Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KIMIA UNSUR TRANSISI

GOLONGAN VI B

DISUSUN OLEH :

1. Dwi Agustini Angraini (06101381722045)


2. M. Raihan Firdaus (06101381722046)
3. M. Agung Satriya (06101381722049)
4. Yunika Marsyah Putri (06101381722060)
5. Ayu Milinea (06101381722061)

PENDIDIKAN KIMIA 2017

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. dan shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan untuk
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT. yang telah
memberikan hidayah serta taufikNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini. Makalah ini berisikan tentang golongan VI B.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila
ada kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima
kasih. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Aamiin.

Palembang, Agustus 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Manfaat ...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Filsafat Abad Pertengahan......................................................................................3


2.2 Ciri Filsafat Abad Pertengahan............................................................................................4
2.3 Periode-periode pada abad pertengahan...............................................................................5
2.4 Tokoh yang hidup masa abad pertengahan..........................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................13
3.2 Saran...................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur transisi sebenarnya tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana kita
mengetahui unsur transisi di sekitar kita? Kita dapat mengenali unsur-unsur transisi di
kehidupan sekitar kita dari sifat-sifatnya, antara lain : semua unsur transisi adalah unsur-
unsur logam. Logam bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar listrik dan panas yang
baik, unsur-unsur logam transisi mempunyaibeberapa bilangan oksidasi dan lain-lainnya.
IUPAC kemudian mendefinisikan logam transisi sebagai semua unsur yang memiliki
orbit elektron d yang tidak lengkap atau yang hanya dapat membentuk ion stabil dengan
orbit d yang tidak lengkap. Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron
pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Logam transisi didefinisikan secara tradisional sebagai semua unsur kimia pada blok-
d pada tabel periodik, termasuk Kromium (Cr), Molibdenum (Mo), Tungsten (W), dan
Seaborgium (Sg). Unsur-unsur tersebut termasuk golongan VIB. Unsur dalam golongan
VIB memiliki karakteristik, kegunaan dan ada unsur yang baru-baru ini di temukan dari
hasil sintesis dan lainya. Karakteristik yang dimiliki unsur golongan VIB belum banyak
kita ketahui. Oleh karena itu, melalui makalah ini kita akan lebih mengenal sifat-sifat dari
unsur dalam golongan VI B.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah penemuan unsur-unsur golongan VI B ?
2. Bagaimana sifat-sifat atau reaktivitas dari unsur-unsur golongan VI B ?
3. Bagaimana proses pembuatan unsur-unsur golongan VI B?
3. Bagaimana kegunaan senyawa-senyawa yang di bentuk oleh golongan VI B ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah penemuan unsur-unsur dalam golongan VI B.
2. Mengetahui sifat-sifat dan mempelajari kereaktifan unsur-unsur golongan VI B.
3. Mengetahui proses pembuatan unsur-unsur golongan VI B.
4. Mengetahui kegunaan dari senyawa-senyawa yang terbentuk dari golongan VIB
dalam kehidupan manusia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kromium
A. Sejarah Kromium
Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada
1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade sebelum ini. Kromium
ditemukan pada tahun 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin seorang profesor kimia dan
analis di School of Mines di Paris, yang menerima beberapa sampel bijih crocoites untuk
dianalisis sehingga ia mengungkapkan adanya unsur baru yang ia sebut Kromium.
Nama Kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan
demikian karena banyaknya macam warna dalam senyawanya. Namun sebelumnya,
Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena
adanya unsur baru, yaitu kromium. Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari
Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2,
yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

B. Sifat Fisika dan Kimia


Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau dan
keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi. Kromium tidak ditemukan
sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya
dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen
merah untuk cat minyak. Kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak dan lunak
jika dalam keadaan murni dengan titik leleh kira-kira 1900 0C dan titik didih kira-kira 2690
0
C.

Nama, Lambang, Nomor atom Kromium, Cr, 24


Deret kimia Logam transisi
Golongan, Periode, blok VIB, 4, d
Penampilan Perak metalik
Massa atom 51,9961 (6) g/mol
Konfigurasi electron [Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit 2,8,13,1

5
Sifat Kimia
Struktur Kristal Cubic body centered
Bilangan oksidasi +2, +3, +4, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas 1,66 (skala Pauling)
Afinitas electron 64,3 kJ / mol -1
Energy Ionisasi E1: 652,9 kJ/mol
E2: 1590,6 kJ/mol
E3: 2987 kJ/mol
Jari-jari atom 128 pm
Jari-jari atom (terhitung) 166 pm
Jari-jari kovalen 127 pm
Ikatan energi dalam gas 142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar

Sifat Fisika

Massa Jenis 7,15 g/cm3 (250C)


Titik Lebur 2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih 2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan 20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan 339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi 397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C) 23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal 94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier 4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan 7,140 kg m -3
Volum Molar 7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik 12,7 10 -8 Ω m

6
Isotop Kromium
Isotop Massa Atom Waktu paruh Kelimpahan Momen magnetik nuklir
di alam (%)
48
Cr 47,95404 21,6 hari - -
49
Cr 48,951341 42,3 menit - 0,476
50
Cr 49,9460464 - 4.345 -
51
Cr 50,944772 27,70 detik - -0,934
52
Cr 51,09405098 - 83,789 -
53
Cr 52,9406513 - 9,501 -0,47454
54
Cr 53,9388825 - 2,365 -
55
Cr 54,940844 3,497 menit - -
56
Cr 55,94065 5,9 menit - -

C. Sumber Kromium
Logam kromium relatif jarang ditemukan dan kandungannya dalam kerak bumi
diperkirakan hanya 0,0122 % atau 122 ppm, lebih rendah daripada vanadium (136 ppm) dan
klorin (126 ppm). Sumber kromium yang terpenting dalam perdagangan adalah bijih kromit
(chromite), FeCrO4, yang banyak terdapat di Rusia dan Afrika Selatan (kira-kira 96 %
cadangan kromium dunia), Pilipina, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu,
kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut. Sumber
kromium lainnya yang lebih sedikit jumlahnya adalah krokoit (crocoites), PbCrO4, dan oker
kroma (chrome), Cr2O3. Batu-batuan permata seperti zamrud (emerald) yang berwarna hijau
dan merah ruby yang mengandung sekelumit kromium sebagai pengotor.
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromium dalam berbagai lingkungan.
Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9),
baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk ditentukan
dengan pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan hati-hati, khususnya bagi
unsur-unsur yang kurang umum.

