Anda di halaman 1dari 12

I.

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN BERAT MOLEKUL ZAT


DENGAN METODE PENURUNAN TITIK BEKU
II. TUJUAN PERCOBAAN : Dapat menentukan berat molekul zat non
elektrolit melalui penurunan titik beku larutan, dan menentukan
persentase kesalahan penentuan berat molekul zat non elektrolit melalui
penurunan titik beku larutan.
III. TINJAUAN TEORITIS :

Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya  partikel


zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis  partikel zat
terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif (colligative  properties) (atau
sifat kolektif) sebab sifat-sifat tersebut memiliki partikel zat terlarut yang
ada (Chang, 2005: 12). Sifat koligatif bergantung pada  jumlah mol total
per liter spesies terlarut yang ada (oxtoby, dkk, 2001). Dalam larutan,
terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh banyaknya partikel
zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya
partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan.
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000
gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:

massa 1000
m= x
Mr P

Keterangan :
m = molalitas larutan (mol / kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)
P = massa pelarut (g)
Bobot molekul dapat ditentukan melalui beberapa metode di
antaranya metode kenaikan titik didih (ebulliscopic), metode penurunan
titik beku (cryoscopic), dan hipotesis Avogadro.Penentuan bobot molekul
menggunakan metode cryoscopic memiliki kelebihan dibangdingkan dua
metode lainnya.Bobot molekul melalui metode cryoscopic.Hal ini
dikarenakan penurunan titik beku larutan lebih besar dibandingkan
kenaikan titik didihnya.Penurunan titik beku yang relative besar
memudahkan dalam pengamatan perbedaan titik beku.Tidak seperti dalam
hipotesis Avogadro, zat terlarut dalam metode cryoscopic tidak perlu
berada dalam fasa uap. Zat terlarut dalam fasa uap diperlukan untuk
mengetahui massa jenis gas dari zat tersebut. Penentuan bobot molekul
melalui metode cryocopic ditentukan dari hubungan berat pelarut, berat zat
terlarut, dan konstanta cryoscopic serta penurunan titik beku.Hubungan
tersebut dituliskan dalam persamaan penurunan titik beku yang
perumusannya berdasarkan atas kondisi encer suatu larutan.Pada larutan
encer, titik beku larutan memiliki perbedaan yang kecil. Oleh karena itu,
pada penetuan bobot molekul degan menggunakan metode cryoscopic
digunakan pendekatan penurunan titik beku sama dengan nol. Bobot
molekul yang benar akan diperoleh saat penurunan titik beku mencapai nol
melalui cara ekstrapolasi. Ekstrapolasi merupakan data perbedaan titik
beku antara pelarut degan larutan dari berbagai konsentrasi.
Penurunan titik beku larutan sebanding dengan jumlah partikel zat
terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut. Oleh karena itu, jumlah molekul
atau ion terlarut dalam sejumlah yang sama pelarut akan menghasilkan
penurunan titik beku dengan nilai yang sam pula. Berdasarkan hal ini, dapt
dikatakan bahwa penurunan titik beku yang disebabkan oleh satu mol zat
non elektrolit adalah sama, tanpa memperhatikan jenis zat terlarutnya,
sepanjang jenis dan pelarutnya sama. Penurunan titik beku yang
diakibatkan oleh satu mol partikel zat terlarut dalam satu kilogram pelarut
disebut penurunan titik beku molal, yang digunakan sebagai tetapan untuk
penentuan berat molekul zat terlarut.
Apabila (g) gram zat terlarut mempunyai berat molekul (M)
terlarut dalam (p) gram pelarut, menghasilkan penurunan titik beku molal
Kf, maka massa molekul zat terlarut tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
∆Tf = kf x m
g 1000
∆ Tf =Kfx x
M p
gx 1000 xKf
M =
Px △ Tf
Keterangan:
g : gram terlarut
M : berat molekul
P : gram pelarut
△Tf : penurunan titik beku
Kf : tetapan penurunan titik beku molal
Peralatan terdiri dari bejana gelas pendingin berfungsi sebagai
bejana bagian luar, dan ada batang logam agitasi dan nampan logam yang
berfungsi sebagai tempat bejana pendingin. Terdapat sebuah bejana bagian
tengah yang letaknya di tengah yang berfungsi sebagai penyekat agar
pendinginan terjadi secara tidak langsung terhadap bejana bagian dalam
dan bejana bagian tengah, berfungsi agar proses pendinginan terjadi secara
perlahan. Dalam bejana bagian dalam ditempatkan thermometer
Beckmann, dan terdapat lubang samping untuk memasukkan
spesimen.Terdapat juga batang agitator bejana bagian dalam yang berupa
kaca yang ditempatkan dalam bejana bagian dalam. Komponen lain adalah
thermometer yang terletak pada bejana bagian luar sebagai perangkat
tambahan, pipet pelarut, dan sifon ( alat untuk menyesuaikan ketinggian
cairan pendingin).

