Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK


MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI MIPA PADA
MATERI LARUTAN PENYANGGA

Oleh:

NI WAYAN MELYANA SINTA RUSMANA

1713031028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi COVID-19 yang tengah terjadi ini mengubah tatanan kehidupan social
masyarakat menjadi factor eksternal yang memengaruhi proses pembelajaran saat ini
(Strielkowski, 2020). Pembatasan fisik dan aktivitas social berskala besar tidak memungkinkan
pembelajaran dilakukan secara tatap muka, sehingga berdampak besar bagi kegiatan belajar yang
harusnya dilakukan secara praktikal. Pembelajaran bersifat praktikal ini lebih dominan dilakukan
di tempat khusus seperti laboratorium. Dalam pembelajaran praktikal tersebut sangat
memerlukan kemampuan psikomotorik (Saraswati & Mertayasa, 2020).
Dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya kemampuan kognitif yang diunggulkan,
kemampuan psikomotorik juga akan membantu siswa dalam peresapan materi pembelajaran.
Kimia merupakan pelajaran sains yang mempelajari tentang komposisi, struktur, sifat,
perubahan, dan energy yang menyertainya. Dalam kimia dipejari tentang fenomena alam.
Berdasarkan fenomena-fenomena alam ini, disusun konsep-konsep, teori-teori, dan hukum-
hukum. Konsep-konsep, teori-teori, dan hukum-hukum ini kemudian digunakan kembali untuk
menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi di alam. Dalam menjelaskan fenomena alam ini,
kimia mengaitkan tiga level, yaitu makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Gabel, 1998).
Dalam pembelajaran Kimia untuk kelas XI terdapat beberapa bab yang memerlukan adanya
kegiatan praktikum. Terjadinya pandemic COVID-19 ini, menyebabkan kegiatan praktikum
tidak berjalan sesuai dengan RPP dan Silabus. Kegiatan praktikum di kelas XI ini penting untuk
menanamkan sikap ilmiah dan kepercayaan diri siswa dalam melakukan praktikum kimia. Selain
itu, praktikum kimia ini seharusnya dijalankan baik melalui cara demonstrasi oleh guru atau
siswa itu sendiri yang melakukannya agar sejalan dengan hakikat dari pembelajaran kimia itu
sendiri.
Pembelajaran kimia jarak jauh memang memberikan kesenjangan yang cukup besar
dengan aktivitas pebelajaran yang seharusnya dilakukan siswa pada kondisi normal (Saraswati &
Mertayasa, 2020). Adanya pembatasan skala besar ini tidak memungkinkan siswa untuk
melakukan praktikum di sekolah. Sedangkan, ketika melakukan praktikum harus menggunakan
alat-alat yang boleh digunakan di laboratorium saja. Dengan terjadinya kesenjangan ini,
menyebabkan siswa menjadi tidak dapat mengamati atau melakukan praktikum tersebut secara
langsung yang mebuat siswa tidak memiliki pengalaman akan kegiatan praktikum tersebut.
Di tengah pandemic Covid-19 sekolah dituntut untuk menemukan solusi agar kegiatan
pembelajaran tetap berjalan susai silabus dan tercapai tujuan pembelajarannya. Model
pembelajaran berbasis virtual dapat membantu menarik minat siswa dalam belajar karena ini
merupakan suatu inovasi baru yang dibuat dan belum pernah diberikan pada siswa sebelumnya.
Hasilnya siswa dapat memberikan jawaban bervariatif dalam menjawab sebuah pertanyaan,
sehingga indikator kemampuan siswa dalam pembelajaran ini yaitu indikator memprediksi,
indikator merumuskan masalah, indikator identifikasi variabel, indikator interpretasi data, dan
indikator merumuskan masalah akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nurrokhmah dan Sunarto (2013) bahwa belajar dengan laboratorium virtual
membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, ketertarikan siswa dalam belajar dengan
menggunakan laboratorium virtual ini dapat menambah semangat siswa dalam belajar dan
membuat siswa lebih aktif sehingga dapat membantu memahami konsep yang diajarkan.
Berdasarkan keadaan di social masyarakat saat ini menuntut adanya solusi terhadap
masalah ini. Sekolah dan guru memilih alternative dengan memanfaatkan teknologi daring
sebagai media pembelajarannya. Teknologi daring dipilih karena mudah digunakan dan dapat
menjangkau banyak orang dalam waktu singkat. Dalam kegiatan ini, sekolah menyediakan
website yang hanya bias diakses oleh warga sekolah yang bersangkutan. Dalam website tersebut
guru dan siswa dapat melakukan interaksi dengan cara diskusi langsung. Pemanfaatan teknologi
daring dalam kegiatan praktikum ini dapat menggunakan video demonstrasi kegiatan praktikum
yang dilakukan oleh orang lain sebelumnya atau yang dilakukan oleh guru itu sendiri yang di
unggah ke youtube, selain itu juga dapat menggunakan platform-platform online yang
menyediakan simulasi praktikum melalui teknologi (baik handphone, computer atau yang
lainnya). Kagiatan praktikum virtual juga diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada
siswa.
Depdiknas (2003) menyebutkan bahwa sikap ilmiah yang penting dalam pembelajaran
antara lain: berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan beragumentasi, ingin tahu,
peduli lingkungan, mau bekerja sama, terbuka, tekun, cermat, kreatif dan inovatif, kritis, disiplin,
jujur, objektif dan beretos kerja tinggi. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Carin (1997)
menjelaskan enam indikator sikap ilmiah yang diadaptasi dari Science for all Americans:Project
2061 antara lain: (1) memiliki rasa ingin tahu (being courious), para saintis dan siswa
dikendalikan oleh rasa ingin tahu, yaitu suatu keingintahuan yang sangat kuat untuk mengenal
dan memahami dunia (alam sekitar); (2) mengutamakan bukti (insisting on evidence), para
saintis mengutamakan bukti untuk mendukung kesimpulan dan klaimnya; (3) bersikap skeptis
(being skeptical), para saintis dan siswa perlu bersikap tidak mudah percaya (skeptis) terhadap
kesimpulan yang dibuatnya, yaitu saat menemukan bukti-bukti baru yang dapat mengubah
kesimpulannya tersebut; (4) menerima perbedaan (accepting ambiguity), para saintis dan siswa
harus bisa menerima perbedaan, perbedaan sudut pandang harus dihormati sampai menemukan
kecocokan dengan data; (5) dapat bekerja sama (being cooperative), saat ini para saintis pada
umumnya bekerja dan mempublikasikan hasil penelitianya sebagai tim. Bekerja sama dalam
menjawab pertanyaan, analisis data, dan memecahkan suatu masalah; (6) bersikap positif
terhadap kegagalan (taking a positive approach to failure), kesalahan dan kegagalan merupakan
suatu konsekuensi alamiah yang lazim dalam berinkuiri. Bersikap positif terhadap kegagalan
menjadi umpan balik untuk perbaikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul
“Pembelajaran Berbasis Praktikum Virtual Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI
MIPA Pada Materi Larutan Penyangga”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengemukakan permasalahan yang
muncul, yaitu:

