Berat molekul suatu zat dapat dibuktikan melalui metode penurunan titik beku. Pembuktian berat
molekul ini ditentukan dari hubungan berat pelarut, berat zat terlarut, konstanta serta penurunan titik
beku. Pembuktian berat molekul melalui metode penurunan titik beku dilakukan dengan cara memasukkan
tabung reaksi yang berisi pelarut ke dalam beaker glass yang berisi air es dan garam dapur. Berdasarkan
hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa terdapat 3 bahan yang diamati yaitu aquadest dan zat A, benzene
dan naphthalene, serta aquadest dan zat C. Berat molekul secara perhitungan untuk zat A, naphthalene,
dan benzene secara berturut-turut adalah 102,03 gr/mol ; 142,52 gr/mol ; 101,66 gr/mol dan secara
percobaan untuk zat A, naphthalene, dan zat C secara berturut-turut adalah 58,44 gr/mol ; 128, 17 gr/mol;
180,156 gr/mol. Berdasarkan teori yang ada, berat molekul untuk zat A, naphthalene, dan zat C secara
berturut-turut adalah 58,44 gr/mol ; 128, 17 gr/mol; 180,156 gr/mol. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa berat molekul secara percobaan ini telah sesuai dengan teori.
Bila diamati dari hasil berat molekulnya, dapat diketahui bahwa sampel A adalah Natrium klorida, dan
sampel C adalah Glukosa. Kesesuaian hasil dari percobaan dengan teori ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu suhu, konsentrasi, serta jumlah partikel.
ditentukan dari hubungan berat pelarut, ion sesuai dengan hal-hal tersebut. Sifat
berat zat terlarut, dan konstanta koligatif larutan non-elektrolit lebih
penurunan titik beku serta penurunan rendah dari pada sifat koligatif larutan
titik beku. elektrolit.
Larutan murni (air) memiliki sifat
II. TEORI titik beku, titik didih, dan tekanan uap.
Sifat Koligatif Larutan Bila zat non elektrolit seperti gula, urea,
Sifat koligatif larutan adalah sifat dan gliserol dimasukkan ke dalam
larutan yang tidak bergantung pada jenis pelarut murni, maka akan mengubah
zat terlarut tetapi hanya bergantung pada sifat-sifat larutan tersebut. Perubahan
konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat tersebut meliputi penurunan titik beku,
koligatif larutan terdiri dari dua jenis, kenaikan titik didih, penurunan tekanan
yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan uap, dan menimbulkan tekanan osmosis.
sifat koligatif larutan nonelektrolit. Apabila suatu senyawa non-elektrolit
Meskipun sifat koligatif melibatkan terlarut di dalam pelarut, sifat-sifat
larutan, sifat koligatif tidak bergantung pelarut murni berubah dengan adanya zat
pada interaksi antara molekul pelarut dan terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik
zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah didih, titik beku, tekanan uap berbeda
zat terlarut yang larut pada suatu larutan. dengan pelarut murni. Adanya
Sifat koligatif terdiri dari penurunan perubahan ini bergantung pada jumlah
tekanan uap, kenaikan titik didih, partikel-partikel pelarut yang terdapat di
penurunan titik beku, dan tekanan dalam larutan.
