I. Tujuan
a. Membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada tekanan.
b. Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air.
Suatu zat memiliki kemungkinan berada dalam fase padat, cair ataupun gas. Kata
‘fase’ berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase adalah keadaan materi
yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya, melainkan
juga dalam keadaan fisiknya.
Komponen adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner. Sistem biner fenol – air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Kelarutan
adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut. Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Sistem campuran fenol-air sistem terdiri dari dua komponen yaitu fenol dan air,
sehingga dikatakan sebagai sistem biner. Sistem biner fenol – air tergolong fase padat –
cair, fenol berupa padatan dan air berupa cairan. Kelarutan sistem ini akan berubah
apabila ke dalam campuran ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol
atau air. Temperatur akan mempengaruhi komposisi kedua fase pada kesetimbangan. Jika
temperature semakin tinggi, maka kemampuan kedua komponen untuk melarut akan
semakin tinggi juga.
Sistem biner fenol-air merupakan sistem dua komponen yang mempunyai derajat
kebebasan F = 4 - P. Jika sistem ada dalam satu fasa, maka F = 3. Hal ini berarti sistem
mempunyai tiga varian atau tiga derajat kebebasan. Keadaan sistem digambarkan dengan
tiga koordinat atau tiga dimensi (diagram ruang). Penggambaran keadaan sistem melalui
diagram ruang sulit untuk dibuat dan dipelajari. Untuk menyederhanakan penggambaran
sistem maka salah satu variabel di atas dibuat konstan atau tetap sehingga tinggal 2
variabel bebas. Dengan penyederhanaan ini diagram dapat digambarkan dalam bentuk
dua dimensi. Ada tiga kemungkinan bentuk diagram, yaitu:
Pada praktikum ini, sistem biner fenol air diartikan sebagai sistem yang
memperlihatkan sistem kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan
tekanan tetap. Jika komposisi campuran fenol-air dilukiskan terhadap suhu akan
diperoleh sebuah kurva seperti gambar berikut:
Keterangan:
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini disajikan dalam tabel berikut:
a. Tabel alat
Spatula - 1 buah
Buret 50 mL 1 buah
Termometer - 1 buah
b. Tabel bahan
Aquades 250 mL
1) Suhu kamar : 30 ºC
2. 1,8 55 48 51,5
3. 1,9 56 50 53
4. 2,0 58 48 53
5. 2,1 59 53 56
6. 2,2 60 56 58
7. 2,3 60 58 59
8. 2,4 61 60 60,5
9. 2,9 62 62 62
11. 3,9 63 63 63
15. 6,5 60 64 62
16. 7,5 61 55 58
17. 8,5 58 58 58
18. 12,5 59 53 56
20. 20,5 50 48 49
Penentuan Massa dan Mol Air
m
Massa air dapat ditentukan melalui rumus:
v
Diketahui: ρ air = 0,995646 g/mL pada suhu 30℃, sehingga m = ρ x V
1. Pada suhu 49,5oC (T rata-rata)
Diketahui: V air = 1,7 mL
Massa dan mol air dapat ditentukan berdasarkan perhitungan berikut.
m air = ρ air x v air
m air = 0,995646 x 1,7 = 1,6925 gram
massa air 1,6925 gram
mol air = = = 0,0940 mol
massa molar air 18 gram⁄mol
Praktikum kali ini bertujuan untuk Membuat kurva komposisi pada sistem
fenol-air terhadap suhu pada tekanan dan menentukan suhu kritis kelarutan timbal
balik sistem fenol-air. Senyawa fenol yang digunakan adalah fenol dalam fase cair.
Massa fenol yang digunakan yaitu sebanyak 5,0143 gram. Fenol yang digunakan
berwarna oranye bening. Fenol ditempatan dalam tabung reaksi.
Fenol yang sudah diukur massanya, lalu didiamkan di lemari asam untuk
mengurangi resiko keracunan gas fenol jika larutan fenol dibiarkan terbuka di luar
lemari asam. Lalu penangas air dipanaskan. Kemudian ditambahkan aquades
sedikit demi sedikit melalui buret hingga menghasilkan campuran yang keruh hal
ini berarti sudah terbentuk dua fasa. Volume aquades yang ditambahkan sampai
terbentuk campuran yang keruh ini adalah sebanyak 1,7 mL. Selanjutnya
campuran keruh (dua fasa) ini kemudian dipanaskan dalam penangas air hingga
menjadi bening yang berarti terbentuk satu fasa. Suhu yang tercatat ketika
campuran dua fasa ini menjadi satu fasa kembali adalah 54oC (suhu T1).
Langkah selanjutnya adalah campuran yang berwarna oranye bening tersebut
diangkat dari penangas air dan didinginkan di udara sambil diaduk hingga
terbentuk dua fasa (keruh kembali). Suhu yang diperoleh ketika campuran dari
bening menjadi keruh kembali adalah 44oC (suhu T2). Selanjutnya dihitung suhu
rata-rata (ΔT) menghasilkan suhu 49oC. Langkah ini terus dilakukan hingga
penambahan aquades tidak menyebabkan larutan menjadi keruh kembali. Pada
percobaan ini dilakukan penambahan aquades sebanyak 20 kali dengan total
volume aquades yang ditambahkan sebanyak 20,5 mL. Adapun data T1 dan T2
yang diperoleh sudah tertera pada analisis data.
Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan perhitungan, maka
dapat dibuat kurva komposisi pada sistem biner fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap adalah sebagai berikut:
60
50
40
suhu (oC)
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25
60
50
40
suhu (oC)
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25
2. Suhu kritis kelarutan timbal balik sistem biner fenol-air yang diperoleh
berdasarkan hasil percobaan adalah 64,50C
DAFTAR PUSTAKA
Suardana, I Nyoman., I Made Kirna.,I Nyoman Retug. 2001. Buku Ajar Kimia Fisika II.
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja
Wiratini, Ni Made & Nyoman Retug. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja:
Undiksha