1. Bagaimana pengembangan media praktikum kimia larutan penyangga dengan metode


laboratorium virtual di kelas XI?
2. Bagaimana keefektifan kegiatan praktikum kimia larutan penyangga dengan metode
laboratorium virtual meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas XI?

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terpusat dan terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas
yaitu penelitian ini dilakukan hanya sebatas tahap uji coba kelompok kecil yang akan
diujicobakan kepada peserta didik kelas XI MIPA SMA N 2 Amlapura

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian pengembangan yang akan dilakukan
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses pengembangan media praktikum kimia larutan penyangga dengan
metode laboratorium virtual di kelas XI
2. Mengetahui keefektifan kegiatan praktikum kimia larutan penyangga dengan metode
laboratorium virtual meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas XI

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dan pengembangan ini, akan bermanfaat bagi :


1. Guru
Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menunjang
kegiatan pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran yang efektif, efisien, dan praktis
2. Siswa
Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman, motivasi, dan meminimalisir
terjadinya kesalahan terhadap konsep larutan penyangga.
3. Sekolah
Bagi sekolah, hasil penelitian ini bias dijadikan alternative dalam mengantisipasi kondisi
saat ini pembatasan aktivitas fisik dan social berskala besar dalam memahami tentang
praktikum walaupun tidak melakukan secara langsung
4. Peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan solusi berupa sumber belajar bagi siswa
dalam pembelajaran kimia dan mengembangkan wawasan penulis
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

a. Praktikum metode daring

Dalam pembelajaran IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral


dari kegiatan belajar mengajar, khususnya Kimia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA.