osmotik (Sakinah, 2017) Jumlah partikel terlarut
Sifat koligatif adalah sifat larutan sebenarnya sebanding dengan berat jenis
yang tidak bergantung pada jenis zat larutannya, maka akan terdapat
terlarut tetapi bergantung pada hubungan, jika berat jenis bertambah
banyaknya partikel zat terlarut dalam maka akan menurunkan titik beku dan
larutan . Sifat koligatif larutan terdiri atas kenaikan titik didih dari pelarut
dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan murninya (Rusdiani, 2017)
elektrolit dan sifat koligatif larutan non Larutan non ideal mempunyai sifat
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut fisika yang berubah dari keadaan
dalam larutan elektrolit bertambah idealnya. Sifat ini disebut sebagai sifat
jumlahnya karena terurai menjadi ion- koligatif larutan yang hanya tergantung
pada jumlah partikel zat terlarut dan pelarutnya. Titik beku adalah suhu pada
tidak tergantung pada sifat dan keadaan perpotongan garis tekanan tetap pada 1
partikel. Larutan yang memiliki sifat atm dengan kurva peleburan. Sedangakn
koligatif harus memenuhi dua asumsi titik didih adalah suhu pada perpotongan
yaitu zat terlarut tidak mudah menguap garis tekanan tetap pada 1 atm dengan
sehingga tidak memeberikan kontibusi kurva penguapan. Penurunan titik beku
pada uapnya. Asumsi yang kedua adalah dan peningkatan titik didih, sama seperti
zat terlarut tidak larut dalam pelarut penurunan tekanan uap sebanding
padat. Sifat koligatif larutan dapat dengan konsentrasi fraksi molnya
digunakan untuk menentukan massa (Rohayati, 2010)
molekul relatif zat (Widjajanti, 2008)
Penurunan Titik Beku
Hukum Raoult Penurunan titik beku larutan
Hukum Raoult menyatakan adalah selisih antara titik beku suatu
bahwa pada suhu dan tekanan tertentu, pelarut dengan titik beku larutan, yang
tekanan parsial uap komponen A (PA) diakibatkan adanya penambahan zat
dalam campuran sama dengan hasil kali terlarut dalam pelarut tersebut
(PAmurni) dan fraksi molnya XA. Penurunan tekanan uap akibat zat
Ptot = PAmurni . XA + PBmurni . XB …(2) larutan. Gejala ini terjadi karena zat
Dari persamaan tersebut di atas diketahui terlarut tidak terlarut dalam fasa padat
bahwa tekanan uap total suatu campuran pelarut. Contohnya es murni selalu
cairan biner tergantung pada tekanan uap memisah ketika larutan dalam air
komponen murni dan fraksi molnya membeku. Agar tidak terjadi pemisahan
dalam campuran (Fatimura, 2014). zat terlarut dan pelarut ketika larutan
membeku, maka diperlukan suhu lebih
Titik beku larutan yaitu temperatur pada larutan menjadi fasa padatnya.
sempadan fase, namun adalah mungkin ∆Hf = Panas pelarutan modal dari
superkritis. Oleh karena itu, fase cair dan T = Titik beku larutan
Pada beberapa bagian diagram fase air, mempengaruhi penurunan titik beku
gradien yang negatif, menunjukkan 1. Berat molekul dan jumlah atom zat
lebih kecil daripada air (Sakinah, 2017). a. Semakin besar berat molekul
terlarut, maka semakin kecil
titik beku pelarutnya. Apabila larutan penyusun pada zat terlarut, maka
banyaknya zat terlarut yang terdapat jumlah mol zat terlarut terhadap
dalam suatu pelarut atau larutan. jumlah mol seluruh zat dalam
Molaritas adalah banyaknya mol zat n1 mol zat A dan n2 mol zat B, maka
terlarut daalam satu liter larutan. fraksi mol (X) masing-masing zat
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 dirumuskan:
𝑀= ……..(8)
𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑛1
𝑤 1000 𝑋𝐴 = …………(15)
𝑛1+𝑛2
𝑀= 𝑥 ………….(9)
𝐵𝑀 𝑣 𝑛2
𝑋𝐵 = …………(16)
2. Normalitas (N) 𝑛1+𝑛2
maka :
𝑤 1000 Aplikasi Penurunan Titik Beku
𝑁= 𝑥 …………(10)
𝐵𝐸 𝑣
Prinsip penurunan titik beku
𝐵𝑀
𝐵𝐸 = ……………..(11)
𝑎 banyak digunakan dalam berbagai
Hubunggan normalitas (N) dengan industri. Salah satunya adalah dalam
larutan yang mempunyai konsentrasi industri sistem pendingin seperti
K% dan kerapatan (BJ)= L, berlaku: pendingin ruangan dan kulkas. Selain
10 𝑥 𝐾 𝑥 𝐿𝑥 𝑎
𝑁= …………(12) itu, penurunan titik beku juga digunakan
𝐵𝑀
dengan sampel. Hal ini karena titik beku naphthalene, dan sampel C secara
suatu larutan akan berubah ketika ada berturut-turut adalah 58,44 gr/mol ; 128,
penambahan zat lain. Titik beku untuk 17 gr/mol; 180,156 gr/mol. Maka dapat
aquadest yang ditambahkan dengan disimpulkan bahwa berat molekul
sampel A adalah 20 oC, titik beku untuk berdasarkan percobaan telah sesuai
benzene yang ditambah dengan dengan teori. Bila diamati dari hasil berat
naphthalene adalah 6,5 oC, sedangkan molekulnya, dapat diketahui bahwa
titik beku untuk aquadest yang sampel A adalah Natrium klorida, dan
ditambahkan dengan sampel C adalah 3 sampel C adalah Glukosa.
