Anda di halaman 1dari 8

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Asri nisa sakinah


113020056
Nadya charisma
Abstract
Colligative properties of solution is a quality solution that does not depend on the type of
solute but depends only on the concentration of the solute particle. Colligative properties of
solution consists of two types, namely the colligative properties of electrolyte solutions and
colligative properties of nonelectrolyte solutions. Although colligative properties involve solutions,
colligative properties do not depend on the interaction between solvent and solute molecules, but
bergatung on the amount of solute dissolved in a solution. Colligative properties consist of the
reduction in vapor pressure, elevation of boiling point, freezing point depression, and stress
osmotic.
The purpose of the experiment colligative properties of the solution is to determine the
decrease in vapor pressure, freezing point of the solution, determining the boiling point of the
solution and determine the osmotic pressure on a solution. The principle of the colligative
properties of solution is based on the principle that states that the decline Roult freezing point of
solution ( Tb) is proportional to the concentration of the solution expressed

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sifat koligatif larutan adalah sifat
larutan yang tidak bergantung pada jenis
zat terlarut tetapi hanya bergantung pada
konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat
koligatif larutan terdiri dari dua jenis,
yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan
sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Meskipun sifat koligatif melibatkan
larutan, sifat koligatif tidak bergantung
pada interaksi antara molekul pelarut
dan zat terlarut, tetapi bergatung pada
jumlah zat terlarut yang larut pada suatu
larutan. Sifat koligatif terdiri dari
penurunan tekanan uap, kenaikan titik
didih, penurunan titik beku, dan tekanan
osmotik.
Pembentukan suatu larutan tidak
menimbulkan pengaruh terhadap sifatsifat kimia zat penyusun larutan
tersebut. Air suling (air murni) dan air
sumur (air yang mengandung zat
terlarut) memperlihatkan reaksi yang
sama jika misalnya direaksikan dengan

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan sifat
koligatif
larutan
adalah
untuk
menentukan penurunan tekanan uap,
titik beku larutan, menentukan titik didih
larutan dan menentukan tekanan
osmotik pada suatu larutan.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari sifat koligatif larutan
adalah berdasarkan prinsip Roult yang
menyatakan bahwa penurunan titik beku
larutan ( Tb) sebanding dengan
konsentrasi larutan yang dinyatakan
dengan metode molaritas yaitu :
1. Penurunan tekanan uap
P = X. P0
2. Penurunan titik beku
Tb = Kb . m
3. Kenaikkan titk didih
Td = Kd . m

logam natrium. Akan tetapi sifat fisik


suatu zat berubah apabila zat itu menjadi
komponen larutan.

4. Tekanan Osmotik
= MRT.

Jurnal kimia dasar Sifat Koligatif Larutan

atau

P = P0 x mol zat terlarut


mol seluruh zat

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu
sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan nonelektrolit. Meskipun sifat koligatif
melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung
pada interaksi antara molekul pelarut dan zat
terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut
yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri
dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
(Anonim, 2011)
Penurunan Tekanan Uap
Tekanan uap (vapor pressure) adalah ukuran
kecenderungan molekul-molekul suatu cairan untuk
lolos menguap. Makin besar tekanan uap suatu
cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu
berubah menjadi uap. Harga tekanan uap akan
membesar (cairan makin mudah menguap) apabila
suhu dinaikkan.
Tekanan uap suatu cairan bergantung pada
banyaknya molekul di permukaan yang memiliki
cukup energi kinetik untuk lolos dari tarikan
molekul-moleku tetangganya. Jika ke dalam cairan
itu dilarutkan suatu zat, maka kini yang menempati
permukaan bukan hanya molekul pelarut, tetapi juga
molekul zat terlarut. Karena molekul pelarut di
permukaan makin sedikit, maka laju penguapan
akan berkurang. Dengan kata lain, tekanan uap
cairan itu turun. Makin banyak zat terlarut, makin
besar pula penurunan tekanan uap.
Besarnya tekanan uap dirumuskan sebagai
berikut :

Keterangan :
P0
= tekanan uap pelarut murni
XA
= fraksi mol pelarut
P
= penurunan tekanan uap
XB
= fraksi mol terlarut
P0 > P (tekanan uap pelarut murni lebih besar
dibandingkan tekanan uap larutan).
Kenaikan Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat
zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat
cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal
ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh
bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada
tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata
titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih
pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan
menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel
pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih
besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik
didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih
yang dinyatakan dengan (Tb).
(Anonim, 2011)

