1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat molekul suatu zat dengan metode kenaikan titik didih.
2. DASAR TEORI
A. Sifat Koligatif Larutan
Sifat – sifat yang bergantung jumlah partikel (molekul atau ion) dari zat terlarut
bukan pada sifat fisik dan kimianya disebut sifatkoligatif. Sifat koligatif larutan yaitu
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan
osmotic. Disebut sifat koligatif karena mereka bergantung pada berapa banyak
molekul atau ion zat terlarut hadir, dan bukan pada apa partikel (asalkan mereka
tidak mudah menguap dan hanya muncul dalam fase cair). Sifat koligatif ini penting
bagi pemula ahli kimia karena mereka memberikan informasi tentang jumlah
partikel zat terlarut, tentang berat molekul dan derajat ionisasi dalam larutan. Sifat
koligatif berharga untuk Arhenius karena ia bisa menunjukan bahwa partikel yang
lebih hadir dalam larutan dari pada molekul zat terlarut, karena itu molekul zat
terlarut terpisah menjadi ion. Pada saat ini, sifat koligatif merupakan salah satu yang
paling berguna dalam menentukan berat molekul bahan yang diketahui.
Hokum Roult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari ;atin colligare yang berarti
berkumpul bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan
semua partikel dan dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan
ada empat macam yaitu penurunan tekanan uap (Δp), kenaikan titik didih (ΔTd),
penurunan titik beku (ΔTb) dan tekanan osmosis (π). Sifat koligatif dapat digunakan
untuk menentukan massa molekul relative suatu zat.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pada setiap tekanan uap
). Sehingga grafik
tekanan uap larutan selalu ada dibawah pelarut dan titik didih larutan akan lebih
tinggi dari pelarut murninya.
Kenaikan titik didih yang disebabkan oleh 1 mol zat yang dilarutkan dalam 1000
gram zat pelarut mempunyai harga yang tetap disebut tetapan kenaikan titik didih
(Kd). Perhatikan grafik berikut :
M Ro , Δ Bo Po nt elevation)
sebanding dengan hasil kali kemolalan larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal
(Kd). Kenaikan titik didih bdapat dirumuskan sebagai berikut :
Δ x K
Zat elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel – partikel di dalam larutan. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada satu
mol larutan elektrolit lebih banyak dari pada larutan non-elektrolit. Misalnya larutan
non-eleltrolit C6H1206 M ,
murni.
Sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol
Na dan 1 mol Cl-
+
o
, o x , ,
Banyaknya ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat
ionisasinya (a). larutan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar dari
pada larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat dan
mendekati nol untuk larutan elektrolit lemah.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa : “ o ,
elektrolit memiliki sifat koligatif larutan yang lebih besar dibandingkan larutan non
o ”
Untuk menghitung nikai sifat – sifat koligatif larutan elelktrolit, persamaan yang
diberikan sebelumnya untuk larutan non-elektrolit dapat digunakan dengan
f o , V ” off f o V ” off
merupakan perbandingan antara efek koligatif larutan elektrolit dengan larutan non
elektrolit pada pada konsentrasi yang sama. Derajat ionisasi dirumuskan sebagai
berikut :
i = 1 + (n-1) a
Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka
tekanan uap akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik
bekunya akan turun dibandingkan dengan pelarut murni. Untuk larutan ideal,
menurut Raoult kenaikan titik didih sebangding dengan jumlah zat terlarut dalam
dapat ditunjukkan dengan hubungan :
ΔT = Kd . m atau Kd = MAWA ΔT / (1000 Wg)
Dimana, Δ = Kenaikan titik didih
Kd = Tetapan kenaikan titik didih molal
m = Molalitas zat terlarut
WA = Massa pelarut (gram)
WB = Massa zat terlarut (gram)
MB =Berat molekul zat terlarut
Harga Kd dapat diketahui jika massa m zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan
titik didih pelarut murni, dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui
konsentrasinya, dapat ditentukan berat molekul zat terlarut.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan
1. Gelas kimia
2. Thermometer
3. Tabung reaksi
4. Bunsen
5. Pengaduk
Bahan yang digunakan
1. Glukosa
2. Aquadest
3. Zat
4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menimbang 5,5 gram glukosa dan 5,5 gram zat x
2. Memanaskan 50 ml aquadest dalam Erlenmeyer dan ukur titik didihnya
3. Melarutkan glukosa ke dalam 50 ml aquadest lalu panaskan dan ukur titik didihnya
4. Melakukan tahapan no.3 pada zat x
5. Mengulangi langkah diatas sekali lagi
5. DATA PENGAMATAN
Glukosa 102,3
Sukrosa 103,7
6. DATA PERHITUNGAN
1. Mencari nilai Kd
Kd = M x ΔTd x massa air
1000 x massa glukosa
= o x , – , C x 50 gr
1000 x 5,5 gr
, C / mol
2. Menentukan BM Zat X dengan rumus yang sama
M2 = 1000 x Kd x massa glukosa
ΔTd x massa air
= x , C/mol x 5,5 gr
, – , C x 50 gr
= 310,86 gr/mol
= 9,18 %
7. PERTANYAAN
1. Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah dari pada tekanan uap pelarut murni ?
