19031010120@student.upnjatim.ac.id
Abstrak
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan berat molekul zat terlarut secara perhitungan dengan metode
penurunan titik beku, mengetahui penurunan suhu saat pelarut murni ditambahkan dengan zat terlarut serta
mengetahui faktor yang mempengaruhinya. Pengukuran temperatur titik beku dengan menggunakan
thermometer didalam tabung reaksi besar pada beaker glass sebagai media ice bath sehingga diketahui
temperatur beku dari Aquadest+ A dan Aquadest+C pada suhu 273 ℃; Benzena +Naphtalene pada suhu
278.5 ℃; dan sehingga dapat disimpulkan terjadi penurunan titik beku sebesar 2 ℃ pada Aquadest+A; 6.5 ℃
pada Benzena+Naphtalene; 3 ℃ pada Aquadest+C;. Melalui penurunan titik beku didapat nilai berat molekul
secara perhitungan untuk Aquadest+A sebesar 49.9109 g/mol; Benzena+Naphtalene sebesar 57.2656 g/mol;
Aquadest+C sebesar 49.7301 g/mol.
Kata kunci Berat Molekul; Aquadest; Benzene; Naphtalene; Titik Beku; Pelarut;
elektrolit. Sifat koligatif larutan non (Tim Dosen PTK II, 2019).
elektrolit bernilai lebih rendah dari pada
Penurunan titik beku adalah sifat
sifat koligatif larutan non elektrolit. Bila
koligatif bersama dengan penurunan
zat non elektrolit seperti gula, gliserol dan
tekanan uap, elevasi titik didih dan
urea dimasukkan kedalam pelarut murni
tekanan osmotik. Teori penentuan
maka akan mengubah sifat – sifat larutan.
konsentrasi dengan titik beku
Perubahan dengan adanya zat
didefinisikan sebagai perbedaan antara
terlarut didalam pelarut bergantung pada
titik pembekuan pelarut dan titik beku
jumlah partikel – partikel yang terdapat
larutan dari titik beku larutan dari pelarut
didalam larutan. Jumlah partikel terlarut
dan zat terlarut (Oguamah, 2015).
sebanding dengan berat jenis larutan.
Sehingga bertambahnya berat jenis akan Sifat koligatif larutan non
menurunkan titik beku dan kenaikan titik elektrolit dapat digunakan untuk
didih dari pelarut murninya (Rusdiani, menentukan massa molar zat terlarut.
2017). Pada praktiknya, hanya penurunan titik
beku dan tekanan osmotik yang
Pada umumnya sifat koligatif
menunjukkan perubahan paling
larutan ditentukan banyaknya partikel zat
mencolok. Teknik pennurunan titik beku
terlarut. Penurunan titik beku tidak
lebih cocok digunakan untuk massa
dinyatakan dalam mol fraksi melainkan
molekul yang lebih kecil dan lebih larut,
dengan molalitas. Molalitas adalah
yaitu molekul yang memiliki massa molar
jumlah zat terlarut dalam 1000 gram
500 gram atau kurang. Hal ini karena
pelarut. Molalitas didefinisikan sebagai
penurunan titik beku larutannya jauh
massa x 1000
m= lebih besar (Chang, 2008).
Mr x P
didihnya. Pada suhu tertentu, tekanan uap P ° = Tekanan uap dari solven murni
larutan akan lebih rendah dari pada X pelarut = fraksi mol solven dalam
solven murninya. Titik didih larutan juga larutan
akan lebih tinggi dari pada solven (Fattimura, 2014).
murninya. Untuk larutan encer
Menurut Clausius bahwa untuk
besarnya kenaikan titik didih dan
penguapan dan sublimasi persamaan
penurunan titik beku larutan
clapeyron dapat disederhanakan dengan
berbanding lurus dengan molalitas
mengandaikan uapnya mengikuti hukum
solut dalam larutan. Penurunan titik
gas sempurna dan dengan mengabaikan
beku didefinisikan sebagai
volum cairan yang jauh lebih kecil
∆ Tb=Kb. m
disbanding volume uap, sehingga hukum
Keterangan :
Clausius-Claperyon dapat dituliskan
∆ Tb= penurunan titik beku
Kb=Konstanta ∆ Tb P1 ∆ H uap (T 2−T 1)
m ¿ molalitas solut
ln
P2
=
[ R .T 1 .T 2 ]
(Brady, 1994) Keterangan
menggunakan larutan lain dan penurunan titik beku yang berbeda – beda
partikel dalam larutan elektrolit tak sama jumlah partikel zat terlarut dan
dengan banyaknya partikel dalam larutan temperatur.
non elektrolit walau dengan konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
sama. Alberty, R. A. & Daniels, F. 1983. Kimia
Berdasarkan hasil percobaan ini, Fisika Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta
adanya pelarut yang ditambah dengan zat
terlarut maka akan terjadi penurunan titik Brady, J. E. 1994. Kimia Universitas :
beku. Menurut teori hubungan antara Asas dan Struktur Jilid 1. Erlangga.
penurunan suhu sebesar 6,5 K. Kemudian Jenisnya’. Jurnal Al- Kimia. Vol. 4, No. 1