Anda di halaman 1dari 9

KENAIKAN TITIK DIDIH

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat molekul suatu zat dengan metode kenaikan titik didih.

II. DASAR TEORI


A. Sifat Koligatif Larutan
Sifat sifat yang bergantung jumlah pertikel (molekul atau ion) dari zat terlarut
bukan pada sifat fisik dan kimianya disebut sifat koligatif. Sifat koligatif larutan, yaitu
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan
osmotic (Hadzija, 1995). Disebut sifat koligatif karena mereka bergantung pada
berapa banyak molekul atau ion zat terlarut hadir, dan bukan pada apa partikel
(asalkan mereka tidak mudah menguap dan hanya muncul dalam fase cair). Sifat
koligatif ini penting bagi pemula ahli kimia karena mereka memberikan informasi
tentang jumlah pertikel zat terlarut, tentang berat molekul dan derajat ionisasi dalam
larutan. Sifat koligatif berharga untuk Arrhenius karna ia bisa menunjukkan bahwa
partikel yang lebih hadir dalam larutan dalam dari pada molekul zat terlarut, karena
molekul itu molekul zatterlalu terpisah menjadi ion. Pada saat ini, sifat koligatif
merupakan salah satu yang paling berguna dalam menentukan berat molekul bahan
yang diketahui (Dickerson, dkk, 2009)
Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang
disebut sifat koligarif. Kata kologatif berasal dari kata latin colligare yang berarti
berkumpil bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif)
semua partikel dan tidak pada sifat fan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan ada 4
macam, yaitu penurunan tekanan uap (∆P), kenaikan titik didih (∆Td), penurunan titik
beku (∆Tb), dan tekanan osmosis ( π ). Sifat koligatif dapat digunakan untuk
menentukan massa molekul relatif suatu zat. (Hiskia Achmad, 1996 : 35-36).

B. Titik Didih Pelarut Murni

Suatu zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan
tekanan udara disekitarnya. Apabila air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm
(760mmHg) maka air akan mendidih pada temperatur 100 °C, karena pada tekanan
uap jenuh zat cair yang sama dengan 1 atm disebut titik didih normal zat cair itu. Jadi
yang dimaksud dengan titik didih adalah temperatur pada saat tekanan uap jenuh
larutan sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan larutan).
C. Kenaikan Titik Didih Larutan

Jika pada suhu tertentu, suatu pelarut murni (air) ditambahkan zat terlarut
misalnya gula pasir, maka tekanan uap air akan turun. Jika semakin banyak zat
terlarut yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya. Hal ini
mengakibatkan larutan gula belum mendidih pada suhu 100 °C. Agar larutan gula
cepat mendidih, diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga tekanan uap jenuhnya
sama dengan tekanan uap di sekitarnya. Adanya penambahan zat terlarut ini dapat
menghalangi penguapan partikel pelarut. Sehingga, penguapan partikel-partikel
pelarut membutuhkan energi yang besar. Selisih antara titik didih larutan dengan titik
didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih (ATd).
Td larutan – Td pelarut
∆Td
∆Td = Td- Td°

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pada setiap saat tekanan uap
larutan (P) selalu lebih kecil dari tekanan uap pelarut murni (P°). Sehingga grafik
tekanan uap larutan selalu ada di bawah pelarut dan titik didih larutan akan lebih
tinggi dari pelarut murninya. Kenaikan titik didih yang disebabkan oleh 1 mol zat
yang dilarutkan dalam 1000 gram zat pelarut mempunyai harga yang tetap disebut
tetapan kenaikan titik didih (Kd). Perhatikan grafik berikut ini :
Menurut hukum Roult, kenaikan titik didih (ATd = boiling point elevation)
sebanding dengan hasil kali kemolalan larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal
(Kd). Kenaikan titik didih dapat dirumuskan sebagai berikut :
ATd = m x Kd
Berikut ini adalah nilai harga Kd dari beberapa pelarut :
Pelarut Titik Didih (˚C) Kd (Cmolal-1)
Air 100 0,52
Aseton 56,5 1,75
Etanol 78,4 1,20
Benzena 80,1 2,52
Etil Eter 34,6 2,11
Asam Asetat 118,3 3,07
kloroform 61,2 3,63