Berdasarkan bentuk macam-macam kegiatan praktikum, dapat ditegaskan bahwa


kegiatan praktikum sangat melibatkan peran aktif siswa sedangkan guru sebagai fasilitator
pengajaran. Siswa tidak hanya sekedar menerima tetapi juga mencoba, melatih,
mengembangkan dan menemukan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan bahwa “I hear
and I forget, I see and I remember, I do and I understand”. Maka melalui pengalaman
nyatalah seorang belajar (Rustaman et al., 2003: 87). Kegiatan praktikum yang bisa
dilatihkan kepada siswa terdiri dari beberapa macam berdasarkan tujuannya. Woolnough
mengemukakan bentuk praktikum bisa berupa latihan, investigasi (penyelidikan), atau
bersifat pengalaman yang disesuaikan dengan aspek tujuan dari kegiatan praktikum yang
diinginkan. Berikut ini adalah macam-macam kegiatan praktikum yang dimaksud:

a. Praktikum latihan

Praktikum ini untuk mendukung aspek tujuan mengembangkan keterampilan dasar.


Keterampilan dikembangkan melalui latihan-latihan menggunakan alat, mengobservasi,
mengukur, dan kegiatan lainnya. Kegiatan praktikum yang bersifat latihan misalnya
menggunakan kaca pembesar, mengamati, menggambar dan mengklasifikasikan hewan dan
tumbuhan, memanaskan cairan dalam tabung reaksi, menggunakan peralatan secara akurat
(neraca, mikroskop, biuret), merakit dengan benar (misalnya mengontrol eksperimen
pertumbuhan tanaman), dan sebagainya.

b. Praktikum bersifat investigasi (penyelidikan)

Paraktikum ini digunakan untuk aspek tujuan memecahkan masalah. Kemampuan siswa
dikembangkan seperti seorang scientist. Siswa harus mengidentifikasi masalah nyata yang
dirasakanya, merumuskan masalah secara operasional, merancang cara terbaik untuk
memecahkan masalahnya, dan mengimplementasikannya dalam kegiatan laboratorium serta
menganalisis dan mengevaluasi hasilnya. Siswa diberi pengalaman untuk berpikir di luar
“kotak” dan merekayasa suatu proses yang diperlukan dalam proses penyelidikan. Kegiatan
praktikum investigasi ini misalnya berapa lama waktu imbibisi yang paling baik untuk
pertumbuhan kecambah, membandingkan kadar alkohol hasil fermentasi berbagai sari buah,
mencari hubungan kekerabatan antar beberapa jenis tumbuhan, mempelajari persebaran dan
habitat hewan-hewan kecil di sekitar sekolah, dan sebagainya.

c. Praktikum bersifat memberi pengalaman (verifikasi)

Praktikum ini digunakan untuk aspek tujuan peningkatan pemahaman materi pelajaran.
Tujuan tersebut akan tercapai apabila siswa diberi pengalaman untuk mengindera fenomena
alam dengan segenap inderanya (peraba, penglihat, pembau, pengecap, dan pendengar).
Apabila kegiatan praktikum berformat penemuan (discovery), fakta-fakta yang diamati
menjadi landasan pembentukan konsep atau prinsip dalam pikirannya. Apabila kegiatan
praktikum bersifat verifikasi, fakta-fakta yang diamati menjadi bukti konkret kebenaran
konsep atau prinsip yang dipelajarinya, sehingga pemahaman siswa bisa lebih mendalam.

Seiring perkembangan IPTEK yang semakin pesat disegala bidang, profesionalisme tidak
cukup hanya dengan membelajarkan siswa tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan
memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Perkembangan Iptek tidak hanya berkaitan dengan
keprofesionalan seorang guru tetapi lebih menekankan pada kemajuan teknologi dalam
pembelajaran.

Ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini kegiatan praktikum riil dapat dibantu atau
digantikan dengan praktikum virtual. Menurut Imran Laboratorium virtual adalah
serangkaian alat-alat laboratorium yang berbentuk perangkat lunak (software) komputer
berbasis multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan komputer dan dapat
mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan pengguna berada pada laboratorium
sebenarnya.

Sesuai dengan beberapa definisi tersebut, praktikum virtual dapat dimaknai sebagai
belajar virtual dan belajar dengan lingkungan yang menyerupai laboratorium riil dengan
memberikan siswa alat, bahan, dan perangkat laboratorium pada komputer untuk melakukan
eksperimen secara individu atau dalam kelompok di mana saja dan kapan saja. Perangkat
percobaan ini disimpan pada CD atau di situs web.

b. Hakikat ilmu kimia

Kimia mempelajari tentang komposisi, struktur, sifat, perubahan, dan energy yang
menyertainya. Dalam kimia dipejarai tentang fenomena alam. Berdasarkan fenomena-
fenomena alam ini, disusun konsep-konsep, teori-teori, dan hokum-hukum. Konsep-konsep,
teori-teori, dan hukum-hukum ini kemudian digunakan kembali untuk menjelaskan berbagai
fenomena yang terjadi di alam. Dalam menjelaskan fenomena alam ini, kimia mengaitkan
tiga level, yaitu makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Gabel, 1998).

Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu dasar cabang dari sains yang secara khusus
mempelajari tentang eksistensi materi ditinjau dari segi struktur, sifat-sifat, perubahan, dan
perubahan energy yang menyertai perubahan tersebut (Jespersen, Brady, dan Hyslop, 2012).
Dilihat dari struktur isi materi pelajaran kimia SMA yang dipaparkan dalam buku-buku
pelajaran, materi kimia SMA lebih banyak diwarnai dengan materi konseptual teoretik
keilmuan kimia dibandingkan dengan aplikasi ilmu kimia dalam kehidupan sehari hari. Oleh
karena itu, manfaat ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari tidak banyak dipelajari oleh
siswa SMA. Ilmu kimia, semata-mata, dipelajari untuk kebutuhan ilmu pengetahuan dan
prasyarat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi.

c. Sikap Ilmiah

Sikap adalah sebagai kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Untuk
menanamkan, memupuk dan membina sikap dan moral siswa maka sikap siswa perlu
ditumbuhkembangkan sejak dini ke arah hal-hal yang bersikap positif dalam kehidupan manusia
dengan menjunjung tinggi sistem dan moral yang berlaku dalam masyarakat dan agama untuk
dikaitkan dan dianalogikan dengan kandungan nilai dan moral dalam bahan ajar yang di ambil
dari fenomena alam. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
suatu respon atau tindakan yang timbul dari keyakinan diri mengenai suatu objek atau situasi
yang dihadapi oleh orang tersebut. Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif,
afektif dan konaktif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan,dan berprilaku
terhadap suatu objek. Untuk mengetahui sikap suatu objek maka perlu dilihat diri reaksi orang
tersebut dalam tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konaktif.

Menurut LaPierre, sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.40 Secara lebih terperinci, Rahmat
menyimpulkan beberapa pendapat ahli dan menetapkan lima ciri yang menjadi karakteristik
sikap seseorang:41

1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, bepikir, dan merasa dalam menghadapi
obyek, ide, situasi atau nilai.

2. Sikap mempunyai daya pendorong.

3. Sikap relatif lebih menetap.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif.

5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, sehingga sikap dapat diperteguh
atau diubah melalui proses belajar.

Adapun beberapa indikator sikap ilmiah yang diadaptasi dan dikembangkan dari Framework
Arthur A. Carin antara lain: 44

1. Ingin Tahu

Ingin tahu adalah sikap yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengarnya.

2. Mengutamakan Bukti

Merupakan sikap atau tindakan yang menyimpulkan permasalahan berdasarkan bukti dan fakta
yang ada dilapangan.
3. Bekerja sama

Bekerja sama adalah sikap yang selalu berupaya membantu dan meringankan beban atau
masalah yang ada secara bersama dengan anggota yang lainnya.

4. Skeptis (Tidak Mudah Percaya)

Skeptis merupakan sikap tidak percaya apapun terhadap suatu hal secara langsung sebelum ada
fakta yang membuktikannya.

5. Mau Menerima Perbedaan

Menerima perbedaan adalah sikap saling menghargai perbedaan yang ada.

6. Berpikir Kritis

Merupakan pola berpikir dengan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logis untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari bukti-bukti yang dimiliki.

Dari beberapa indikator sikap ilmiah tersebut, peneliti akan melakukan penelitian yang merujuk
pada Faramework Arthur A. Carin yaitu memiliki rasa ingin tahu, mengutamakan bukti, bekerja
sama, skeptis, berpikir kritis dan menerima perbedaan, karena sikap ini sesuai dengan metode
pembelajaran yang peneliti gunakan yaitu praktikum virtual yang mengutamakan kerja sama dan
pemikiran yang terbuka dalam memecahkan permasalahan

d. Laboratorium Virtual

Laboratorium virtual adalah laboratorium yang berada di dalam perangkat computer/laptop yang
digunakan siswa dalam melakukan eksperimen dengan aplikasi tanpa memerlukan adanya alat-
alat laboratorium nyata. Gunawan (2017) menyatakan laboratorium virtual adalah suatu bentuk
objek multimedia yang interaktif dan bisa dikendalikan. Media laboratorium virtual adalah suatu
media berbasis komputer berupa simulasi kegiatan praktikum seperti halnya kegiatan eksperimen
di laboratorium sebenarnya. Siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam mengoperasikan
komputer dan sudah mengenal pentingnya pendidikan yang menjadi masalah dalam suatu proses
pemecahan masalah di dalam kehidupan.