Tempat Ppb berat Ppb oleh atom


Alam semesta 15000 400
Matahari 20000 400
Meteorit (karbon) 3100000 1200000

7
Kerak batu 140000 55000
Air laut 0.6 0.071
Arus 1 0.02
manusia 30 4

D. Persenyawaan Kromium
Reaksi dan senyawa kromium yang penting hanya menyangkut kromium dengan bilangan
oksidasi +2, +3, dan +6.
Oksida Kromium
Tabel 1. karakterisasi beberapa oksida dan ion kromium
Tingkat Oksida Hidroksida Sifat Ion Nama Warna
Oksidasi (a) Ion
+2 CrO Cr(OH)2 Basa Cr2+ (b) Kromo Biru
atau muda
kromium
(II)
+3 Cr2O3 Cr(OH)3 (c) amfoterik Cr3+ atau Kromi Violet
hijau [Cr(H2O)6]3+ atau hijau
[Cr(OH)4]- kromium
(d) (III)
+6 CrO3 CrO2(OH)2 Asam CrO42- Kromat Kuning
merah Cr2O5(OH)2 Cr2O72- atau oranye
tua dikromat
(a): kromium (IV) dikenal oksida sebagai CrO2; (b): ion ini dalam air sebagai [Cr(H2O)6]2+ ;
(c): formula lain adalah [Cr(H2O)3(OH)3] ; (d): formula lain adalah [Cr(H2O)2(OH)4]-

E. Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Kromium


 Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar.
 Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.

8
 Reaksi kromium dengan halogen
a) Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300
atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CrF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CrF6 (s) [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CrF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s) [merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s) [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan kromium
pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk kromium
difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.

b) Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur
klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s) [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga dapat
membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4

c) Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur
bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3Br2 (g) → 2CrBr3 (s) [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida juga dapat
membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4

d) Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur
iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s) [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat
membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4

9
 Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas
hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil
yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap serangan. Logam
kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr (s) + 2HCl (aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H2 (g)

 Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya: Kromium
dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan Trikromium
tetraoksida, Cr3O4.

 Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya : kromium
sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3

 Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.

 Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakrbonil,
Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa kompleks,
misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat hexaaquakromium
trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].

F. Kegunaan Kromium
 Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan untuk
membentuk paduan
 Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan keras, serta
untuk mencegah korosi
 Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud

10
 Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan
dalamanalisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit
 Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
 Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants
 Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu bata dan
bentuk, karenamemiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal, dan stabil
struktur Kristal
 Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa
 Digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur
volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah
 Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa PrCrO4
 Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warnanya kerap
digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang
kedalamnya dimasukkan kromium
 Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil pembakaran
amoniumdikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).
 Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada stainless steel,
chrome plating, dan keramik logam.
 Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan seperti
cermin pada baja.
 Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan
mengkilap.
 Digunakan pada pewarna dan cat, untuk memproduksi batu rubi sintetis, dan sebagai
katalis dalam pencelupan dan penyamakan kulit.
 Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.
 Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan
membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan digunakan
dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan
indah dan juga dapat mencegah korosi. Khrom memberikan warna hijau emerald pada
kaca. Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata, karena
khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan kestabilan
struktur kristal.

11
 Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya Phillips katalis
untuk produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan silikon dioksida atau
campuran dari krom dan titanium dan aluminium oksida. Kromium (IV) oksida
(CrO2) merupakan sebuah magnet senyawa Kromium merupakan logam tahan korosi
(tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom)
banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen
kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan
seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas
putih.
 Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Kromium
(IV) oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik digunakan dalam performa
tinggi dan standar kaset audio. Asam kromat adalah agen oksidator yang kuat dan
merupakan senyawa yang bermanfaat untuk membersihkan gelas laboratorium dari
setiap senyawa organik. Hal ini disiapkan dengan melarutkan kalium dikromat dalam
asam sulfat pekat, yang kemudian digunakan untuk mencuci aparat. Natrium dikromat
kadang-kadang digunakan karena lebih tinggi kelarutan (5 g/100 ml vs 20 g/100 ml
masing-masing). Kalium dikromat merupakan zat kimia reagen, digunakan dalam
membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen titrating.
 Dalam industri logam, kromium terutama digunakan untuk membuat paduan (aliase)
dengan besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium memberikan kekuatan dan
kekerasan serta sifat tahan karat pada paduan logam. Baja tahan karat (stainless steels)
mengandung sekitar 14% kromium. Oleh karena kekerasannya, paduan kromium
dengan kobalt dan tungsten (wolfram) digunakan untuk membuat mesin potong cepat.
Kromium digunakan dalam membuat berbagai macam pernik kendaraan bermotor
karena sangat mengkilap. Penggunaan kromium sebagai refraktori terutama karena
mempunyai titik leleh yang tinggi (1857°C), koefisien muai yang tidak terlalu besar
dan mempunyai bentuk kristal yang stabil.
 Kromium digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik) kendaraan bermotor
dan untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu dilakukan secara elektrolisis, yaitu
dengan electroplating. Untuk tujuan itu digunakan senyawa kromium dengan tingkat
oksidasi +6. Dalam prosesnya, kromium mula-mula direduksi menjadi Cr+ baru
kemudian menjadi kromium. Akan tetapi, jika larutan yang digunakan adalah Cr3+,
ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu disebabkan ion Cr3* dalam air terikat sebagai

12
ion kompleks yang stabil, yaitu [Cr(H20)6]3+. Ion kompleks ini tidak mudah
direduksi. Jika yang digunakan adalah Cr6+, maka ion Cr3"1" terbentuk dalam suatu
lapisan di permukaan logam dan tidak lagi bereaksi dengan air, melainkan langsung
direduksi menjadi unsur kromium (Cr).

G. Efek Kesehatan Kromium


Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan
kondisijantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan
kromium (III)dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang
yangbekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga memiliki
kesempatanyang lebih tinggi terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa
dalamproduk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas
ada krom(VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya
yangdisebabkan oleh kromium (VI) adalah:
 Kulit ruam
 Sakit perut dan bisul
 Masalah pernapasan
 Sistem kekebalan yang lemah
 Ginjal dan kerusakan hati
 Perubahan materi genetic
 Kanker paru-paru
 Kematian
Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung pada keadaan
oksidasi.Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada dalam produk ini) adalah toksisitas
rendah. Bentukyang hexavalent beracun. Efek samping dari bentuk hexavalent pada kulit
mungkin termasukdermatitis, dan reaksi alergi kulit. Gejala pernafasan termasuk batuk, sesak
napas, dan hidung gatal.