Persamaannya dapat ditulis:

P = P0 - P

menurut Raoult,
P = Po X A

maka,
P =
=
=
P =

Tb = Tblarutan Tbpelarut
Keterangan :

P0 P
P0 P0 . XA
P0 ( 1- XA)
P0 . XB

Tb = kenaikan titik didih


kb = tetapan kenaikan titik didih molal

Jurnal kimia dasar Sifat Koligatif Larutan

m = massa zat terlarut


Mr = massa molekul relatif

Penurunan Titik Beku


Penurunan tekanan uap akibat zat terlarut
yang tidak menguap juga dapat menyebabkan
penurunan titik beku larutan. Gejala ini terjadi
karena zat terlarut tidak terlarut dalam fasa padat
pelarut. Contohnya es murni selalu memisah ketika
larutan dalam air membeku. Agar tidak terjadi
pemisahan zat terlarut dan pelarut ketika larutan
membeku, maka diperlukan suhu lebih rendah lagi
untuk mengubah seluruh larutan menjadi fasa
padatnya.
Seperti halnya titik didih, penurunan titik
beku, Tf berbanding lurus dengan molalitas
larutan.

ditembus oleh molekul zat terlarut. Selaput


semipermeabel ini dapat berupa gelatin, kertas
perkamen, lapisan film selofan, atau membran sel
makhluk hidup. Maka terjadilah peristiwa osmosis,
yaitu perpindahan molekul pelarut dari larutan yang
memiliki konsentrasi lebih rendah (encer) ke larutan
yang konsentrasinya lebih tinggi (pekat) melalui
sela-sela membran semipermeabel.
Peristiwa osmosis menyebabkan naiknya
permukaan larutan pekat, sehingga tekanan
membesar
yang
pada
gilirannya
akan
memperlambat laju osmosis. Akhirnya tercapailah
suatu tekanan yang mampu menghentikan osmosis
atau perpindahan molekul pelarut atau disebut
tekanan osmosis.
Tekanan osmosis merupakan salah satu sifat
koligatif yang terdapat kesamaan rumus dengan gas
ideal.
PV = n R T

n
v

Tf = Tfp Tfl
menurut Raoult,

Tf = m . Kf

Jika P adalah tekanan osmotic (), sedangkan


adalah kemolaran (M), maka :
= MRT

atau
Ket.
Tfp
Tfl
m
Kf
P

Gram
Mr

1000
P

:
= titik beku
Tf pelarut
=
x
x Kf
= titik beku larutan
= molalitas larutan
= konstanta titik beku molal
= berat pelarut

Tekanan Osmotik
Suatu larutan yang encer memiliki tekanan
uap yang lebih besar daripada larutan yang pekat.
Artinya, molekul-molekul pelarut dalam larutan
encer memiliki kecenderungan lolos yang lebih
besar.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang
diberikan kepada larutan sehingga dapat mencegah
mengalirnya molekul. Pelarut memasuki sela-sela
selaput semipermeabel.
Misalnya suatu larutan encer dan suatu
larutan pekat dipisahkan oleh selaput (membran)
yang semipermeabel, yaitu selaput yang dapat
ditembus oleh molekul pelarut, tetapi tidak mampu

n
V

atau
Ket.
M
R
T

xRxT

:
= mol/ l
= 0,082
= 0K ( 0C + 273)

Diagram Fase Cair


Sampel yang digunakan pada percobaan ini
adalah naftalen (C10H8), belerang (S dan
sukrosa(C12H22O11). Suhu awal lelehan nafatalen
berkisar 80C - 90C. Sedangkan belerang
mempunyai bentuk kristal, berwarna kuning, kuning
kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh
dari unsur pengotornya. Titik lebur belerang yaitu
129C dan titik didihnya yaitu 446C. Belerang
tidak dapat larut dalam air dan larutan H2SO4.
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari,
baik baik yang berasal dari tebu atau dari bit,
sukrosa terdapat pula dalam tumbuhan, misalnya
dalam buah nanas dan dalam wortel. Sukrosa

Jurnal kimia dasar Sifat Koligatif Larutan

merupakan oligosakarida. Dengan hidrolisis sukrosa


akan terpecah menjadi glukosa dan fruktosa.
Sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi
ion-ion Cu++ atau Ag+ (Anonim, 2010).

