Anda di halaman 1dari 27

B.

Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion
logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks
juga disebut senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa
koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi
antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks sangat
berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa
yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis
adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron.
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks
adalah kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri atas
sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat.
Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan bisa
bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa kompleks
yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+

[Fe2+,(CN)6]4-

- [Ni0(CN)4]4-

[Co+,(CO)4]3

Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat karena


senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama
karena aplikasinya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan,
farmasi, industri dan lingkungan.
Senyawa kompleks dalam industri sangat dibutuhkan terutama dalam katalis.
Dalam industri petrokimia kebutuhan katalissemakin meningkat karena setiap
produk petrokimia diubah menjadi senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan
katalis, misalnya pada reaksi hidrogenasi, karbonilasi, hidroformilasi. Kompleks
logam transisi dapat mengkatalis berbagai reaksi kimia seperti kompleks
[PdCl2DFFM] yang telah lama dipakai sebagi katalis untuk oksidasi stirena yaitu
dalam pembentukan senyawa olefin.

Dalam bidang kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat penting juga
dalam berupa obat obatan seperti vitamin B12yang merupakan senyawa
kompleks antara kobalt dengan porfirin, hemoglobin yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen.

1. Bilangan koordinasi
Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung
oleh atom pusat. Bilangan koordinasi dari Co 3+ dalam senyawa [Co(NH3)6]3+
adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh atom pusat yaitu Co3+.
Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering muncul adalah 6, tetapi
terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan tidak menutup
kemungkinan bilangan yang lebih besar pun bisa muncul.
2. Geometri
Bentuk (geometri) dari ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasi
dan ion logam itu sendiri. geometri ion kompleks tergantung pada bilangan
koordinasinya 2, 4, dan 6, dengan beberapa contohnya. Sebuah ion
kompleks yang mana ion logamnya memiliki bilangan koordinasi 2, seperti
[Ag(NH3)2]+, memiliki bentuk yang linier.
Atom penyumbang(donor atom) adalah Ligan-ligan dari ion kompleks
merupakan anion ataupun molekul netral yang menyumbang satu atau lebih
atomnya untuk berikatan dengan ion logam sebagai atom pusat dengan ikatan
kovalen.
Ligan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom penyumbangnya
(donor atoms). Monodentat, bidentat dan polidentat. Ligan monodentat seperti
Cl dan NH3 dapat menyumbang satu atomnya untuk berikatan. Ligan bidentat
dapat menyumbang dua atomnya dan ligan polidentat dapat menyumbang lebih
dari dua atomnya.
3. Isomer struktur
Dua senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, tetapi dihubungkan
dengan atom yang berbeda disebut isomer struktur. Senyawa kompleks memiliki
dua jenis isomer struktur yakni isomer koordinasi (posisi) dan isomer rantai

a. Isomer koordinasi, terjadi pada saat susunan dari ion kompleks berubah tetapi
senyawanya tetap. Isomer ini terjadi ketika ligan dan counter ion saling bertukar
posisi, seperti pada [Pt(NH3)4Cl2](NO2)2.
b. Isomer rantai, terjadi ketika susunan dari ion kompleks tetap sama namun terikat
pada ligan dengan atom penyumbang (donor atom) yang berbeda. Ligan dapat
berikatan dengan ion logam dengan 2 atom penyumbang

(donor atom).

Contohnya ion nitrit dapat berikatan dengan pasangan atom N tunggal ( nitro,
O2N: ) atau dengan atom O ( nitrito,ONO:) sehingga membentuk isomer rantai.
Co(NH3)5(NO2)]Cl2 dan [Co(NH3)5(ONO)]Cl2.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.
Khopkar, S. M. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.
F. EDTA
EDTA ialah suatu ligan yang heksadentat (mempunyai enam buah atom donor
pasagan electron), yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH).
Dalam pembentukan kelat, keenam donor (tetapi kadang-kadang hanya lima)
bersama-sama mengikat satu atom satu ion inti dengan membentuk lima lingkaran
kelat. Molekul EDTA dilipat mengelilingi ion logam itu sedemikian rupa sehingga
keenam atom donor terletak pada puncak-puncak sebuah oktaeder (bidang
delapan) dan inti terdapat di pusat oktaeder.
Berikut ini prosedur-prosedur yang paling penting untuk titrasi ion-ion logam
dengan EDTA, adalah:
1)

Titrasi langsung. Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan,
dibufferkan samapi ke pH yang dikehendaki (misalnya, sampai pH = 10 dengan
NH4+ larutan air NH3), dan titrasi langsung dengan larutan EDTA standar.
Mungkin adalah perlu untuk mencegah pengendapan hidroksida logam itu (atau
garam basa) dengan menambahkan sedikit zat pengkompleks pembantu, seperti
tartrat atau sitrat atau trietanolamina. Pada titik ekivalen, besarnya konsentrasi ion
logam yang sedang ditetapkan itu turun dengan mendadak. Ini umumnya
ditetapkan dari perubahan-perubahan pM: titik akhir ini dapat juga ditetapkan

dengan metode-metode amperometri, kondutometri, spektrofotometri, atau dalam


2)

beberapa keadaan dengan metode potensiometri.


Titrasi-balik. Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi langsung,
mereka mungkin mengendap dari dalam larutan dalam jangka pH yang perlu
untuk titrasi, atau mereka mungkin membentuk kompleks-kompleks yang inert,
atau indikator logam yang sesuai tidak tersedia. Dalam hal-hal demikian,
ditambahkan larutan EDTA standar berlebih, larutan yang dihasilkan dibufferkan
samapi ke pH yang dikehendaki, dan kelebihan reagnesia dititrasi balik dnegan
suatu larutan ion logam standar, larutan zink klorida atau sulfat atau magnesium
klorida sering digunakan untuk tujuan ini. Titik akhir dideteksi dengan bantuan
indikator logam yang berespons terhadap ion logam yang ditambahakn pada titrasi

3)

balik.
Titrasi penggantian atau titrasi substitusi. Titrasi-titrasi substitusi dapat digunakan
untuk ion logam yang tidak bereaksi (atau berekasi denagn tak memuaskan)
dengan indikator logam, atau untuk ion logam yang membentuk komplkes EDTA
yang lebih stabil daripada komplkes EDTA dari logam-logam lainnya seperti
magnesium dan kalsium. Kation Mn+ yang akan ditetapkan dapat diolah dengan
kompleks magnesium EDTA, pada mana reaksi berikut terjadi :
Mn+ + MgY2- (MY)(n-4)+ + Mg2+
Jumlah ion magnesium yang dibebaskan adalah ekivalen dengan kation-kation
yang berada di situ, dapat dititrasi dengan suatu larutan EDTA standar serta
indikator logam yang sesuai. Satu penerapan yang menarik adalah titrasi kalsium.
Pada titrasi langsung ion-ion kalsium, Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T)
memberi titik akhir yang buruk; jika magnesium ada serta, logam ini akan
digantiakn dari komplkes EDTA-nya oleh kalsium, dan menghasilkan titik kahir
yang lebih baik.

