, AgNO3, NaCl encer dan HNO3 encer.
HNO3 yang digunakan pada percobaan ini berfungsi sebagai katalisator. HNO 3
pada percobaan ini mengikat Ag+ dalam AgCl yang berlebih sehingga yang dapat
mengendap. Sedangkan fungsi AgNO3 yaitu untuk mengendapkan unsur-unsur
halogen. Dan fungsi dari NaCl pada percobaan ini sebagai menstabilkan muatan
sehingga tidak terjadi penggumpalan. Selanjutnya gelas kimia pada percobaan 1
didiamkan, dan tabung kedua dipanaskan. Pemanasan ini berfungsi untuk
membandingkan kecepatan koagulasi yang terjadi pada kedua campuran larutan
tersebut. Sehingga hasil yang diperoleh yaitu, pada gelas kimia ke dua lebih cepat
terbentuk endapan disbanding denga tabung pertama. Hal ini membuktikan bahwa
proses pemanasan dapat mempercepat reaksi pembentukan koagulasi karena
naiknya suhu sehingga jumlah tumbukan antara partikel dengan molekul air
bertambah banyak. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu :
AgNO3(aq) + NaCl AgCl + NaNO3
3. Dispersi
Dispersi adalah suatu proses pembuatan koloid yang dilakukan untuk
memperkecil ukuran partikel besar koloid menjadi partikel koloid. Pada
percobaan ini dilakukan 2 perlakuan yaitu pada perlakuan pertama satu sendok
amilum ditambahkan aquades lalu diaduk dan disaring maka hasil yang
didapatkan larutan tidak berwarna (bening). Fungsi pengadukan pada perlakuan
pertama untuk melarutkan amilum dalam air. Selanjutnya perlakuan kedua yaitu
satu sendok amilum yang telah digerus ditambahkan dengan aquades lalu disaring
dan ditambahkan beberapa tetes larutan iod, fungsi penambahan larutan iod
tersebut untuk menguji kandungan amilum yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna, pada perlakuan kedua menghasilkan larutan menjadi keruh.
Fungsi dari pengerusan amilum pada perlakuan kedua yaitu untuk menghaluskan
amilum. Sehingga ukuran partikel koloidnya berubah menjadi lebih halus. Uji
positif penambahan amilum yaitu berwarna bening dan apabila dibandingkan
dengan percobaan setelah penambahan iod mengubah warna larutan menjadi biru.
Sehingga reaksinya yaitu :
Amilum + H2O Larutan keruh
Amilum + H2O + I2 Larutan warna Ungu
4. Emulsi
Emulsi adalah jenis koloid yang dimana campuran dari dua atau lebih
cairan yang bercampur dengan kedua fase yang berbeda (terdispersi dan
pendispersi). Pada percobaan benzena ditambahkan dengan air lalu dikocok
sehingga menghasilkan campuran ternentuk menjadi dua lapisan, pada lapisan
atas terdapat benzene (sedikit keruh) dan pada lapisan bawah terdapat air (jernih).
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis antara bennzena dan air,
dimana massa benzena adalah 0,876 g/cm3 dan massa jenis air adalah 1 g/cm3.
Selanjutnya ditambahkan natrium oleat dan dikocok dengan kuat. Fungsi
pengocokan untuk menghomogenkan larutan dan gungsi penambahan natrium
oleat pada percobaan ini yaitu sebagai pengemulsi (emulgator) yang menyatukan
larutan yang awal larutan pisah kemudian menyatu kembali. Reaksi yang terjadi
yaitu :
C6H6 + H2O larutan 2 lapisan diatas benzena dibawah air
C6H6 + H2O + air sabun larutan bercampur dan keruh
5. Pembuatan gel
Pembuatan gel adalah proses pengendapan sol yang perubahannya
berlangsung secara perlahan-lahan. Pada percobaan ini larutan Ca(CH 3COO)2
ditambahkan larutan etanol kemudian dimasukkan secara bersamaan pada labu
erlenmeyer bertutup asa lalu didiamkan, fungsi etanol dan Ca(CH 3COO)2
dicampurkan secara bersamaan lalu didiamkan agar kedua larutan tersebut secara
perlahan membentuk zat yang sangat padat yang berupa gel dan fungsi penutupan
dengan menggunakan Erlenmeyer bertutup asa agar tidak terjadi penguapan.
Kemudian didiamkan maka akan menghasilkan gel. Pembentukan gel ini
disebabkan karena sol mengadsorbsi medium pendispersinya sehingga sehingga
terjadi koloid yang padat. Kemudian dipanaskan maka akan gel akan habis dan
terbentuk serbuk putih. Pemyebab terbentuknya serbuk putih tersebut yaitu pada
saat pemanasan molekul-molekul air pada gel tersebut akan menguap karena
tingginya suhu pada proses pemanasan tersebut. Reaksi kimia yang terjadi pada
percobaan tersebut yaitu :
Ca(C2H3COO)2 + 2 C2H5OH 2C2H5COOCH3 + Ca(OH)2
Reaksi pembakaran, yaitu :
Ca(C2H3OH)(s) + C2H5O2 menghasilkan serbuk putih
6. Adsorpsi
Koloid memiliki permukaan luas sehingga memiliki daya adsorpsi yang
besar. Pada percobaan ini air ditambahkan 1 sendok gula kotor kemudian
ditambahkan ½ sendok norit. Maka akan menghasilkan larutan yang berwarna
hitam. Fungsi norit pada percobaan ini yaitu untuk mengikat zat kotor sehingga
zat kotor pada gula akan diserap oleh norit. Kemudian tabung reaksi yang berisi
sampel dimasukkan kedalam air panas dan didiamkan kemudian di saring. Hasil
yang didapatkan yaitu larutan menjadi lebih sedikit bening dari larutan awal. Hal
ini disebabkan karena permukaan norit mengadsorbsi ion sejenisnya sehingga
partikel- partikel yang ada pada larutan gula pasir terserap dan ketika disaring
larutannya akan tampak lebih jernih. Fungsi dari pemanasan pada percobaan ini
untuk mempercepat terjadinya reaksi dan penyaringan berfungsi untuk
memperoleh larutan jernih dari campuran gula kotor dan norit.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah:
a. Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi.
Kondensasi adalah mengubah molekul- molekul menjadi partikel koloid.
Contohnya dalam reaksi hidrolisis, reaksi penggantian ion, maupun reaksi
redoks. Dispersi yaitu partikel- partikel besar diubah menjadi partikel ukuran
koloid dengan cara penggerusan ataupun pengadukan.
b. Sifat- sifat koloid antara lain yaitu koagulasi (pengendapan), koloid pelindung,
dialisis, efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi (penyerapan), dan elektroforesis.
2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada percobaan ini adalah:
a. Bagi praktikan sebaiknya lebih berhati- hati dan lebih teliti dalam melakukan
percobaan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.
b. Praktikan diharapkan agar lebih memahami prinsip kerja percobaan yang akan
dilakukan agar berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Cecep T. Rustendi, Cecep T Martalena Ramli dan M. Subur. Pembua Tan 186re_Sn
Koloid Untuk Terapi Radiosinovektomi. Jurnal Radioisotop dan
Radiofarmaka. Vol 13 No 2. Hal: 89.