Jawaban : Karena pada larutan terdapat zat terlarut yang menghambat pelarut
untuk menguap, sehingga tekanan uap yang diperlukan juga lebih rendah dari pada
tekanan yang diperlukan oleh pelarut murni untuk menguap.
2. Mengapa titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarut murni ?
Jawaban : Setiap zat cair pada suhu tertentu mempunyai tekanan uap jenuh
tertentu dan mempunyai harga tetap. Zat cair akan mendidih dalam keadaan
terbuka, jika tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan atmosfer.
P , C,
tetapi jika dalam zat cair itu dilarutkan suatu zat, maka tekanan uap januh air itu
akan berkurang. Penurunan tekanan uap jenuh larutan yang lebih rendah dibanding
tekanan uap jenuh pelarut murni menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari
pada titik didih pelarut murni.
3. Bagaimana persamaan untuk menentukan titik didih pada teori jika larutannya
adalah larutan elektrolit (gunakan persamaan ini untuk menghitung hasil percobaan
yang menggunakan larutan elektrolit) ?
Jawaban : ΔTb = Kb x m x i
i = 1 + (n-1) α
8. ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan berat molekul suatu zat
dengan metode kenaikan titik didih. Langkah pertama yang dilakukan adalah
menimbang 5,5 gram glukosa dan zat X. Pada kali ini zat X yang digunakan adalah
sukrosa. Selanjutnya mendidihkan air aquadest sebanyak 50 ml untuk menentukan titik
, C di dapat dan percobaan.
Selanjutnya mencampurkan 5,5 gram glukosa dan sukrosa pada masing-masing
gelas kimia, berisi 50 ml aquadest lalu dilarutkan dan dipanaskan hingga mendidih dan
o , o , C.
Titik didih merupakan salah satu dari 4 sifat koligatif larutan, disebut sifat
koligatif larutan karena bergantung pada berapa banyak molekul atau zat ion terlarut
hadir, bukan pada adanya partikel asalkan mereka tidak menguap dan hanya muncul
dalam fase cair jika pada suatu pelarut murni (cair), ditambahkan zat terlarut misalnya
pada percobaan glukosa dan sukrosa, maka tekanan uap air akan turun. Hal ini
menyebabkan untuk mendidihkan larutan tersebut diperlukan suhu yang tinggi
dibandingkan air. Sehingga tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan uap
desekitarnya.
Tekanan uap larutan akan lebih rendah dari pada tekanan uap pelarut murni
karena adanya penambahan zat terlarut pada larutan pada menghalangi penguapan
partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang besar. Oleh karena itu, larutan yang
terbentuk harus dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi, supaya tekanan uapnya
menjadi sama dengan tekanan atmosfer. Oleh karena itu juga titik didih larutan lebih
tinggi dari pada titik didih pelarut murni.
9. KESIMPULAN
1. Titk didih larutan glukosa dan sukrosa lebih tinggi dari pelarut murni.
2. K , C / mol
3. BM Zat X (sukrosa) = 310,86 gr/mol
4. % Kesalahan = 9,18 %
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
2020/2021.
GAMBAR ALAT
Bunsen