4)

Titrasi alkalimetri. Bila suatu larutan dinatrium etilenadiaminatetraasetat, NaH 2Y,


ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung ion-ion logam, terbentuklah
kompleks-kompleks dengan disertai pembebasan dua ekivalen ion hidrogen :

Mn+ + MgY2- (MY)(n-4)+ + 2H+


Ion hidrogen yang dibebaskan demikian dapat dititrasi dengan larutan natrium
hidroksida standar dengan menggunakan indikator asam-basa, atau titik akhir
secara potensiometri; pilihan lain, suatu campuran iodida-iodida ditambahkan
disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan
tiosulfat standar. Larutan logam yang akan ditetapkan harus dinetralkan dengan
tepat sebelum titrasi; ini sering merupakan hal yang sukar, yang disebabakan oleh
hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah dari titrasi alkalimetri.
Macam-macam Metode Reaksi pertukaran antara ion tetrasianonikelat(II)
[Ni(CN)4]2- (garam kaliumnya mudah dibuat) dan unsur yang kan ditetapkan, pada
mana ion-ion nikel dibebaskan, mempunyai penerapan yang terbatas. Begitulah
perak dan emas, yang sendirinya tak dapt dititrasi secara kompleksometri, dapat
ditetapkan dengan cara ini.
[Ni(CN)4]2- + 2Ag+ 2[Ag(CN)2]- + Ni2+
Reaksi ini berlangsung dengan garam perak yang hanya sedikit sekali dapat
larut, jadi memberi satu metode untuk penetapan ion halida Cl -, Br-, I-, dan ion
tiosianat SCN-. Anion-anion ini mula-mula diendapkan sebagai garam perak, dan
garam perak ini dilarutakn dalam larutan [Ni(CN)4]2-, dan nikel yang dengan
demikian dibebaskan dalam jumlah ynag ekivalen, lalu ditetapkan dengantitrasi
cepat dengan EDTA dengan menggunakn indikator yang sesuai (Mureksida,
Merah Bromopirogalol).
Sulfat dapat ditetapkan dengan mengendapkannya sebagai Barium sulfat atau
Timbel sulfat, endapan dilarutkan dalam larutan EDTA standar berlebih, dan
kelebihan EDTA dititrasi balik dengan larutan Magnesium atau Zink standar
dengan menggunkan Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T) sebagai indikator.
Fosfat dapat ditetapakan dengan mengendapkannya sebagai Mg(NH4)PO4.6H2O,
melarutkan endapan dalam asam klorida encer, dan menambahkan larutan EDTA

standar berlebih, serta membufferkan pada pH = 10, dan menitrasi-balik dengan


larutan ion Magnesium standar dengan adanya Hitam Solokrom.
Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan kemampuan
mengkompleks dari ion logam yang terlibat, dan pentingnya untuk memeriksa
faktor-faktor mengenai ciri khas dari ligand.
Kemampuan mengkompleks relatif dari logam-logam digambarkan dengan
baik menurut klasifikasi SCHwarzen-bach, yang dalam garis besarnya didasarkan
atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan electron) kelas A
dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan afinitas (dalam larutan air)
terhadap halogen F->Cl- >Br->I-, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan
anggota pertama dari grup Tabel Berkala dari atom penyumbang (yakni, nitrogen,
oksigen, dan fluor).
Logam kelas B jauh lebih mudah berkoordinasi dengan I- dari pada F- dalam
larutan air, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan atom penyumabang
kedua (atau yang lebih berat) dari masing-masing grup itu (yakni P, S, Cl).
Di antara cirri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi
kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat adalah:
1. Kekuatan basa dri ligan itu
2. Sifat-sifat penyepitan
3. Efek-efek sterik (ruang)
Istilah efek sepit mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit yaitu
kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bidentat atau multidentat, adalah lebih
stabil banding kompleks padanannya dengan ligan-ligan monodentat. Semakin
banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam, semakin besar kestabilan kompleks.
Efek sterik yang paling umum adalah efek yang mengambat pembentukan
kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada
atau berada berdekatan dengan atom penyumbang.
Suatu klasifikasi penting dari kompleks-kompleks, didasarkan pada laju
dimana kompleks itu mengalami reaksi substitusi, dan menimbulkan dua grup,
yaitu kompleks-kompleks yang labil dan kompleks-kompleks yang inert.

Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi


pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang akan perilaku komplekskompleks dari berbagai unsur, yaitu:
1. Unsur grup utama, biasanya membentukkomples-kompleks labil
2. Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan transisi baris pertama
3.

membentuk kompleks-kompleks labil.


Unsure transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk komplekskompleks inert
Salah satu ciri penting dari logam transisi ialah kemampuannya membentuk
kompleks atau senyawa koordinasi, dimana atom atau ion logam pusatnya
mempunyai dua atau lebih ligan terikat padanya oleh ikatan kovalen koordinat.
Senyawaan demikian mungkin berupa sebuah ion kompleks dengan ion-ion
tergabung yang bermuatan berlawanan dengannya, atau mungkin berupa sebuah
kompleks yang netral. Suatu ligan dengan lebih dari satu titik lekat kepada ion
atau atom pusatnya, disebut zat penyepit (Keenan, 1992).
Senyawa kompleks sudah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan. Beberapa penggunaan praktis senyawaan koordinasi yang paling tua,
adalah yang disebabkan oleh warnanya. Berdasarkan kesenian dan praktek yang
berasal dari zaman kuno, pada ahli kimia dan ahli kesenian dan kerajinan
merumuskan zat-zat pewarna, kaca berwarna, dan glasir untuk keramik dari zatzat yang sekarang diuraikan menurut kimia koordinasi logam transisi.
Jumlah dan jenis aplikasi kimia koordinasi atau senyawa kompleks sangat luas
meliputi kehidupan rumah tangga, industri sampai kesehatan. Dalam tulisan ini
akan dibahas mengenai aplikasi atau penggunaan senyawa kompleks atau
senyawa koordinasi dalam industri, kimia analitik dan kesehatan.
Beberapa aplikasi atau penggunaan senyawa koordinasi atau senyawa
kompleks yaitu dalam dunia industri, kimia analitik dan kesehatan.