e. Larutan penyangga
Penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.
Larutan penyangga asam adalah suatu campuran larutan yang tersusun dari asam lemah dengan
garamnya. Larutan penyangga basa adalah suatu campuran larutan yang tersusun dari basa lemah
dengan garamnya. Meskipun ke dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau sedikit
basa atau dilakukan proses pengenceran maka pH larutan tidak berubah. Sebaliknya penambahan
asam atau penambahan basa dalam larutan bukan penyangga menyebabkan perubahan pH
larutan yang dratis.

a. Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:


1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamn yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun
cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang
digunakan seperti natrium (Na), kalium, barium,kalsium, dan lain-lain.

2. Larutan penyangga yang bersifat basa


Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garamnya, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara
lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih. Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa
dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-
.Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara
signifikan

C. Cara kerja larutan peyangga


Berikut ini cara kerja larutan penyangga: Adapun cara kerjanya dapat dilihat padalarutan
penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan.
Dengan proses sebagai berikut:
1. Pada penambahan asam
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

2. Pada penambahan basa


Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion
H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+ .Basayang ditambahkan tersebut bereaksi dengan
asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH 3 danNH4+
yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

1. Pada penambahan asam


Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH -. Hal tersebut
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa
(NH3), bukannya ion OH- . Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion
NH4+ .

NH3(aq) + H+(aq) → NH4+(aq)

2. Pada penambahan basa


Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen
asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.

NH4+(aq) + OH-(aq) → NH3(aq) + H2O(l)

D. Peranan larutan penyangga


Peranan larutan penyangga dalam makhluk hidup dan kehidupan sehari – har sebagai berikut:
1) Dalam tubuh makhluk hidup, larutan penyangga berfungsi untuk menjaga pH dalam darah
agar tetap normal, sehubungan dengan fungsi enzim sebagai katalis. pH, darah dipertahankan
karena dalam darah terdapat larutan penyangga yang terdiri darilarutan asam karbonat –
bikarbonat dengan perbandingan sebesar 20:1.

2) Larutan penyangga digunakan dalamindustri farmasi pada pembuatan obat –obatan

3) Dalam mikrobiologi industri, larutan penyangga digunakan sebagai pengatur pH medium


pertumbuhan mikroorganisme.

4) Dalam bidang biologi, larutan penyangga digunakan untuk mengoptimalkan kerja enzim

5) Dalam analisis kimia, larutan penyangga digunakan untuk analisis kualitatif dankuantitatif,
pemisahan senyawa dan unsur,serta reaksi kimia dengan pH terkontrol

2.2 Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan metode praktikum virtual telah banyak dilakukan
sebelumnya, antara lain oleh Nisa Rasyida, dkk. yang berjudul “Efektivitas Pengembangan
Praktikum Virtual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kristis dan Sikap Ilmiah Siswa
SMA pada konsep Metagenesis Tumbuhan Lumut dan Paku” yang mana penelitian yang
dilakukan ini menunjukkan bahwa peneran metode praktikum virtual dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran Biologi. Salah satu kualitas pembelajaran yang meningkatkan dari
kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Tuzyuf bahwa
aplikasi laboratorium virtual berdampak positif pada prestasi siswa dan sikap bila dibandingkan
dengan metode pengajaran tradisional.

