Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


Cindy Saskia Damayanti, 19031010029
Hasna Fairiza, 19031010030
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
e-mail : 19031010029@student.upnjatim.ac.id
Abstrak
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan
fenol dalam air. Percobaan kelarutan timbal balik sistem biner fenol air dilakukan dengan cara mentitrasi
fenol dengan hingga keruh. Kemudian memanaskan fenol yang keruh sampai menjadi bening kembali dan
diukur suhunya sebagai T1. Kemudian mendinginkan fenol bening tersebut dengan air mengalir sampai
keruh kembali dan mencatat suhu fenol T 2. Berdasarkan data yang sudah diperoleh dapat disimpulkan
bahwa kurva yang didapat dari percobaan kelarutan timbal balik sistem biner fenol air berbentuk parabola
yang berdasarkan pada bertambahnya persen fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah
temperatur kritis. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan temperatur kritis sebesar 58,5°C.
Fraksi mol air pada temperature kritis adalah 0,9409. Sedangkan fraksi mol fenol pada temperature kritis
adalah 0,059. Pengaruh temperatur terhadap kelarutan timbal balik sistem biner adalah kelarutan suatu
campuran biner, apabila suatu campuran biner dimana campuran akan tetap homogen selama temperaturnya
diatas temperatur kritis, apabila dibawah temperatur kritis maka campuran akan menjadi 2 fasa kembali
seperti awal.

Kata Kunci : Air; Fenol; Kelarutan; Sistem Biner; Temperatur kritis.

PENDAHULUAN di bawah temperatur kritis. Jika


Suatu sistem yang mengandung mencapai temperatur kritis, maka larutan
satu macam zat disebut zat murni dan tersebut dapat bercampur sempurna
jika lebih disebut campuran. Zat murni (homogen) dan jika temperaturnya telah
atau campuran dalam sistem dapat melewati temperatur kritis maka sistem
berwujud padat, cair atau gas. larutan tersebut akan kembali dalam
Berdasarkan penyebaran partikel- kondisi bercampur sebagian lagi. Salah
partikelnya, sistem dibagi dua yaitu satu contoh dari temperatur timbal balik
homogen dan heterogen. Sistem disebut adalah kelarutan fenol dalam air yang
homogen jika mempunyai satu fasa dan membentuk kurva parabola yang
disebut heterogen bila ada dua fasa atau berdasarkan pada bertambahnya persen
lebih. fenol dalam setiap perubahan temperatur
Kelarutan timbal balik adalah baik di bawah temperatur kritis.
kelarutan dari suatu larutan yang Aplikasi kelarutan timbal balik
bercampur sebagian bila temperaturnya dalam dunia industri adalah pada