Bentuk Keracunan Kromium


Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya
dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan

13
penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung
kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan
mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari
kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan
berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut,bisul,
kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian

Efek Klinis
Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami gangguan pernapasan dan
juga mengganggu alat pencernaan. Chromium(Vi) dikenal untuk menyebabkan berbagai
kesehatan mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu campuran di dalam produk
kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Setelah bernafas chromium(VI)
dapat menyebabkan gangguan hidung dan mimisan.

Keracunan Akut
 Bila terhirup / inhalasi
 Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
iritasi.
 Bila kontak dengan kulit
 Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada
kulit.
 Bila kontak dengan mata
 Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada
mata.
 Bila tertelan
 Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi dalam
jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat menyebabkan pusing, haus
berat, sakit perut, muntah, syok, oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa
fatal.

14
Keracunan Kronis
 Bila terhirup / inhalasi
 Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium
dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang (perforasi) pada nasal
septum, iritasi pada tenggorokan dan saluran pernafasan bagian bawah, gangguan
pada saluran pencernaan, tapi hal ini jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi
paru, pneumoconiosis atau fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada
hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan terjadi akibat paparan logam.
 Bila kontak dengan kulit.
 Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium
dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis, termasuk eksim “Chrome holes”
sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal. Pada hakekatnya efek ini belum pernah
dilaporkan akibat paparan logam.
 Bila kontak dengan mata
 Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa senyawa krom dapat
menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya
efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.

Dampak Lingkungan
Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada organisme. Kromium
memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI) bentuk melalui proses-
prosesalam dan aktivitas manusia. kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi
kromium(III) yang meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan utama manusia yang
meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan manufaktur tekstil, elektro lukisan
dan kromium (VI) aplikasi dalam industri. Aplikasi ini terutama akan meningkatkan
konsentrasi kromium dalamair. Melalui kromium pembakaran batubara juga akan berakhir di
udara dan melalui pembuanganlimbah kromium akan berakhir di tanah.
Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan berakhir di
perairanatau tanah. Kromium dalam tanah sangat melekat pada partikel tanah dan sebagai
hasilnya tidakakan bergerak menuju tanah. Kromium dalam air akan menyerap pada endapan
dan menjadi takbergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada
akhirnya akan larut.Kromium (III) merupakan unsur penting untuk organisme yang dapat
mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati, ketika dosis harian terlalu

15
rendah.Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme.Dapat mengubah bahan genetik
danmenyebabkan kanker.
Tanaman mengandung sistem yang mengatur kromium-uptake harus cukup rendah
tidak menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat, hal ini
masih dapatmengarah pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan
keasaman tanah jugadapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman
biasanya hanya menyerapkromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium,
tetapi ketika konsentrasi melebihinilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.
Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi
tinggikromium, karena pembuangan produk-produk logam di permukaan air, dapat merusak
insangikan yang berenang di dekat titik pembuangan. Pada hewan, kromium dapat
menyebabkanmasalah pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit,
cacat lahir,infertilitas dan pembentukan tumor.

Toksiksitas Kromium
Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini.
Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama karena akumulasinya sampai pada
rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam berat yang
menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara dan air meningkat. Proses industri dan
urbanisasi memegang peranan penting terhadap peningkatan kontaminasi tersebut. Suatu
organisme akan kronis apabila produk yang dikonsumsikan mengandung logam berat.
Kromium (Cr) merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi
oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi hanya kromium bervalensi tiga dan enam memiliki
kesamaan sifat biologinya.
Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam
dan dalam material biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium enam
valensi merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi
memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan enam valensi. Pada bahan makanan dan
tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini
pada manusia di bawah 100 µg, kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan konsumsinya
dari air dan udara dalam level yang rendah.
Kromium adalah zat gizi esensial untuk hewan dan mungkin untuk manusia. Teloransi
glukosa akan terganggu pada hewan yang kekurangan kromium, tetapi suatu postulat tentang
faktor teloransi glukosa belum diisolasikan atau dicirikan. Konsumsi yang di anjurkan oleh
16
Food and Nutition Board National Research Council serta dianggap aman dan cukup adalah
50 sampai 200 µg per hari. Penentuan kebutuhan kromium yang tepat untuk manusia, tetap
merupakan pekerjaan yang sulit, meliputi indentifkasi fungsi fisiologik khusus yang
berhubungan dengan kadar kromium, tidak terang-terangan melawan dan berpengaruh
terutama terhadap fungsi-fungsi tersebut dengan faktor-faktor yang berdampingan.

2.2 Molibdenum
A. Sejarah Molibdenum
Pada tahun 1778 seorang ahli kimia terkenal Swedia, C. W. Scheele telah berhasil
membuat suatu oksida unsur baru dari mineral molibdenit, MoS2, dengan demikian ia mampu
membedakan mineral ini dengan grafit yang pada waktu itu diduga identik. Kemudian setelah
3 tahun kemudian, P.J. Helm berhasil mengisolasi molibdenum dari pemanasan molibdenit
dengan batubara. Nama molibdenum berasal dari bahasa Yunani, molibdos, yang artinya
mengandung makna kebingungan ketika menghadapi mineral-mineral lunak hitam yang
dapat dipakai untuk menulis, yaitu grafit yang disebut timbel hitam dan plumbako.

B. Sifat Fisika dan Kimia


Logam molibdenum merupakan logam golongan 6, dimana logam ini cenderung
memiliki tingkat oksidasi rendah sehingga membuat unsure ini semakin tidak stabil dengan
naiknya nomor atom. Seperti halnya kromium, konfigurasi elektron molibdenum
menyimpang dari diagram aufbau. Konfigrasi elektron tingkat dasar Molibdenum adalah d5s1,
dengan sebuah konfigurasi terisi setengah d5 yang stabil. Apabila dilihat dari struktur
elektronnya, Molibdenum diharapkan untuk membentuk senyawa-senyawa dengan tingkat
oksidasi dari (+1) sampai (+6).
Tingkat oksidasi Molibdenum yang paling penting adalah (+5) dan (+6). Mo(+6)
bersifat stabil, sedangkan Mo(+3) bersifat sangat mereduksi. Hal ini sesuai dengan
kecenderungan bahwa semakin menurun posisi unsur dalam satu golongan maka semakin
tinggi tingkat oksidasi menjadi lebih stabil dan tingkat oksidasi lebih lemah menjadi kurang
stabil.

Nama, Lambang, Nomor atom Molibdenum, Mo, 42


Deret Kimia Logam transisi
Golongan, periode, Blok VIB, 5, d

17
Penampilan abu-abu

Massa atom 95,94(2) g/mol


Konfigurasi Elektron [Kr] 4d5 5s1
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 18, 13, 1

Sifat Kimia
Struktur Kristal Cubic body centered
Bilangan oksidasi +3, +4, +5, +6 (oksida asam kuat)
Elektronegativitas 1,8 (skala Pauling)
Energi Ionisasi E1: 684,3 kJ/mol
E2: 1560 kJ/mol
E3: 2618 kJ/mol

Jari-jari atom 139 pm


Jari-jari atom (terhitung) 190 pm
Jari-jari kovalen 145 pm

Sifat Fisika
Fase Padat
Massa jenis (sekitar suhu kamar) 10,28 g/cm3
Titik lebur 2896 K, 2623 oC, 4753 oF
Titik didih 4912 K, 4639 oC, 8382 oF
Kalor peleburan 37,48 kJ/mol
Kalor penguapan 617 kJ/mol
Kapasitas kalor (25 oC) 24,06 J/(mol.K)
Resistivitas listrik (20 °C) 53.4 nΩ·m
Konduktivitas termal (300 K) 138 W/(m·K)
Ekspansi termal (25 °C) 4.8 µm/(m·K)

C. Sumber Molibdenum
Sumber molibdenum yang terpenting adalah molibdenit sulfida, MoS2, dan yang
lainnya adalah bijih wulfenit, PbMoO4, dan powelit, Ca(Mo,W)O4 (Sugiyarto dan Suyani,
2010). Logam molibdenum diproduksi sebagai hasil utama maupun hasil sampingan dalam
pengolahan tembaga. Pada proses tersebut, bijih molibdenit terlebih dahulu dipisahkan
dengan teknik flotasi, kemudian dipanggang untuk memperoleh oksidanya, MoO3. Jika ingin
digunakan langsung sebagai paduan logam seperti pada pabrik baja, oksidasi ini diubah

18
menjadi feromolibdenum dengan proses aluminotermik. Untuk memperoleh logam yang
lebih murni, molibdenum oksida dilarutkan dalam larutan amonia untuk dikristalkan sebagai
amonium molibdat, kadang-kadang sebagai dimolibdat, [NH4]2[Mo2O7], atau sebagai
paramolibdat, [NH4]6[Mo7O24].4H2O dengan bergantung pada kondisinya. Molibdat ini
kemudian dapat direduksi dengan gas H2 menjadi serbuk logam molibdenum yang berwarna
abu-abu. Selain itu, MoO3 dapat dibuat dengan memanaskan logamnya atau sulfidanya dalam
oksigen. Oksida-oksida ini tidak bereaksi dengan asam, tetapi larut dalam larutan basa
membentuk larutan molibdat.
MoO2 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan H2 atau NH3 pada temperatur di
bawah 470 oC, diatas temperatur ini terjadi reduksi lebih lanjut menjadi logamnya. Selain itu,
MoO2 juga dapat diperoleh dari reaksi molibdenum dengan uap air panas pada suhu ~800 oC.
Mo2O5 dapat diperoleh dari reduksi MoO3 dengan serbuk molibdenum pada ~750 oC.
Penambahan amonia ke dalam larutan yang mengandung Mo(V) hasil reduksi tersebut akan
diperoleh endapan coklat MoO(OH)3 dan apabila endapan ini dipanaskan akan menghasilkan
Mo2O5.

D. Persenyawaan Molibdenum
Oksida molibdenum banyak yang sudah dikenal, yaitu MoO3, Mo2O5, dan MoO2.
Oksida MoO2 berupa padatan coklat violet, tidak larut dalam asam nitrat pekat dan terjadi
oksidasi lebih lanjut menjadi Mo(VI). MoO2 mengadopsi struktur rutil (TiO2).

E. Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Molibdenum


Molibdenum tidak dapat bereaksi dengan air pada suhu kamar. Molibdenum juga
tidak dapat bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar, akan tetapi pada suhu
tinggi (di atas suhu 790 oC) akan membentuk molibdenum(VI) trioksida:
2Mo (s) + 3O2 (g) 2MoO3 (s)
Reaksi dengan halogen akan membentuk molibdenum halida, misalnya jika
molibdenum direaksikan dengan fluorin, maka akan membentuk molibdenum(VI) fluorida.
Mo (s) + 3F2 (g) MoF6 (l)
Molibdenum(VI) biasanya membentuk spesies dioksida dengan kedua ikatan Mo = O
adalah cis. Jadi, MoO3 dalam 12MHCl membentuk kompleks [MoO2Cl4]2-. Selain itu,
molibdenum(VI) juga membentuk kompleks molibdenum pentaklorida [MoCl5] (= Mo2Cl10)
Selain itu, kompleks yang mudah didapatkan yang digunakan untuk sintesis kompleks
lain adalah ion pentaklorooksomolibdat(V) yang berwarna hijau jambrut, [MoOCl5]2-.
19
Senyawa kompleks ini dapat diperoleh dengan reduksi MoO42- dalam larutan HCl atau
dengan pelarutan Mo2Cl10 dalam larutan akua pekat HCl.

F. Kegunaan Molibdenum
Sekitar 75 persen dari molibdenum yang digunakan di Amerika Serikat pada tahun
1996 dijadikan campuran untuk baja dan besi. Hampir setengah dari campuran ini digunakan
untuk membuat stainless dan baja tahan panas. Hasilnya dapat digunakan dalam pesawat
terbang, pesawat ruang angkasa, dan rudal bagian. Penggunaan penting lainnya adalah
campuran molibdenum dalam produksi alat-alat khusus, seperti: busi, shaft baling-baling,
senapan barel, peralatan listrik digunakan pada temperatur tinggi, dan boiler pelat.
Penggunaan penting lainnya adalah sebagai katalis molibdenum. Katalis adalah zat
yang digunakan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Katalis tidak
mengalami perubahan wujud selama reaksi. Katalis molybdenum digunakan dalam berbagai
operasi kimia, dalam industri minyak bumi, dan dalam produksi polimer dan plastik. Pada
jumlah yang kecil, molibdenum efektif untuk mengeraskan baja. Molibdenum digunakan
pada komponen pesawat terbang, peluru, filamen pada pemanas elektrik dan lapisan
pelindung pada ketel. Molibdenum orange merupakan pigmen antara merah-kuning ke
merah-orange terang dan digunakan pada cat, tinta, plastik, dan senyawa-senyawa karet.
Molibdenum disulfida merupakan pelumas yang baik, terutama pada suhu tinggi.
Molibdenum juga digunakan pada beberapa aplikasi elektronik, sebagai pelapis logam
konduktif pada transistor film-tipis.
Molibdenum merupakan salah satu bahan paduan baja yang menjadikan baja bersifat
keras dan kuat. Selain itu, molibdenum digunakan dalam oksida dan sistem lain sebagai
katalis untuk berbagai reaksi, salah satu contoh adalah “amonoksidasi” akrilonitril menurut
persamaan reaksi.
MoS2 digunakan sebagai pelumas padat yang ditambahkan ke oli dan digunakan
sebagai katalis dalam reaksi hidrogenasi.

G. Ekstraksi Molibdenum
Logam Molibdenum murni dapat diperoleh dari Molibdenum trioksida (Mo0 3) dalam
berbagai cara. Molibdenit ini pertama dipanaskan sampai suhu 700 ° C (1292 ° F) dan sulfida
yang teroksidasi menjadi oksida (VI) molibdenum melalui udara:
2MoS2 + 7O2 → 2MoO3 + 4SO2

20
Bijih teroksidasi kemudian dipanaskan sampai 1.100 ° C (2010 ° F) untuk
menghaluskan oksida, atau pencucian dengan amonia yang kemudian bereaksi dengan oksida
(VI) molibdenum untuk membentuk molybdate yang larut dalam air:
MoO3 → NH4OH + 2(NH4) 2(MoO4) + H2O
Tembaga merupakan pengotor yang kurang larut dalam amonia sehingga digunakan
hidrogen sulfida untuk mengendapkannya.

H. Efek Kesehatan Molibdenum


Pada manusia, molybdenum dikenal berfungsi sebagai kofaktor untuk tiga enzim:
 Sulfit oksidase mengkatalisis transformasi sulfit ke sulfat, reaksi yang diperlukan
untuk metabolisme kandungan asam amino (metionin dan sistein).
 Xanthine oksidase mengkatalisis pemecahan nukleotida (prekursor untuk DNA dan
RNA) untuk membentuk asam urat, yang berkontribusi terhadap kapasitas antioksidan
plasma darah.
 Oksidase Aldehyde dan xanthine oksidase mengkatalisis reaksi hidroksilasi yang
melibatkan beberapa molekul yang berbeda dengan struktur kimia yang sama.
oksidase Xanthine dan oksidase aldehida juga berperan dalam metabolisme obat dan
racun.
Nilai ambang batas Mo dalam tubuh manusia
 Anak-anak 1-3 tahun 300 µg / hari
 Anak-anak 4-8 tahun 600 µg / hari
 Anak-anak 9-13 tahun 1.100 µg / hari (1,1 mg / hari
 Remaja 14-18 tahun 1.700 µg / hari(1,7 mg / hari
 Dewasa 19 tahun dan lebih tua 2.000 (2,0 mg / hari)
Molibdenum diperlukan untuk oksidasi belerang, suatu komponen dari protein.
Molibdenum terdapat dalam susu, buncis, roti dan gandum.

Kekurangan Molibdenum
Kekurangan molibdenum yang disebabkan karena asupan yang tidak memadai pada
orang yang sehat, belum pernah diteliti. Tetapi kekurangan molibdenum terjadi pada keadaan
tertentu misalnya jika seorang malnutrisi yang menderita penyakit Chron mendapatkan
makanan parenteral dalam waktu yang lama tanpa tambahan molibdenum.

21
Gejalanya berupa:
- denyut jantung yang cepat
- sesak nafas
- mual
- muntah
- disorientasi
- koma.

Kelebihan Molibdenum
Orang yang mengkonsumsi molibdenum dalam jumlah besar dapat mengalami gejala
yang menyerupai penyakit gout, termasuk peningkatan kadar asam urat dalam darah dan
nyeri sendi. Penambang yang terpapar debu molibdenum bisa mengalami gejala-gejala yang
tidak spesifik.

2.3 Wolfram
A. Sejarah Wolfram
Wolfram atau Tungsten ditemukan oleh Juan Jose dan Fausto de Elhuyar pada tahun
1783 di negara Spain. Dalam bahasa Swedia, Tungsten memiliki arti batu berat. Nama lain
dari Tungsten adalah Wolfram yang berasal dari bahasa Jerman dengan simbol W.
Pada tahun 1779, Peter Woulfe menguji mineral tungstenit dan menyimpulkan adanya
zat baru dalam mineral tersebut. Pada tahun 1758, Scheele menemukan bahwa asam yang
baru dapat dibuat dari tungsten. Scheele dann Bergman mengusulkan adanya kemungkinan
mendapatkan logam yang baru dengan mereduksi logam ini. De Elhuyar menemukan bahwa
asam dalam tungstenit sama dengan asam tungsten.
Tahun 1783, unsur tungsten diperoleh dengan mereduksi asam tungstat dengan arang.
Pada tahun 1781, Scheele dan T. Bergmann mengisolasi oksida baru dari mineral yang
disebut skelit, CaWO4. Dua tahun kemudian, dua bersaudara J. J dan F. De Elhuyar dari
spanyol menunjukkan bahwa oksida yang sama merupakan konstituen dari mineral wolframit
dan pemanasan oksida ini dengan barubara berhasil mereduksinya menjadi logam yang
kemudian diberi nam wolfram. Nama ini direkomendasikan oleh IUPAC, namun komunikasi
bahasa Inggris memilih memakai nama tungsten.

22
B. Sifat Fisika dan Kimia
Tungsten murni adalah logam yang berwarna putih timah hingga abu-abu baja.
Tungsten yang sangat murni dapat dipotong dengan gergaji besi dan dapat dibentuk dengan
mudah. Dalam keadaan tidak murni, dibutuhkan usaha keras untuk membentuk tungsten.
Logam transisi yang sangat keras ini ditemukan pada mineral seperti wolframit dan schelit.
Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari semua unsur logam dan pada
suhu 16500C memiliki kekuatan regang tertinggi. Bentuk murni wolfram digunakan terutama
dalam perangkat elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan secara luas dalam berbagai
seperti filamen bola lampu, tabung sinar-X, dan superaloy. Adapun sifat-sifat dari wolfram
secara rici akan disebutkan pada tabel di bawah ini :

Spesifikasi Rincian
Nama Wolfram
Lambang W
Nomor Atom 74
Penampilan Putih keabu-abuan mengkilap
Massa Atom 183,948 g/mol
Konfigurasi Elektron (Xe)4f14 5d4 6s2
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 18, 32, 12, 2
Fase Padat
Massa Jenis (T kamar) 19,25 g/cm3
Titik lebur 3695 K, 34220C, 61920F
Titik didih 5828 K, 55550C, 100310F
Struktur Kristal Cubic body centered (kubus berpusat muka)
Bilangan Oksidasi +2, +3, +4, +5, +6 (Oksida asam lemah)
Elektronegatifitas 1,7 (skala Pauling)
Energi ionisasi E1 : 770 kj/mol
E2 : 1700 kj/mol
E3 : 2300 kj/mol

23
C. Sumber dan Ekstraksi Wolfram
Tungsten terdapat dalam mineral tungstenit wolframit Fe(Mn)WO4, CaWO4, huebnerit
MnWO4, dan ferberit FeWO4(Cotton dan Wilkinson, 1989). Tempat penambangan tungsten
yaitu di Klifornia, Kolorado, Korea Selatan, Bolivia, Rusia dan Portugal. Di China dilaporkan
memiliki persediaan tungsten 75% di dunia.
Unsur tungsten diperoleh secara komersial dengan mereduksi tungsten oksida dengan
hidrogen atau karbon. Proses pembuatannya yaitu dengan menghancurkan mineral tungsten
secara mekanik dan direaksikan dengan lelehan NaOH. Lelehan kemudian dilarutkan dalam
air untuk memperoleh Na-tungstenat yang kemudian diasamkan untuk mendapatkan WO3
yang selanjutnya direduksi dengan hidrogen ungtuk memperoleh logamnya.
Logam Wolfram juga dapat diperoleh dengan pemanasan langsung campuran bijih,
tungstat scheelit, CaWO4 dan wolframit, Fe(Mn)WO4 (hingga meleleh) dengan alkali,
kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan asam. Reduksi oksida
dengan H2 pada suhu ~8500C akan menghasilkan serbuk logam wolfram berwarna abu-abu.
Serbuk logam juga dapat diubah menjadi padatan dengan kompresi tinggi menggunakan gas
H2.

D. Persenyawaan Wolfram
Beberapa oksida yang umum adalah WO3 (kuning) dan WO2. Trioksida dibuat dengan
memanaskan logam wolfram dengan senyawa lain seperti sulfida dalam oksigen. Oksida
tersebut tidak bereaksi dengan asam tetapi larut dalam basa membentuk larutan wolframat.
WO3 merupakan padatan kuning lemon dengan titik leleh ~1200 0C. Dioksida (WO2) dibuat
dengan mereduksi trioksida dengan hidrogen atau NH3 pada suhu kurang lebih 4700C.

E. Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Wolfram


 Reaksi dengan air
Pada suhu ruangan, tungsten tidak bereaksi dengan air

 Reaksi dengan udara


2W(s) + 3 O2 → 2WO3 (s)

 Reaksi dengan Halogen


W(s) + 3F2 (g) → 3F6 (g)

24
W (s) + 3Cl2 (g) → WCl6 (s)
W(s) + 3Br2 (g) → WBr6 (s)
2W(S) + 5Cl2 (g) → 2WCl5 (s)

 Reaksi dengan asam


Secara umum logam tungsten tidak terpengaruh oleh kebanyakan asam. Menurut Cotton
dan Wilkinson (1989), wolfram tidak diserang oleh asam selain HF. Artinya logam tungsten
tidak dapat bereaksi dengan asam selain HF.

 Reaksi dengan basa


Logam tungsten tidak berekasi dengan larutan basa lemah.

F. Kegunaan Wolfram
Tungsten beserta aloynya dapat digunakan pada pembuatan filament lampu pijar,
tabung elektron, dan televisi, untuk titik kontak pada distributor mobil, unsur windings
(proses pencarian logam pada tungku listrik), pemanasan pada tungku listrik, paduan logam
untuk alat pemotong bersuhu tinggi dan pada pesawat luar angkasa. Aloy yang digunakan
untuk peralatan berkecepatan tinggi seperti Hastelloy.

G. Bahaya Wolfram
Tungsten dapat terbakar dan dapat bertindak sebagai iritan pernapasan

2.4 Seaborgium (Sb)


2.4.1. Sejarah
Seaborgium, unsur 106. Nama lain unsur ini
adalah Unnilhexium (Eh), Rutherfordium (Rf),
Seaborgium (Sg). Seaborgium pertama kali diproduksi
oleh sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Albert
Ghiorso bekerja di Lawrence Berkeley Laboratory di
Berkeley, California, pada tahun 1974. Mereka
menciptakan Seaborgium dengan membombardir atom
Californium-249 dengan ion Oksigen-18 dengan
menggunakan mesin yang disebut Super-Heavy

25
Ion Linear Accelerator. Benturan atom dihasilkan Seaborgium-263 dan kemudian emisi alfa
menjadi Nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa antara Seaborgium dan Nobelium.
Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9.06 dan 9.25MeV dengan masa paruh waktu
sekitar 0.9+/-0.2 detik.. Seaborgium-263 adalah isotop seaborgium dengan paruh sekitar 1
detik.
Tiga bulan sebelum kelompok Berkeley mengumumkan penemuan mereka, sebuah
tim ilmuwan yang bekerja di Institut Bersama untuk Penelitian Nuklir di Dubna, Rusia,
mengklaim telah menghasilkan seaborgium. Metode mereka yaitu dengan membombardir
atom Timah-207 dan memimpin Timah-208 dengan ion Chromium-54 menggunakan alat
yang disebut siklotron. Mereka percaya bahwa mereka telah menghasilkan atom Seaborgium-
259. Kelompok Berkeley dikonfirmasi pada tahun 1993 dan mereka dinobatkan sebagai
penemu Seoborgium.
Nama Seaborgium, dengan simbol kimia "Sg," diumumkan pada hari Minggu, 13
Maret di 207 pertemuan nasional American Chemical Society di San Diego. Pengumuman ini
dibuat oleh Kenneth Hulet, pensiunan ahli kimia dari Lawrence Livermore National
Laboratory (LLNL) dan salah satu darinya menemukan Seaborgium. Hulet membuat
pengumuman sementara menerima Penghargaan ACS Nuklir Kimia untuk hidupnya prestasi
di lapangan.
Seaborgium adalah nama terbaru yang akan ditambahkan kepada keluarga unsur
"transuranium". Unsur transuranium dapat dibuat dalam akselerator partikel. Seaborgium
memiliki paruh kurang dari satu detik. Ini pertama kali dibuat dan diidentifikasi pada 1974
dalam sebuah percobaan yang dilakukan di LBL oleh tim peneliti LBL dan LLNL dipimpin
oleh fisikawan Hulet dan LBL Albert Ghiorso.
Menurut kriteria yang diusulkan oleh peneliti ilmu pengetahuan nuklir pada 1970-an,
penamaan unsur baru merupakan hak prerogatif penemuan asli tim, namun usulan nama
independen harus menunggu konfirmasi dari penemuan.
Seaborgium akhirnya dikukuhkan pada tahun 1993 dalam sebuah percobaan di LBL's
88-Inch siklotron yang dirancang oleh Ken Gregorich, sebuah divisi sesama di LBL's Nuclear
Science Division, dan dilaksanakan oleh sebuah tim termasuk fakultas Gregorich dan LBL
ilmuwan senior Darleane Hoffman, ditambah doktoral dan mahasiswa dari LBL dan UC
Berkeley Departemen Kimia. Konfirmasi diumumkan pada September lalu '93 Aktinida
konferensi di Santa Fe, New Mexico.

26
Nama Seaborgium dipilih untuk menghormati orang yang berbagi Penghargaan Nobel
1951 di bidang kimia dengan mantan Direktur LBL Edwin McMillan untuk "penemuan
mereka dalam kimia dari unsur transuranium."
Lahir pada tahun 1912 di Ishpeming, Michigan, Seaborg menerima Ph.D. dalam
kimia dari UC Berkeley pada tahun 1937. Ia bergabung dengan UCB fakultas pada tahun
1939 dan menjabat sebagai kanselir 1958-1961. Dari tahun 1961 sampai 1971 ia menjabat
sebagai ketua Komisi Energi Atom (pendahulu dari US Department of Energy) di bawah
Presiden AS Kennedy, Johnson, dan Nixon. Ia kemudian kembali ke riset di Berkeley, di
mana ia terus berlanjut hingga kini dalam mencari elemen-elemen baru dan isotop. Selain
tugas-tugasnya di LBL, Seaborg sekarang menjabat sebagai Profesor Universitas (UC posisi
akademis tertinggi), dan ketua Lawrence Hall of Science. Seaborg cukup terkenal karena
perannya dalam penemuan plutonium. Ini terjadi pada tahun 1940, ketika Seaborg, McMillan,
Joseph Kennedy, dan Arthur Wahl, menggunakan Siklotron 60-inci yang dibangun oleh
Ernest Lawrence, dibombardir sampel Uranium dengan deuteron dan ditransmutasikan
menjadi Plutonium. Seaborg dan rekan-rekan kerjanya menggunakan penemuan plutonium
sebagai batu loncatan untuk penciptaan serangkaian unsur transuranium - amerisium, kurium,
berkelium, californium, einsteinium, fermium, mendelevium, nobelium, dan sekarang
seaborgium. Seaborg menampung lebih dari 40 paten, termasuk satu-satunya yang untuk
unsur kimia (amerisium dan kurium). Ia adalah penulis banyak buku dan lebih dari 500
artikel ilmiah. Dia telah dianugerahi 50 gelar doktor kehormatan dan diakui sebagai advokat
nasional untuk pendidikan sains dan matematika. Pimentel Award Pendidikan Kimia untuk
"kontribusinya yang besar terhadap pendidikan warga dunia." Penghargaan ini dinamai untuk
LBL dan UCB ACS kimiawan dan mantan presiden yang meninggal pada 1989 setelah karir
yang luar biasa dalam penelitian dan pendidikan.

2.4.2. Sifat Fisika dan Sifat Kimia


Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom Seaborgium, Sg, 106
Deret kimia Logam transisi
Golongan, Periode, blok VIB, 7, d
Penampilan Tidak diketahui, kemungkinan putih keperakan
atau abu-abu metalik
Massa atom 269 g/mol

27
Konfigurasi electron Diperkirakan [Rn] 7s2 5f14 6d4
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 18, 32, 32, 12, 2

Sifat Fisika
Seaborgium merupakan Sebuah logam radioaktif yang tidak terjadi secara alami dan hanya
untuk kepentingan penelitian saja. Hanya beberapa atom yang pernah dibuat dan bentuk
kimia menyerupai tungsten (Anonymous, 2011).

Fase Dianggap Padat


Massa jenis (sekitar suhu kamar) 35 g/cm3
Titik lebur -
Titik didih -
Kalor peleburan -
Kalor penguapan -
Kapasitas kalor -
Resistivitas listrik -
Konduktivitas termal -
Ekspansi termal -

Sifat Kimia
Sifat kimia Seaborgium mirip dengan Wolfram. Dikarenakan unsur ini memiliki
nomor atom lebih tinggi daripada Uranium, sehingga Seaborgium memiliki sejumlah sifat
kimia yaitu ketidakstabilan dan radioaktivitas (Anonymous, 2011).

Struktur Kristal Cubic body centered (kubus berpusat muka)


Bilangan oksidasi -1, +1, +2, +3, +4, +5, +6 (oksida asam
lemah)
Elektronegativitas -
Energi Ionisasi -
Jari-jari atom (terhitung) 132 pm
Jari-jari kovalen 63 pm

28
Isotop Seaborgium
Isotop Massa Atom Waktu paruh Kelimpahan
di alam (%)
271
Sg - 1,9 min -
269
Sg - 2,1 min -
267
Sg - 1,4 min -
266
Sg - 0,36 s -
265b
Sg - 16,2 s -
265a
Sg - 8,9 s -
264
Sg - 68 ms -
263m
Sg - 0,9 s -
263g
Sg - 0,3 s -
262
Sg - 15 ms -
261m
Sg - 9 µs -
261g
Sg - 0,18 s -
260
Sg - 3,6 ms -
259
Sg - 0,48 s -
258
Sg - 2,9 ms -

2.4.3. Sumber Seaborgium


Seaborgium adalah unsur yang sangat tidak stabil, dengan isotop yang memiliki
waktu paruh (kebanyakan) diukur dalam detik. Ketidakstabilan ini membuat seaborgium
mustahil untuk ditemukan di alam, tetapi harus disintesis di laboratorium oleh para peneliti
yang akan mempelajarinya, seaborgium memancarkan sinar alfa. Seperti elemen berat sintetis
lain, seaborgium tidak memiliki nilai komersial karena sangat mahal untuk memproduksinya
dan waktu paruhnya terlalu pendek untuk menjadi sangat produktif.

