Keywords: chitin; Chitosan is a cationic polysaccharide consisting of glucosamine and N-acetyl glucosamine
chitosan; chitosan- residues which are bound by glycosidic β-1,4 bonds. The existence of free alcohol groups in
TEOS membrane; the chitosan framework can be used as a matrix-forming group with other atoms, in this study
sol-gel; fuel cell. is silica (Si). This condition can be utilized as a basic ingredient in the synthesis of fuel cell
membranes. Chitosan synthesis by deacetylation of chitin which is sourced from shrimp shell
waste. Chitosan-TEOS (Tetraethylortosilicate) composite membrane has been successfully
synthesized by using variations in the value of chitosan concentration to the amount of TEOS.
Chitosan-TEOS composite membrane was synthesized using the sol-gel method and phase
reversal. Characterization of Chitosan and composite membranes include chemical and
physical properties, which is a determination of the degree of deacetylation, determination of
average molecular weight (Mv), percent solubility, structural analysis using FTIR,
temperature resistance test, morphological analysis using SEM, and exchange capacity ion
(KPI). The characterization results showed that the degree of deacetylation of chitosan was
79.31% with an average molecular weight (Mv) value of 1.16 x 107 g/mol and a percent
solubility of 1% (v/v) of acetic acid. The results of FTIR membrane measurements show that
there is a peak of 1377 cm-1 which is the peak of the cyclic ether, peak of 3454 cm-1 which is
the peak of OH, the peak at 1662-1666 cm-1 which is the peak of C = O acetamide, and 3454-
3500 cm-1 which is the peak of NH, while peaks of 904 cm-1 and 1091.7 cm-1 indicate the
presence of cross bonds between Si-OH and Si-O-C (aliphatic). The temperature resistance
test of the membrane at 120oC while the greatest ionic conductivity value is owned by the
membrane type CTSN-1.5 with a value of 0.114 meq/g. SEM analysis results show that the
membrane has a tight structure.
35
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
36
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
37
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
yang dirancang mandiri. Pada kompartemen A membran dianggap konstan selama jangka waktu
berisi metanol pa, sedangkan pada kompartemen B yang relatif pendek.
berisi aqua dm, dilakukan pengocokan dengan
kecepatan konstan, kemudian setiap 7 menit, pada Analisis SEM
sisi tabung/sel yang berisi aqua dm, diambil
sampling untuk dilakukan pengujian dengan GC Sampel membran yang memiliki nilai difusi
(kromatografi gas). Besarnya konsentrasi yang yang baik, dilakukan SEM, untuk melihat besarnya
melewati membran dihitung dengan pori-pori membran. Pengukuran SEM dilakukan di
membandingkan besarnya luas area untuk setiap PPGL.
pengadukan, dengan sebelumnya dilakukan GC
terhadap metanol p.a.sebagai standar. HASIL DAN PEMBAHASAN
OH
H H OH H OH H OH
OH O OH O OH O OH O
O O
H O H H O H
H NH H H
NH NH H NH
OH H OH H OH H
C C C OH H
O O -
O C
OH- O
-
O OH
H OH H OH H OH H OH
OH O OH O OH O OH O
- CH3COO-
O
O
H O
H H O
H NH2 H H
NH H NH H
H NH
OH H
OH H OH
C C OH H
O - C
O O
H OH
-
O
Banyaknya gugus asetil yang terlepas gugus asetamida sedangkan pada kitosan sebagian
dinyatakan dengan derajat deasetilasi. Terlihat unit monosakaridanya memiliki gugus amina.
pada Gambar 2 bahwa perbedaan antara kitin Untuk memastikan telah terbentuk kitosan maka tes
dengan kitosan, terletak pada atom C nomor 2. awal yang dapat dilakukan adalah dengan
Pada kitin, semua unti monosakaridanya memiliki melarutkan kitosan di dalam larutan asam asetat.