METODOLOGI PERCOBAAN
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
neraca digital, kertas timbang, botol semprot,
termometer, tabung reaksi, penjepit tabung, gelas
kimia, kawat kassa, kaki tiga, pembakar bunsen,
statif, dan klem.
Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan selama
percobaan sifat koligatif yaitu 200 ml air, 10 g gula
pasir, 5 g naftalena, dan 1 g belerang.
Metode Percobaan

Gambar 1. diagram fase cair


Diagram sebelah kiri, sempa dan fase antara cair
dan gas tidak berlanjut sampai tak terhingga. Ia
akan berhenti pada sebuah titik pada diagaram fase
yang disebut sebagai titik kritis. Ini menunjukkan
bahwa pada temperatur dan tekanan yang sangat
tinggi, fase cair dan gas menjadi tidak dapat
dibedakan, yang dikenal sebagai fluida superkritis.
Pada air, titik kritis ada pada sekitar 647 K dan
22,064 MPa (3.200,1 psi)
Keberadaan titik kritis cair-gas menunjukkan
ambiguitas pada definisi di atas. Ketika dari cair
menjadi gas, biasanya akan melewati sebuah
sempadan fase, namun adalah mungkin untuk
memilih lajur yang tidak melewati sempadan
dengan berjalan menuju fase superkritis. Oleh
karena itu, fase cair dan gas dapat dicampur terus
menerus. Sempadan padat-cair pada diagram fase
kebanyakan zat memiliki gradien yang positif. Hal
ini dikarenakan fase padat memiliki densitas yang
lebih tinggi daripada fase cair, sehingga peningkatan
tekanan akan meningkatkan titik leleh. Pada
beberapa bagian diagram fase air, sempadan fase
padat-cair air memiliki gradien yang negatif,
menunjukkan bahwa es mempunyai densitas yang
lebih kecil daripada air(Takeuchi, 2008).

Penentuan Titik Beku Naftalena


Timbang 5 gram naftalena, kemudian masukan
kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
Gelas kimia diisi dengan aquadest sebanyak 200 ml.
Panaskan aquadest dalam gelas kimia secara
perlahan sampai semua naftalena mencair.
Keluarkan pembakar dan padamkan apinya,
selanjutnya setiap 1 menit suhu dicatat sampai
mencapai 70C. Buat grafik hubungan waktu
dengan suhu, dan tentukan titik beku naftalena.
Termometer
Tabung reaksi

Statip

Air

Gelas Kimia

Kaki Tiga

Pembakar Bunsen

Jurnal kimia dasar Sifat Koligatif Larutan

Gambar 1. Rangkaian Alat Penentuan Titik Beku


Naftalena

Penentuan Titik Beku Naftalena + Belerang


No.

T (suhu)
(0C)
1.
1
920C
2.
2
890C
3.
3
850C
4.
4
830C
Tf
5.
5
800C
naftalena =
6.
6
780C
- 1,35
0
C
7.
7
780C
0
8.
8
77 C
9.
9
750C
10.
10
730C
11.
11
720C
12.
12
700C
Timbang serbuk belerang sebanyak 1 g.
Panaskan kembali aquadest dalam gelas kimia
sampai semua naftalena menjadi cair kembali.
Masukkan serbuk belerang dalam tabung reaksi
yang berisi naftalena aduk sampai semua belerang
terlarut dalam naftalena. Keluarkan pembakaran dan
padamkan apinya, selanjutnya lakukan pengamatan
seperti pada langkah diatas sampai suhu 70C.
Buatlah grafik hubungan waktu dengan suhu dan
tentukan titik beku belerang dalam naftalena.