o
C. Perbedaan titik beku dari pelarut Kesesuaian hasil dari percobaan
sebelum dan sesudah ditambah dengan dengan teori ini disebabkan oleh
sampel ini disebut dengan penurunan beberapa faktor. Faktor tersebut adalah
titik beku. Besar ketetapan penurunan suhu, konsentrasi, serta jumlah partikel.
titik beku pelarut aquadest adalah Semakin rendah suhu, maka titik
sebesar 19,67134 dan ketetapan bekunya semakin tinggi. Semakin besar
penurunan titik beku pelarut benzene konsentrasi, maka semakin rendah titik
adalah sebesar 714,444925. bekunya. Semakin banyak jumlah
Besar nilai berat molekul partikel zat terlarut, maka semakin
berdasarkan percobaan untuk aquadest rendah titik bekunya.
ditambah dengan sampel A , benzene
ditambah dengan naphthalene, dan V. KESIMPULAN
aquadest ditambah dengan sampel C Besar nilai berat molekul
secara berturut-turut adalah 58,44 gr/mol berdasarkan percobaan melalui metode
; 128, 17 gr/mol; 180,156 gr/mol. Besar penurunan titik beku untuk sampel A,
nilai berat molekul berdasarkan naphthalene, dan sampel C adalah 58,44
perhitungan untuk aquadest ditambah gr/mol ; 128, 17 gr/mol; 180,156 gr/mol.
dengan sampel A ,benzene ditambah Fungsi penambahan garam dapur pada es
dengan naphthalene, dan aquadest batu adalah untuk mempercepat
ditambah dengan sampel C secara pembekuan larutan karena adanya
berturut-turut adalah 102,03 gr/mol ; peningkatan konsentrasi yang
142,52 gr/mol ; 101,66 gr/mol. mengakibatkan titik bekunya semakin
Sedangkan berdasarkan teori yang ada, rendah. Pengaruh suhu terhadap
berat molekul untuk sampel A, konsentrasi adalah semakin tinggi
konsentrasi zat terlarut, maka semakin Matematika dan Sains, Vol. 3, No.
tinggi juga suhu atau semakin rendah 2, hh.123.
titik bekunya. Mulyono, 1996, ‘Pengukuran Titik Beku
Larutan Asetat-Asetamida’,
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Media Teknik, No. 2, hh.
76-78
Aksar, 2016, ‘Perhitungan Beban Rohayati, 2010, ‘Penurunan Titik Beku
Pendinginan Pada Gedung Larutan’, Jurnal Sains Kimia,
Pariwisata Baruga Sapta Sulawesi Vol.2, No.2.
Tenggara’, Jurnal Ilmiah Teknik Rusdiani, 2017, ‘Perbandingan Sifat
Mesin, Vol. 7, No. 2, hh. 41-46. Koligatif Campuran Larutan
Dwipantara, 2016, ‘Alat Penentuan Garam (NaCl, KCl, dan Na-
Penurunan Titik Beku Larutan Benzoat) dengan Air Zamzam
Berbahan Dasar Plastik’, Jurnal Berdasarkan Berat Jenisnya’, Al-
Pendidikan dan Pembelajaran Kimiya, Vol. 4, No. 1, hh. 9-16.