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Satu set peralata pengukuran penurunan titik beku
 Neraca
 Gelas arloji
b. Bahan
 Aquades
 Zat non elektrolit (urea)
V. PROSEDUR KERJA
1. Pengukuran titik beku pelarut
a. Mengisi bejana stainlis dengan balok es kecil-kecil sebanyak mungkin
sampai tabung reaksi besar dapat berdiri sendiri.
b. Memasukkan garam kasar kedalam bejana stainlis yang berisi es kecil
secukupnya.
c. Menimbang massa gelas ukur kemudian massa tabung reaksi besar
pada neraca ohaus. Kemudian memasukkan pelarut air ke dalam
tabung reaksi besar, dan massanya ini dikurangi dengan massagelas
ukur dan tabung reaksi besar, maka diperoleh massa netto dari pelarut.
d. Tabung reaksi besar yang berisi pelarut air ditempatkan dalam bejana
stainlis bagian tengah
e. Thermometer Beckmann dan batang pengaduk dimasukkan, tabung
raksa dari thermometer harus dipastikan terendam dalam pelarut.
f. Tabung reaksi diaduk secara perlahan, thermometer Beckmann dibaca
setiap penurunan suhu rentang 0,50C, dan kurva hubungan antara suhu
dan waktu digambar.
g. Titik beku pada kurva pendinginan diambil.
h. Ketika kristal terbentuk, tabung reaksi dengan thermometer Beckmann
yang masih di dalamnya dikeluarkan dari bejana, dan menghangatkan
dengan tangan untuk mencairkan kristal. Ketika kristal mencair,
bejana bagian dalam ditempatkan dalam bejana bagian tengah dan
diulangi proses (5) dan (6) untuk menentukan titik beku.
i. Titik beku pelarut dicari dengan cara tersebut di atas. Pertama dicari
titik beku secara kasar, kemudian diulangi pengukuran dengan cara
yang sama dari titik beku untuk penentuan titik beku sebagai rata-rata
dari beberapa pembacaan.

2. Pengukuran titik beku larutan


a. Mengisi bejana stainlis dengan balok es kecil-kecil sebanyak mungkin
sampai tabung reaksi besar dapat berdiri sendiri.
b. Memasukkan garam kasar kedalam bejana stainlis yang berisi es kecil
secukupnya.
c. Menimbang massa gelas ukur kemudian massa tabung reaksi besar
pada neraca ohaus. Kemudian memasukkan pelarut air ke dalam
tabung reaksi besar, dan massanya ini dikurangi dengan massagelas
ukur dan tabung reaksi besar, maka diperoleh massa netto dari air.
d. Menimbang massa sampel pada neraca analitik
e. Sampel dilarutkan secara sempurna dalam pelarut yang diukur pada
bagian 1 diatas. Sampel dipastikan tidak mengendap pada bagian
thermometer Beckmann atau batang pengaduk bejana bagian dalam
yang tidak terendam dalam pelarut.
f. Titik beku dari larutan ditemukan dengan metode yang telah diuraikan
pada bagian 1 item (d) dan (e).
g. Penurunan titik beku ditentukan berdasarkan perbedaan titik beku
antara pelarut dan larutan serta dihitung massa molekul dengan cara
subtitusi harga yang dihasilkan dari persamaan (1).

VI. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Hubungan antara suhu dan waktu pada pendinginan pelarut (air)
 Massa gelas kimia + tabung reaksi = 183,4 g
 Massa gelas kimia + tabung reaksi + pelarut (air) 30 g = 213,4 g
 Massa urea = 0,7739 g

Waktu (s) Suhu (au)


0 6
15 5.5
26 5
44 4.5
57 4
77 3.5
98 3
120 2.5
133 2.35
140 2.3
146 2.25
147 2.2
156 2
164 1.82
175 1.07
185 1.5
199 1.4
206 1.3
216 1.2
221 1.15
227 1.1
233 1
239 0.9
250 0.85
256 0.8
268 0.7
274 0.65
280 0.6
294 2.96
300 3
305 3.05
310 3.05

2. Hubungan antara suhu dan waktu pada pendinginan larutan

Waktu (s) Suhu (au)


