Anda di halaman 1dari 19

7.

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN


Oleh
BUCHORI MUSLIM

Pendidikan Biologi
FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
JENIS LARUTAN
• Berdasarkan kemempuannya melarutkan zat terlarut,
larutan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Larutan takjenuh (unsaturated solution) = larutan yang
mengandung zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu
tertentu, sebelum titik jenuh tercapai.
2. Larutan jenuh (saturated solution) = larutan yang
mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam
pelarut, pada suhu tertentu.
3. Larutan lewat jenuh (supersaturated solution) = larutan
yang mengandung lebih banyak zat terlarut
dibandingkan yang terdapat di dalam larutan jenuh.
JENIS SATUAN KONSENTRASI
• Persen berdasar massa zat terlarut
Persen berdasar massa = massa zat terlarut x 100%
massa zat terlarut + massa pelarut
= massa zat terlarut x 100%
massa larutan
• Molaritas (M)
Molaritas = mol zat terlarut
liter larutan
• Molalitas (m) = banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan
dalam 1 kg (1000 g) pelarut.
Molalitas = mol zat terlarut
massa pelarut (kg)
Contoh
• Hitunglah molalitas larutan asam sulfat yang mengandung 24,4 g
asam sulfat dalam 198 g air. Mr H2SO4 = 98,08 g/mol.
Jawab:
Massa zat terlarut = 24,4 g
Massa air = 198 g = 0,198 kg
Dit : molalitas = ...?
Mol zat terlarut = massa zat terlarut = 24,4 g = 0,25 mol
Mr H2SO4 98,08 g/mol
molalitas = mol zat terlarut
massa pelarut (kg)
= 0,25 mol = 1,26 m
0,198 kg
Sifat-Sifat Koligatif Larutan
Definisi
• Sifat Koligatif (colligative properties) adalah sifat larutan
yang bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat
tertentu.
1. Penurunan Tekanan Uap (ΔP)

2. Kenaikan Titik Didih (ΔTd)


Sifat Koligatif
Larutan
3. Penurunan Titik Beku (ΔTb)

4. Tekanan Osmotik (π)


1. Penurunan Tekanan Uap (ΔP)
• Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (nonvolatile), tekanan uap dari
larutan selalu lebih kecil daripada pelarut murninya. Jadi, hubungan antara
tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat
terlarut dalam larutan.

• Hubungan itu dirumuskan dalam hukum Raoult (Francois Raoult, Perancis):


tekanan parsial pelarut dari larutan (P1) adalah tekanan uap pelarut murni (Po),
dikalikan fraksi mol pelarut dalam larutan (X1)
P1 = X1 . Po  X1 = 1 – X2
ΔP = X2 . Po

P1 = tekanan parsial larutan


Po = tekanan uap pelarut murni
ΔP = penurunan tekanan uap
X1 = fraksi mol pelarut dalam larutan
X2 = fraksi mol zat terlarut
Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah daripada
tekanan uap pelarut murninya?

Karena larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut


murni, maka selisih ketidakteraturan antara larutan dan
uap lebih kecil dibandingkan antara pelarut murni dan
uap.
• Jika komponen kedua larutan mudah menguap (volatile), maka
tekanan uap larutan adalah jumlah dari tekanan parsial masing-
masing komponen. Hukum Raoult:
PA = XA . PAo
PB = XB . PBo
PA dan PB = tekanan parsial larutan untuk komponen A dan B
PAO dan PBO = tekanan uap zat murni A dan B
XA dan XB = fraksi mol A dan B

• Tekanan total diberikan oleh Hukum Dalton untuk tekanan


parsial:
PT = P A + P B
• Contoh : larutan benzena – toluena yang disebut larutan ideal.
Salah satu ciri larutan ideal adalah kalor pelarutannya selalu nol.
2. Kenaikan Titik Didih (ΔTd)
• Titik didih larutan adalah suhu pada saat tekanan uap
larutan sama dengan tekanan atmosfer luar.

Diagram fasa dari air dan larutan berair


• Kenaikan titik didih (ΔTd), didefinisikan sebagai:
ΔTd = Td – Tdo
ΔTd = Kd . m
Td = titik didih larutan
Tdo = titik didih pelarut murni
m = molalitas larutan
Kd = konstanta kenaikan titik didih molal (˚C/m)
3. Penurunan Titik Beku (ΔTb)
• Penurunan titik beku (ΔTb), didefinisikan sebagai:
ΔTb = Tbo – Tb
ΔTb = Kb . m
Tb = titik beku larutan
Tbo = titik beku pelarut murni
m = molalitas larutan
Kb = konstanta penurunan titik beku molal (˚C/m)
Konstanta Kenaikan Titik Didih Molal (Kd)
dan Konstanta Penurunan Titik Beku Molal
(Kb) untuk Beberapa Cairan yang Umum
Pelarut Titik Beku Kb (˚C/m) Titik Didih Kd(˚C/m)
Normal (˚C)* Normal (˚C)*
Air 0 1,86 100 0,52
Benzena 5,5 5,12 80,1 2,53
Etanol -117,3 1,99 78,4 1,22
Asam asetat 16,6 3,90 117,9 2,93
Sikloheksana 6,6 20,0 80,7 2,79
*diukur pada 1 atm
4. Tekanan Osmotik (π)
• Osmosis adalah proses perpindahan molekul cairan (pelarut)
dari larutan yang konsentrasinya lebih rendah ke larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi melalui membran semipermeabel.

• Tekanan osmotik (osmotic pressure) adalah tekanan yang


diperlukan untuk menghentikan osmosis.
• Tekanan osmotik larutan dinyatakan sebagai:
π = MRT

π = tekanan osmotik (atm)


M = konsentrasi (molaritas, mol/L)
R = konstanta gas = 0,0821 L.atm/K.mol
T = suhu mutlak (K)
n = mol zat terlarut
V = volume larutan (L)
Jika ada dua larutan dibandingkan nilai tekanan
osmotiknya, maka akan diperoleh 3 keadaan :

1. Larutan isotonik = jika kedua larutan mempunyai


konsentrasi yang sama, sehingga mempunyai tekanan
osmotik yang sama pula.
2. Jika kedua larutan memiliki tekanan osmotik berbeda,
larutan yang lebih pekat disebut hipertonik.
πA > πB
3. Jika kedua larutan memiliki tekanan osmotik berbeda,
larutan yang lebih encer disebut hipotonik.
πA < πB
Sifat Koligatif Elektrolit
• Sifat koligatif elektrolit berbeda dengan sifat koligatif
nonelektrolit karena elektrolit terurai menjadi ion-ion
dalam larutan.
• Persamaan sifat koligatif elektrolit:
ΔP = i. X2 . Po Variabel i adalah faktor van’t Hoff, yang didefinisikan
ΔTd = i.Kd.m sebagai:
ΔTb = i.Kb.m i = Jml partikel sebenarnya dlm larutan setelah penguraian
Jml satuan rumus yang semula terlarut dlm larutan
π = iMRT
Jadi,
untuk nonelektrolit, i seharusnya 1
untuk NaCl dan KNO3, i seharusnya 2
untuk Na2SO4 dan MgCl2, i seharusnya 3

Anda mungkin juga menyukai