Energi Bebas
Prodi kimia
Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam
Universitas tribuana kalabahi
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya saya mampu
menyelesaikan makalah dengan judul “ENERGI BEBAS”.
Makalah “ENERGI BEBAS” ini merupakan tugas mata kuliah Termodinamika Kimia.
Melalui makalah ini yang diharapkan dapat menunjang nilai saya di dalam mata kuliah
Termodinamika Kimia. Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi
yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.
Saya menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
TERIMA KASIH
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……..….I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...II
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………...….....……..………....1
1.2 Perumusan Masalah……………………………….……….………..........…..…………1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………......……….....1
A. Latar Belakang
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja (misalnya untuk energi listrik
dan mekanika), daya (kekuatan) yg dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses
kegiatan, misalnya dapat merupakan bagian suatu bahan atau tidak terikat pada bahan (spt
sinar matahari), tenaga. Energi di alam semesta memiliki berbagai macam cakupan, seperti
energi mekanis, nuklir, potensial, masih banyak lagi. Namun, pada pembahasan makalah ini
lebih menjurus pada energi bebas dalam hubungannya dengan termodinamika. Parameter
termodinamika untuk perubahan keadaan diperlukan untuk mendeskripsikan ikatan kimia,
sruktur dan reaksi. Pengetahuan termodinamika sederhana sangat bermanfaat untuk
memutuskan apakah struktur suatu senyawa akan stabil, kemungkinan kespontanan reaksi,
perhitungan kalor reaksi, penentuan mekanisme reaksi dan pemahaman elektrokimia.
Sistem dalam termodinamika adalah obyek atau kawasan yang menjadi perhatian
kita. Kawasan di luar sistem disebut lingkungan. Sistem mungkin berupa sejumlah materi atau
suatu daerah yang kita bayangkan dibatasi oleh suatu bidang batas, yaitu bidang yang
membatasi sistem terhadap lingkungannya. Bidang batas ini dapat kita bayangkan pula mampu
mengisolasi sistem dari lingkungannya ataupun memberikan suatu cara interaksi tertentu
antara sistem dan lingkungannya.
Jika sistem terisolasi maka ia tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Walaupun demikian perubahan-perubahan mungkin saja terjadi di dalam sistem .
Perubahan-perubahan tersebut misalnya temperatur dan tekanan. Namun demikian
perubahan yang terjadi dalam sistem yang terisolasi seperti ini tidak dapat berlangsung terus
tanpa batas; suatu saat akan tercapai kondisi keseimbangan internal yaitu kondisi di mana
perubahan- perubahan dalam sistem sudah berhenti. Umum adalah sumber energi yang dapat
dengan cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Pembahasan
dalam esai ini lebih menuju pada energi bebas gibbs (∆g) dan energi bebas helmholtz(∆a)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanaka energi bebas gibbs dan energi bebas helmholtz dalam lingkungan?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan energi bebas dalam hubungannya
dengan perubahan entalpi dan entropi?
3. Bagaimanakah definisi energi bebas gibbs dan helmholt?
C. Tujuan
1. Mengetahui energi bebas gibbs dan energi bebas helmholtz dalam lingkungan
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan energi bebas dalam hubungannya
dengan perubahan entalpi dan entropi
3. Mengetahui definisi energi bebas gibbs dan helmholtz
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Energi Bebas Gibbs
Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa reaksi spontan akan
meningkatkan entropi semesta, artinya, ∆suniv> 0. Namun untuk menetapkan tanda ∆suniv suatu
reaksi, kita perlu menghitung baik ∆ssis maupun ∆ssurr. Namun yang biasanya kita perhatikan
hanyalah apa-apa yang terjadi dalam sistem tertentu, dan perhitungan ∆ssurr bisa saja cukup
sulit. Untuk itu, kita biasanya memakai fungsi termodinamika lain untuk membantu kita
menetapkan apakah reaksi akan terjadi spontan jika kita hanya melihat sistem itu sendiri.
Dari persamaan proses spontan, kita mengetahui bahwa untuk proses spontan, kita mempunyai
∆Suniv = ∆Ssis + ∆Ssurr >0
Dengan Mensubstitusikan -∆Hsis /T Pada ∆Ssurr, Kita Tuliskan
Perubahan Energi Bebas (∆G) Suatu Sistem Pada Proses Pada Suhu Tetap Ialah
∆G = ∆H - T∆S
Dalam konteks ini, energi bebas ialah energi yang tersedia untuk melakukan
kerja. Jadi, jika suatu reaksi diiringi dengan pelepasan energi yang berguna (dengan kata lain,
jika ∆G negatif), kenyataan ini sendiri saja sudah menjamin bahwa reaksinya spontan, dan tak
perlu mengkhawatirkan bagian lain dari semesta.
Perhatikan bahwa kita semata-mata hanya menyusun-ulang rumus untuk
perubahan entropi semesta, menghilangkan ∆Suniv dan mempersamakan perubahan energi bebas
dari sistem itu (∆G) Dengan -T∆Suniv, sehingga dapat memfokuskan perhatian pada perubahan
dalam sistem. Ringkasan syarat-syarat untuk kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan
tekanan tetap dari segi ∆G:
§ ∆G < 0 Reaksi Spontan Ke Arah Depan
§ ∆G > 0 Reaksi Nonspontan. Reaksi Ini Spontan Pada Arah Yang Berlawanan.
§ ∆G = 0 Sistem Berada Pada Kesetimbangan. Tidak Ada Perubahan Bersih.