38
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian kelarutan Tabel 1. Uji Kelarutan Kitosan.
kitosan terhadap larutan asam asetat, dengan Kitosan Gram Kitosan Residu (g) % kelarutan
mengunakan perbandingan jumlah kitosan yang awal (g)
1 % larutan 1,5008 (150 mL 0,2260 g 82,27 %
digunakan, seperti terlihat pada Tabel 1, kitosan pelarut)
menunjukkan bahwa pada komposisi 1% (v/v) 2 % larutan 2,0076 (100 1,3218 g 34,16 %
larutan kitosan, persen kelarutannya sangat besar. kitosan mL pelarut)
Sehingga pada penelitian ini, digunakan larutan
kitosan sebanyak 1% (v/v) yaitu untuk setiap 1 g Selain uji kelarutan, dapat juga dilakukan
kitosan, ditambahkan larutan asam asetat 3% dengan pengukuran spektrum Inframerah dengan
menggunakan pelet KBr untuk melihat gugus-
sebanyak 100 mL.
gugus fungsi yang terikat seperti Gambar 3 di
bawah ini.
100
%T
90
80
1251.80
894.97
70
1654.92
1325.10
1421.54
1381.03
1595.13
60
1151.50
1095.57
50
2881.65
3367.71
40
3446.79
30
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
Khitosanc 1/cm
Ikatan yang terdapat di dalam kitosan Metode ini di adopsi dari penelitian Brugnerotto,
terangkum dalam Tabel 2 di bawah ini. dkk. [11] dengan menggunakan rumus:
39
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
besarnya nilai derajat deasetilasi lebih dari 70%. dengan volume 20 mL ,selanjutnya pelarut
Pengukuran derajat deasetilasi memberikan dibiarkan menguap sehingga yang tertinggal adalah
karakteristik tertentu pada kitosan, yaitu nilai berat endapan polimer yang tercetak di dalam cawan
molekul rata-rata. Berat molekul rata-rata yang petri. Untuk melepaskan membran tersebut dapat
diperoleh dari hasil deasetilasi sebanyak 1,16 x 107 dilakukan dengan perendaman dengan larutan
g/mol. Pengukuran berat molekul ini sangat besar NaOH 2 M, kemudian didiamkan selama kurang
bila dibandingkan dengan literatur berkisar 1,0 lebih 30 menit, dan membran siap diangkat, yang
x104 – 1,0 x106 g/mol. Hal ini dikarenakan kemudian dicuci dengan aqua dm untuk
perbedaan derajat deasetilasi. Semakin besar nilai menghilangkan larutan NaOH yang menempel.
derajat deasetilasinya, maka nilai berat molekul Pada proses ini, larutan NaOH berperan sebagai
rata-rata dari kitosan akan berkurang. nonpelarut atau suatu koagulan. Dengan metoda
inversi fasa ini dapat diperoleh membran yang
Membran Kitosan dan Membran Kitosan-TEOS porous.
Proses selanjutnya adalah sintesis membran
Pembuatan Membran kitosan dapat kitosan-TEOS, yaitu mengikatsilangkan suatu
dilakukan dengan inversi fasa, yaitu proses material anorganik yaitu tetraetilortosilikat (TEOS)
transformasi polimer dari fasa cair ke fasa padat kedalam suatu polimer organik. Tahap sintesis
dengan kondisi terkendali penguapan pelarut pada dilakukan dengan penambahan langsung TEOS
suhu tertentu [12] tahapannya adalah dengan kedalam larutan kitosan 1% melaui proses sol-gel.
membuat larutan kitosan 1% sebagai larutan cetak, Proses ini melibatkan dua reaksi yaitu reaksi
yang kemudian di cetak ke dalam suatu cawan petri hidrolisis dan reaksi kondensasi, mekanisme yang
terjadi dapat dilihat pada Gambar 4.
Reaksi hidrolisis:
Reaksi kondensasi:
Gambar 4. Usulan Mekanisme Reaksi Sintesis Membran Kitosan-TEOS dengan Metode Sol-Gel [13].
