Anda di halaman 1dari 12

Percobaan 07

Sistem Biner Finol-air

I. Tujuan

a. Membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada tekanan.
b. Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air.

II. Dasar Teori

Suatu zat memiliki kemungkinan berada dalam fase padat, cair ataupun gas. Kata
‘fase’ berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase adalah keadaan materi
yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya, melainkan
juga dalam keadaan fisiknya.

Komponen adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner. Sistem biner fenol – air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Kelarutan
adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut. Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.

Sistem campuran fenol-air sistem terdiri dari dua komponen yaitu fenol dan air,
sehingga dikatakan sebagai sistem biner. Sistem biner fenol – air tergolong fase padat –
cair, fenol berupa padatan dan air berupa cairan. Kelarutan sistem ini akan berubah
apabila ke dalam campuran ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol
atau air. Temperatur akan mempengaruhi komposisi kedua fase pada kesetimbangan. Jika
temperature semakin tinggi, maka kemampuan kedua komponen untuk melarut akan
semakin tinggi juga.

Sistem biner fenol-air merupakan sistem dua komponen yang mempunyai derajat
kebebasan F = 4 - P. Jika sistem ada dalam satu fasa, maka F = 3. Hal ini berarti sistem
mempunyai tiga varian atau tiga derajat kebebasan. Keadaan sistem digambarkan dengan
tiga koordinat atau tiga dimensi (diagram ruang). Penggambaran keadaan sistem melalui
diagram ruang sulit untuk dibuat dan dipelajari. Untuk menyederhanakan penggambaran
sistem maka salah satu variabel di atas dibuat konstan atau tetap sehingga tinggal 2
variabel bebas. Dengan penyederhanaan ini diagram dapat digambarkan dalam bentuk
dua dimensi. Ada tiga kemungkinan bentuk diagram, yaitu:

 Diagram P-konsentrasi pada T tetap

 Diagram T-konsentrasi pada P tetap

 Diagram P-T pada konsentrasi tetap

Penyederhanaan selanjutnya dilakukan dengan cara mempelajari berbagai


kesetimbangan yang mungkin terdapat dalam sistem secara terpisah. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengatur tekanan dan temperatur sistem.

Pada praktikum ini, sistem biner fenol air diartikan sebagai sistem yang
memperlihatkan sistem kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan
tekanan tetap. Jika komposisi campuran fenol-air dilukiskan terhadap suhu akan
diperoleh sebuah kurva seperti gambar berikut:

Keterangan:

L1 = fasa fenol dalam air

L2 = fasa air dalam fenol

xA = mol fraksi air mol


xF = mol fraksi fenol

xC = mol fraksi komponen pada titik kritis (TC)

Terdapat dua fasa pada daerah di dalam kurva.Titik-titik pasangan komposisi


temperatur di dalam kurva selalu menggambarkan dua fasa. Komposisi tiap fasa terletak
pada kurva. Tetapi hanya terdapat satu fasa diluar kurva. Temperatur konsulat atas
atautitik kritis maksimumnya adalah titik maksimum kurva. Diatas temperatur titik kritis
tidak mungkin terdapat dua fasa. Sistem biner ini mempunyai suhu kritis (TC) pada
tekanan tetap yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan
komposisi CC. Pada T1 dengan komposisi antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fasa
(keruh). Sedangkan pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih, sistem berada
pada satu fasa. Apabila percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi maka akan
diperoleh batas kelarutan yang berbeda. Jika suhu semakin tinggi, maka kelarutan
masing-masing komponen meningkat sehingga daerah dua fasa semakin menyempit.

III. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini disajikan dalam tabel berikut:

a. Tabel alat

Nama Alat Ukuran Jumlah

Labu Erlenmeyer 100 mL 1 buah

Tutup labu erlenmeyer - 1 buah

Batang pengaduk - 1 buah

Gelas kimia 500 mL 2 buah

Statif dan Klem - 1 buah

Spatula - 1 buah

Gelas kimia 100 mL 2 buah


Pemanas listrik - 1 buah

Buret 50 mL 1 buah

Termometer - 1 buah

b. Tabel bahan

Nama Bahan Jumlah

Larutan Fenol 4.67 mL

Aquades 250 mL

IV. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan

Tabel. Prosedur Kerja dan hasil pengamatan

No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan

1. Tabung (bersih dan kering) diisi  Fenol berupa larutan berwarna


dengan fenol kemudian ditimbang jingga bening
sampai diperoleh massa fenol  𝜌 fenol = 1,07 gram/mL
sekitar 5 gram.  Massa fenol = 5,0143 gram

2. Buret diisi dengan aquades. Buret diisi air hingga penuh


Beberapa mL aquades ditambahkan
kedalam tabung melalui buret.
Aquades ditambahkan hingga
hingga larutan menjadi keruh.

3. Campuran tersebut dipanaskan Penambahan aquades sedikit demi


dalam penangas air (kira-kira suhu sedikit sampai larutan keruh. Setelah
90°C) sambil diaduk perlahan dan larutan keruh, lalu dimasukkan ke
konstan. Suhu campuran tersebut dalam penangas air. Data
(T1) pada saat campuran mulai penambahan aquades terdapat pada
berubah dari keruh menjadi bening. table dibawah.
Suhu dibiarkan naik menjadi T1
4°C. Kemudian tabung dikeluarkan
dari penangas dan dibiarkan
campuran mendingin di udara
sambil diaduk. Suhunya dicatat (T2)
pada saat kekeruhan muncul
kembali, kemudian dihitung suhu
ratarata (T).

4. Selanjutnya ditambahkan aquades Setelah dilakukan pemanasan


untuk mendapatkan T1 dan T2 larutan yang semula keruh berubah
sesuai dengan langkah diatas. menjadi bening. Suhu pada saat
larutan mulai bening dicatat sebagai
T1 dan pemanasan dibiarkan sampai
T1 + 4oC.

VII. Analisis Data dan Pembahasan

1) Suhu kamar : 30 ºC

Kadar fenol yang digunakan : 99,5 %

Massa fenol yang ditimbang : 5,0143 gram

Massa jenis aquades : 0,995646 gram/mL

2) Penambahan aquades sebelum terjadi kekeruhan

NO Aquades Suhu (ºC)


(mL)
T1 T2 T
1. 1,7 54 44 49

2. 1,8 55 48 51,5

3. 1,9 56 50 53

4. 2,0 58 48 53

5. 2,1 59 53 56

6. 2,2 60 56 58

7. 2,3 60 58 59

8. 2,4 61 60 60,5

9. 2,9 62 62 62

10. 3,4 63 62 62,5

11. 3,9 63 63 63

12. 4,4 63 64 63,5

13. 4,9 65 64 64,5

14. 5,5 65 60 62,5

15. 6,5 60 64 62

16. 7,5 61 55 58

17. 8,5 58 58 58

18. 12,5 59 53 56

19. 16,5 55 56 55,5

20. 20,5 50 48 49
 Penentuan Massa dan Mol Air
m
Massa air dapat ditentukan melalui rumus:  
v
Diketahui: ρ air = 0,995646 g/mL pada suhu 30℃, sehingga m = ρ x V
1. Pada suhu 49,5oC (T rata-rata)
Diketahui: V air = 1,7 mL
Massa dan mol air dapat ditentukan berdasarkan perhitungan berikut.
m air = ρ air x v air
m air = 0,995646 x 1,7 = 1,6925 gram
massa air 1,6925 gram
mol air = = = 0,0940 mol
massa molar air 18 gram⁄mol

2. Pada suhu 51,5oC (T rata-rata)


Diketahui: V air = 1,8 mL
Massa dan mol air dapat ditentukan berdasarkan perhitungan berikut.
m air = ρ air x v air
m air = 0,995646 x 1,8 = 1,7921 gram
massa air 1,7921 gram
mol air = = =0,0995 mol
massa molar air 18 gram⁄mol