Gambar 2. Rangkaian Alat Penentuan Titik Beku


Larutan Belerang + Naftalena
Penentuan Titik Didih Larutan Gula
Aquadest 200 ml dimasukkan ke dalam gelas
kimia lalu dipanaskan (suhu dicatat sebagai suhu
awal). Gula dilarutkan sebanyak 10 g ke dalam air
yang sudah dipanaskan lalu diaduk. Larutan gula
dipanaskan sampai mendidih (suhu dicatat sebagai
suhu akhir). Perubahan kenaikan titik didih dihitung
dan tentukan titik didihnya.

t (menit)

Termometer
Tabung reaksi

Statip

Air

Gelas Kimia

Kaki Tiga

Pembakar Bunsen

Gambar 3. Rangkaian Alat Penentuan Titik Didih


Larutan Gula

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan :

Termometer
Tabung reaksi

Tabel 1. Penurunan Titik Beku Naftalena


Statip

Air

Gelas Kimia

Kaki Tiga

Pembakar Bunsen

(Sumber: Asri Nisa Sakinah, Meja 4, Kelompok C,


2011)

Jurnal kimia dasar Sifat Koligatif Larutan

Grafik 1. Penurunan Titik Beku Naftalena


Grafik 2. Penurunan Titik Beku Naftalena
88
88

78
68
0

78
2

8 10 12 14 16

Waktu (menit)

68
0

10 12 14 16

Waktu (menit)
80 0C
92 0C
12 0C
12 0C
80 0C/m

Tawal
Takhir
Tb
T
Kb
Belerang
No. t (menit)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

T (suhu)
(0C)
940C
920C
880C
860C
830C
800C
780C
760C
750C
740C
740C
730C
720C
700C

Tabel 2.
Penurunan
Titik Beku
Naftalena +

Tf
=
- 1,35
0
C
Tf
belerang =
- 1,07
0
C

naftalena

(Sumber : Asri Nisa Sakinah, Meja 4, Kelompok C,


2011)

Tabel 3. Titik Didih Larutan Gula


(Sumber : Asri Nisa Sakinah, Meja 4,
Kelompok C, 2011)
Pembahasan
Pada percobaan sifat koligatif larutan suhu
awal penentuan titik beku naftalen pelelehannya
yaitu 92C dan diperlukan waktu 15 menit untuk
mencapai suhu 70C, pada percobaan penentuan
titik beku belerang suhu awal pelelehannya yaitu
94C dan diperlukan waktu 15 menit untuk
mencapai suhu 70C sedangkan pada percobaan
penentuan titik didih larutan gula suhu awalnya
80C dan suhu akhirnya 92C.
Beberapa faktor yang menyebabkan hasil
pengamatan penentuan titik beku dan titik didih
berbeda-beda yaitu pengaruh tekanan eksternal
terhadap titik didih sukrosa. Sehingga semakin
tinggi dataran maka tekanan eksternal semakin
rendah. Hal ini menyebabkan suhu rendah dan
pengamatan titik didih menjadi berbeda-beda
hasilnya.
Penurunan dan kenaikan titik beku atau titik
didih dari suatu larutan dapat diketahui dengan cara
mendidihkan suatu zat, sehingga zat tersebut larut
atau mencair, setelah itu kita dapat menghitung suhu
awal dan waktu yang digunakan, juga setelah zat
atau larutan tersebut kembali mengalami
pengkristalan atau pembekuan.
Besarnya penurunan titik beku (Tf) dan
kenaikan titik didih (Tb) hanya di tentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut, makin banyak partikel
zat terlarut, makin besar pula harga Tf Dan Tb

Jurnal kimia dasar Sifat Koligatif Larutan

Tekanan osmotik Suatu larutan yang encer memiliki


tekanan uap yang lebih besar daripada larutan yang
pekat. Artinya, molekul-molekul pelarut dalam
larutan encer memiliki kecenderungan lolos
(escaping tendency) yang lebih besar.
Naftalen juga dikenal sebagai nafthalin, tar
kapur, tar putih, albokarbon, atau nafthene. Sifat
fisik naftalen : rumus kimia C 10H8, massa molar
128,17 g/mol, density 1,14 gcm-3, tidak dapat larut
dalam air, alkohol, larut dalam eter dan benzen, titik
cair 80,5 C, Kf 6,94 0C/m, titik didih 128,17 gmol-1
(217,70C), Kb 5,80 0C/m, berwarna putih kristal dan
memiliki bau yang kuat. Naftalen mudah menguap
dan mudah terbakar. Naftalen merupakan
hidrokarbon padat berwarna putih, yang diperoleh
dari penyulingan fraksional batu bara. Sebagian
besar naftalen yang diproduksi digunakan sebagai
bahan baku pembuatan resin alkil untuk pembuatan
plastik. Sebagian kecil untuk zat warna dan bahan
kimia lain. Penggunaan langsung adalah sebagai
pengusir ngengat (Wahyu,2011).
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam
tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor
atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak
berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam
bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin
kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai
unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide
dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk
kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino.
Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer
namun juga dalam bubuk mesiu, korek api,
insektisida dan fungisida. Ciri-ciri fisik belerang
yaitu fase solid, massa jenis (sekitar suhu kamar)
(alpha) 2,07 g/cm, massa jenis (sekitar suhu kamar)
(beta) 1,96 g/cm, massa jenis (sekitar suhu kamar)
(gamma) 1,92 g/cm, massa jenis cair pada titik
lebur 1,819 g/cm, titik lebur 388,36 K (115,21 C;
239,38 F).

partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih


besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik
didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih
yang dinyatakan dengan (Tb).

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat


zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat
cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal
ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh
bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada
tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata
titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih
pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan
menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel
pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel -

Kesimpulan dari percobaan sifat koligatif


larutan ini adalah mengetahui titik beku naftalen
sebelum ditambah dengan belerang (campuran) dan
juga untuk mengetahui titik didih sukrosa dan
pengaruh tekanan eksternal tehadap titik didih
larutan sukrosa.

(Anonim, 2011)
Selaput semi permiabel yaitu selaput yang
hanya dapat dilewati oleh pelarut atau molekul air
dan zat-zat non polar lainnya. Osmosis adalah
perpindahan air melalui membran permeabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang
lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat
ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang
membran. Osmosis merupakan suatu fenomena
alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan
konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan
konsentrasi yang lebih encer. Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat
ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Reverse Osmosis (RO/Osmosis Terbalik)
adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari
suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada
larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membran seleksi (lapisan penyaring).
(Anonim, 2011).
Aplikasi Reverse Osmosis yaitu pengolahan air
asin menjadi tawar dan business plan isi ulang air.
Aplikasi percobaan penentuan titik beku, titik didih
dan tekanan osmotik di bidang pangan terdapat pada
es lilin, asinan, dan pembuatan telur asin
(Anonim, 2010).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Saran
Percobaan sifat koligatif ini kita harus
mengetahui penurunan tekanan uap, penurunan titik

Jurnal kimia dasar Sifat Koligatif Larutan

beku, kenaikan titik didih dan tekanan osmotik.


Sebaiknya sebelum dan sesudah melakukan
percobaan praktikan mencuci alat-alat yang
digunakan, agar tidak terjadi kesalahn pada hasil
akhir.
Selain itu, dalam percobaan penentuan titik
didih dan penentuan titik beku diperlukan ketelitian
dan kecermatan dalam perhitungan waktu sehingga
diperoleh penurunan yang sesuai. Dan setelah
melakukan percobaan sebaiknya alat-alat yang
sudah digunakan kembali dibersihkan karena sisa
pelelehan naftalen dan belerang menjadi mengeras
di tabung reaksi nya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2010), Sifat Koligatif Larutan,
http://wapedia.mobi//id,
Accessed
:
7 Desember 2011.
Anonim,
(2010),
Sifat
Koligatif
Larutan,http://www.kimia.upi.edu, Accessed :
7 Desember 2011.
Anonim, (2011), Sifat Koligatif Larutan,
http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_lar
utan,
Accessed
:
8 Desember 2011.
Anonim,
(2011),
Belerang,
http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_lar
utan, Accessed : 8 Desember 2011.
Brady, E.J, (1999), Kimia Azas Dan Struktur,
Edisi 5, Jakarta.
Sunarya, Y, (2003), Kimia Dasar 1 dan 2 Edisi
Kedua, Bandung, Alkemi Grafisindo Press.
Sutrisno, Ela Turmala,
Praktikum Kimia
Pasundan.

(2011), Penuntun
Dasar. Universitas

Takeuchi,Yoshito,
(2008),DiagramFasa,http://www.chemistry.o
rg/materi_kimia/kimia_dasar/cairan_dan_laru
tan/kesetimbangan-fasa-dan-diagram-fasa/,
Accessed : 7 Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai