Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KIMIA FISIK 1

“ENERGI BEBAS GIBBS DAN HELMHOLTZ”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 12

Charenina Elvira Maharani (A1C120004)

Nurul Khairunnisa (A1C120028)

Nurul Ainun Fadhyah (PMM2100239)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Dra. Wilda Syahri, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan
hidayahnya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul ―Energi

Bebas Gibbs dan Helmholtz‖ pada mata kuliah Kimia Fisik 1 ini tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman anggota kelompok yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-ide juga pemikirannya sehingga makalah ini bisa
disusun guna memenuhi tugas presentasi matakuliah Manajemen Pendidikan.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Waalaikumsalam warohmatullahi Wabarokatuh.

Jambi, 12 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1 Energi Bebas Gibbs dan Helmholtz............................................................................. 5
A. Energi Bebas Gibbs.................................................................................................. 5
B. Energi Bebas Helmholtz ........................................................................................ 12
C. Contoh Soal dan Penyelesaian ............................................................................... 14
BAB III ..................................................................................................................................... 17
PENUTUP ................................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dunia ini, tidak mungkin ada kehidupan tanpa energi, setiap gerak,
peristiwa, dan segala sesuatu yang terjadi di dunia disebabkan karena adanya energi.
Alam semesta, tata surya, bumi, manusia dan kehidupan tidak akan ada jika energi
tidak ada. Energi secara fisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
suatu usaha. Energidi alam semesta memiliki berbagai macam cakupan, sepertienergi
mekanis, nuklir, potensial, masih banyak lagi. Namun, pada pembahasan makalah ini
lebih menjurus pada energibebas dalam hubungannya dengan termodinamika.
Parameter termodinamika untuk perubahan keadaan diperlukan untuk
mendeskripsikan ikatan kimia, sruktur dan reaksi.Pengetahuan termodinamika
sederhana sangat bermanfaat untuk memutuskan apakah struktur suatu senyawa
akanstabil, kemungkinan kespontanan reaksi, perhitungan kalorreaksi, penentuan
mekanisme reaksi dan pemahaman elektrokimia.
Sistem dalam termodinamika merupakan suatu obyek atau kawasan yang
menjadi perhatian kita. Kawasan di luar sistem disebut lingkungan. Sistem mungkin
berupa sejumlah materi atau suatu daerah yang kita bayangkan dibatasi oleh suatu
bidang batas, yaitu bidang yang membatasi sistem terhadap lingkungannya. Bidang
batas ini dapat kita bayangkan pula mampu mengisolasi sistem dari lingkungannya
ataupun memberikan suatu cara interaksi tertentu antara sistem dan lingkungannya.
Jika suatu sistem tersebut terisolasi maka ia tidak dapat dipengaruhi oleh
lingkungannya. Walaupun demikian perubahan-perubahan mungkin saja terjadi di
dalam sistem. Perubahan-perubahan tersebut misalnya temperature dan tekanan. Akan
tetapi, perubahan yang terjadi dalam sistem yang terisolasi seperti ini tidak dapat
berlangsung terus tanpa batas suatu saat akan tercapai kondisi keseimbangan internal
yaitu kondisi di manaperubahan-perubahan dalam sistem sudah berhenti. Umum
adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan
prosesnya berkelanjutan. Pembahasan dalam makalah ini lebih menuju pada energi
Bebas Gibbs (ΔG) dan energi bebas Helmholtz(ΔA)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Energi Bebas (GIBBS) dan Energi Bebas Helmholtz?
2. Bagaimanakah energi bebas gibbs dan energi bebas Helmholtz dalam
lingkungan?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan energi bebas dalam
hubungannya dengan perubahan entalpi dan entropi?