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


1
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

pembuatan reaktor kimia pada proses Pada umumnya pelarut


pemisahan dengan cara pengkristalan merupakan suatu cairan yang berupa zat
integral. Selain itu, juga digunakan pada murni maupun zat campuran. Sedangkan
proses pembuatan logam besi. Aplikasi zat yang terlarut, dapat berupa gas,
lain dari kelarutan timbal balik ini adalah cairan lain, atau padat. Kelarutan ini
pada ekstraksi minyak bunga cengkeh, sangat bervariasi dari yang selalu larut
ekstraksi minyak jahe, menurunkan seperti etanol dalam air, hingga yang
kadar kafein pada the dan kopi, serta sukar larut seperti perak klorida dalam
dalam bidang farmasi biasa digunakan air. Dalam beberapa kondisi, titik
dalam pembuatan suplemen yang berasal kesetimbangan kelarutan dapat
dari minyak ikan. Berdasarkan uraian dilampaui untuk menghasilkan suatu
diatas, maka perlu dilakukan percobaan larutan yang disebut lewat jenuh yang
ini agar dapat mengetahui prinsip dari metastabil (Helmilia, 2017)
kelarutan timbal balik serta dapat
mengaplikasikannya dalam bidang Kelarutan Timbal Balik
industri. Kelarutan timbal balik adalah
kelarutan dari suatu larutan yang
TEORI bercampur sebagian bila temperaturnya
Kelarutan di bawah temperatur kritis. Jika
Kelarutan adalah kemampuan zat mencapai temperatur kritis, maka larutan
terlarut (solute) untuk dapat larut dalam tersebut dapat bercampur sempurna
pelarut (solvent) tertentu. Kelarutan (homogen) dan jika temperaturnya telah
dapat dijelaskan sebagai kemampuan melewati temperatur kritis maka sistem
jumlah maksimum zat kimia tertentu larutan tersebut akan kembali dalam
yang dapat larut dalam suatu pelarut kondisi bercampur sebagian lagi. Salah
pada kesetimbangan. Zat-zat tertentu satu contoh dari temperatur timbal balik
dapat larut dengan perbandingan adalah kelarutan fenol dalam air yang
komposisi berapa pun terhadap suatu membentuk kurva parabola yang
pelarut (solvent). Sifat ini disebut juga berdasarkan pada bertambahnya persen
dengan misable. Pelarut yang digunakan fenol dalam setiap perubahan temperatur
pada umumnya di dalam suatu cairan baik di bawah temperatur kritis
berupa cairan gas atau padat. Misalnya (Helmilia, 2017)
etanol di dalam air.

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


2
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

Jenis Larutan bila hasil kali konsentrasi ion lebih kecil


Larutan dibedakan berdasarkan dari pada Ksp
daya hantar listrik dan juga tingkat b. Larutan jenuh
kejenuhan. Larutan jenuh yaitu suatu larutan
1. Berdasarkan Daya Hantar Listrik yang mengandung sejumlah solute yang
a. Larutan Elektrolit larut dan mengadakan kesetimbangn
Larutan elektrolit adalah larutan dengan solut padatnya. Atau dengan kata
yang dapat menghantarkan arus listrik. lain, larutan yang partikel- partikelnya
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
mempunyai daya hantar listrik kuat, dengan konsentrasi maksimal). Larutan
karena zat terlarutnya saat berada di dalam jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi
pelarut (umumnya air), seluruhnya
ion sama dengan Ksp berarti larutan
berubah menjadi ion-ion (α = 1). Larutan
tepat jenuh.
elektrolit lemah adalah larutan yang daya
c. Larutan sangat jenuh
hantar listriknya lemah dan derajad
Larutan sangat jenuh (kelewat
disosiasi 0 < α < 1.
jenuh) yaitu suatu larutan yang
b. Larutan Non Elektrolit
mengandung lebih banyak solute
Larutan non elektrolit adalah
daripada yang diperlukan untuk larutan
larutan yang tidak dapat menghantarkan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam
yang tidak dapat lagi melarutkan zat
pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion
terlarut sehingga terjadi endapan.
(tidak mengion).
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion lebih besar dari
2. Berdasarkan Tingkat Kejenuhan
pada Ksp berarti larutan lewat jenuh
a. Larutan tak jenuh
(mengendap) (Wibawa, 2015).
Larutan tak jenuh yaitu larutan
yang mengandung solute (zat terlarut)
Campuran Homogen dan Heterogen
kurang dari yang diperlukan untuk
Campuran homogen adalah
membuat larutan jenuh. Atau dengan
sistem dengan spesies-spesies yang
kata lain, larutan yang partikel-
berada dalam fasa yang sama sebagai
partikelnya tidak tepat habis bereaksi
contoh campuran homogeny adalah
dengan pereaksi (masih bisa melarutkan
larutan garam dalam air atau campuran
zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila
alkohol dan air. Campuran Heterogen