Keenan, Kleinfelter, & Wood A. Hadyana Pudjaatmaka. 1986. Kimia untuk


Universitas. Jakarta : Erlangga.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Permatasari, Tri Juliana dan Erna Apriliani. 2013. Optimasi Penggunaan
Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air. Jurnal Sains Dan Semi Pomit.
Vol. 2. No.1. Hal : 6-10.

Sunarya, Yayan. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung: Yrama Widya.


Tim Dosen. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Makassar.
Yuliana, Anna. 2014. Uji Aktivitas Antijamur Formulasi Emulsi Minyak Cengkeh
(Syzygium Aromaticum L. Merr). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol.
12. No. 1. Hal: 247- 248.
Pertanyaan

1. Berikan minimal 2 contoh koloid yang dapat dibuat secara disperse dan
dengan cara kondensasi !
2. Bagaimana cara mengetahui muatan dari suatu koloid, jelaskan!
3. Jelaskan secara singkat tentang dialisis suatu koloid !
Jawaban
1. Dispersi : pembuatan koloid belerang dan urea masing- masing dari
butirannya ; membuat koloid dengan mencelupkan dua elektroda logam
kedalam air; membuat koloid AgCl dengan menambahkan air suling kepada
padatan AgCl.
Kondensasi :membuat koloid emas dengan mereduksi emas klorida dengan
stannic klorida; membuat koloid belerang dengan mengoksidasi hydrogen
sulfide dengan SO2; membuat koloid AgBr dengan mereaksikan larutan
AgNO3 dengan KBr
2. Muatan kolid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda, yang
bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan
yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif.
3. Pemisahan ion dari koloid dengan difusi lewat pori- pori suatu selaput
semipermeable disebut dialisis. Pori- pori itu biasanya berdiameter kurang
dari 10 Å dan membiarkan lewatnya molekul air dan ion- ion kecil. Selaput
hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa plastik sintetik
merupakan bahan selaput yang sesuai. Partikel- partikel yang melewati
membran agaknya berlaku demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak.
Partikel- pertikel teradsorbsi pada permukaan membran dan bergerak dari
letak adsorben yang satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak melewati
pori- pori. Koloid yang bertindak sebagai bahan penstabil disebut koloid
protektif. Koloid protektif terutama efektif dalam menstabilkan koloid cair
dalam cair, yang disebut emulsi. Susu merupakan suatu emulsi butiran lemak
dalam air, dengan kasein, suatu protein, bertindak sebagai bahan penstabil.

Anda mungkin juga menyukai