3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Energi Bebas (GIBBS) dan
Energi Bebas Helmholtz.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana energi bebas gibbs dan energi
bebas Helmholtz dalam lingkungan.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perubahan energi
bebas dalam hubungannya dengan perubahan entalpi dan entropi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Energi Bebas Gibbs dan Helmholtz

A. Energi Bebas Gibbs


Energi bebas Gibbs didefinisikan sebagai perbedaan antara energi
entalpi (H) denganenergi yang tidak digunakan untuk kerja berupa entropi (S)
pada temperatur absolut (T). G =H - TS. Entropi dihitung sebagai perubahan
energi perderajat dengan satuan kal/K.mol atau mJ/K.mol. Perubahan energi
bebas Gibbs dapat dinyatakan dengan persamaan DG = DH –TDS.
Energy bebas Gibbs adalah fungsi keadaan termodinamika yang secara
alami sangat cocok untuk menjelaskan kelangsungan suatu reaksi kimia pada T
dan P tetap. Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa reaksi spontan akan
meningkatkan entropi semesta, artinya, > 0. Namun untuk menetapkan
tanda suatu reaksi, kita perlu menghitung baik maupun .
Namun yang biasanya kita perhatikan hanyalah apa-apa yang terjadi dalam sistem
tertentu, dan perhitungan bisa saja cukup sulit. Untuk itu, kita biasanya
memakai fungsi termodinamika lain untuk membantu kita menetapkan apakah
reaksi akan terjadi spontan jika kita hanya melihat sistem itu sendiri. Proses
spontan didasarkan atas 2 faktor, yaitu:
 ΔH yang menurun
 ΔS yang meningkat
Untuk merumuskan dua faktor di atas diperlukan besaran yang disebut: Energi
Bebas (ΔG)
Rumus:
ΔG =
Keterangan:
ΔG = perubahan energi bebas
= perubahan entalpi
= Temperatur
= perubahan entropi (Joule/K.mol)

5
Dalam konteks ini, energi bebas ialah energi yang tersedia untuk
melakukan kerja. Jadi, jika suatu reaksi diiringi dengan pelepasan energi yang
berguna (dengan kata lain, jika ∆G negatif), kenyataan ini sendiri saja sudah
menjamin bahwa reaksinya spontan, dan tak perlu mengkhawatirkan bagian lain
dari semesta.
Perhatikan bahwa kita semata-mata hanya menyusun-ulang rumus untuk
perubahan entropi semesta, menghilangkan ∆Suniv dan mempersamakan
perubahan energi bebas dari sistem itu (∆G) dengan -T∆Suniv, sehingga dapat
memfokuskan perhatian pada perubahan dalam sistem. Ringkasan syarat-syarat
untuk kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dari segi ∆G:
 ∆G < 0 Reaksi spontan ke arah depan
 ∆G > 0 Reaksi nonspontan. Reaksi ini spontan pada arah yang
berlawanan.
 ∆G = 0 Sistem berada pada kesetimbangan. Tidak ada perubahan bersih

1. Perubahan Energi-bebas Standar

Energi-bebas reaksi standar (∆G°rxn) ialah perubahan energi-


bebas untuk reaksi bila reaksi itu terjadi pada kondisi keadaan standar,
artinya, bila reaktan berada dalam keadaan standarnya diubah menjadi
produk dalam keadaan standarnya.
Dibawah ini meringkas konvensi yang digunakan para
kimiawan untuk mendefinisikan keadaan standar zat murniserta larutan.
Untuk menghitung ∆G°rxn, mulai dengan persamaan
aA + bB cC + dD
Perubahan energi-bebas standar untuk reaksi ini ialah
∆G°rxn = [ c∆G°f(C) + d∆G° f (D) ] - [ a∆G° f (A) +b∆G° f (B) ] atau,
secara umum,
∆G°rxn = ∑n∆G°f (produk) - ∑m∆G°f (reaktan)
di mana m dan n adalah koefisien stoikiometri. Suku ∆G°f
adalahenergi-bebas pembentukan standar dari senyawa, artinya, perubahan
energi-bebas yang terjadi bila 1 mol senyawa disintesis dari unsur-
unsurnya dalam keadaan standarnya. Untuk pembakaran grafit:
6
C(grafit) + O2(g) ——> CO2(g)
perubahan energi-bebas standarnya ialah
∆G°rxn = ∆G°f (CO2) - [ ∆G°f (C, grafit) + ∆G°f (O2) ]
Seperti pada entalpi pembentukan standar, kita definisikan energi bebas
pembentukan standar setiap unsur dalam bentuk stabilnya adalah nol. Jadi,
∆G°rxn (C, grafit) = 0 dan ∆G°f (O2) = 0
Dengan demikian, perubahan energi-bebas standar untuk reaksi dalam
kasus ini sama nilainya dengan energi bebas pembentukan standar CO2:
∆G°rxn = ∆G°f (CO2)
Perhatikan bahwa ∆G°rxn dalam satuan kJ, tetapi ∆G°fdalam kJ/mol.
Persamaan ini berlaku karena koefisien di depan ∆G°f (dalam hal ini 1)
mempunyai satuan "mol."

