Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR KIMIA ANALITIK

ARGENTOMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI


Dosen Pengampu : Hanifa Setiowati, M. Pd.

Disusun oleh :
Nama : Riky Setiawan
NIM : 1908076005
Kelas : Pendidikan Kimia 2A
Kelompok/Anggota : 3 / Rania Nurul Khasanah

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO
SEMARANG
2020
Percobaan 6

Argentometri dan Kompleksometri

A. TUJUAN
1. Praktikan melakukan standarisasi dengan metode Argentometri.
2. Praktikan mampu melakukan standarisasi dengan metode Kompeksometri.

B. DASAR TEORI
Analisis kuantitatif adalah analisis penetapan jumlah suatu zat terlarut di dalam suatu
larutan sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan identifikasi zat kimia (Day dan
Underwood, 2002).
Analisis volumetri atau analisis titimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan
tepat (Setyo, 2009).
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang
tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan
pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangutitrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati (Mulyono, 2005).
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag +. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan (Al.Underwood, 1992).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan
kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan
antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang
dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan
dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan
indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit (Skogg,
1965).

Prinsip percobaan ini adalah pengendapan Cl- dengan laritan AgNO3 secara bertingkat
dengan metode Argentometri cara metode Mohr (Pembentukan endapan warna). Metode
Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral
dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan
cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0.
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa
akan terbentuk endapan perak hidroksida. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral
atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat.
Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat
akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai
titik akhir titrasi (Khopkhar. SM, 1990).

Kompleksometri atau pengelatan merupakan proses pengikatan logam dalam suatu cairan
oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Pengikatan ion
logam tersebut menyerupai penjepitan (pengkelatan), senyawa yang menjepit disebut
senyawa pengelat (chelating agent) dan ion logam dinamakn ion pusat, karena berada di titik
pusat. Mekanisme pengelatan ini terjadi karena adanya penggunaan electron bersama
(sharing electron) antara ion logam dan ion bahan pengkelat, metode tersebut dinamakan
metode kompleksometri. Karena terbentuknya senyawa kompleks antara logam dengan
bahan pengelat (Septiana A, et.al., 2013).

Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari reaksi antara asam Lewis
(yang dapat berupa atom logam atau non logam) dengan basa Lewis (yang merupakan ligan
netral atau ligan negatif). Dalam senyawa kompleks atom logam atau ion logam berfungsi
sebagai atom pusat yang dikelilingi oleh ligan-ligan yang ada. Ikatan antara atom pusat
dengan ligan-ligan merupakan ikatan kovalen koordinasi dengan semua elektron yang
digunakan untuk membentuk ikatan berasal dari ligan-ligan (Efendy, 2006).

Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi.
Sehingga ligan merupakan basa Lewis dan ion logam adalah asam Lewis. Jika ligan ini
hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut
ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan atom netral)
seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2- , molekul sederhana seperti NH3, atau
molekul kompleks seperti piridin C H N (Petrucci, 2002).

Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilen diamina tetra asetat (dinatrium EDTA). Kestabilan dari
senyawa komplek yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, sehingga
titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menetapkan titik akhir titrasi (TAT)
digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks
dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah
daripada ikatan kompleks atau larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas
mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon karboksilat, hitam
eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan cepat dapat membentuk senyawa
kompleks pada umumnya titrasi dilakukan secara langsung, sedang yang lambat membentuk
senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali (Triwahyuni, 2008).

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan secara kuantitatif gugus karboksilat


yang ada dalam protein Guna resin (GPR). Metode ini cukup sensitif untuk mendeteksi
perubahan kecil dalam jumlah kelompok fungsional protein. Berbagai konsentrasi sampel
yang digunakan menunjukkan bahwa mereka mengandung mayoritas tetra fungsional konten
karboksilat. Variasi hasil berasal dari peningkatan konsentrasi sampel dalam penyelidikan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan jelas bahwa titrasi kompleksometri adalah alat
yang sangat baik untuk penentuan kadar karboksilat sampel protein. Perubahan kecil dalam
isi karboksilat juga terdeteksi (Hamidu, 2012).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :

No Nama Alat Jumlah


.
1. Buret 2 buah
2. Erlenmeyer 5 buah
3. Gelas beker 3 buah
4. Pipet volume 1 buah
5. Push ball 2 buah
6. Satif 2 buah
7. klem 2 buah
8. Corong gelas 2 buah
9. Pipet tetes 4 buah
10. Labu ukur 1 buah
11. Gelas ukur 10 mL 1 buah
12. Gelas ukur 50 mL 1 buah
13. Gelas ukur 100 mL 1 buah
14. Pengaduk gelas 1 buah
25. Pipet ukur 1 buah

2. Bahan :

No Nama Bahan
.
1. Larutan AgNO3 0,1 N
2. Larutan NaCl 0,1 N
3. Indikator K2CrO4 5%
4. Larutan infus KCl
5. Larutan ZnSO4 0,1 N
6. Aquades
7. Larutan Buffer salmiak
8. Indikator EBT
9. NH4Cl
10. Larutan NH4OH pekat
11. Larutan Na2EDTA 0,1 N
12. Tablet Kalsium Laktat
13. Larutan HCl
14. Larutan Buffer NH4
15.

D. MATERIAL SAFTETY DATA SHEET


1. Argentum Nitrat (AgNO3)
Keadaan fisik : Cair
Warna : Putih atau bening
Bau : Tak berbau
pH : ~6 (aq solv)
Titik didih : 433°C
Titik lebur : 212°C
Berat molekul : 169,87 g/mol
2. Natrium Klorida (NaCl)
Keadaan fisik : Cair
Warna : Putih atau bening
Bau : Tak berbau
pH :7
Titik didih :-
Titik lebur :-
3. Kalium Kromat (K2CrO4)
Keadaan fisik : Cair
Warna : Kuning
Bau : Tak berbau
pH : 8,6-9,8
Titik didih :-
Titik lebur : 975°C
4. Kalium clorida (KCl)
Keadaan fisik : Cairan
Warna : Tidak berwarna
Bau :-
pH :-
Titik didih : >200°C
Titik lebur : -10°C
5. Seng sulfat (ZnSO4)
Keadaan fisik : Kristal
Warna : Putih
Bau :-
pH : 4.4-6 (5% aq soln)
Titik didih : 100°C
Titik lebur : >500°C
6. Amonium klorida (NH4Cl)
Keadaan fisik : Bubuk kristal
Warna : tidak berwarna atau putih
Bau :-
pH : 5.0 (10% sol pada 25C)
Titik didih : 520oC
Titik lebur : 328oC
7. Amonium hidroksida (NH4OH)
Keadaan fisik : Cairan
Warna : bening, tidak berwarna
Bau : basa kuat-seperti amonia
pH : 13,6
Titik didih : 27°C
Titik lebur : -69°C
8. Aquades
Keadaan fisik : Cair
Warna : Tak berwarna
Bau : Tak berbau
pH : Netral
Titik didih : 0°C
Titik lebur : 100°C
9. Asam Klorida (HCl)
Keadaan fisik : Cair
Warna : Putih
Bau : kuat
pH : 1,0
Titik didih :-
Titik lebur :-
10. Ammonia (NH3)
Keadaan fisik : Cair
Warna : Berwarna
Bau : Menyengat atau mengiritasi
11. Na2EDTA2H20
Keadaan fisik : Cair
Warna : Putih atau bening
Bau : Tidak berbau
pH : 7,8 pada 20°C
Titik didih :-
Titik lebur :-
12. Eriochrome Black T (EBT)
Keadaan fisik : Padat
Warna : Hitam
Bau : Lemah
pH : 3,7 pada 20°C
Titik didih :-
Titik lebur :-

Tindakan Pertolongan Pertama bila terkena bahan kimia diatas :

 Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali
mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis segera.
 Kulit: Dapatkan bantuan medis segera. Segera basuh kulit dengan banyak air selama
minimal 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
 Tertelan: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN memaksakan muntah. Jika
sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air
 Inhalasi: Dapatkan bantuan medis segera. Hapus dari paparan dan segera pindah ke
udara segar. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Jangan menggunakan resusitasi
mulut ke mulut jika korban menelan atau menghirup zat tersebut; menginduksi
pernapasan buatan dengan bantuan masker saku yang dilengkapi dengan katup satu
arah atau perangkat medis pernapasan yang tepat lainnya.
 Catatan untuk Dokter: Perlakukan secara simtomatis dan suportif.