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


3
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

adalah reaksi larutan yang berlangsung 2. Pengaruh Temperatur


antara dua fasa atau lebih. Jadi pada Jika proses pelarutan bersifat
sistem heterogen dapat dijumpai reaksi endoterm, maka kelarutannya bertambah
antara padat dan gas, atau antara padat pada temperatur yang lebih tinggi.
dan cair (Petrucci, 1987). Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat
eksoterm, maka kelarutannya berkurang
Perbedaan Fasa dan Wujud pada suhu yang lebih tinggi.
Fasa adalah sejumlah zat yang
homogen baik secara kimia atau fisika, 3. Pengaruh tekanan pada kelarutan
atau dapat dikatakan bahwa sebuah Perubahan tekanan pengaruhnya
sistem yang homogen, sementara wujud kecil terhadap kelarutan zat cair atau
zat adalah bentuk-bentuk berbeda yang padat. Kelarutan gas sebanding dengan
diambil oleh berbagai fase materi tekanan partial gas itu. Menurut hukum
berlainan sehingga belum tentu termasuk Henry, massa gas yang melarut dalam
dalam sistem yang homogen sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
(Sastrohamdjojo, 2018) berbanding lurus dengan tekanan yang
dilakukan oleh gas itu (tekanan partial),
Faktor Kelarutan Timbal Balik yang berada dalam kesetimbangan
Faktor-faktor yang dengan larutan itu (Wibawa, 2015).
mempengaruhi kelarutan timbal balik
antara lain : Perhitungan Mol, Fraksi mol, dan
1. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan %Massa
Zat-zat dengan struktur kimia yang 1. Mol
mirip umumnya dapat saling bercampur Mol adalah pembagian antara massa
dengan baik, sedangkan zat-zat yang suatu zat dengan massa molekul zat
struktur kimianya berbeda umumnya tersebut.
𝑔𝑟𝑎𝑚
kurang dapat saling bercampur (like 𝑀𝑜𝑙 = ........... (1)
𝑀𝑟
dissolves like). Senyawa yang bersifat
polar akan mudah larut dalam pelarut 2. Persen Massa
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan Persen massa menunjukkan massa
mudah larut dalam pelarut nonpolar. suatu zat dalam 100 gram larutannya
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
%𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑥 100% ..(2)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


4
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

3. Fraksi mol (X) Jenis Sistem Berdasarkan Komponen


Fraksi mol adalah perbandingan Aturan fasa mengatur hubungan
jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah antara jumlah komponen, jumlah fasa
mol seluruh zat dalam larutan. Jika dan derajad kebebasan suatu sistem.
dalam larutan terdapat n1 mol zat A dan Menurut aturan fasa
n2 mol zat B, maka fraksi mol (X) F= C-P+2 ..................(8)
masing-masing zat dirumuskan: 1. Sistem Satu Komponen
𝑛1 Untuk sistem 1 komponen aturan
𝑋𝐴 = …………(3)
𝑛1+𝑛2
𝑛2 fasa berubah menjadi
𝑋𝐵 = …………(4)
𝑛1+𝑛2
F= 3-P .....................(9)
Hubungan fraksi mol kedua zat dalam
Karena fasa tidak mungkin = 0, maka
larutan, berlaku :
derajad kebebasan masimum adalah 2
XA + XB = 1………..(5)
artinya sistem 1 komponen paling
(Yazid, 2005)
banyak memiliki 2 variabel intensif
untuk menyatakan keadaan sistem yaitu
Hukum Raoult
P (tekanan) dan T (suhu).
Hukum Raoult menyatakan
bahwa pada suhu dan tekanan tertentu,
tekanan parsial uap komponen A (PA)
dalam campuran sama dengan hasil kali
antara tekanan uap komponen murni A
(PAmurni) dan fraksi molnya XA.
PA = PAmurni . XA ………….(6)

Sedang tekanan uap totalnya adalah :


Gambar 1. Diagram Fasa Air
Ptot = PAmurni . XA + PB murni
. XB …(7)
Diagram ini menggambarkan
hubungan antara tekanan dan suhu pada
Dari persamaan tersebut di atas diketahui
sistem 1 komponen air. Titik tripel
bahwa tekanan uap total suatu campuran
memperlihatkan suhu dimana air
cairan biner tergantung pada tekanan uap
mempunyai 3 fasa yaitu padat, cair dan
komponen murni dan fraksi molnya
gas.
dalam campuran (Fatimura, 2014).