Kajian penelitian yang berkaitan dengan metode praktukum virtual juga telah banyak dilakukan
oleh Sri Umi Rahayu, dkk dengan judul “Pengaruh Media Laboratorium Virtual Dalam
Pembelajaran Larutan Penyangga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA N 5 Muaro
Jambi”. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh yang positif
penggunaan metode praktikum virtual dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Hendra Jaya
dengan judul penelitian “Pengembangan Laboratorium Virtual Untuk Kegiatan Praktikum dan
Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK”, Laboratorium virtual dapat meningkatkan
kompetensi siswa dari segi kognitif, dan psikomotorik serta Laboratorium virtual dapat
memfasilitasi pendidikan karakter siswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menekankan pada pemberian metode praktikum virtual, hal ini bertujuan untuk mendapatkan
hasil yang optimal, yaitu peningkatan indikator sikap ilmiah dalam proses pembelajaran agar
siswa mampu memiliki sikap ilmiah yang lebih baik sebagaimana yang seharusnya dalam disi
seorang siswa. Pembelajaran akan dikemas dengan pemberian teori maupun pelaksanaan
praktikum vertebrata yang melibatkan kegiatan dalam kelas dan laboratorium komputer.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Gaffar dan Sugandi (2020) menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis praktikum virtual dapat meningkatkan kemampuan proses sains
siswa. Sedangkan Aljuhani (dalam Seminar Nasional Pendidikan oleh Sindi Sugiharti dan
Muhamad Kurnia Sugandi 2020) berpendapat bahwa laboratorium virtual adalah jenis teknologi
yang dapat memudahkan pemakainya karena tidak perlu dibawa ke ruang kelas dan tidak perlu
pergi ke laboratorium sekolah untuk melakukan praktikum. Penggunaan media laboratorium
virtual dalam pembelajaran saat ini jarang diterapkan, padahal media ini merupakan salah satu
pemanfaatan teknologi yang mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
untuk meningkatkan sumber daya manusia di era Revolusi Industri 4.0 ini pendidik dituntut
untuk dapat berinovasi lebih dalam pemanfaatan teknologi khususnya media digital online
(Chalim, 2018). Wurianto (2019) juga berpendapat bahwa pembaharuan media pembelajaran
yang digunakan saat ini merupakan upaya peningkatan kualitas pendidikan yang mempunyai
tujuan untuk merubah penggunaan media yang konvensional ke arah penggunaan media
pembelajaran yang lebih canggih sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini
di era revolusi 4.0 maupun society 5.0. Dalam era revolusi 4.0 pendidikan di Indonesia harus
mampu melakukan perubahan yang lebih maju ke dalam pembelajaran dengan cara
memanfaatkan teknologi digital, maka apabila praktikum nyata tidak dapat dilaksanakan di
laboratorium maka dapat diganti dengan bantuan aplikasi praktikum virtual yang harapannya
dapat digunakan secara efektif untuk melaksanakan praktikum secara virtual. Media praktikum
virtual tidak hanya praktis dan menarik tetapi juga dapat memberikan pengalaman yang aman
dan menyenangkan dalam kegiatan praktikum. Apalagi saat kondisi pandemi saat ini,
laboratorium virtual sangat bermanfaat baik untuk guru ataupun siswa, bagi guru akan mudah
memberikan penjelasan praktikum terkait teori yang disampaikan. Dan bagi siswa akan lebih
memahami materi, dapat bereksperimen secara luas dengan laboratorium karena didalamnya
memuat beberapa menu yang banyak fungsinya tidak hanya membedah dan meneliti, namun
berbagai kegiatan yang di laboratorium nyata sudah tersedia di dalam laboratorium virtual ini.

2.3 Kerangka Berpikir

Kebanyakan pembelajaran kimia yang berlangsung di sekolah cenderung satu arah, yaitu hanya
guru yang memberikan penjelasan kepada siswa dan siswa menjadi monoton dengan hanya
mendengarkan penjelasan terkait materi yang di ajarkan. Hal ini menyebabkan siswa merasa
jenuh dan bosan karena mereka kurang mendapat kesempatan untuk berinteraksi dalam kegiatan
belajar. Selain itu juga dalam kegiatan praktikum jika siswa hanya diberikan demonstrasi oleh
guru menyebabkan siswa menjadi kurang percaya diri dalam melakukan praktikum sebenarnya.
Dalam mengatasi masalah tersebut, guru harus menemukan metode pembelajaran yang lebih
efesien sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