0 6
19 5.5
38 5
59 4.5
82 4
105 3.5
132 3
151 2.7
165 2.5
173 2.3
188 2.2
203 2
210 1.9
218 1.85
222 1.8
230 1.7
235 1.6
243 1.5
250 1.4
259 1.3
267 1.22
276 1.11
285 1
292 0.95
298 0.9
305 0.8
314 2
319 2.1
324 2.15
339 2.15
3. Analisa Prosedur
No Prosedur Analisa
Agar penurunan titik beku stabil pada
Diisi bejana dengan balok es kecil es, sehingga ditambahkan garam
1
dan garam kasar kasar, dan supaya es tidak cepat
mencair
Direndam tabung raksa dari
Agar tidak terjadi kesalahan pada
2 termometer secara sempurna dalam
pengukuran suhu
pelarut
untuk mengukur perbedaan suhu
3 Digunakan termometer Beckmann yang sangat kecil, tetapi nilai suhu
tidak bersifat mutlak
Dipegang termometer dengan benar,
4 agar air raksa tidak terputus
harus tegak lurus

B. Pembahasan

Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat tepat mengalami
perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami pembekuan
memiliki tekanan 1 atm. Titik beku larutan adalah temperatur pada saat kristal
pertama dari pelarut murni mulai terbentuk dalam keseimbangan dengan
larutan. Pada tekanan 1 atm, air murni membeku pada temperatur 0
o
C.Temperatur itu dinamakan titik beku normal air.Adanya zat terlarut dalam
air, menyebabkan pada temperatur 0 oC air belum membeku.Pada temperatur
itu tekanan uap jenuh larutan lebih kecil dari 1 atm. Untuk membuat larutan
dapat membeku kembali, temperatur larutan harus diturunkan sampai tekanan
uap jenuh larutan mencapai 1 atm.
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik
beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.Titik
beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0 0C. dengan adanya zat
terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku
larutan ini tidak akan sama dengan 0oC melainkan akan menjadi lebih rendah
di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh
masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak
murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang)
(Taufik, 2012)
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan berat molekul zat
non elektrolit melalui penurunan titik beku larutan, dan menentukan persentase
kesalahan penentuan berat molekul zat non elektrolit melalui penurunan titik
beku larutan.Praktikum kali ini dilakukan dua kali percobaan yaitu pengukuran
titik beku pelarut dan pengukuran titik beku larutan.Dalam percobaan ini
digunakan air sebagai pelarut dan urea sebagai zat terlarut.Massa molekul urea
bisa diketrahui dengan mengukur titik beku urea dan titik beku air.Berikut
penjelasan dari masing-masing percobaan.
1. Pengukuran Titik Beku Pelarut
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengisi bejana stainlis
dengan balok es batu kecil-kecil sampai tabung reaksi dapat berdiri sendiri
ditengah-tengah es tersebut. Kemudian ditambahkan garam kasar kedalam
es.Tujuan dari penambahan garam dapur ini adalah untuk menghambat
pecahan es batu untuk mencair.Dalam penggunaan garam dapur, massa
garam yang digunakakn jangan terlalu banyak dan juga jangan terlalu sedikit,
sebab akan mempengaruhi proses penurunann titik beku dan hasil yang didapat
kemungkinan kurang akurat. Namun apabila garam yang digunakaan terlalu
sedikit, penurunan titik beku tidak mencapai suhu yang akurat, dan pada
larutan gula yang di uji , pembentukkan kristal yang terjadi tidak sempurna.
Oleh karena itu para pratikum di tuntut ketelitian dan keterampulannya dalalam
melakukan percobaan tersebut. 
Langkah selanjutnya menimbang massa tabung reaksi besar pada
neraca ohaus dan diperoleh massa sebesar 180,5 gram, kemudian untuk
mendapatkan massa pelarut air sebesar 30 gram, maka pada neraca ohaus
diatur sedemikian rupa sampai ketelitian 210,5 gram untuk mendapatkan massa
pelarut air 30 gram. Kemudian dimasukkan tabung reaksi kedalam tengah-
tengah bejana yang sudah berisi es batu.Dan memasukkan thermometer
Beckmann beserta batang agitator kedalam tabung reaksi.Ketika termometer
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, usahakan agar termometer tidak menyetuh
dinding tabung karena akan membuat termometer jadi tidak stabil sehingga
mempengaruhi temperatur penurunan titik beku larutan yang di uji. Dan
sebelum penghitungan suhu, termometer harus dalam temperatur yang
stabil.Thermometer harus selalu tegak lurus, dalam arti tidak boleh
memiringkan atau menidurkan. Hal ini dikarenakan air raksa yang terdapat
pada temometer akan pecah dan dapat menyebabkan hasil perhitungan tidak
akurat.