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


5
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

2. Sistem Dua Komponen Sistem biner dapat bersifat ideal


Sistem 2 komponen dapat berupa maupun tidak. Bila sistem biner bersifat
campuran dari fasa cair- gas, cair- cair, ideal maka akan mengikuti hukum
fasa padat- cair, ataupun padat- padat. Raoult pada seluruh kisaran komposisi,
Karakteristik setiap campuran sangat sehingga akan memiliki perubahan
khas, misalnya ada sistem cair- cair yang volum, ΔVcamp dan perubahan entalpi,
membentuk campuran yang homogen ΔHcamp yang berharga nol. Sistem biner
atau 1 fasa pada segala P,T dan tidak ideal melibatkan sifat-sifat molal
komposisi, tetapi ada pula yang hanya parsial, seperti volum molal parsial dari
membentuk 1 fasa pada P,T atau komponen-komponen dalam larutan,
komposisi tertentu. perubahan entalpi molal parsial atau
Diagram fasa untuk sistem dua perubahan entalpi diferensial larutan,
komponen digambarkan sebagai fungsi perubahan energi dalam parsial molal,
komposisi terhadap tekanan atau dan energi bebas molal parsial atau
komposisi terhadap suhu. Oleh sebab itu potensial kimia (Isana, 2007).
aturan fasa berubah menjadi F = C –P+1
karena salah satu variabel (P atau T) Temperatur Kritis
dalam keadaan konstan. Derajad Temperatur kritik atau titik kritis
kebebasan (F) menjadi yaitu suhu yang menunjukkan bahwa
F = 2-P. ...................(10) pada temperature tersebut adalah batas
(Widjajanti, 2008) terendah sistem dalam keadaan dua fasa,
di atas temperature tersebut kedua cairan
Sistem Biner melarut sempurna dalam segala
Sistem biner adalah sistem yang komposisi (Widjajanti, 2008).
terdiri atas dua zat yang dapat bercampur Temperatur kritis(Tc) adalah
sistem ini dapat dipisahkan dengan batas atas temperatur dimana terjadi
metode destilasi. Dalam percobaan ini pemisahan fase. Diatas temperatur batas
digunakan fenol dan air. Sistem biner atas, kedua komponen benar-benar
fenol-air merupakan sistem yang tercampur. Temperatur ini ada gerakan
memperlihatkan sufat kelarutan timbal termal yang lebih besar menghasilkan
balik antara fenol dan air pada suhu kemampuan campur yang lebih besar
tertentu dan tekanan tetap (Castellan, pada kedua komponen. Dalam hal ini
1983) pada temperatur rendah kedua