A. Dalam Industri
1. Proses Fotografi
Film foto pada dasarnya merupakan emulsi perak bromide dalam
gelatin. Bila film terkena cahaya, butiran perak bromida teraktifkan sesuai dengan

tingkatan cahaya yang mengenainya. Jika film sudah terkena cahaya ini diletakkan
pada larutan pengembang (pereduksi lemah, misalnya hidrokuinon C 6H4(OH)2,
butir perak bromide yang teraktifkan membentuk logam perak bromide hitam.
Butir-butir yang tidak teraktifkan pada bagian yang tidak terkena cahaya tidak
berpengaruh. Hal ini ini menghasilkan bayangan foto.
Proses fotografi inibelum selesai, butir-butir perak bromide yang tak
teraktifkan dapat tereduksi menjadi logam perak hitam bila terkena cahaya.
Bayangan film harus difikasi (diikat). Hal ini menyebabkan logam perak hitam
yang dihasilkan dari pengembangan melekat pada film dan perak hitam yang
dihasilkan dari pengembangan melekat pada film dan perak bromide sisa
dihilangkan (dicuci). pengikat yang digunakan umumnya adalah Natrium
tiosulfat. Pada proses pengikatan ini., AgBr (p) dilarutkan dan ion perak kompleks
tercuci.
AgBr (s) + 2 S2O32- [Ag(S2O3)2]3- + Br2. Penyepuhan
Larutan elektrolit yang digunakan pada penyepuhan komersial amat rumit
komposisinya. Setiap komponen memainkan peranan dalam pembentukan hasil
akhir berupa penyepuhan yang halus dan mengkilat. Beberapa logam, misalnya,
tembaga, perak dan emas, umumnya disepuhkan dari larutan ion kompleks siano.
Pada reaksi elektrolisis di bawah ini obyek yang disepuh dibuat sebagai katode
dan batang tembaga sebagai anode.
Anode : Cu + 4CN- [Cu(CN)4]3- + eKatode: [Cu(CN)4]3- + e- Cu + 4 CNPerubahan bersih secara sederhana mencakup pemindahan logam tembaga
Cu dari ion kompleks [Cu(CN)4]3-. Keuntungan lain dari penyepuhan tembaga Cu
dari larutan [Cu(CN)4]3-. Keuntungan lain dari penyepuhan tembaga Cu dari
larutan [Cu(CN)4]3- ialah pembentukan 1 mol tembaga per Faraday, bukan mol
per Faraday jika digunakan larutan Cu2+.
3. Pengasingan Ion Logam
Ion logam dapat berlaku sebagai katalis reaksi-reaksi yang tak dikehendaki
pada proses industry, atau dapat mengubah sifat-sifat bahan dalam proses industri.

Sehingga, dianggap penting untuk membersihkan air dari logam-logam pengotor.


Logam pengotor ini, misalnya Cu2+, biasanya hanya terdapat dalam jumlah kecil.
Pengendapan ion logam ini dari larutan dapat dilakukan bila Ksp pengendapannya
sangat kecil.
Salah satu metode pengolahan air melibatkan pengkelatan. Pengkelat yang banyak
dipakai ialah garam asam ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA), misalnya
garam natriumnya.

Sebagai

Gambar 1. Garam natrium EDTA


gambaran, tetapan pembentukan [Ca(EDTA)]2-

dan

[Mg(EDTA)]2- cukup besar (Kf= 4 x 1010 dan 4 x 108) sehingga konsentrasi Ca2+
(aq)

dan Mg2+

(aq)

dapat diturunkan ke titik dimana ion ini tidak mengendap jika

ditambahkan pereaksi umum, seperti sabun (Petrucci, 1987).


1. Pencegahan dan pemecahan kerak yang dibentuk oleh logam
Ligan Heksadentat EDTA merupakan zat pengelat yang mempunyai
afinitas yang sangat kuat terhadap ion-ion logam tertentu dan dapat mengasingkan
(sequester) ion-ion tersebut secara efektif dalam larutan (Oxtoby, 2003).
Mekanisme pencegahan kerak meliputi Chelating, sequestration, complexation,
antiprecipitation, protective colloid, threshold treatment, dispersan, deflocculant,
antinucleation, dan lain-lain. Chelation adalah pembentukan senyawa kompleks
dari ion logam dengan mengunakan molekul organic atau anorganik, senyawa
kompleks tersebut dapat terlarut atau tak terlarut. Sequestration didefinisikan
sebagai pembentukan senyawa kompleks terlarut dari suatu logam. Sequestering
agent yang biasa dipakai antara lain nitrilotriacetic acid (NTA), ethylene diamine
tetraacetic (EDTA), hydrotyethyl ethylene diamine triacetic acid (HEDTA), dan
lin-lin. Bila sequestering agent ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung
ion logam maka senyawa kompleks akan terbentuk, pembentukan kerak tidak
terjadi karena ion logam telah terkomplekkan. Senyawa kompleks tersebut
mempunyai nilai stabilitas tertentu, yang dinyatakan dalam konstanta stabilitas

kation yang terkomplekkan. Bila ada dua atau lebih ion logam dalam larutan
sebagaimana yang terjadi pada air alam, terdapat rekasi kompetisi terhadap
sequestering agent. Reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dan
sequestring agent merupakan reaksi setimbang, dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain pH, temperature, jenis dan konsentrasi padatan terlarut, dan lain-lain.
Banyak kation dapat dikomplekkan pada suatu kondisi tetap.
Sequestring agent jenis EDTA atau NTA saat ini banyak digunakan
khususnya dalam pengolahan air boiler. EDTA dan NTA membentuk senyawa
kompleks yang stabil dengan banyak kation pengganggu pembentuk kerak dan
deposit seperti Ca2+, Mg2+, Fe3+, Fe2+, Cu2+, dan lain-lain. Bila dalam larutan
terdapat beberapa kation dan konsentrasi molar dari sequestering agent melebihi
nilai total konsentrasi molar ion-ion logam, bahan tersebut akan membentuk
kompleks dengan ion logam yang memiliki afinitas yang lebih kuat. Afinitas ionion logam terhadap sequestering agent EDTA mempunyai nilai yang berbeda dan
besarnya sesuai dengan urutan sebagai berikut:
Na+ < Ba2+ < Mg2+ < Ca2+ < Fe2+ < Cu2+ < Fe3+
Jadi EDTA akan membentuk senyawa kompleks lebih besar dengan ion kalsium
dari pada dengan ion magnesium, juga lebih besar dengan Fe 2+ dari pada dengan
ion kalsium. Reaksi pembentukan kompleks ion logam dengan EDTA mengikuti
persamaan sebagai berikut :
4M+ + H4EDTA M4-EDTA + 4H+
Untuk pengkomplekan setiap satu ppm ion magnesium dibutuhkan EDTA
sebanyak 12 ppm, dan untuk pengomplekkan setiap 1 ppm ion kalsium diperlukan
EDTA sebanyak 7,4 ppm, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 2.
Tabel 2. Konsentrasi EDTA dan garam natriumnya yang dibutuhkan untuk
mengomplekkan 1 ppm ion kalsium, ion magnesium, dan ion barium.
Bahan pengomplek