Selanjutnya diaduk secara merata dengan menggunakan batang agitator


agar pendinginan merata sampai suhu turun pada 6 ⁰C.Setelah suhu turun
dibaca thermometer beckman setiap penurunan 0.5⁰C dan dicatat waktu saat
penurunan berlangsung.

2. Pengukuran titik Beku Larutan


Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan ini sama degan
langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan pengukuran titik beku
pelarut. Kemudian menimbang massa gelas kimia + tabung reaksi dan
diketahui massanya adalah 183,4 g. Setelah itu menambahkan pelarut air 30 g
sehingga massa gelas kimia + tabung reaksi + pelarut air adalah 213,4 g.
selanjutnya menimbang massa urea sebagai berikut.
Diketahui = berat molekul urea = 60 g/mol
P = 30
∆Tf = 0,80C
Kf = 1,860C/mol

Mm x P x ∆ T f
MassaUrea=
1000 x kf

60 g /mol x 30 x 0,8 ℃
¿
1000 x 1,86 ℃ /mol

= 0,7742 gram

kemudian massa sampel yang telah ditimbang, dilarutkan sempurna dalam


pelarut yang diukur pada bagian 1. Dan pastikan bahwa sampel tidak
mengendap pada bagian-bagian temometer Beckman atau batang agitator
bejana bagian dalam yang tidak terendam dengan pelarut. Selanjutnya tebung
reaksi ditempatkan ditengah-tengah bejana yang berisi es seperti cara yang
dilakukan pada percobaan 1. Larutan diaduk secara merata dengan
menggunakan batang agitator agar pendinginan merata sampai suhu turun pada
6 ⁰C.Setelah suhu turun dibaca thermometer beckman setiap penurunan 0.5⁰C
dan dicatat waktu saat penurunan berlangsung.

Penurunan Titik Beku Larutan Terhadap Pelarut

Diketahui :
Titik beku pelarut murni = 3,050C
Titik beku larutan = 2,150C
Jawab :
∆Tf = Titik Beku parut murni – Titik beku larutan
∆Tf = 3,050C – 2,150C
∆Tf = 0,90C
1. Berat Molekul Urea
Diketahui :
BM urea teori = 60 g/mol
Massa urea percobaan = 0,774 g
Massa air = 30 g
Kf urea = 1,860C g/mol
∆Tf = 0,90C

Jawab :
∆Tf = Kf.m
m urea 1000
∆Tf = Kf . x
BM urea mair
murea 1000
BM urea = Kf urea . x
∆ Tf m a ir
0,774 g 1000
BM urea = 1,86 0C g/mol . x
0,90 ℃ 30 g
BM urea = 53,32 g/mol
Jadi, berat molekul urea hasil perhitungan yaitu 53,32 g/mol
2. % kesalahan
Menghitung % kesalahan pada percobaan penentuan berat molekul urea
melalui metode penurunan titik beku sebagai berikut :
massa teoritis−massa eksperimen
% kesalahan = x 100 %
massa teoritis
g g
60 −53,32
mol mol
=
g
60
mol
= 1,11 %

VII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa


penurunan titik beku (∆Tf) dimana harga ∆Tf berdasarkan percobaan yaitu
0,900C. kemudian dapat dihitung berat molekul zat non elektrolit urea melalui
penurunan titik beku larutan diperoleh sebesar 53,32 g/mol, dengan
membandingkan berat molekul urea percobaan dengan teoritis maka
%kesalahan sebesar 1,11%.
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irfan. 1994. Kimia.  Jakarta: Erlangga.


Harnanto, Ari. 2009. Kimia 3.  Jakarta: Pusat perbukuan Pendidikan
Nasional.
Jupamahu, M.S. 1980. Kimia Fisika 1.  Bandung: Departemen Kimia ITB.
Reis. 1999. Sifat-sifat Gas dan Zat Cair.  Jakarta: Gramedia.
Sachri, Soebandi dan Harun. 1982. Buku Tabel Ilmu Fisika dan
Kimia.  Bandung: Binacipta.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika.  Yogyakarta: Rineka Cipta.
Wahyuni, Sri. 2013. Kimia Fisika 2.  Semarang: Kimia FMIPA UNNES.

Anda mungkin juga menyukai