2.4.4. Kegunaan Seaborgium


Manfaat dan kegunaan seaborgium belum diketahui aplikasinya secara pasti
(Annonymous, 2009).

29
2.4.5. Ekstraksi Seaborgium (Pembuatan Seaborgium)
Pembuatan unsur ini diperoleh melalui penembakan inti, sedikit atom yang terbentuk
dan karakteristik seaborgium kurang begitu dimengerti. Persamaan reaksinya sebagai berikut
(Anonymous, 2004) :

249 263
Cf + 18O Sg + 4n

249
Unsur 106 dibuat dengan reaksi Cf(18O,4n)263X, yang memancarkan alfa menjadi
rutherfordium, kemudian emisi alfa menjadi nobelium, dilanjutkan dengan peluruhan alfa
antara rutherfordium dan nobelium. Unsur ini diidentifikasi memiliki energi alfa 9.06 dan
9.25 MeV dengan masa waktu paruh 0,9±0,2 detik (Anonymous, 2008).
54
Di Dubna, ion Cr berkekuatan 280 MeV dari siklotron 310 cm digunakan untuk
206 207 208
menghantam target Pb, Pb, dan Pb pada waktu yang berbeda. Foil digunakan pada
lempeng target untuk mendeteksi aktivitas fisi spontan. Diketahui kemudian, bahwa foil
teretsa dan secara mikroskopi terdapat sejumlah jejak reaksi fisi dan aktivitas fisi waktu
paruh. Percobaan lainnya dibuat untuk memperoleh kepastian tentang penemuan unsur ini
(Anonymous, 2008).

2.4.6. Reaksi dan Persenyawaan Seaborgium


Sedikit penelitian yang dilakukan tentang seaborgium secara kimia yaitu menyatakan
bahwa seaborgium cenderung memilih bilangan oksidasi +6 dan membentuk oksi-anion
SgO42- dan senyawa SgO2Cl2 yang sesuai dengan posisinya yang terletak pada golongan VI B
dalam tabel periodik (Anonymous, 2009).

2.4.7. Bahaya Seaborgium


Bahaya unsur seaborgium belum diketahui. Karena sangat tidak stabil, nilai yang
terbentuk akan terurai menjadi unsur-unsur lainnya sangat cepat sehingga tidak ada alasan
untuk mempelajari pengaruh terhadap kesehatan manusia. Karena sangat singkat-setengah
hidupnya (21 detik), tidak ada alasan untuk mempertimbangkan efek seaborgium di
lingkungan.

30
Kecenderungan Logam-logam Golongan VIB
Karakteristik logam-logam golongan VIB dapat dilihat pada Tabel berikut:
Beberapa sifat unsur-unsur transisi golongan VIB
No. Karakteristik 24Cr 42Mo 74W 106Sg

1. Fase Padat Padat Padat Dianggap


Padat
2. Kelimpahan 122 1,2 1,2 -
(ppm)
3. Densitas (g/cm3) 7,15 (25 oC) 10,28 (25 oC) 19,25 (25 oC) 35 (25 o
C)
(perkiraan)
4. Titik leleh (oC) 1907 2623 3422 -
5. Titik didih (oC) 2671 4639 5555 -
6. Jari-jari atom 128 139 139 132
(pm) (BK=12) (terhitung)
7. Konfigurasi [18Ar] 3d5 4s1 [36Kr] 4d5 5s1 [54Xe] 4f14 5d4 Diperkirakan
elektronik 6s2 [86Rn] 7s2
5f14 6d4
8. Elektronegativitas 1,66 (skala 1,8 (skala 1,7 (skala -
Pauling) Pauling) Pauling)
9. Energi ionisasi E1: 652,9 E1: 684,3 E1: 770 -
kJ/mol kJ/mol kJ/mol
E2:1590,6 E2: 1560 E2: 1700
kJ/mol kJ/mol kJ/mol
E3: 2987 E3: 2618 E3: 2300
kJ/mol kJ/mol kJ/mol
10. Bilangan +2, +3, (+4), +3, +4, +5, +6 (+2), (+3), +4, -1, +1, +2,
Oksidasi +6 (oksida (oksida asam +5, +6 (oksida +3, +4, +5,
asam kuat) kuat) asam lemah) +6 (oksida
asam lemah)

(dalam tanda kurung adalah bilangan oksidasi yang tidak umum).

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Fase unsur golongan VIB seluruhnya adalah padat.
b. Titik didih dan titik leleh dari unsur Cr sampai W semakin besar nilainya.
c. Jari-jari atom
Telah diketahui dari tabel Sistem Periodik Unsur bahwa semakin banyak Nomor
Atom maka semakin banyak kulit yang dimiliki atom tersebut sehingga semakin besar
jari-jarinya. Jadi dapat dikatakan bahwa dari unsur Cr sampai Sg, jari-jari makin
besar.
d. Densitas
Dari data yang terlihat di atas, kerapatan dari unsure Cr sampai Sg semakin besar.
e. Elektronegativitas
Besarnya keelektonegativitas unsure golongan VIB dari atas ke bawah (Cr sampai W)
tidak linier. Dimana unsur Molibdenum yang mempunyai harga keelektonegativitas
yang paling besar diantara unsur golongan VIB.
f. Energi Ionisasi
Besarnya Energi Ionisasi dari atas ke bawah (Cr sampai W), cenderung naik
harganya.
g. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi yang umumnya dimiliki unsur-unsur golongan VIB adalah +3, +4,
+6.
h. Logam golongan VIB pada tingkat oksidasi rendah semakin tidak stabil dengan
naiknya nomor atom. Konfigurasi electron untuk kromium dan molybdenum
menyimpang dari diagram aufbau.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson. 1989. Dasar Kimia Anorganik. UI Press : Yogyakarta.


Day dan Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuntitatif. Erlangga : Jakarta.
Petrucci. 1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga : Jakarta.
Wardika, F. 2013. Makalah Golongan VI B. (Online) . https://www.academia.edu/28483096/
unsur_kimia_dan_sifat_golongan_VI_B.docx. (Diakses pada tanggal 1 September
2019).

33

Anda mungkin juga menyukai