Perubahan energi bebas Gibbs (DG) merupakan salah satu besaran


termodinamika yang dapat digunakan untuk meramalkan arah reaksi
kimia. Secara termodinamika reaks ikimia cendeung berlangsung spontan
kearah penurunan energi bebas Gibbs (DG < 0). Hal ini akan terjadi jika:
a Energi ikat total produk lebih besar dari energi ikat total reaktan (DH < 0),
dantingkat ketidakteraturan produk lebih tinggi daripada tingkat
ketidakteraturan reaktan(DS > 0). Sebagai contoh, pembentukan gas
karbon monoksida dari unsur karbon dan gas oksigen.

1/20 + = DGº = -137,2 kJ/mol


DHº = -110,5 kJ/mol
TDSº = +26,7 kJ/mol

b Energi ikat total produk lebih besar daripada energi ikat total reaktan (DH
< 0),dan tingkat ketidakteraturan produk lebih rendah daripada tingkat
ketidakteraturan reaktan (DS < 0), tetapi DS tidak boleh terlalu kecil untuk
membuat TDSmelampaui DH. Sebagai contoh, sintesis amonia dalam
industri.
DGº = -167, kJ/mol

DHº = -46.2 kJ/mol

7
TDSº=-29.5 kJ/mol
Besaran entropi yang negatif menunjukkan keteraturan produk yang lebih
besar daripada reaktan. Dalam hal ini, produk hanya mengandung 2 mol
molekul bebas dibanding reaktan yang mengandung 4 mol molekul bebas..

c Energi ikat total produk lebili kecil dari energi ikat total reaktan (DH > 0),
dan tingkat ketidakteraturan produk lebih tinggi daripada tingkat
ketidakteraturan reaktan (DS > 0), dan TDS > 0. Contoh dari kasus
tersebut adalah senyawa yang dilarutkan secara endotermis menghasilkan
larutan jenuh yang konsentrasinya lebih dan 1 M misalnya natrium
klorida.
DGº= -2.7 kJ/mol
DHº= +1.9.kJ/mol
TDSº= +4,6 kJ/mol
Perlu dipahami bahwa besaran DGº hanya menyatakan kecenderungan
arah reaksi.Arah reaksi sangat erat kaitannya dengan kesetimbangan
kimia. Karena itu DGº tidakmenyatakan hasil yang sesungguhnya dalam
suatu reaksi kimia. Untuk memaham ihasil yang sesungguhnya dalam
suatu reaksi kimia dipelajari lebih lanjut dalamkinetika kimia.

2. Penerapan Rumus ∆G = ∆H - T∆S


Untuk memprediksi tanda ∆G, berdasarkan Persamaan di
atas, perlu diketahui baik ∆H maupun ∆S. ∆H negatif (reaksi
eksotermik) dan ∆S positif (reaksi yang menyebabkan peningkatan
ketidakteraturan sistem) cenderung akan membuat ∆G negatif, meskipun
suhudapat juga mempengaruhi arah dari suatu reaksi spontan. Empat
kemungkinan hasil dari hubungan ini ialah:
 Jika ∆H maupun ∆S positif, maka ∆G akan negatif hanya bila
suku T∆S lebih besar angkanya dibandingkan ∆H. Kondisi ini
dijumpai bila T besar.
 Jika ∆H positif dan ∆S negatif, ∆G akan selalu positif, berapa pun
suhunya.