D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Sifat koligatif larutan ditentukan oleh jumlah partikel (ion, molekul) dalam
larutan. Oleh karena itu, untuk konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit
akan berbeda dengan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Hal ini dikarenakan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit akan lebih banyak karena adanya proses ionisasi zat
terlarut.
Zat elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel-partikel di dalam larutan. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada satu mol
larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Misalnya, larutan
nonelektrolit C6H12O6, jika dimasukkan ke dalam air menghasilkan 1 mol partikel,
sehingga larutan C6H12O6. 1 M akan membeku pada suhu 1,86 °C di bawak titik beku
air murni.
Sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1
mol Na+ dan 1 mol CI-. Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol partikel per
1.000 gram air, jadi secara teoretis akan menurunkan titik beku 2 x 1,86 °C = 3,72 °C.
Banyaknya ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat
ionisasinya (α ). Larutan.elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar.
daripada larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat
dan mendekati nol untuk larutan elektrolit lemah.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa: “untuk konsentrasi yang sama,
larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan yang lebih besar dibandingkan
larutan non elektrolit”.
Untuk menghitung nilai sifat-sifat koligatif larutan elektrolit, persamaan yang
diberikan sebelumnya untuk larutan non-elektrolit dapat digunakan dengan
menambahkan faktor i, seperti diusulkan van’t Hoff (1880). Nilai faktor van’t Hoff
merupakan perbandingan antara efek koligatif larutan elektrolit dengan larutan non-
elektrolit pada konsentrasi yang sama. Derajat ionisasi dirumuskan sebagai berikut :
i = 1 + (n-l)α
dimana, i = jumlah partikel yang diukur / jumlah partikel yangdiperkirakan
α =¿ jumlah molekul zat yang terurai / jumlah molekul mula-mula yang sama.
Untuk menentukan kenaikan titik didihnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
∆Td = m x Kd x i
Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka tekanan
uap akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunyaakan
turun dibandingkan dengan pelarut murni.Untuk larutan ideal, menurut Raoult
kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah zat terlarut dan dapat ditunjukkan
dengan hubungan :
∆T = Kd.m atau Kd = MAWA∆ T/(1000 WB)-dimana
∆T : Kenaikan titik didih
Kd : Tetapan kenaikan titik didih molal
m : Molalitas zat terlarut
WA : Massa pelarut (gram)
WB : Massa zat terlarut (gram)
MB : Berat molekul zat terlarut
Harga Kd dapat diketahui jika massa m zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan titik
didih pelarut murni, dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya,
dapat ditentukan berat molekul zat terlarut.

III. PERALATAN DAN BAHAN BAHAN


Alat alat yang digunakan :
1. Gelas kimia
2. Termometer
3. Tabung reaksi
4. Bunsen
5. Pengaduk
Bahan bahan yang digunakan :
1. Glukosa
2. Aguadest
3. Zat

IV. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

V. PROSEDUR PERCOBAAN :
1. Timbang 5,5 g glukosa dan 5,5 B zat X
2. Panaskan 50 mi aguadest dalam erlenmeyer dan ukur titik didihnya
3. Larutkan glukosa ke dalam S0 mi Aguadest lalu panaskan dan ukur titik didihnya
4. Lakukan no. 3 terhadap zat X
5. Ulangi langkah di atas sekali lagi

VI. DATA PENGAMATAN

Air Air + Glukosa Air +K2SO4


Suhu awal - 29,3 ̊C 29,3 ̊C
Suhu akhir 99̊C 98 ̊C 102 ̊C

VII. DATA PERHITUNGAN


1. Mencari nilai Kd
Dik = BM gulukosa (M1) =180 g/mol
Massa glukosa =5,4941 gram
Massa air = p .air . Vair
= 1 g/ml .50 ml
= 50 gram