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


6
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

komponen lebih dapat campur karena mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi
komponen-komponen itu membentuk komponen pada suhu kritis (Tc). Sistem
kompleks yang lemah, pada temperatur ini mempunyai suhu kritis (Tc) pada
lebih tinggi kompleks itu terurai dan tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada
kedua komponen kurang dapat saat dua zat bercampur secara homogen
bercampur (Helmilia, 2017) dengan komposisi Cc. Pada suhu T1
dengan komposisi di antara A1 dan B1
Kurva Sistem Biner Fenol Air atau pada suhu T2 dengan komposisi di
Sistem biner fenol - air antara A2 dan B2, sistem berada pada dua
merupakan sistem yang memperlihat- fase (keruh). Sedangkan di luar daerah
kan sifat kelarutan timbal balik antara kurva (atau diatas suhu kritisnya, Tc),
fenol dan air pada suhu tertentu dan sistem berada pada satu fase (jernih)
tekanan tetap. Disebut sistem biner (Putri, 2015).
karena jumlah komponen campuran
terdiri dari dua zat yaitu 2 fenol dan air. Perbedaan Campuran Biner dan
Fenol dan air kelarutanya akan berubah Azeotrop
apabila dalam campuran itu ditambahan Campuran biner adalah
salah satu komponen penyusunnya yaitu campuran yang terdiri atas dua zat yang
fenol atau air. Jika komposisi campuran dapat bercampur dan dapat dipisahkan
fenol air dilukiskan terhadap suhu akan dengan metode destilasi. Campuran
diperoleh kurva sebagai berikut. Azeotrop merupakan campuran
komponen pada komposisi tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa
berubah hanya melalui distilasi biasa.
Ketika campuran azeotrop dididihkan,
fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa
cairnya. Campuran azeotrop ini sering
Gambar 2 Kurva Sistem Biner Fenol dan
disebut juga Constant boiling mixture
Air
(Batutah, 2017).
L1 adalah fenol dalam air, L2
adalah air dalam fenol, XA dan XF
masingmasing adalah mol fraksi air dan

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


7
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

Aplikasi Kelarutan Timbal Balik HASIL DAN PEMBAHASAN


Aplikasi kelarutan dalam dunia Tabel 1. Perhitungan Fraksi Mol
industri adalah pada pembuatan reaktor Fenol Air Terhadap Suhu
kimia pada proses pemisahan dengan
T °C Fraksi Fenol Fraksi Air
cara pengkristalan integral, selain itu
33 0,1068 0,8931
juga dapat digunakan untuk dasar atau
48 0,0835 0,9164
ilmu dalam proses pembuatan granul-
54 0,0698 0,9301
granul pada indusiri baja (Mustikasari,
58,5 0,0590 0,9409
2015).
51 0,0498 0,9501
44 0,0441 0,9558
METODOLOGI
31 0,0383 0,9616
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini berupa fenol seberat 4
Berdasarkan data perhitungan
gram dan aquadest. Sedangkan alat yang
pada fraksi mol fenol air pada tabel 1
digunakan adalah termometer, gelas
dapat diketahui besar fraksi mol fenol
kimia 1 liter, tabung reaksi diameter 4
dan fraksi mol air pada suhu rata-rata.
cm, pemanas, pengaduk, buret, statif dan
Suhu rata-rata yang diperoleh dari T1 dan
klemnya.
T2 secara berturut turut adalah 33°C;
Prosedur praktikum yang pertama
48°C; 54°C ; 58,5°C ; 51°C; 44°C; 31°C.
yaitu mengisi tabung kosong dengan 4
Fraksi mol fenol pada suhu tersebut
gram fenol kemudian dititrasi dengan
secara berturut turut adalah 0,1068;
aquadest hingga keruh, catat ml aquadest
0,0835; 0,0698; 0,0590; 0,0498; 0,0441;
yang didapat. Lalu fenol yang keruh
0,0383. Sedangkan fraksi mol air pada
dipanaskan sampai menjadi bening
suhu tersebut secara berturut turut adalah
kembali dan diukur suhunya (T1).
0,8931; 0,9164; 0,9301; 0,9409; 0,9501;
Tabung yang berisi fenol bening tersebut
0,9558; 0,9616. Berdasarkan data
lalu didinginkan dengan air mengalir
tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu
sampai keruh kembali, fenol keruh
berbanding lurus dengan fraksi mol air,
dalam tabung diukur suhunya sebagai T2.
namun berbanding terbalik dengan fraksi
Lalu ulangi prosedur tersebut dengan
mol fenol.
menambah aquadest sesuai variasi
volume yang diminta.