8
 Jika ∆H negatif dan ∆S ositif, maka ∆G akan selalu negatif berapa
pun suhunya.
 Jika ∆H negatif dan ∆S negatif, maka ∆G akan negatif hanya bila
T∆S lebih kecil angkanya dibandingkan ∆H. Kondisi ini terjadi
jika T kecil.

Suhu-suhu yang akan menyebabkan ∆G negatif untuk kasus


pertama dan terakhir bergantung pada nilai aktual dari ∆H dan ∆S dari
sistem. Di bawah ini meringkas pengaruh dari kemungkinan-
kemungkinan yang baru dibahas ini.

3. Suhu dan Reaksi Kimia


Kalsium oksida (CaO), juga disebut kapur tohor(quicklime),
adalah zat anorganik yang sangat berharga dan digunakan dalam
pembuatan baja, produksi logam kalsium, industri kertas, pengolahan
air, dan pengendalian pencemaran. Bahan ini dibuat dengan cara
menguraikan batu kapur (CaCO3, batu gamping) di dalam sebuah tanur
bakar (kiln) pada suhu tinggi):
CaCO3 ↔ CaO(s) + CO2 (g)
Reaksi ini reversibel, dan CaO mudah bergabung dengan CO2
untuk membentuk CaCO3. Tekanan CO2 dalam kesetimbangan dengan
CaCO3dan CaO meningkat dengan meningkatnya suhu. Dalam pembuatan
di kapur tohor di pabrik, sistemnya tak pernah dijaga pada kesetimbangan;
sebaliknya, CO2 terus-menerus diambil dari tanur untuk menggeser
kesetimbangan dari kiri ke kanan, sehingga meningkatkan pembentukan
kalsium oksida.
Informasi penting untuk kimiawan praktisi ialah suhu pada saat
CaCO3 yang terurai cukup banyak (artinya, suhu pada saat reaksi menjadi
spontan). Kita dapat membuat perkiraan yang baik untuk suhu tersebut
sebagai berikut. Mula-mula kita hitung∆H° dan ∆S° reaksi pada 25°C,
―menggunakan data dari Lampiran 2 buku raymond chang jilid 2
hal.308. (∆H°f(CaO) = -635,6 kJ/mol), (∆H°f (CO2) = -393,5 kJ/mol
), (∆H°f (CaCO3) = -393,5 kJ/mol ), (S°(CaO) = 39,8 J/K • mol), (
S°(CO2) = 213,6 J/K • mol), ( S°(CaCO3) = 92,9 J/K • mol)
9
Untuk menentukan AH° kita gunakan Persamaan :
∆H° = [∆H°f(CaO) + [∆H°f (CO2)] - [∆H°f (CaCO3)]
= [(1 mol)(-635,6 kJ/mol) + (1 mol)(-393,5 kJ/mol)] - [(1 mol)(-
1206,9 kJ/mol)]
= 177,8 kJ

Kemudian kita terapkan Persamaan untuk mencari ∆S° :


∆S° = [S°(CaO) + S°(CO2)] - [S°(CaCO3)]
= [(1 mol)(39,8 J/K • mol) + (1 mol)(213,6 J/K • mol)] - [(1 mol)(92,9
J/K • mol)]
= 160,5 J/K
Untuk reaksi yang dilakukan pada kondisi-kondisi keadaan-standar,
gunakan Persamaan:
∆G° = ∆H° - T∆S°
sehingga kita peroleh
∆G° = 177,8 kJ - (298 K)( 160,5 J/K) (1 kJ/1000 J)
= 130,0 kJ
Karena ∆G° adalah kuantitas positif yang besar, kita
simpulkan bahwa reaksi sulit terjadi pada 25°C (atau 298 K). Untuk
membuat ∆G° negatif, pertama-tama cari suhu pada saat ∆G° nol;
artinya,
0 = ∆H° - T∆S°
Atau
T = 1108 K atau 835°C
Pada suhu yang lebih tinggi dari 835°C, ∆G° menjadi
negatif, menunjukkan bahwa penguraiannya spontan.
Contohnya, pada 840°C, atau 1113 K,
∆G° = ∆H° - T∆S°
= 177,8 kJ - (1113 K)(160,5 J/K) (1 kJ/1000 J)
= -0,8 kJ
Terdapat dua hal penting dalam perhitungan ini. Pertama,
kita menggunakan nilai ∆H° dan ∆S° pada 25 °C untuk menghitung
perubahan yang terjadi pada suhu yang jauh lebih tinggi. Karena ∆H°

10
maupun ∆Sberubah terhadap suhu, pendekatan ini tidak akan
menghasilkan nilai ∆G° yang akurat, namun cukup baik untuk perkiraan
kasar. Kedua, jangan salah berpikir bahwa tidak terjadi apa-apa pada suhu
di bawah 835°C dan bahwa pada 835°C CaCO3 tiba-tiba mulai mengurai.
Jauh dari itu. Kenyataan bahwa ∆G°bernilai positif pada suhu di bawah
835°C bukan berarti tidak ada CO2 yang dihasilkan, melainkan bahwa
tekanan gas CO2 yang terbentuk pada suhu tersebut akan berada di bawah
1 atm (nilai keadaan-standarnya; lihat Tabel 1). Seperti ditunjukkan pada
Gambar 1, tekanan CO2 pada mulanya meningkat perlahan dengan
meningkatnya suhu; tekanan ini menjadi mudah diukur di atas 700°C.
Pengaruh 835°C ialah bahwa ini adalah suhu pada saat tekanan
kesetimbangan CO2 mencapai 1 atm. Di atas 835°C, tekanan
kesetimbangan CO2 melebihi 1 atm. Jika sistem berada pada
kesetimbangan, maka tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan
spontan pada kedua arah. Syarat ∆G° = 0 berlaku pada transisi fasa apa
saja.

4. Transisi Fasa
Pada suhu sewaktu transisi fasa terjadi (titik leleh atau titik
didih), sistem berada pada kesetimbangan (∆G = 0), sehingga Persamaan
menjadi
0 = ∆H° - T∆S°
∆S°=
Coba lihat kesetimbangan es-air. Untuk transisi es→air, ∆H adalah kalor
lebur molar (6010 J/mol) danT adalah titik leleh. Maka entropi
perubahannya adalah
∆Ses→air = 22,0 J/K • mol
Jadi, ketika 1 mol es meleleh pada 0°C, terdapat kenaikan entropi sebesar
22,0 J/K. Kenaikan entropi konsisten dengan peningkatan ketidakteraturan
dari padatan ke cairan. Sebaliknya, untuk transisi air →es, penurunan
entropi adalah
= -22,0 J/K • mol

11
Di laboratorium, kita biasanya melakukan perubahan ke satu
arah saja, artinya, hanya dari es menjadi air atau air menjadi es. Kita dapat
menghitung perubahan entropi d'alam setiap kasus dengan menggunakan
persamaan AS = AH/T asalkan suhu tetap pada 0°C. Prosedur yang sama
dapat diterapkan pada transisi air-uap. Dalam kasus ini, AH adalah
kalorpenguapan dan T adalah titik didih air.