Salah satu metode yang dikembangkan dan dapat diharapkan membawa siswa untuk
meningkatkan sikap ilmiah dalam pembelajaran Kimia adalah metode praktikum virtual.
Pembelajaran Kimia pada materi larutan penyangga dengan menggunakan metode praktikum
virtual siswa dapat berlatih dalam mencapai tujuan belajarnya. Dimana dalam belajar Kimia
dengan menggunakan metode praktikum virtual akan meningkatkan munculnya indikator sikap
ilmiah siswa lebih baik dan optimal. Ada enam indikator sikap ilmiah yang diteliti oleh peneliti
antara lain, memiliki rasa ingin tahu, bekerja sama, berpikir kritis, mengutamakan bukti, skeptis,
dan menerima perbedaan. Instrumen yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah lembar
observasi sikap ilmiah observer, skala sikap ilmiah dan skala respon siswa. Penjelasan secara
jelas mengenai kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarka pada Gambar sebagai
berikut.
Kesimpulan dari kerangka pikir diatas adalah pembelajaran Kimia merupakan orientasi
menekankan pada siswa untuk menggunakan kemampuan berpikirnya dalam mendapatkan
pengetahuan dan memecahkan masalah yang ada khususnya pada materi Larutan Penyangga.
Dalam proses pembelajaran materi Laruta Penyangga ini, guru menggunakan metode praktikum
virtual. Dalam pembelajaran ini memiliki tahapan kegiatan antara lain, perencanaan,
pelaksanaan, dan refleksi. Selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
metode praktikum virtual, siswa akan diamati oleh guru untuk melihat indikator sikap ilmiah
yaitu memiliki rasa ingin tahu, mengutamakan bukti, bekerja sama, skeptis, berpikir kritis dan
menerima perbedaan, yang muncul pada siswa selama proses pembelajaran, serta untuk menilai
kekurangan yang terdapat pada proses pembelajaran untuk perbaiakan pada pertemuan
selanjutnya. Metode pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan sikap ilmiah
siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

Definisi hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang telah
dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Berdasarkan uraian rumusan masalah, deskripsi teori, dan
kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini yaitu:

1. Hipotesis penelitian untuk pengaruh praktikum virtual terhadap peningkatan sikap ilmiah
siswa.
H0 : Tidak terdapat pengaruh praktikum virtual terhadap peningkatan sikap ilmiah siswa kelas
XI pada materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 2 Amlapura. (μ0 ≠ μ1)

H1 : Terdapat pengaruh praktikum virtual terhadap peningkatan sikap ilmiah siswa kelas XI
pada materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 2 Amlapura. (μ0 = μ1)

2. Hipotesis Statistik

H0: μ1 = μ2

H1: μ1 ≠ μ2

Keterangan : μ1 = Rata-rata metode Praktikum Virtual.

μ2 = Rata-rata sikap ilmiah.

3. Hipotesis penelitian untuk kontribusi antara metode praktikum virtual terhadap peningkatan
sikap ilmiah siswa.

“Metode praktikum virtual berpengaruh terhadap peningkatan sikap ilmiah siswa.”


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan metode penelitian


Weak Eksperimental Design. Weak experiment Design merupakan jenis desain yang tidak
memiliki atau tidak dibangun dengan menggunakan variabel kontrol yang dapat
mempengaruhi variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel
dependen (variabel terikat) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen
(variabel bebas). Oleh karena itu, weak experiment design dikatakan sebagai jenis
penelitian lemah sehingga perlu ditambahkan kelas replikasi atau kelas pengulangan
untuk meminimalkan kelemahan tersebut.

Seperti yang dikatakan Fraenkel dan Wallen pada desain penelitian Weak
Experiment Design dan One group pretest-postest Design menggunakan kelas replikasi
untuk memperkuat penelitian dan peneliti tidak akan tahu jika terdapat perbedaan antara
pretest dan postest, sehingga jika terjadi perubahan antara pretest dan postest maka dapat
diyakinkan bahwa perubahan tersebut terjadi karena adanya perlakuan yang telah
diterapkan. Penelitian ini dilakukan pada siswa ditiga kelas sebagai kelas replikasi untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid. Ketiga kelas tersebut mendapatkan perlakuan
yang sama yaitu menggunakan metode praktikum virtual.

One group pretest-postest Design merupakan jenis desain penelitian yang terdapat
pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Jadi,
hasil eksperimen dapat diukur atau diamati tidak hanya setelah melakukan perlakuan
tetapi juga sebelum dilakukan perlakuan. Rancangan penelitian digambarkan sebagai
berikut.

Table 1

O X O
Pretest Perlakuan Posttest
Sumber : Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen, How To Design And Evaluate
Research In Education Seventh Edition, (New York : Mc Graw Hill, 2008) h. 266.

Keterangan :

X : Perlakuan dengan menggunakan praktikum virtual

O : Nilai skala sikap awal dan akhir sebelum atau sesudah diberikan praktikum
virtual

Desain penelitian One gorup pretest-postest Design memiliki variabel-variabel


yang harus dikendalikan supaya keabsahan dari validitas internal penelitian tetap terjaga,
variabel-variabel tersebut adalah sejarah, maturation, kesalahan instrumen, karakteristik
pengumpulan data, pengumpulan data hipotesis, percobaan, regresi statistik, sikap dari
subjek dan pelaksanaan. Salah satu atau dari semua variabel tersebut dapat
mempengaruhi hasil dari penelitian jika tidak dapat dikendalikan dengan baik.

2. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas XI MIPA semester ganjil di SMA Negeri 2 Amlapura
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel penelitian ini adalah kelas XI MIPA 1, XI MIPA 2, dan kelas XI MIPA 3. Ketiga
kelas tersebut diberi perlakuan yang sama yaitu menggunakan metode praktikum virtual.
Sampel penelitian dipilih dengan acak kelas (Cluster Random Sampling), karena
sampel dianggap memiliki karakteristik yang homogen. Pengambilan sampel secara acak
atau random dapat dilakukan dengan menggunakan bilangan random, komputer, maupun
dengan undian. Bila pengambilan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi
nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Setiap anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Jakarta: Pustaka
Belajar.

Carin, Arthur A. 1997. Building a Foundation For Scientific and Tecnological Literacy.
Colombus: Merril Publishing Company.

Chalim, Saifuddin. 2018. Strategi Lembaga Pendidikan Menghadapi Tantangan Masa Kini.
Jurnal Pendidikan Islam.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah
Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fraenkel, Jack R. dan Norman E Wallen. 2008. How To Design And Evaluate Research In
Education Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill.
Gabel, D., 1998, The Complexity of Chemistry and Implications for Teaching, In Fraser, B.J.
dan. Tobin K. G., International Handbook of Science Education Dordrecht, The
Netherlands: Kluwer Academic Publishers, Hal 233-248.

Gaffar, A. A., & Sugandi, M. K. (2020, June). EFEKTIVITAS PERANGKAT


PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA
MATERI INVERTEBRATA. In Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan
Pembelajarannya I Tahun 2019 ISBN: 978-602-9250-40-4.
Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains Berbasis ICT. Mataram: FKIP UNRAM.
Herminawati. 2012 Pembelajaran Biologi Bermuatan Nilai Pada Konsep ekosistem Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Siswa. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Jaya, Hendra. Pengembangan Laboratorium Virtual Untuk Kegiatan Praktikum Dan


Memfasilitasi Pendidikan Karakter Di SMK. Makasar: Universitas Negeri Makasar.htm
(diakses 28 April 2021).
Jespersen, N. D., J. E. Brady, & A. Hyslop. 2012. Chemistry: The Molecular Nature of Matter.
The United States of America: Jonh Wiley and Sons Inc.

Nurrokhmah, I. E., & Sunarto, W. 2013. Pengaruh penerapan virtual labs berbasis inkuiri
terhadap hasil belajar kimia. Chemistry in Education, 2(2).

Rahayu, Sri Umi dkk, “ Pengaruh Media Laboratorium Virtual Dalam Pembelajaran Larutan
Penyangga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Ipa Sman 8 Muaro Jambi. Jambi:
Universitas jambi, 2014.htm (di akses 04Mei 2021).
Rasyida, Nisa. Efektivitas Pengembangan Praktikum Virtual Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Pada Konsep Metagenesis Tumbuhan
Lumut Dan Paku. Bandung: UPI, 2015.htm (di akses 28 April 2021).
Rustaman, N.Y. Dirdjosoemarto, S,. Yudianto, S. A., Achmad, Y. 2003. Strategi Belajar
Mengajar Biologi Common Text Book, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Saraswati, Ni Luh Putu, MErtayasa, I Nengah Eka., 2020, PEMBELAJARAN PRAKTIKUM
KIMIA PADA MASA PANDEMI COVID-19: QUALITATIVE CONTENT ANA;YSIS
KECENDERUNGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI DARING, Jurnal Matematika,
Sains, dan Pembelajaran, Vol. 14 No2

Strielkowski, W. (2020). COVID-19 pandemic and the digital revolution in academia and higher
education. Preprints, (April), 1–6.https://doi.org/10.20944/preprints202004.0290.v1
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R & D).
Bandung: Alfabeta.
Sunartana, Wayan. 2001. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Tusyuf, Cengiz. The Effect of the Virtual Laboratory on Student’s Achievement and Attitude in
Chemistry: International Online Journal of Educational Sciences. 2010.htm (di akses 04
Mei 2021).
Wurianto, Arif, Budi. 2019. Literasi Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Kewirausahaan Profesi
Di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 (Peluang dan Tantangan). Prosiding
SENASBASA.

Anda mungkin juga menyukai