Aa + Bb Cc + Dd
Dengan demikian, perubahan energi-bebas standar untuk reaksi dalam kasus ini sama nilainya
dengan energi bebas pembentukan standar Co2:
∆G°Rxn = ∆G°F (Co2)
CaCO3 ↔ CaO(s) + CO2 (g)
Reaksi ini reversibel, dan CaO mudah bergabung dengan CO2 untuk membentuk
CaCO3. Tekanan CO2 dalam kesetimbangan dengan CaCO3 dan CaO meningkat dengan
meningkatnya suhu. Dalam pembuatan di kapur tohor di pabrik, sistemnya tak pernah dijaga
pada kesetimbangan; sebaliknya, CO2 terus-menerus diambil dari tanur untuk menggeser
kesetimbangan dari kiri ke kanan, sehingga meningkatkan pembentukan kalsium oksida.
Informasi penting untuk kimiawan praktisi ialah suhu pada saat CaCO 3 yang terurai
cukup banyak (artinya, suhu pada saat reaksi menjadi spontan).
Kita dapat membuat perkiraan yang baik untuk suhu tersebut sebagai berikut. Mula-
mula kita hitung ∆H° dan ∆S° reaksi pada 25°C, “menggunakan data dari Lampiran 2 buku
raymond chang jilid 2 hal.308. (∆H°f(CaO) = -635,6 kJ/mol), (∆H°f (CO2) = -393,5 kJ/mol ),
(∆H°f (CaCO3) = -393,5 kJ/mol ), (S°(CaO) = 39,8 J/K • mol), ( S°(CO2) = 213,6 J/K • mol),
( S°(CaCO3) = 92,9 J/K • mol)
= [(1 mol)(39,8 J/K • mol) + (1 mol)(213,6 J/K • mol)] - [(1 mol)(92,9 J/K • mol)]
= 160,5 J/K
Untuk reaksi yang dilakukan pada kondisi-kondisi keadaan-standar, gunakan Persamaan:
0 = ∆H° - T∆S
T =
Atau
Pada suhu yang lebih tinggi dari 835°C, ∆G° menjadi negatif, menunjukkan bahwa
penguraiannya spontan. Contohnya, pada 840°C, atau 1113 K,
= -0,8 kJ
Terdapat dua hal penting dalam perhitungan ini. Pertama, kita menggunakan
nilai ∆H° dan ∆S° pada 25 °C untuk menghitung perubahan yang terjadi pada suhu yang jauh
lebih tinggi. Karena ∆H° maupun ∆S berubah terhadap suhu, pendekatan ini tidak akan
menghasilkan nilai ∆G° yang akurat, namun cukup baik untuk perkiraan kasar. Kedua, jangan
salah berpikir bahwa tidak terjadi apa-apa pada suhu di bawah 835°C dan bahwa pada 835°C
CaCO3 tiba-tiba mulai mengurai. Jauh dari itu. Kenyataan bahwa ∆G° bernilai positif pada
suhu di bawah 835°C bukan berarti tidak ada CO 2 yang dihasilkan, melainkan bahwa tekanan
gas CO2 yang terbentuk pada suhu tersebut akan berada di bawah 1 atm (nilai keadaan
standarnya; lihat Tabel 1). Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, tekanan CO2 pada mulanya
meningkat perlahan dengan meningkatnya suhu; tekanan ini menjadi mudah diukur di atas
700°C. Pengaruh 835°C ialah bahwa ini adalah suhu pada saat tekanan kesetimbangan
CO2 mencapai 1 atm. Di atas 835°C, tekanan kesetimbangan CO2 melebihi 1 atm. Jika sistem
berada pada kesetimbangan, maka tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan spontan
pada kedua arah. Syarat ∆G° = 0 berlaku pada transisi fasa apa saja.
d. Transisi Fasa
Pada suhu sewaktu transisi fasa terjadi (titik leleh atau titik didih), sistem berada pada
kesetimbangan (∆G = 0), sehingga Persamaan menjadi
∆Ses→air =
= 22,0 J/K • mol
Jadi, ketika 1 mol es meleleh pada 0°C, terdapat kenaikan entropi sebesar 22,0 J/K. Kenaikan
entropi konsisten dengan peningkatan ketidakteraturan dari padatan ke cairan. Sebaliknya,
untuk transisi air →es, penurunan entropi adalah
∆Ses→air = -
= -22,0 J/K • mol
Di laboratorium, kita biasanya melakukan perubahan ke satu arah saja, artinya, hanya dari es
menjadi air atau air menjadi es. Kita dapat menghitung perubahan entropi d'alam setiap kasus dengan
menggunakan persamaan AS = AH/T asalkan suhu tetap pada 0°C. Prosedur yang sama dapat
diterapkan pada transisi air-uap. Dalam kasus ini, AH adalah kalor penguapan dan T adalah titik
didih air.
3.1 KESIMPULAN
Entalpi Karena entalpi adalah kandungan kalor sistem dalam tekanan tetap,
perubahan ∆H bernilai negatif untuk reaksi eksoterm, dan positif untuk reaksi endoterm.
Entropi (S) Entropi adalah fungsi keadaan, dan merupakan kriteria yang menentukan
apakah suatu keadaan dapat dicapai dengan spontan dari keadaan lain.
Energi Bebas Gibbs (G), fungsi termodinamik yang menyatakan kespontanan reaksi
secara lebih langsung, dengan rumus umum dalam suatu sitem ∆G = ∆H - T∆S, dengan suhu
yang tetap.
Energi Bebas Helmholtz (A), adalah selisih perubahan energi internal terhadap suhu
dan entropi, Karena perubahan energi menjadi kerja adalah proses irreversible, sedangkan
dalam proses irreversible entropi selalu meningkat, maka energi yang tak dapat diperoleh
adalah TS di mana S adalah entropi dan T adalah temperatur dalam kondisi keseimbangan,
sehingga didapatkan rumus umumnya, A = E – TS.