komponen lebih dapat campur karena mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi
komponen-komponen itu membentuk komponen pada suhu kritis (Tc). Sistem
kompleks yang lemah, pada temperatur ini mempunyai suhu kritis (Tc) pada
lebih tinggi kompleks itu terurai dan tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada
kedua komponen kurang dapat saat dua zat bercampur secara homogen
bercampur (Helmilia, 2017) dengan komposisi Cc. Pada suhu T1
dengan komposisi di antara A1 dan B1
Kurva Sistem Biner Fenol Air atau pada suhu T2 dengan komposisi di
Sistem biner fenol - air antara A2 dan B2, sistem berada pada dua
merupakan sistem yang memperlihat- fase (keruh). Sedangkan di luar daerah
kan sifat kelarutan timbal balik antara kurva (atau diatas suhu kritisnya, Tc),
fenol dan air pada suhu tertentu dan sistem berada pada satu fase (jernih)
tekanan tetap. Disebut sistem biner (Putri, 2015).
karena jumlah komponen campuran
terdiri dari dua zat yaitu 2 fenol dan air. Perbedaan Campuran Biner dan
Fenol dan air kelarutanya akan berubah Azeotrop
apabila dalam campuran itu ditambahan Campuran biner adalah
salah satu komponen penyusunnya yaitu campuran yang terdiri atas dua zat yang
fenol atau air. Jika komposisi campuran dapat bercampur dan dapat dipisahkan
fenol air dilukiskan terhadap suhu akan dengan metode destilasi. Campuran
diperoleh kurva sebagai berikut. Azeotrop merupakan campuran
komponen pada komposisi tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa
berubah hanya melalui distilasi biasa.
Ketika campuran azeotrop dididihkan,
fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa
cairnya. Campuran azeotrop ini sering
Gambar 2 Kurva Sistem Biner Fenol dan
disebut juga Constant boiling mixture
Air
(Batutah, 2017).
L1 adalah fenol dalam air, L2
adalah air dalam fenol, XA dan XF
masingmasing adalah mol fraksi air dan
30
20
Hasil percobaan ini dipengaruhi
10 oleh beberapa faktor. Menurut penelitian
0
0,88 0,9 0,92 0,94 0,96 0,98
yang dilakukan Mustikasari pada tahun
Fraksi Air 2015 tentang kelarutan timbal balik
sistem biner fenol air, faktor yang
Grafik 1. Hubungan Fraksi mol Air mempengaruhi kelarutan timbal balik
dengan suhu adalah konsentrasi dan temperatur.
Berdasarkan grafik 1 dapat Semakin banyak pelarut yang
diketahui hubugan antara fraksi air ditambahkan, maka semakin lama
dengan suhu. Grafik tersebut mencapai temperatur kritis.
menunjukkan bahwa fraksi air
berbanding lurus dengan suhu. Grafik KESIMPULAN
tersebut berbentuk parabola. Jika Berdasarkan percobaan yang
diamati, grafik tersebut akan terus naik dilakukan didapatkan kurva komposisi
hingga mencapai temperature kritis. sistem biner fenol – air terhadap suhu
Temperatur kritis pada grafik tersebut pada tekanan tetap. Kurva tersebut
adalah 58,5 °C dengan fraksi mol air berbentuk parabola yang berdasarkan
sebesar 0,9409. Semakin besar pada bertambahnya persen fenol dalam
temperatur kritisnya maka fraksi mol setiap perubahan temperatur baik di
atau kelarutannya juga semakin besar. bawah temperatur kritis. Temperatur
Pada penambahan aquadest berlebih kritis kelarutan timbal balik system
temperatur kritis semakin turun. Hal ini fenol-air adalah 58,5 °C. Fraksi mol air
karena semakin banyak pelarut, semakin pada temperature kritis adalah 0,9409.
mudah suatu zat untuk larut, sehingga Sedangkan fraksi mol fenol pada
tidak memerlukan temperatur yang temperature kritis adalah 0,059.
tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil percobaan tersebut sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Batutah 2017, ‘Distilasi Bertingkat Bioetanol Dari Buah Maja’, Jurnal IPTEK, Vol. 21,
No. 2, hh. 9-18.
Castellan, G 1983, Physical Chemistry, Addison-Wesley Publishing Company, London.
Hardeli 2013, Kesetimbangan Fasa, Universitas Negeri Padang, Padang
Helmilia 2017, ‘Kelarutan Dua Cairan Yang Saling Bercampur Sebagian’, Jurnal Kimia,
Vol. 1 No.1, hh.1-11.
Isana 2007, ‘Sifat Termodinamik Sistem Biner Etanol-Air’, Jurnal Pendidikan Kimia
UNY, Vol. 1, No. 1
Kurniati, E 2007, ‘Penurunan Konsentrasi Detergen pada Limbah Industri Laundry
dengan Metode Pengendapan’, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.1, No.1
Mustikasari, D 2015, ‘Kelarutan Timbal Balik Sistem Biner Fenol-Air’, Jurnal Praktikum
Teknik Kimia UNS’, Vol.1, No.3
Putri, L 2012, ‘Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu’, Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Jember, Vol.1, No.1
Wibawa, A 2015, Kimia Biofisika Cairan Tubuh, Universitas Udayana Bali
Widjajanti 2008, Kesetimbangan Fasa, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Yazid 2005, Buku Kimia Fisika untuk Paramedis, Andi: Yogyakarta
LAMPIRAN
Data
Massa fenol yang ditimbang = 4 gram
Tabel 1 Penambahan aquades sampai terjadi kekeruhan pertama
No Aquades (ml) Pengamatan T1 (oC) T2 (oC) T rata-rata
1 2,8 Larutan Jenuh 56 42 49
Perhitungan
1. Perhitungan Persen Massa Fenol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
% 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
a. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+6,4)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 38,4615
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
b. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+8,4)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 32,2580
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
c. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+10,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 28,1690
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
d. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+12,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 24,6913
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
e. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+14,6)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 21,5053
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
f. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+16,6)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 19,4174
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
g. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+19,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 17,241
19,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
g. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 1,0666
18