Kimia, Vol.5, No.2, hh. 293-307. Sakinah, 2017, ‘Sifat Koligatif Larutan’,
Fatimura, 2014, ‘Tinjauan Teoritis Jurnal Kimia Dasar, Vol. 1, No. 1.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Widjajanti, 2008, Kesetimbangan Fasa,
Operasi Pada Kolom Destilasi’, Universitas Negeri Yogyakarta,
Jurnal Media Teknik, Vol. 11, No. Yogyakarta.
1, hh. 23-31. Yazid, 2005, Buku Kimia Fisika untuk
Mulyani, 2015, ‘Sifat Koligatif Larutan Paramedis, Andi: Yogyakarta
Melalui Pembelajaran Berbasis
TIK’, Jurnal Pendidikan
APPENDIX
2. Benzen
𝑚 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑚 = 0,69856 𝑥 10 𝑚𝑙
𝑚 = 6,9856 𝑔𝑟𝑎𝑚
B. Percobaan
1. Aquadest
𝑚 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚 = 0,97833 𝑥 20 𝑚𝑙
𝑚 = 19,5666 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Benzen
𝑚 = 𝜌 𝑥 𝑣 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚 = 0,69856 𝑥 20 𝑚𝑙
𝑚 = 13,9712 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛 = 1,087033333 mol
2. Benzen
𝑚
𝑛= 𝐵𝑀
13,9712
𝑛= 78
𝑛 = 0,179117949 mol
III. Perhitungan Kf
A. Dalam Literatur
1. Aquadest : 274,51 K/mol
2. Benzen : 278,27 K/mol
B. Percobaan
1. Aquadest
𝑅 𝑥 𝑇02 𝑥 𝑤2
𝐾𝑓 = ∆𝐻𝑓 𝑥 𝑛
atm
0,082 L. .K x (273×273)K ×1 gr
mol
Kf =
285,8 K x 1,0870 mol
1. Benzen
R x T02 x w2
Kf = ∆Hf x n
atm
0,082 L. x (278,5x278,5)K x 1 gr
mol
Kf = 49,7 x 0,17911 mol
2. Benzen + Naphtalene
PEMBUKTIAN BERAT MOLEKUL DENGAN METODE PENURUNAN TITIK
BEKU 11
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II
Tf = (T0-T)C
Tf = (5,5-(-1))C
Tf = 6,5 + 273
Tf = 279,5K
3. Aquadest + zat C
Tf = (T0-T)C
Tf = (0-(-3))C
Tf = 3+ 273
Tf = 276K
B. Percobaan
1. Aquadest + zat A
𝑊2 1000
Tf = Kf × ×
𝐵𝑀 𝑊1
1 𝑔𝑟 1000
Tf = 19.67134523 × × 19,5666 𝑔𝑟
58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
Tf = 17.20317021
2. Benzen + Naphtalene
𝑊2 1000
Tf = Kf × ×
𝐵𝑀 𝑊1
1 𝑔𝑟 1000
Tf = 714.4449251 × 128,171 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
× 13,9712 𝑔𝑟
Tf = 398.9761796
3. Aquadest + zat C
𝑊2 1000
Tf = Kf × ×
𝐵𝑀 𝑊1
1 𝑔𝑟 1000
Tf = 19.67134523 × × 19,5666 𝑔𝑟
180,156 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
Tf = 5.580459529
1000 ×𝐾𝑓 ×1 𝑔𝑟
BM = 9,7833 𝑔𝑟 × ∆𝑇𝑓
BM = 102.0328705 gr/mol
2. Benzen + Naphtalene
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊𝑝 × ∆𝑇𝑓
1000 ×𝐾𝑓 ×1 𝑔𝑟
BM = 6,9856 𝑔𝑟 × ∆𝑇𝑓
BM = 142.5216566 gr/mol
3. Aquadest + zat C
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊𝑝 × ∆𝑇𝑓
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊𝑝 × ∆𝑇𝑓
BM = 101.6631862 gr/mol
B. Percobaan
1. Aquadest + zat A
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM =
𝑊1 × ∆𝑇𝑓
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
BM = 58.44 gr/mol
2. Benzen + Naphtalene
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
BM = 128.1705 gr/mol
3. Aquadest + zat C
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
1000 ×𝐾𝑓 ×𝑊2
BM = 𝑊1 × ∆𝑇𝑓
BM = 180.156 gr/mol