Kelarutan

pH larutan

Jumlah (ppm) yang dibutuhkan untuk

g/100 ml

air

mengkomplekkan 1 ppm logam alkali

H2O-79 0F
Mg2+

tanah
Ca2+

Ba2+

EDTA
Disodium etilen diamin

0,02
11,1

2,3
5

12
15,4

7,4
9,5

2,1
2,7

tetra asetat dihidrat


Trisodium etilen diamin

57

8,4

15,6

9,6

2,8

tetra asetat mono hidrat


Tetrasodium etilen

103,9

10,3

16,9

10,4

diamin tetra asetat


dihidrat

(Salimin, 2006)

2. Metalurgi
Dalam metalurgi, ekstraksi perak dan emas dengan pembentukan senyawa
kompleks siano dari bijihnya dan pemurnian logam nikel menjadi senyawa
kompleks karbonil merupakan contoh yang khas bagi manfaat senyawa kompleks
dalam proses ini. Dalam bijih logam yang mengandung emas atau perak
sekalipun kecil kadarnya, keduanya dapat dipisahkan secara ekstraksi dengan
larutan sianida dalam air yaitu dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
4Au (s) + 8CN- (aq) + O2 (g) + 2H2O () 4[Au(CN)2]- (aq) + 4OH (aq)
Selanjutnya ion kompleks ini dipisahkan dari material-material tak larut yang lain
dengan penyaringan (biasanya dengan penambahan ion Na+), kemudian ke dalam
larutan senyawa kompleks ditambahkan logam elektropositif Zn sehingga terjadi
pemisahan emas:
2 [Au(CN)2]- (aq) + Zn (s)

[Zn(CN)4]- (aq) + 2 Au (s)

Metode distilasi fraksional yang sangat terkenal adalah proses Mond


(Ludwig Mond, 1839 - 1909 ahli kimia Inggris dari Jerman) untuk pemurnian

logam nikel. Gas karbonmonoksida dialirkan lewat logam nikel yang tidak murni
pada temperatur sekitar 70 oC sehingga terbentuk senyawa kompleks [Ni(CO)4]
yang sangat volatil (mudah menguap, titik didih 43oC), tetapi sangat beracun.
Ni (s)

4 CO (g)

[Ni(CO)4]

(g)

Selanjutnya senyawa kompleks ini dapat dipisahkan dari senyawa-senyawa lain


yang lebih sukar menguap dengan destilasi. Pemanasan lebih lanjut senyawa
kompleks ini pada 200 oC akan diperoleh logam murni Ni, dan gas CO yang
dibebaskan dapat dipakai ulang dalam proses pengambilan logam Ni.
Ni(CO)4]

(g)

Ni (s) + 4 CO (g)

A. Dalam kimia analitik


1. Analisis Kualitatif
Pada pemisahan dan pengenalan kation dalam bagan analisa kualitatif Ag+,
Pb2+, dan Hg22+ mula-mula diendapkan sebagai klorida. Seluruh kation umum
yang lain membentuk klorida yang dapat larut. PbCl2 (p) dipisahkan dari AgCl (p)
dan HgCl2 (p) berdasar kelarutannya yang lebih besar di dalam air panas. AgCl (p)
dipisahkan dari Hg2Cl2 (p) berdasar kelarutannya dalam NH3 (aq).
Pada bagian lain bagan analisis kualitatif diinginkan untuk mengendapkan
CdS sebagai Sulfida dengan penambahan Cu2+. Pada keadaan biasa, Cu2+ akan
mengendapkan serentak dengan Cd2+, sebab Ksp untuk CuS lebih kecil dari pada
CdS. (6,3 x 10-36 dengan 8 x 10-27). Tetapi dengan penambahan CN- berlebih
sebelum penjenuhan dengan H2S, pemisahan antara kedua kation terjadi, sesuai
reaksi berikut :
Cd2+ + 4CN- [Cd(CN)4]2- Kf = 7,1 x 1018
2Cu2+ + 10 CN- 2 [Cu(CN)4]3- + C2N2 (g)
Reaksi diatas merupakan rekasi oksidasi reduksi dimana Cu 2+ direduksi
menjadi Cu+ dan terkompleks dengan CN-. Ion kompleks [Cu(CN)4]3- sangat
mantap, dimana nilai Kf adalah 1 x 10 28. Konsentrasi Cu+ bebas pada
kesetimbangan dengan ion kompleks sangat rendah. Jika suatu larutan yang
mengandung ion kompleks ini dijenuhkan dengan H2S, Ksp untuk Cu2S tidak

tercapai. Sebaliknya, pada kondisi yang sama Cd2+] pada kesetimbangan dengan
[Cd(CN)4]2- cukup besar sehingga Ksp CdS tercapai.
2. Penetuan kesadahan air dengan Titrasi EDTA
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka
terhadap semua kation tersebut. Kejadian total tersebut dapat dianalisis secara
terpisah misalnya dengan metode AAS (Automic Absorption Spectrophotometry).
Asam Ethylenediaminetetraacetic dan garam sodium ini (singkatan
EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu
larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome
Hitam T atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan
ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 0,1, larutan menjadi berwarna merah
muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan
menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi
kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru
yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk
menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan ini, kompleks
garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA.
pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH
lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi
hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari
pipa-pipa saluran air dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama
NaCl padat kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca
ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg oleh
karena itu EDTA direkomendasikan. http://ginoest.wordpress.com
B. Bidang Kesehatan
3.