 Penentuan mol fenol


Diketahui : massa fenol = 5,0143 gram
Mr fenol = 94,11 gram/mol
Ditanya : mol fenol = …
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 5,0143 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 (𝑛) = = = 0,053 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 94,11𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

 Perhitungan Fraksi Mol Fenol dan Air


1. Pada suhu 49,5oC (T rata-rata)
Diketahui: mol air = 0,0940 mol; mol fenol 0,0532 mol
Sehingga % mol fenol dan % mol air dapat ditentukan melalui perhitungan
berikut.
mol fenol 0,053
%Xfenol = x 100%  x 100%  36,14 %
mol fenol  mol air 0,053  0,0940

mol air 0,0940


%Xair= x 100%  x 100%  63,86%
mol fenol  mol air 0,053  0,0940

2. Pada suhu 51,5 oC (T rata-rata)


Diketahui: mol air = 0,0995 mol; mol fenol 0,0532 mol
Sehingga % mol fenol dan % mol air dapat ditentukan melalui perhitungan
berikut.
mol fenol 0,053
%Xfenol = x 100%  x 100%  34,83%
mol fenol  mol air 0,053  0,0995

mol air 0,33


%Xair= x 100%  x 100%  65,17 %
mol fenol  mol air 0,053  0,0995

Volume Massa (gram) Fraksi Mol (X) (%)


No. Suhu(oC) aquades
Fenol Air Fenol Air
(mL)
1 49,5 1,7 5,0143 1,6925 36,14 63,86
2 51,5 1,8 5,0143 1,7921 34,83 65,17
3 53 1,9 5,0143 1,8917 33,62 66,38
4 53 2,0 5,0143 1,9912 32,47 67,53
5 56 2,1 5,0143 2,0908 31,42 68,58
6 58 2,2 5,0143 2,1904 30,43 69,57
7 59 2,3 5,0143 2,2899 29,49 70,51
8 60,5 2,4 5,0143 2,3895 28,60 71,4
9 62 2,9 5,0143 2,8873 24,90 75,1
10 62,5 3,4 5,0143 3,3851 22,05 77,95
11 63 3,9 5,0143 3,8830 19,78 80,22
12 63,5 4,4 5,0143 4,3808 17,94 82,06
13 64,5 4,9 5,0143 4,8786 16,40 83,6
14 62,5 5,5 5,0143 5,4760 14,88 85,12
15 62 6,5 5,0143 6,4716 12,89 87,11
16 58 7,5 5,0143 7,4673 11,36 88,64
17 58 8,5 5,0143 8,4629 10,16 89,84
18 56 12,5 5,0143 12,4455 7,14 92,86
19 55,5 16,5 5,0143 16,4281 5,50 94,5
20 49 20,5 5,0143 20,4107 4,48 95,52

Praktikum kali ini bertujuan untuk Membuat kurva komposisi pada sistem
fenol-air terhadap suhu pada tekanan dan menentukan suhu kritis kelarutan timbal
balik sistem fenol-air. Senyawa fenol yang digunakan adalah fenol dalam fase cair.
Massa fenol yang digunakan yaitu sebanyak 5,0143 gram. Fenol yang digunakan
berwarna oranye bening. Fenol ditempatan dalam tabung reaksi.