B. Energi Bebas Helmholtz


Energi bebas Helmholtz merupakan potensi termodinamika yang
mengukur "berguna" kerja diperoleh dari suatu sistem termodinamika tertutup
pada suhu konstan. Perbedaan negatif dari energy Helmholtz adalah sama dengan
jumlah maksimum pekerjaan yang sistem dapat melakukan dalam proses
termodinamikadimanasuhutetap konstan. Jikavolume tidaktetap konstan, bagian
dari pekerjaan ini akan dilakukan sebagai pekerjaan batas. Energi helmholtz yang
biasa digunakan untuk sistem yang diadakan pada volume konstan. Karena dalam
kasus ini tidak ada pekerjaan dilakukan pada lingkungan, penurunan energi
Helmholtz adalah sama dengan jumlah maksimum pekerjaan yang berguna yang
dapat dickstraksi dari sistem. Untuk sistem pada suhu konstan dan volume, energi
Helmholtz diminimalkan pada kesetimbangan. Energi bebas Helmholtz
dikembangkan oleh Hermann von Helmholtz, seorang fisikawan Jerman, dan
biasanya dilambangkan dengan huruf A (dari Jerman "Arbeit" atau bekerja).
IUPAC merekomendasikan huruf A serta penggunaan nama energy Helmholtz.
Sementara energi bebas Gibbs ini paling sering digunakan sebagai
ukuran potensi termodinamika, khususnya di bidang kimia, itu tidak nyaman
untuk beberapa aplikasi yang tidak terjadi pada tekanan konstan. Sebagai contoh,
dalam penelitian bahan peledak, energi bebas helmholtz sering digunakan sejak
reaksi eksplosif, menurut sifatnya menyebabkan perubahan tekanan. Hal ini juga
sering digunakan untuk menentukan persamaan dasar negara zat murni.
Helmholtz energi didefinisikan sebagai:
A=E-TS
Keterangan:
A = energi bebas Helmholtz

12
E = energi internal sistem
T = suhu mutlak
S = entropi

Jika persamaan ini dideferensiasi diperoleh


dA ≡ dE − TdS – SdT
Penerapan hukum thermodinamika pertama memberikan persamaan
dSlingkungan = yang dapat kita tuliskan dE = dq − dw sedangkan definisi
entropi dinyatakan oleh persamaan dSsistem = , maka dA ≡ dE − TdS – SdT,
maka dapat dituliskan
dA = dq – dw − dqrev − SdT
Jika temperatur konstan dan tidak ada kerja yang dilakukan oleh sistem pada
lingkungan maupun dari lingkungan pada sistem, maka persamaan di atas menjadi
dA│w,T = dq − dq rev
Karena dq ≤ dq rev menurut hukum Thermodinamika Ke-dua, maka
dA│w , T ≤ 0
Jadi pada proses isothermal di mana tidak ada kerja, energi bebas Helmholtz
menurun dalam semua proses alamiah dan mencapai nilai minimum setelah
mencapai keseimbangan. Pernyataan ini mengingatkan kita pada peristiwa dua
atom yang saling berdekatan membentuk ikatan atom. Ikatan terbentuk pada
posisi keseimbangan yang merupakan posisi di mana energi potensial kedua atom
mencapai nilai minimum. Demikian pula halnya dengan sejumlah atom yang
tersusun menjadi susunan kristal; energi potensial total atom-atom ini mencapai
nilai minimum. Melalui analogi ini, energi bebas dipahami jugasebagai potensial
thermodinamik.
Membuat temperatur konstan dalam suatu proses bisa dilakukan di
laboratorium. Tetapi tidaklah mudah membuat sistem tidak memuai pada waktu
energi panas masuk ke dalamnya. Lagi pula sekiranya pemuaian dapat diabaikan
seperti pada kasus pemanasan dielektrik, polimerisasi ataupun depolimerisasi
akan terjadi di dalam dielektrik sehingga kerja selalu diperlukan.

13
C. Contoh Soal dan Penyelesaian
Contoh Soal Energi Bebas Gibbs
1. Perhatikan reaksi pembakaran metana berikut ini :
CH4(g) + O2(g) ==> CO2(g) + 2H2O(l)
Jika diketahui harga perubahan entropinya adalah – 242,2 J/K mol dan
perubahan entalpinya – 890,4 kJ/mol, hitunglah harga perubahan energi bebas
gibs standar pada suhu 25°C?
Pembahasan :
Langkah pertama yang akan kita lakukan adalah mengubah satuan perubahan
entropi dari J ke kJ.
1 kJ = 1000 j
ΔS° = – 242,2 J/K mol = – 242,2/1000 kJ/ K mol = – 0,2422 kJ/mol K
Kemudian suhu juga harus kita ubah menjadi satuan Kelvin.
K = C + 273 = 25 + 273 = 298 K
Nah, setelah itu baru masukkan data ke rumus menghitung perubahan energi
bebas Gibbs standar :
ΔG° = ΔH° – TΔS°
= – 890,4 kJ/mol – 298 K x -0,2422kJ/mol K
= (- 890,4 + 72,1756 ) kJ/mol
= – 818,2244 kJ/mol

2. Jika diketahui harga ΔS = + 160,4 J/mol K dan ΔH = + 178 kJ/mol. Pada


suhu berapakah reaksi diatas dapat berlangsung spontan?
Pembahasan :

Pertama, jangan sampai lupa mengubah satuan ΔS nya!