E. CARA KERJA
1. Standarisasi Larutan Dengan Metode Argentometri
 Standarisasi Larutan AgNO3 Dengan Larutan NaCl

10 mL NaCl 0,1 N

Dimasukan

Ditambahkan
1 mL indikator K2CrO4
Erlenmeyer
5% (20 tetes)
Dihomogenkan

Larutan Kuning
Dititrasi

dengan larutan AgNO3 sampai terjadi perubahan


warna dari kuning menjadi terdapat endapan
merah bata dalam latar belakang endapan putih

Dicatat

Volume AgNO3 yang diperlukan

Diulangi

3x titrasi

Dihitung

Dihitung Normalitas AgNO3

Hasil

2. Standarisasi Larutan Dengan Metode Kompleksometri


 Standarisasi Larutan Na2EDTA Dengan Larutan ZnSO4

10 mL ZnSO4 0,1 N

Dimasukan
30 mL Aquades, 5 mL
Buffer Salmiak, indikator Ditambahkan Tabung erlenmeyer
EBT seukuran ujung
spatula Dititrasi

dengan larutan Na2EDTA 0,1 N sampai terjadi


perubahan warna dari merah unggu menjadi biru
terang
Diulangi

3x titrasi

Dihitung

Dihitung Normalitas Na2EDTA

Hasil
F. HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi Larutan Dengan Metode Argentometri
 Standarisasi Larutan AgNO3 Dengan Larutan NaCl
Indikator yang digunakan : Kalium kromat (K2CrO4) 5%
Prubahan warna yang terjadi : Warna kuning menjadi terdapat endapan merah
bata.

Erlenmeyer Volume NaCl 0,1 N Volume AgNO3


1 10,0 mL 9,6 mL
2 10,0 mL 9,8 mL
3 10,0 mL 9,9 mL
Volume rata-rata 10,0 mL 9,77 mL

NNaCl × VNaCl = NAgNO3 × VAgNO3


0,1 N × 10 mL = NAgNO3 × 9,77 mL
0,1 N ×10 mL
NAgNO3 = 9,77 mL

NAgNO3 = 0,10235 N

2. Standarisasi Larutan Dengan Metode Kompleksometri


 Standarisasi Larutan Na2EDTA Dengan Larutan ZnSO4
Indikator yang digunakan : EBT
Prubahan warna yang terjadi : Warna merah unggu menjadi biru terang

Erlenmeyer Volume ZnSO4 0,1 N Volume Na2EDTA


1 10,0 mL 9,6 mL
2 10,0 mL 9,8 mL
3 10,0 mL 9,6 mL
Volume rata-rata 10,0 mL 9,67 mL
NZnSO4 × VZnSO4l = NNa2EDTA × VNa2EDTA
0,1 N × 10 mL = NNa2EDTA × 9,67 mL
0,1 N ×10 mL
NNa2EDTA = 9,67 mL

NNa2EDTA = 0,10341 N
PERTANYAAN :
1. Jelaskan pengertian argentometri !
2. Jelaskan metode-metode dalam analisis argentometri !
3. Jenis metode argentometri apakah yang anda lakukan ?
4. Berapakah gram perak nitrat yang ddibutuhkan untuk membuat larutan perak nitrat 0,01
M sebanyak 250 mL !
5. Berapa gram natrium natrium klorida yang dibutuhkan membuat larutan natrium klorida
0,01 M sebanyak 100 mL !
6. Berapa gram kalium dikromat yaang dibutuhkan untuk membuat larutan indikator kalium
kromat 1% sebanyak 100 mL !
7. Jelaskan pengertian kompleksometri !
8. Jelaskan pengertiaan EDTA !
9. Berapa gram seng sulfat yang dibutuhkan untuk membuat larutan seng sulfat 0,01 M
sebanyak 100 mL !
10. Berapa gram EDTA yang dibutuhkan untuk membuat larutan EDTA 0,01 M sebanyak
200 mL !

JAWABAN :

1. Argentometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi analit dengan menggunakan larutan baku sekunder yang
mengandung unsur perak (Ag+)

2. Metode argentometri ada 3 macam : Mohr, Volhard, dan Fayan`s


1. Metoda Mohr (reaksi pengendapan bertingkat) Untuk penetapan kadar ion halogen,
misalnya ion klorida, dan indikator yang dipakai K2CrO4 , dan suasana reaksi netral.
2. Metoda Volhard, larutan yang mengandung ion halogen ( klorida, bromida, iodida )
ditambahkan AgNO3 berlebihan. Setelah terjadi pengendapan sempurna, kelebihan
AgNO3 dalam suasana asam akan dititrasi dengan larutan standar KCNS.
3. Metoda Fayan’s, Pada metoda ini larutan yang mengandung ion halogen
ditambahkan dengan larutan AgNO3 dan sebelum tercapai titik ekivalen, endapan
AgCl yang terbentuk akan mengadsorpsi ion halogen (lapisan pertama), sedang
lapisan kedua akan teradsorpsi ion Na+ dan bila indikator yang digunakan fluorescein
(fl-), maka pada ion fl- akan teradsorpsi oleh endapan yang terdapat pada lapisan
kedua, sehingga permukaan endapan AgCl terbentuk senyawa Argentum fluorescein
(Agfl) yang berwarna merah.

3. Dalam video Praktikum Argentometri : https://www.youtube.com/watch?


v=s_Ts3L1TOvc&feature=youtu.be, bisa disimpulkan bahwa metode Argentometri yang
digunakan adalah jenis Metode Mohr.

4. Diketahui :
[AgNO3] : 0,01 M = 0,01 mol/L
Volume larutan : 250 mL = 0,25 L
BM AgNO3 = 169,87 g/mol
Ditanya :
Massa AgNO3 yang ditimbang ?
Penyelesaian :
Massa = M x BM x V
Massa = 0,01 mol/L x 169,87 g/mol x 0,25 L
Massa = 0,4246 g
Jadi, Diperlukan 0,4246 gram AgNO3 untuk membuat larutan 250 mL AgNO3 0,01 M

5. Diketahui :
[NaCl] : 0,01 M = 0,01 mol/L
Volume larutan : 100 mL = 0,1 L
BM NaCl = 58,44 g/mol
Ditanya :
Massa NaCl yang ditimbang ?
Penyelesaian :
Massa = M x BM x V
Massa = 0,01 mol/L x 58,44 g/mol x 0,1 L
Massa = 0,0584 g
Jadi, diperlukan 0,0584 g NaCl untuk membuat larutan 100 mL NaCl 0,01 M

6. Diketahui :
% K2CrO4 : 1 %
Volume larutan : 100 mL = 0,1 L
Ditanya :
Massa K2CrO4 yang ditimbang ?
Penyelesaian :
Massa K 2Cr 2O 7
% = x 100 %
Volume K 2CrO 4
Volume K 2 CrO 4 x %
Massa K2Cr2O7 =
100 %
100 mL x 1 %
Massa K2Cr2O7 =
100 %
Massa K2Cr2O7 = 1 g
Jadi, massa K2Cr2O7 yang diperlukan untuk membuat 1% K2CrO4 adalah 1 g

7. Kompleksometri merupakan metode analisis kuantitatif, yaitu metode titrasi atau


pengukuran kadar logam dengan menggunakan senyawa kompleks. Titrasi ini
berdasarkan reaksi antara logam dengan ligan untuk membentuk senyawa kompleks
antara logam dengan ligan (peghelat).

8. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amina polikarboksilat yang seringkali digunakan sebagai titran dalam
titrasi kompleksometri. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom
koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).

9. Diketahui :
[ZnSO4] : 0,01 M = 0,01 mol/L
Volume larutan : 100 mL = 0,1 L
BM ZnSO4 = 161,47 g/mol
Ditanya :
Massa ZnSO4 yang ditimbang ?
Penyelesaian :
Massa = M x BM x V
Massa = 0,01 mol/L x 161,47 g/mol x 0,1 L
Massa = 0,1614 g
Jadi, Diperlukan 0,1614 gram ZnSO4 untuk membuat larutan 100 mL ZnSO4 0,01 M

10. Diketahui :

[EDTA] : 0,01 M = 0,01 mol/L


Volume larutan : 200 mL = 0,2 L
BM EDTA = 292,24 g/mol
Ditanya :
Massa EDTA yang ditimbang ?
Penyelesaian :
Massa = M x BM x V
Massa = 0,01 mol/L x 292,24 g/mol x 0,2 L
Massa = 0,5844 g
Jadi, Diperlukan 0,5844 gram EDTA untuk membuat larutan 200 mL EDTA 0,01 M

G. Pembahasan
Pada pertemuan kali ini kita menonton video dari YouTube dengan sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=s_Ts3L1TOvc&feature=youtu.be dan
https://www.youtube.com/watch?reload=9&v=LRivzPu9qHc&feature=youtu.be seolah-olah
kita yang sedang melakukan praktikum dengan tujuan praktikan mampu melakukan
standarisasi dengan metode Argentometri dan Kompleksometri.
Titrasi dilakukan dengan cara volume zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi
dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui, maka
konsentrasi/kadar zat lain dapat dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang
dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990).
Pada percobaan standarisai dengan metode argentometri dilakukan dengan cara mohr.
Percobaan pertama adalah melakukan titrasi argentum nitrat dengan natrium klorida yang
dilakukan selama 3 kali dalam video tersebut, hal ini di lakukan agar kita dapat nilai rata-rata
yang lebih tepat dan lebih akurat. Mula-mula dengan menuangkan 50 mL larutan AgNO 3
yang sudah diukur menggunakan gelas ukur, kemudian dimasukkan kedalam buret dengan
menggunakan corong kaca, hal ini di lakukan agar menghindari larutan AgNO 3 tumpah,
karena larutan AgNO3 adalah basa yang berbahaya jika terkena kulit atau anggota tubuh
lainnya. Kemudian Larutan natrium klorida yang dititrasi dimasukkan kedalam erlenmeyer
dengan mengukur volumenya terlebih dahulu yaitu sebanyak 10 mL dengan memakai pipet
volume. Kemudian masukan indikator Kalium kromat (K 2CrO4) 5% sebanyak 1 mL atau
sebnyak 20 tetes ke dalam erlenmeyer, ketika dihomogenkan larutannya berubah menjadi
warna kuning. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai warna
larutannya berubah menjadi merah bata ketika telah tercapainya titik ekivalen. Dimana hasil
dari rata-rata volume titratnya adalah 9,77 mL. Untuk perhitungan normalitas dari argentum
nitratnya mengahasilkan 0,10235 N. Reaksi argentometri yang terjadi adalah :
AgNO3 + NaCl → AgCl↓ + NaNO3
Putih
Adapun untuk reaksi antara indikator kalium kromat dengan AgNO3 yaitu:
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4↓ + 2KNO3
Merah Bata

Pada percobaan standarisai dengan metode kompleksometri dilakukan titrasi larutan Seng
sulfat (ZnSO4) dengan Na2EDTA yang dilakukan selama 3 kali dalam video tersebut, hal ini
di lakukan agar kita dapat nilai rata-rata yang lebih tepat dan lebih akurat. Mula-mula bilas
buret dengan menggunakan alkohol agar steril. Kemudian menuangkan 50 mL larutan
Na2EDTA yang sudah diukur menggunakan gelas ukur, lalu di masukkan kedalam buret
dengan menggunakan corong kaca, hal ini di lakukan agar menghindari larutan Na 2EDTA
tumpah, karena larutan Na2EDTA adalah asam yang berbahaya jika terkena kulit atau
anggota tubuh lainnya. Larutan ZnSO4 kemudain ditambahkan 30 mL Aquades, 5 mL Buffer
Salmiak, lalu masukan kedalam tabung erlenmeyer. Lalu diaduk hingga
homogen..Kemudian masukkan Indikator EBT ke dalam larutan tersebut sebanyak
seukursng ujung sendok spatula, lalu diaduk hingga homogen sehingga larutannya berubah
menjadi warna merah anggur. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan Na 2EDTA
sampai warna larutannya berubah menjadi warna biru terang ketika telah tercapainya titik
ekivalen. Dimana hasil dari rata-rata volume titratnya adalah 7,67 mL. Untuk perhitungan
normalitas dari Na2EDTA mengahasilkan 0,10341 N. Reaksi kompleksometri yang terjadi
adalah :

Reaksi Ion Zn2+ dengan EBT:


Zn2+ + HO2+ → ZnO- (Merah anggur) + H+

Reaksi (Zn2+ + EBT) dengan Na2EDTA:


ZnO- (Merah anggur) + H2Y2 → ZnY2- + H2O (Biru)
H. Kesimpulan
1. Standarisasi dengan metode Argentometri dilakukan dengan cara mohr. Percobaan
pertama, larutan AgNO3 dititrasi dengan larutan NaCl di dalam erlenmeyer 10 mL dan
ditambahkan indikator K2CrO4 sehingga akan terbentuk warna merah bata ketika larutan
sudah dalam titik ekivalen. Rata-rata volume titratnya = 9,77 mL, Normalitas AgNO 3 =
0,10235 N.
2. Standarisasi dengan metode Kompleksometri dilakukan dengan menitrasi larutan
Na2EDTA dengan larutan ZnSO4 10 mL di dalam erlenmeyer dengan ditambahkan
seujug sendok spatula indikator EBT sehingga akan terbentuk larutan merah anggur
menjadi warna biru terang. Rata-rata volume titratnya = 9.67 mL, Normalitas Na2EDTA =
0,10341 N.

Mengetahui,

Sengkang, 30 April 2020

Dosen Pengampu Praktikan


Hanifah Setiowati, M.Pd Riky Setiawan

Daftar Pustaka

Day, R. dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
Day RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Effendy. 2006. Teori VSEPR Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Ham, Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung: Bumi Aksara.
Hamidu, Abu Bakar Ahmed, B.A. Aliyu. 2012. Quantitative Determination of the
Carboxylic
Groups in Guna Protein (Citrillus Vulgaris) Using Complexometric Titration Method.
IJPBS. Vol.2, No.2, April-June 2012 : 280-283.
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Petrucci, Ralph H. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga.
Septiana, A., dkk. 2013. Potensi Jus Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Sebagai Bahan
Pengkelat dalam Proses Pemurnian Minyak Nilam (Patchouli Oil) dengan Metode
Kompleksometri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol.2, No.2, Juni 2013 : 257-261.
Setyo, dkk. 2009. Buku Ajar Analisis Kuantitatif. Semarang: Universitas Diponegoro.
Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Florida : Sounders College Publishing.
Triwahyuni, M., dkk. 2008. Penggunaan Metode Kompleksometri pada Penetapan Kadar
Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan Vitamin C. Jurnal Unimus. Vol.3, No.2,
Agustus 2008 : 1-3.

Video Standarisai Larutan dengan Metode Argentometri:


YouTube. 16 Maret 2020. Materi Praktikum Kimia Farmasi 2 - Titrasi Argentometri sampel
Infus KCl. Diakses dari: https://www.youtube.com/watch?v=s_Ts3L1TOvc&feature=youtu.be
Video Standarisai Larutan dengan Metode Kompleksometri:
YouTube. 4 April 2020. Materi Praktikum Kimia Farmasi 2 - Titrasi Kompleksometri Sampel
Tablet Kalk (Kalsium Laktat). diakses dari : https://www.youtube.com/watch?
reload=9&v=LRivzPu9qHc&feature=youtu.be

LAMPIRAN

Hasil Standarisasi Larutan AgNO3 Dengan Larutan NaCl


St
andarisasi Larutan Na2EDTA Dengan Larutan ZnSO4

Anda mungkin juga menyukai