Fenol yang sudah diukur massanya, lalu didiamkan di lemari asam untuk
mengurangi resiko keracunan gas fenol jika larutan fenol dibiarkan terbuka di luar
lemari asam. Lalu penangas air dipanaskan. Kemudian ditambahkan aquades
sedikit demi sedikit melalui buret hingga menghasilkan campuran yang keruh hal
ini berarti sudah terbentuk dua fasa. Volume aquades yang ditambahkan sampai
terbentuk campuran yang keruh ini adalah sebanyak 1,7 mL. Selanjutnya
campuran keruh (dua fasa) ini kemudian dipanaskan dalam penangas air hingga
menjadi bening yang berarti terbentuk satu fasa. Suhu yang tercatat ketika
campuran dua fasa ini menjadi satu fasa kembali adalah 54oC (suhu T1).
Langkah selanjutnya adalah campuran yang berwarna oranye bening tersebut
diangkat dari penangas air dan didinginkan di udara sambil diaduk hingga
terbentuk dua fasa (keruh kembali). Suhu yang diperoleh ketika campuran dari
bening menjadi keruh kembali adalah 44oC (suhu T2). Selanjutnya dihitung suhu
rata-rata (ΔT) menghasilkan suhu 49oC. Langkah ini terus dilakukan hingga
penambahan aquades tidak menyebabkan larutan menjadi keruh kembali. Pada
percobaan ini dilakukan penambahan aquades sebanyak 20 kali dengan total
volume aquades yang ditambahkan sebanyak 20,5 mL. Adapun data T1 dan T2
yang diperoleh sudah tertera pada analisis data.
Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan perhitungan, maka
dapat dibuat kurva komposisi pada sistem biner fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap adalah sebagai berikut:

Kurva Suhu terhadap Fraksi Mol Air


70

60

50

40
suhu (oC)

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25

Berdasarkan kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada


tekanan tetap, diperoleh suhu kritis air adalah pada suhu 64,5°C. Dari kurva
tersebut terlihat bahwa jika temperatur dinaikkan melewati kesetimbangan
fenol-air maka sistem berada dalam 1 fasa (campuran bening). Jika temperatur
diturunkan hingga di bawah kurva kesetimbangan fenol-air maka sistem berada
dalam 2 fasa (campuran berwarna keruh). Sistem berada dalam 2 fasa karena
hanya sebagian komponen yang tercampur. Keadaan sistem ini dipengaruhi oleh
temperatur, yang mana pada saat suhu campuran dinaikkan (T1), terbentuk larutan
bening (komponen-komponen telah bercampur dengan sempurna) dan pada saat
suhu diturunkan (T2) larutan menjadi keruh kembali (komponen-komponen
kembali memisah).
Berdasarkan data hasil percobaan, suhu kritis kelarutan timbal balik sistem
biner fenol-air adalah 64,5oC, sedangkan secara teori suhu kritisnya adalah
65,85oC. Untuk mengetahui kesalah relatif (KR) dalam percobaan dapat
ditentukan dengan persamaan berikut.
𝑛𝑝 − 𝑛𝑡
𝐾𝑅 = | | 𝑥100%
𝑛𝑡
64,5 − 65,85
=| | 𝑥100% = 2,05 %
65,85

Berdasarkan perhitungan didapatkan harga KR sebesar 2,05%, karena harga


KR ini di bawah 10% sehingga dapat diterima. Perbedaan suhu kritis (Tc) dari
hasil percobaan dengan teori disebabkan karena saat pada suhu didekat suhu kritis
ketika larutan bening (sudah dipanaskan) diangkat dari penangas air, ketika itu
juga larutan tersebut berubah menjadi keruh. Hal ini menyebabkan perbedaan
nilai suhu kritis hasil percobaan dengan teori.
VIII. SIMPULAN
Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan analisis data maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu.
1. Kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap adalah
sebagai berikut.
Kurva Suhu terhadap Fraksi Mol Air
70

60

50

40
suhu (oC)

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25

2. Suhu kritis kelarutan timbal balik sistem biner fenol-air yang diperoleh
berdasarkan hasil percobaan adalah 64,50C

DAFTAR PUSTAKA

Suardana, I Nyoman., I Made Kirna.,I Nyoman Retug. 2001. Buku Ajar Kimia Fisika II.
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja
Wiratini, Ni Made & Nyoman Retug. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja:
Undiksha

Anda mungkin juga menyukai