Terapi khelasi
Terapi khelasi adalah metode pengobatan dengan menggunakan bahan
utama EDTA (Ethylene Diamine Tetracetik Acid ) dan nutrien lain yang dilarutkan
dalam 500 ml larutan infus steril, kemudian dimasukan ke dalam tubuh langsung

melalui pembuluh darah vena. Terapi khelasi berasal dari kata yunani CHELE
yang berarti capit , sehingga prinsip terapi khelasi ini adalah mencapit dimana
yang dicapit disini adalah logam-logam berat yang banyak masuk kedalam tubuh
manusia

karena

berbagai

polusi

seperti

timah

hitam,

aluminium,merkuri,kadmium,dan bahan-bahan kimiawi lainnya.


Polutan tersebut dapat masuk kedalam tubuh kita dan beredar dalam
pembuluh darah melalui polusi asap industri, makanan modern seperti makanan
kaleng,bahan pengawet,bahan pewarna,bahan penyedap, dll. Terapi khelasi ini
lebih bersifat detoksifikasi atau menghilangkan dan menetralkan racun yang
masuk kedalam tubuh kita yang mengakibatkan proses atherosklerosis tersebut.
Bahan bahan polutan dalam tubuh yang telah dicapit oleh EDTA akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui ginjal sebagai urine dalam keadaan masih
seperti aslinya tanpa dimetabolisme. Keuntungan terapi khelasi :
Memperbaiki fungsi organ tubuh secara alamiah dengan membersihkan zat-zat
beracun dari dalam tubuh dan memperbaiki aliran darah.
Memperbaiki organ organ secara menyeluruh tidak hanya satu organ saja
Vitalitas setelah khelasi meningkat
Biaya lebih ringan dibanding dengan operasi

Gambar 2. EDTA
http://askep-kesehatan.blogspot
1. Kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) sebagai pengikat logam timbal
(Pb) dalam tubuh manusia

Pengobatan utama untuk orang-orang yang memiliki kadar timbal


dalam darah cukup tinggi atau yang memiliki gejala keracunan yaitu dengan terapi
khelasi. Pengobatan kekurangan zat besi, kalsium, dan seng yang diiringi dengan
meningkatnya penyerapan timbal, adalah bagian dari pengobatan untuk keracunan
timbal. Ketika bahan makanan yang mengandung timbal masuk kedalam saluran
pencernaan (dibuktikan dengan sinar-X), seluruh proses dalam usus, cathartics,
endoscopi,

atau

bahkan

mungkin

pembedahan

digunakan

untuk

menghilangkannya dari usus dan pencegahan penyebaran lebih lanjut. Jika


terdapat timbal dalam otak Anticonvultans dapat diberikan untuk mengendalikan
kekejangan dan pengobatan untuk mengendalikan pembengkakan otak termasuk
kortikosteroid dan manitol. Pengobatan keracunan timbal organic meliputi proses
menghilangkan timbal dari kulit, pencegahan penyebaran lebih lanjut, mengobati
kejang dan mungkin terapi khelasi untuk orang dengan konsentrasi timbal dalam
darahnya tinggi dengan kadar timbal darah di atas 25 ug / dL (Wikipedia, 2010).

Gambar 3. struktur CaNa2EDTA


Untuk mengeluarkan Pb dari dalam tubuh maka tingkat ekskresi harus
dinaikkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan khelat. Zat khelat yang
dipakai untuk membuang logam beracun (timbal) dari dalam tubuh harus
membentuk senyawa yang stabil dengan ion logam tersebut. Adapun khelat yang
cocok untuk digunakan adalah Kalsium disodium EDTA (CaNa 2EDTA) yang
merupakan senyawa kompleks. Zat pengkhelat ini hanya cocok untuk orang
dewasa, sedangkan pada anak-anak jarang digunakan zat ini. Di dalam tubuh,
kalsium (Ca) akan digantikan oleh timbal (Pb) karena bisa membentuk senyawa
yang lebih stabil dengan EDTA. Kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) ini
dalam bentuk infus yang diberikan kepada penderita keracunan timbal (Pb).

Faktor yang menentikan stabilitas kompleks adalah berdasarkan pada sifat-sifat


baik agen khelating dan logam khelat. Stabilitas konstan kompleks dapat secara
kuantitatif dinyatakan dalam nilai persamaan kesetimbangan, yang tergantung
pada struktur atom dari logam khelated. Sebagai contoh, konstanta stabilitas untuk
logam berbeda dengan EDTA berada pada skala yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Stabilitas logam terhadap EDTA
Metal
K

Na
1,7

Li
2,8

Ba
7,8

Sr
8,6

Mg
8,7

Ca
10,6

Mn
13,4

Fe
14,4

Co
16,1

Zn
16,1

Cd
16,4

Pb
18,3

(log)
dimana logam dengan k konstan yang lebih tinggi bersaing untuk agen chelating
dengan logam nilai stabilitas lebih rendah dan akhirnya menghapus kedua
Pemberian kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang akan
mengkhelat timbal (Pb) dari tulang dan jaringan lunak, sehingga membentuk ion
kompleks PbNa2EDTA yang stabil dan secara cepat juga akan diekskresikan
melaui urin. CaNa2EDTA merupakan kompleks dan Pb merupakan ion logam.
Berdasarkan deret volta sifat reduktor Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca. Hal
ini berarti kemampuan oksidasi Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca sehingga
posisi Ca di EDTA akan digantikan oleh Pb. Sehingga Pb 2+ akan berikatan dengan
Na2EDTA dan terbentuk kompleks PbNa2EDTA yang stabil . Akibatnya Pb akan
keluar dalam bentuk larutan berupa air seni. Sedangkan Ca 2+ akan tertinggal
dalam tubuh sebagai zat gizi. Jadi kompleks kalsium disodium EDTA
(CaNa2EDTA) dapat digunakan sebagai pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh
manusia sehingga timbal (Pb) yang bersifat racun dapat keluar dari dalam tubuh
manusia tersebut. Pertukaran tersebut terjadi sebab [Pb Na2(EDTA)] (Kf = 1 x
1018) lebih mantap dibanding [Ca Na2(EDTA)]2- (Kf = 4 x 1010).
Pb2+ + [CaNa2(EDTA)] [PbNa2(EDTA)] + Ca2+
Derajat kemantapan yang tinggi dari kompleks EDTA dan beberapa lainnya dapat
dijelaskan dengan adanya cincin kelat beranggotakan lima dalam kompleks
tersebut (Flora, 2010).
1. EDTA sebagai antikoagulan
Dalam dunia kedokteran darah sangat diperlukan untuk pemeriksaan
penyakit secara medis. Darah cepat membeku, oleh karena itu diperlukan suatu zat

Ni
18,4

yang dapat membuat darah tidak membeku untuk mempermudah pemeriksaan


secara labororium. Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin
yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan . Jika tes membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus
dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimenantikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk
mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting
untuk mencegah hemolisis.
Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam
jenis pemeriksaan tertentu. Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium
(natrium) atau potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat
atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan disbanding dengan
antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal
untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED,
hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb. K 2EDTA biasanya
digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya harus tepat.
Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila
EDTA kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan
mengalami disintegrasi. Setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, segera
lakukan pencampuran/homogenisasi dengan cara membolak-balikkan tabung
dengan lembut sebanyak 6 kali untuk menghindari penggumpalan trombosit dan
pembentukan

bekuan

darah.