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


8
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

dengan teori, dimana kelarutan


Hubungan Fraksi Air dengan Suhu berbanding lurus dengan temperatur,
70
semakin tinggi temperaturnya semakin
60
50 besar kelarutan yang didapat (Kurniati,
40 2007).
Suhu

30
20
Hasil percobaan ini dipengaruhi
10 oleh beberapa faktor. Menurut penelitian
0
0,88 0,9 0,92 0,94 0,96 0,98
yang dilakukan Mustikasari pada tahun
Fraksi Air 2015 tentang kelarutan timbal balik
sistem biner fenol air, faktor yang
Grafik 1. Hubungan Fraksi mol Air mempengaruhi kelarutan timbal balik
dengan suhu adalah konsentrasi dan temperatur.
Berdasarkan grafik 1 dapat Semakin banyak pelarut yang
diketahui hubugan antara fraksi air ditambahkan, maka semakin lama
dengan suhu. Grafik tersebut mencapai temperatur kritis.
menunjukkan bahwa fraksi air
berbanding lurus dengan suhu. Grafik KESIMPULAN
tersebut berbentuk parabola. Jika Berdasarkan percobaan yang
diamati, grafik tersebut akan terus naik dilakukan didapatkan kurva komposisi
hingga mencapai temperature kritis. sistem biner fenol – air terhadap suhu
Temperatur kritis pada grafik tersebut pada tekanan tetap. Kurva tersebut
adalah 58,5 °C dengan fraksi mol air berbentuk parabola yang berdasarkan
sebesar 0,9409. Semakin besar pada bertambahnya persen fenol dalam
temperatur kritisnya maka fraksi mol setiap perubahan temperatur baik di
atau kelarutannya juga semakin besar. bawah temperatur kritis. Temperatur
Pada penambahan aquadest berlebih kritis kelarutan timbal balik system
temperatur kritis semakin turun. Hal ini fenol-air adalah 58,5 °C. Fraksi mol air
karena semakin banyak pelarut, semakin pada temperature kritis adalah 0,9409.
mudah suatu zat untuk larut, sehingga Sedangkan fraksi mol fenol pada
tidak memerlukan temperatur yang temperature kritis adalah 0,059.
tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil percobaan tersebut sesuai

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


9
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

DAFTAR PUSTAKA

Batutah 2017, ‘Distilasi Bertingkat Bioetanol Dari Buah Maja’, Jurnal IPTEK, Vol. 21,
No. 2, hh. 9-18.
Castellan, G 1983, Physical Chemistry, Addison-Wesley Publishing Company, London.
Hardeli 2013, Kesetimbangan Fasa, Universitas Negeri Padang, Padang
Helmilia 2017, ‘Kelarutan Dua Cairan Yang Saling Bercampur Sebagian’, Jurnal Kimia,
Vol. 1 No.1, hh.1-11.
Isana 2007, ‘Sifat Termodinamik Sistem Biner Etanol-Air’, Jurnal Pendidikan Kimia
UNY, Vol. 1, No. 1
Kurniati, E 2007, ‘Penurunan Konsentrasi Detergen pada Limbah Industri Laundry
dengan Metode Pengendapan’, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.1, No.1
Mustikasari, D 2015, ‘Kelarutan Timbal Balik Sistem Biner Fenol-Air’, Jurnal Praktikum
Teknik Kimia UNS’, Vol.1, No.3
Putri, L 2012, ‘Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu’, Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Jember, Vol.1, No.1
Wibawa, A 2015, Kimia Biofisika Cairan Tubuh, Universitas Udayana Bali
Widjajanti 2008, Kesetimbangan Fasa, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Yazid 2005, Buku Kimia Fisika untuk Paramedis, Andi: Yogyakarta

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


10
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

LAMPIRAN

Data
Massa fenol yang ditimbang = 4 gram
Tabel 1 Penambahan aquades sampai terjadi kekeruhan pertama
No Aquades (ml) Pengamatan T1 (oC) T2 (oC) T rata-rata
1 2,8 Larutan Jenuh 56 42 49

Tabel 2 Penambahan aquades setelah jadi kekeruhan


Massa (gram) Suhu (oC) % Massa Mol Fraksi Mol
Aquades
No T
(ml) Fenol Air T1 T2 Fenol Air Fenol Air Fenol Air
rata
1 3,6 4 6,4 34 32 33 38,46 61,53 0,04 0,35 0,10 0,89
2 2 4 8,4 54 42 48 32,25 67,74 0,04 0,46 0,08 0,91
3 1,8 4 10,2 56 52 54 28,16 71,83 0,04 0,56 0,06 0,93
4 2 4 12,2 58 59 58,5 24,69 75,30 0,04 0,67 0,05 0,94
5 2,4 4 14,6 52 50 51 21,50 78,49 0,04 0,81 0,04 0,95
6 2 4 16,6 48 40 44 19,41 80,58 0,04 0,92 0,04 0,95
7 2,6 4 19,2 32 30 31 17,24 82,75 0,04 1,06 0,03 0,96

Perhitungan
1. Perhitungan Persen Massa Fenol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
% 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
a. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+6,4)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 38,4615
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
b. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+8,4)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 32,2580
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
c. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+10,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 28,1690
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
d. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+12,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 24,6913
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
e. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+14,6)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 21,5053
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
f. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+16,6)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 19,4174

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


11
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
g. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+19,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 17,241

2. Perhitungan Persen Massa Air


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
% 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
6,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
a. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+6,4)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 61,5384
8,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
b. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+8,4)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 67,7419
10,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
c. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+10,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 71,8309
12,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
d. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+12,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 75,3086
14,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
e. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+14,6)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 78,4946
16,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
f. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+16,6)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 80,5825
19,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
g. % 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = (4+19,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 82,7586

3. Perhitungan Mol Fenol


𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 ( )
𝑚𝑜𝑙
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = = 0.0425 𝑚𝑜𝑙
94

4. Perhitungan Mol Air


𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
𝑛 𝑎𝑖𝑟 = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 𝑎𝑖𝑟 ( )
𝑚𝑜𝑙
6,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
a. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 0,3555
18
8,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
b. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 0,4666
18
10,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
c. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 0,5666
18
12,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
d. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 0,6777
18
14,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
e. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 0,8111
18
16,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
f. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 0,9222
18

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


12
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

19,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
g. 𝑛 𝑎𝑖𝑟 = = 1,0666
18

5. Perhitungan Fraksi Mol Fenol


𝑛 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙
𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 =
𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
0.0425
a. 𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = (0.0425+0,3555) = 0,1068
0.0425
b. 𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = = 0,0835
(0.0425+0,4666)
0.0425
c. 𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = (0.0425+0,5666) = 0,0698
0.0425
d. 𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = (0.0425+0,6777) = 0,0590
0.0425
e. 𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = (0.0425+0,8111) = 0,0498
0.0425
f. 𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = (0.0425+0,9222) = 0,0441
0.0425
g. 𝑋 𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 = (0.0425+1,0666) = 0,0383

6. Perhitungan Fraksi Mol Air


𝑛 𝑎𝑖𝑟
𝑋 𝑎𝑖𝑟 =
𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
0,3555
a. 𝑋𝑎𝑖𝑟 = (0.0425+0,3555) = 0,8930
0,4666
b. 𝑋𝑎𝑖𝑟 = (0.0425+0,4666) = 0,9164
0,5666
c. 𝑋 𝑎𝑖𝑟 = (0.0425+0,5666) = 0,9301
0,6777
d. 𝑋 𝑎𝑖𝑟 = (0.0425+0,6777) = 0,9409
0,8111
e. 𝑋 𝑎𝑖𝑟 = (0.0425+0,8111) = 0,9501
0,9222
f. 𝑋 𝑎𝑖𝑟 = (0.0425+0,9222) = 0,9558
0.894
g. 𝑋 𝑎𝑖𝑟 = (0.0425+1,0666) = 0,9616

KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL - AIR


13

Anda mungkin juga menyukai