ΔS = + 160,4 J/ mol K = + 160,4/1000 kJ/mol K = + 0,1604 kJ/mol K

Reaksi akan spontan jika :

ΔH – TΔS < 0

+ 178 kJ/mol – T x (+0,1604) < 0

– T x (+0,1604) < – 178

14
– T < – 778/0,1604

– T < – 1110

T > 1110 K

Reaksi diatas akan spontan jika suhu reaksi diatas 1110 K.

3. Pada industri ammonia sejumlah gas nitrogen direaksikan dengan gas hidrogen
agar membentuk gas ammonia. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

N2 (g) + 3H2 (g) ⇌ 2NH3 (g)

Jika diketahui perubahan energi bebas standar dari reaksi tersebut


sebesar −33.2 kJ dan konstanta kesetimbangan, Kp ialah 6.5 × pada 25 .
Dalam suatu percobaan, tekanan awal adalah = 0.250 atm, =0.870 atm
dan =12.9 atm. Tentukan G dan prediksi arah reaksi!
Jawaban:

15
Contoh Soal Energi Bebas Helmholtz
1. Suatu zat mempunyai kapsitas panas 12,3 J/K dan mengalami perubahan
pada T dan P konstan 300 K dan 2 atm. V1 = 12 L V2 = 12,3 L. Buktikan
bahwa perubahan energi Helmhotz sama dengan kerja yang dilakukan
sistem
Diketahui :
Cp = 12,3 J/K
P = 2 atm
dV = (12,3 – 12) L = 0,3 L = 3x10-4
dA = -SdT – PdV , P = 0, T = 0
dA = – PdV Sama
dW = – PdV
dA = - (2 x 1,01325x10-5 N/m2) x 3x10-4
= 6.0795 x 10-9

2. Hitung harga ΔA untuk reaksi proses


2He(g) (27°C, 1 atm) 2He(g) (27°C, 5 atm)
Proses dianggap reversible
Jawab : karena proses diatas berlangsung konstan dan dianggap reversible
maka,
ΔA = -Wmaks = - (kerja kompresi)
=

3. Hitunglah dari 2.5 mmol Ag yang menempati volume 72 dm3 pada T =


298 K dan mengalami perbahan volume 100 dm3.
Jawab:
(hukum boyle)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Energi Bebas Gibbs (G), fungsi termodinamik yang menyatakan kespontanan
reaksi secara lebih langsung, dengan rumus umum dalam suatu sitem ∆G = ∆H - T∆S,
dengan suhu yang tetap.
Energi Bebas Helmholtz (A), adalah selisih perubahan energi internal terhadap
suhu dan entropi, Karena perubahan energi menjadi kerja adalah proses irreversible,
sedangkan dalam proses irreversible entropi selalu meningkat, maka energi yang tak
dapat diperoleh adalah TS dimana S adalah entropi dan T adalah temperature dalam
kondisi keseimbangan, sehingga didapatkan rumus umumnya, A = E- TS.

3.2 Saran
Untuk mencapai tujuan pemahaman materi, pemakalah menyarankan pembaca
untuk terus mencari berbagai referensi lainnya. Tidak terbatas dan terpaku pada isi
makalah ini saja. Hal ini agar pengetahuan dan wawasan kita lebih banyak dan lebih
luas lagi.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi isi pembahasan maupun dari segi penulisan. Maka dqari itu, kami harap
pembaca dapat memberi kritik serta saran yang bersifat membangun agar ke depannya
bisa menjadi lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Castellan,G.W. (1979). Physical Chemistry Third Edition. University Of


Maryland
P.W Atkins. 1993. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga

18

Anda mungkin juga menyukai