M 1 x ∆ Tb x massa air
Kd =
1000 x massa glukosa
gr
180 x ( 9 8−99 ) ℃ x 50 gr
Kd = mol
1000 x 5 , 4941 gr
Kd = -1,6381 ℃ /molal

2. Menentukan BM zat x dengan rumus yang sama (K2SO4)


Dik = K2SO4 2K+ SO4
K2SO4 merupakan elektrolit kuat ,maka α =1
Massa glukosa =5,4941 gr

1000 x kb x massa zat x


M2 = xi
∆ Tb x massa air
= 1000 x ¿ ¿
= 179,998 gr/mol
3. % Kesalahan
BM K2SO4 berdasarkan teori =174,259 g/mol
BM K2SO4 berdasarkan praktikum =179,998 g/mol

T −P
Kesalahan = x 100
T
174,259−179,998
= x 100
174,259
=3,29 %

VIII. PERTANYAAN
1. Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarutmurni?
2. Mengapa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni?
3. Bagaimana persamaan untuk menentukan kenaikan titik didih pada teori jika
larutannya adalah larutan elektrolit (gunakan persamaan ini untuk gunakan larutan
elektrolit).
Jawaban :
1. Karena meningkatnya ketidakteraturan, akibat posisi fisika dan proses kimia,
semakin tidak teratur semakin besar kecenderungan berlangsung menguap
2. Karena adanya zat pertikel terlarut pada larutan yang menghalangi partikel
partikel dari pelarut dalam proses perubahan fase dari cair ke gas
3. Untuk larutan elektrolit kenaikan titik didih dapat dirumuskan sebagai berikut :
∆Tb = kb x M x i
i = 1 + (n-1) ∝
dimana, ∆Tb = kenaikan titik didih
kb = Tetapan kenaikan titik didih
m = molaritas larutan
i = faktor vant’t hoff
n = derajat ionisasi
∝ = derajat disosiasi
Larutan elektrolit memiliki derajat ionisasi :
- Elektrolit kuat = ∝ = 1
- Elektrolit lemah = 0 < ∝ < 1

Perbandingan sifat koligatif larutan elektrolit yang terukur dengan


nonelektrolit yang diharapkan pada konsentrasi yang sama disebut faktor van’t
hoff

IX. ANALISA PERCOBAAN


Pada pratikum kali ini bertujuan untuk mencari nilai. Didi larutan dan berat
molekul zat yang belum diketahui dengan memanfaatkan sifat koligatif larutan
kemudian mencari persen kesalahan dengan membandingkan dari teori yang telah
diketahui
Hal pertama yang dilakukan adalah mengat tour. Didi dari Pelarut murni yaitu
aquades larutan aquades + glukosa dan larutan aquades + zat bervolume 5ml yang
dipanaskan di atas Yang dipanaskan di atas atas hotplate Glukosa dan zat X
dimasukkan bermassa 5,5 gr Dari percobaan didapat. Didi Pelarut murni 99 °C,
larutan aquades +glukosa 98 ° C dan larutan aquades + zat X 102 °C.
Hal dari percobaan ini tidak sesuai dengan teori atau data yang di tetapkan
karena seperti yang diketahui titik didih Pelarut murni yaitu 100 ° C sedangkan. Didi
larutan aquades + glukosa . Harus lebih tinggi dikarenakan tekanan uap jenuh larutan
lebih besar daripada tekanan uap jenuh Pelarut murni nama dalam data pengamatan
kami mendapatkan titik didih Pelarut murni lebih besar larutan yang mana
menyebabkan %kesalahan yang sangat besar kesalahan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti kerusakan pada alat atau bisa juga ketidakstabilan dan
kelalaian yang dilakukan selama praktikum.

X. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Nilai kd = -1,6381 g.C/mol dengan %kesalahan = 3,29%
Nilai BM K2SO4 dari teoru 174,259 g/mol dan praktikum 179,998 g/mol.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet 2021, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, “Kenaikan Titik Didih”.
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
GAMBAR ALAT

Pengaduk Gelas Kimia Tabung Reksi

Anda mungkin juga menyukai