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/antikoagulan.html
I.

REFERENSI

Aksep, 2008. Terapi Khelasi. http://askep-kesehatan.blogspot.com (diakses 4 agustus 2010).


Flora, J.s. and Pachauri, V., 2010. Chelation in Metal Intoxication. International Journal of
Enviromental Research and Public Health 7 : 2745-2788, 2010.

Ginoest.

2010.

Penentuan

Kesadahan

air

dengan

titrasi

EDTA.

http://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17. (diakses 4 agustus 2010)


Keenan, dkk., 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.
Laboratorium Kesehatan. 2009. Antikoagulan. http://labkesehatan.blogspot.com.
Oxtoby, dkk., 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga : Jakarta.
Petrucci, R.H., 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern ed IV jilid 3. Erlangga : Jakarta.
Wikipedia, 2010. Lead Poisoning. http://en.wikipedia.org/wiki/Lead_poisoning#Treatment
(diakses tanggal 3 Agustus 2010)
A. Senyawa Kompleks Kobalt

Logam kobalt sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah


yang sangat sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Kobalt (Co)
dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B12 yang masuk ke tubuh
manusia.
Kobalt (Co) merupakan sumber mikroorganisme yang dapat membentuk
Vitamin B12. Manusia tidak dapat melakukan hubungan simbiosis dengan
mikroorganisme dalam saluran cerna, sehingga harus memperoleh kobaltamin dari
makanan hewani seperti hati, ginjal, dan daging. Makanan nabati mengandung
sedikit kobalt, bergantung pada kandungan tanah tempat tumbuhnya. Pengikut
vegetarian

(hanya

makan

makanan

nabati)

perlu berhati-nati

terhadap

kemungkinan kekuranagan Vitamin B12.


Fungsi Kobalt yang merupakan vitamin B12 (kobaltmin) ini diperlukan
untuk mematangkan sel darah merah dan menormalkan fungsi semua sel. Kobalt
mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim. Angka kebutuhan gizi
sebagian besar kobalt dalam tubuh terikat dalam vitamin B 12. Plasma darah
mengandung kurang lebih 1 g kobalt/ 100 pencernaan dan penyerapan absorbsi

terjadi pada bagian atas usus halus mengikuti mekanisme absorbsi besi. Absorbsi
meningkat bila konsumsi besi rendah. Sebanyak 85 % ekskresi kobalt dilakukan
melalui urin, selebihnya fases dan keringat.

Ion kobalt memiliki konfigurasi elektron yang memungkinkan sebagai ion


pusat suatu senyawa kompleks, seperti kompleks kobalt (II) hipoksantin.
Pengomplekan kobalt dengan hipoksantin perlu dikaji karena hipoksantin dalam
sistem tubuh terlibat dalam proses katabolisme purin. Kombinasi senyawa
komples heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan aspirin juga perlu dikaji
sebab secara signifikan dapat merubah sifat anti-kanker yang menjadi dasar
penemuan terapi anti-kanker baru dengan penambahan fragmen-fragmen
organologam.

1. Senyawa Kompleks Kobalt (II) hipoksantin


Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Purin
merupakan zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh
makhluk hidup. Yang termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin.
Katabolisme sendiri merupakan proses metabolisme tubuh dengan memecahkan
zat yang cukup besar menjadi molekul yang lebih kecil. Katabolisme purin ini
membutuhkan enzim xantin oksidase yang umumnya terdapat di hati dan usus.
Penyakit manusia yang meliputi kelainan dalam metabolisme purin
mencakup penyakit gout, sindrom lesch-Nyhan, defisiensi adenosin deaminase
dan defisiensi fosforilase nukleosida purin. Keadaan defisiensi purin pada
manusia terutama disebabkan oleh defisiensi asam folat dan kadang-kadang oleh
defisiensi B12, kalau keadaan ini menimbulkan defisiensi sekunder deriva folat
(victor W. Rodwell, Phd).

Hasil penelitian dengan menggunakan radioisotop, ternyata setiap


komponen yang dijumpai dalam kerangka inti purin berasal dari bermacammacam sumber diantara lain : atom C (6) inti purin berasal dari atom karbon
molekul CO2 udara pernafasan; atom N (1) inti purin bersal dari atom nitrogen
gugus amino (-NH2) molekul aspartat; atom C (2) dan atom C (8) inti purin adalah
produk reaksi transformilasi yang berasal dari senyawa donor gugus formil yang
mengakibatkn koenzim FH4 (tetra hidro folat); atom N (3) dan atom N (9) berasal
dari nitrogen gugus amida molekul glutamin; atom C (4) atom C (5) dan atom N
(7) merupakan molekul glisin.
Tahapan purin diawali dengan pembentukan molekul PRPP(5-phospho
ribosil pyro phosphate) dan slanjutnya membentuk senyawa 5-phosphoribosilamin
dari hasil PRPP dan membentuk senyawa GAR kemudian GAR membentuk
reaksi formilase yang dikatelisis oleh enzim kemudian senyawa formil glisin amid
ribosil 5P sehingga terjadi penutup rantai, senyawa 5 amino-4-imidazolekarboksamid- ribosil-5P akhir dari penutupan cicncin yang k-2. Dalam
katabolismepurin terlibat enzin hipoksantin yang beeperan dalam mengubah purin
menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan kembali sebagai penyusun DNA
dan RNA. Jika enzim ini mengalami defisiensi, maka peran enzim menjadi
berkurang. Akibatnya purin dalam tubuh dapat meningkat, purin yang tidak
dikatabolisme akan mengganggu kesehatan tubuh.

Pembentukkan kompleks kobalt (II) hipoksantin dipengaruhi oleh pH.


Kondisi pH dapat mempengaruhi bentuk keto atau enol dari hipoksantin.
Karakterisasi kompleks ditunjukan secara kualitatif melalui analisis spektra
inframerah dan spektra ultraviolet. Uji kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom.
2. Senyawa Kompleks Heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan Aspirin

Senyawa kompleks kobalt dapat berinteraksi dengan aspirin secara


berbeda dengan enzim-enzim siklooksigenase (COX) yang menghasilkan
prostaglandin dan molekul-molekul pensinyalan lain yang terkait dengan
inflamasi dan pembekuan darah.
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan
aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di
berbagai wilayah dunia.
Struktur Senyawa Aspirin
Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon
dalam tubuh yang dikenal sebagai prostaglandins. Aspirin dapat menghambat
enzim COX dengan mensubstitusi sebuah residu lysin dengan gugus asetil yang
merubah jalur-jalur biokimia yang terjadi pada aktivitas COX. Senyawa kompleks
heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6]

dengan aspirin dapat menghambat

pertumbuhan sel yang tidak diharapkan dan pembentukan pembuluh darah kecil
sehingga mengurangi pertumbuhan kanker yang ada dalam tubuh. Dengan adanya
ion kobalt dapat merangsang pembentukan sel darah merah yang baik karena
kobalt adalah salah satu faktor pembentukan sel darah merah.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berinti yang berdiameter 8m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya
hanya 1 m atau kurang. Karena se itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya
melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang
mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta Rh yang
menentukan golongan darh seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O 2 dan CO2 dan mempertahankan Ph
normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Kobalt dalam bentuk vitamin B 12
juga mendukung proses metabolisme dan pembentukan sel darah merah.

Vitamin B12 merupakan bahan makanan yang diperlukan oleh seluruh sel
tubuh dan pertumbuhan sel jaringan pada umumnya. Hal ini karena vitamin B 12
berperan dalam sintesis DNA. Karena jaringan yang menghasilkan eritrosit paling
cepat pertumbuhan dan proliferasinya, kekurangan vitamin B12 menghambat
kecepatan pembentukan eritrosit. Kobalt diperlukan sebagai katalisator dalam
tahapan-tahapan pembentukan eritrosit.
Vitamin B12 tanpa penandaan atau penunjukan berarti sianokobalamin,
karena molekul sianida melekat pada kobalt. Formula tersebut memperlihatkan
bahwa bagian utama molekul yang rumit tadi mempunyai atom kobalt di tengahtengah struktur cincin-tetra porfirin. Grup sianida terikat pada atom karbon, yang
bertanggung jawab terhadap nama siano-kobalamin.
Vitamin B12 berwarna merah karena adanya kobalt. Kobalt tersebut
merupakan 4,35% dari berat molekul. Meskipun merupakan molekul terbesar di
antara zat-zat vitamin dengan berat molekul 1355, vitamin B12 adalah stabil.
Vitamin B12 membentuk beberapa enzim dan berfungsi dalam prosesproses

metabolik,

menghasilkan

dalam

metilasi

transfer

hidrogen

dan

pembentukan he-moglobin. Vitamin tersebut secara luas digunakan dalam obatobatan manusia.
Kanker yang berhubungan dengan darah atau sel darah merah dapat berasal
dari sumsum tulang atau melalui kekurangan di sel itu sendiri. Leukemia
merupakan salah satu kanker yang berhubungan dengan sel darah merah. Kanker
adalah suatu kondisi di mana sel-sel mulai mengalami kerusakan. Dalam manusia
normal sel-sel tumbuh dan membelah sehingga mereka dapat membentuk sel-sel
baru. Ketika sel-sel yang lebih tua mati, sel-sel baru mengambil tempat mereka
dan tubuh tetap berfungsi. Ketika proses ini tidak terjadi seperti yang dijadwalkan
dan sel-sel yang lebih tua tidak mati sebagaimana seharusnya terlepas dari
pembentukan sel-sel baru, kondisi ini disebut kanker.

B. Senyawa Kompleks Nikel

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam


berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim
(Cotton danWilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial
dan industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri
baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin
pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian,
dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).Nikel cukup berperan bagi
kesehatan tubuh sehingga tubuh dapat memproduksi sel darah merah dan
hemoglobin sintesis.

Nikel merupakan zat gizi esensial yang berfungsi

menstabilisasi struktur asam nukleat dan protein dan sebagai kofaktor berbagai
enzim. Nikel juga berperan mengatur kadar lipid dalam jaringan dan dalam
sintesis fosfolipid. Nikel juga merupakan nonspesifik aktifator enzim.
Tingginya kadar nikel dalam jaringan tubuh manusia dapat mengakibatkan
munculnya berbagai efek samping yaitu akumulasi Ni pada kelenjar pituitari yang
bisa mengakibatkan depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin
dibawah normal. Akumulasi Ni pada pankreas bisa menghambat sekresi hormon
insulin.
Para nikolm keracunan yang paling umum adalah masih hadir dalam
lingkungan kerja, ada peningkatan jumlah kanker paru-paru pada pekerja yang
terpapar debu tempat kerja dan nikel sebagai asma. Beberapa senyawa dengan
nikel dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati yang dapat menyebabkan
kematian, dan pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada
bayi pribumi. Keracunan nikel didiagnosis dengan penentuan konsentrasi nikel
dalam urin.

Ion nikel memiliki konfigurasi elektron yang memungkinkan sebagai ion


pusat suatu senyawa kompleks, seperti kompleks nikel (II) dimetil glioksima.
Pengomplekan nikel dengan dimetil glioksima perlu dikaji karena berperan
sebagai katalis dalam metabolisme tubuh. Kombinasi senyawa komples
[Ni(EDTA)]2- juga perlu dikaji sebab secara signifikan dapat dijadikan
antikoagulan untuk mencegah penggumpalan darah.
1. Senyawa Kompleks Nikel(II) dimetil glioksima
Dimetil glioksima adalah salah satu contoh pereaksi senyawa kompleks
yang membentuk garam kompleks dalam dengan ion nikel(II). Kedua muatan
positif pada ion nikel(II) diimbangi oleh dua proton yg dilepaskan oleh ligan.
Sedangkan atom-atom oksigen yg bermuatan negatif membentuk ikatan hidrogen
antar molekul dengan gugus OH yang berdekatan. Pada satu pihak, senyawa
komplek ini netral secara kelistrikan pada pihak lain tidak kemungkinan
terbentuknya ikatan hidrogen lebih lanjut. Lagipula, adakan ikatan d-d yang lemah
antar ion-ion logam pada molekul-molekul yg berdekatan. Itulah sebabnya
endapan nikel(II) dimetilglioksima yg berwarna merah sukar larut dalam air.
Endapan ini mudah disaring & dicuci, kemudian dikeringkan pada suhu 120oC150oC. Sedangkan faktor grafimetrinya cukup besar (0,2032) karena bobot
molekul senyawa ini tinggi (Rivai, 1995).
Dimetil glioksima merupakan zat pengendap organik yang sangat khas
dengan rumus bangun sebagai berikut:

Senyawa koordinasi Dimetil glioksima dengan paladium merupakan satu-satunya


senyawa yang sukar larut dalam larutan asam sedangkan senyawa koordinasinya
dengan nikel merupakan satu-satunya senyawa yang mengendap dalam larutan yg
bersifat basa lemah dengan demikian zat pengendap ini khusus dipakai untuk
penentuan paladium dan nikel.
Endapan nikel(II) dimetilglioksimat tersebut begitu gembur sehingga
hanya sejumlah kecil nikel dapat ditangani dengan memuaskan. Selain itu,

endapan ini juga cenderung bergerak pada penyaringan dan pencucian namun
demikian, endapan ini mudah dikeringkan pada suhu 110 oC dan mempunyai
susunan kimia yang sangat sesuai dengan rumusnya (Rivai, 1995).
2. Senyawa Kompleks [Ni(EDTA)]2Dalam dunia kedokteran darah sangat diperlukan untuk pemeriksaan
penyakit secara medis. Darah cepat membeku, oleh karena itu diperlukan suatu zat
yang dapat membuat darah tidak membeku untuk mempermudah pemeriksaan
secara labororium. Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin
yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang
lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian
hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit,
hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb. [Ni(EDTA)]2- biasanya digunakan
dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya harus tepat. Bila jumlah
EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi.
Pembekuan darah (koagulasi) adalah proses dimana pembuluh darah pecah
perbaikan setelah cedera. Memperbaiki cedera benar-benar dimulai bahkan
sebelum pembekuan tidak, melalui pembuluh darah kejang, atau kontraksi otot
dinding kapal, yang mengurangi kehilangan darah. Pembekuan itu sendiri adalah
kaskade kompleks reaksi yang melibatkan trombosit, enzim, dan protein
struktural. Trombosit adalah sel tidak utuh, tapi paket agak kecil dari membran
sitoplasma-dibatasi. Ada sekitar satu juta trombosit dalam setetes darah.
Kerusakan pada lapisan pembuluh darah (lapisan endotel) mengekspos bahan
yang menyebabkan trombosit untuk menempel pada sel-sel endotel, trombosit
tambahan kemudian menempel ini. Ini rilis trombosit menggabungkan faktorfaktor yang mempromosikan akumulasi fibrin, protein beredar. Bekuan darah
adalah meshwork trombosit dan sel darah dijalin bersama oleh fibrin.
Koagulasi dapat mulai dengan salah satu dari dua jalur, yang disebut jalur
ekstrinsik dan intrinsik, baik yang feed ke jalur umum yang melengkapi proses.

Jalur ekstrinsik dimulai dengan faktor substansi jaringan yang disebut (jaringan
tromboplastin) yang dirilis oleh pembuluh darah yang rusak dan jaringan
sekitarnya. Setelah bentuk gumpalan, kontraksi dari trombosit menarik tepi luka
dekat bersama-sama, dan sel endotel segar kemudian tumbuh di atasnya,
memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Seiring waktu, fibrin terdegradasi oleh
plasmin. Enzim ini terbentuk dari plasminogen beredar oleh jaringan plasminogen
activator (t-PA). Sintetis t-PA digunakan untuk melarutkan bekuan darah pada
stroke, infark miokard, emboli paru, dan kondisi lainnya.
Senyawa kompleks yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki
sifat yang stabil. Salah satu senyawa kompleks yang sangat stabil adalah senyawa
kompleks yang membentuk khelat. Salah satu senyawa kompleks yang memiliki
tingkat kestabilan cukup tinggi adalah senyawa kompleks Nikel(II)-EDTA yang
memiliki Kstab = 18.62 (Underwood, 2002). Sintesis dan karakterisasi senyawa
kompleks nikel(II)-EDTA yang dapat dimanfaatkan sebagai katalis.
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Tahapan dalam sintesis senyawa kompleks Ni-EDTA adalah penentuan
panjang gelombang maksimum, pengaruh pH pada pembentukan senyawa
kompleks dan penentuan rumus senyawa kompleks dengan metode variasi
kontinu. Katalis senyawa kompleks Ni-EDTA disintesis melalui reaksi larutan
NiCl26H2O dengan larutan H4EDTA (titriplex II). NiCl26H2O dilarutkan ke
dalam air membentuk larutan berwarna hijau. Warna hijau yang muncul ini akibat
dari kompleks heksaakuonikelat (II) atau [Ni(H 2O)6]2+ seperti yang dilaporkan
oleh Svehla (1990). Kemudian larutan tersebut dicampur dengan larutan H 4EDTA
yang jernih hingga terbentuk larutan berwarna biru. Pembentukan warna ini
merupakan indikasi telah terbentuk senyawa kompleks Ni-EDTA. Senyawa

kompleks Ni-EDTA terbentuk akibat substitusi ligan H2O oleh ligan EDTA.
Fenomena ini juga didukung oleh pengamatan dengan spektrofotometer UV-VIS
yang menunjukkan adanya perubahan panjang gelombang maksimum senyawa
[Ni(H2O)6]2+ sebesar 658 nm menjadi senyawa kompleks Ni-EDTA yang
mempunyai panjang gelombang maksimum 584 nm. Pergeseran kearah panjang
gelombang yang lebih pendek seperti yang terlihat pada Gambar 4.1, dipengaruhi
oleh adanya ligan EDTA yang merupakan ligan dengan medan kuat (Effendi,
2007). Penggantian ligan dengan medan lemah ke ligan dengan medan kuat
memberikan energi ke atom pusat yang digunakan untuk promosi elektron
sehingga sinar yang diserap panjang gelombangnya semakin pendek seperti yang
dinyatakan oleh Sukardjo (1992).

Gambar 4.1. Panjang Gelombang Maksimum Senyawa [Ni(H2O)6]2+ dan


Senyawa Kompleks Ni-EDTA
Berdasarkan teori warna (Underwood, 2002), suatu senyawa yang
berwarna akan menyerap energi pada panjang gelombang warna komplementer
senyawanya. Secara visual, larutan senyawa kompleks berwarna biru, hal ini
menunjukkan bahwa senyawa tersebut menyerap energi pada panjang gelombang
warna komplementer biru yaitu warna kuning (580595 nm).

Anda mungkin juga menyukai