Membran kitosan serta turunannya yang Da, sedangkan pada membran CTSN-1,5 BM=
berhasil disintesis yaitu CTSN; CTSN-0,5; CTSN- 2,23 x 107 Da. Dari data ini dapat diperoleh berapa
1; CTSN-1,5; serta CTSN-2. Angka dibelakang banyak TEOS yang terikat silang. Selisih BM jika
kode CTSN menyatakan volume (mL) TEOS yang dibagi dengan Mr dari TEOS, diperoleh 51.612
ditambahkan. Untuk membuktikan CTSN bereaksi molekul TEOS yang terikat. Pada pengukuran
dengan TEOS dan terjadi pengikatsilangan, spektrum inframerah dengan penggunaan pelet
dilakukan pengukuran berat molekul rata-rata, dan KBr, hasil spektrum yang diperoleh terlihat pada
juga dilakukan pengukuran spektrum inframerah Gambar 5. Tipe membran yang digunakan adalah
terhadap membran. Pada pengukuran berat molekul CTSN-1,5.
terdapat perbedaan dimana BM CTSN = 1,16 x 10 7
40
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
105
%T
90
75
1261.45
530.42
896.90
60
567.07
657.73
1421.54
607.58
1323.17
954.76
45
667.37
1581.63
1377.17
1656.85
30 2910.58
2870.08
15
1153.43
3311.78
1033.85
3363.86
3452.58
1078.21
1091.71
-15
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
mEMBRAN kHITOSAN 1/cm
Ikatan yang terbentuk antara senyawa 3200 – 3600 cm-1 O-H hidroksi
kitosan dan TEOS terangkum dalam Tabel 3 di 3500-3300 cm-1 N-H primer
bawah ini. 1380 C-H metil
1050+- 10 cm-1 C-O alkohol 10
Tabel 3. Jenis-Jenis Ikatan Pada Membran Kitosan- 1100 cm-1 C-O alkohol 20
TEOS
Kemungkinan besar pengikatsilangan yang
Bilangan Ikatan terbentuk adalah antara gugus –CH2O-Si-O-Si-
gelombang (cm-1)
(ikatan Si-O-R ,R=alifatik), hal ini ditunjukkan
910-830 cm-1 Si-OH
dengan adanya puncak pada bilangan gelombang
1110-1000 cm-1 Si-O-Si dan Si-O-C (alifatik)
2250-2100 cm-1- Si-H ulur 1110-1000 cm-1 sedangkan gugus NH2 tetap
1200-1705 cm-1 C-O-C eter siklik menjadi gugus amina bebas. Usulan mekanisme
1680-1630 cm-1 C=O amida pengikatsilangan dapat terlihat Gambar 6.
OH
OH
OH Si
O OH
OH
Si
HO OH
H OH H OH H OH2 H OH
OH O OH O OH O OH O
* O H O H O H
H * O H
NH3 H NH H NH3 H
H NH
* H *
OH OH H OH
C OH H
O C
n O
n
OH O OH
Si Si
O O
OH HO
H H
-H2O
OH O OH O
*
O O H
H H NH3 H NH
H *
OH OH H
C
O
41
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
Analisis kehilangan berat pada berbagai membran menjadi lunak. Sehingga life time
suhu. Pengukuran persen masa yang hilang membran akan singkat. Meningkatnya gugus yang
terhadap pengaruh 42emperature terangkup di hidrofil akan meningkatkan derajat penyerapan air.
dalam Tabel 4 di bawah ini. Tabel 5 menunjukkan derajat penyerapan air pada
membran kitosan-TEOS pada berbagai suhu.
Tabel 4. Data persen kehilangan berat pada berbagai
suhu Tabel 5. Data persen penyerapan air pada variasi suhu.
Tipe Suhu Suhu Suhu Suhu Tipe suhu Suhu suhu suhu
Membran 600C 800C 1000C 1200C Membran 250C 800C 1000C 1200C
CTSN 3,03 % 2,22% 14,53% 11,53% CTSN 4,34% 20,51% 69,32 % 2,17%
CTSN-0,5 3,43 % 8,23% 12,70% 16,67% CTSN-0,5 5,71% 10,19% 7,50 % 4,50%
CTSN-1 3,33 % 1,01% 16,27% 20,40% CTSN-1 4,54% 39,35% 59,31 % 2,77%
CTSN-1,5 1,73 % 5,08% 11,37% 43,75%
CTSN-1,5 3,70% 64,42% 21,93 % 4,13%
CTSN-2 8,90 % 32,45% 14,22% 14,76%
CTSN-2 - 52,03% 68,24 % 3,71%
Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi
kenaikan persen kehilangan massa dari membran Kitosan memiliki rantai utama yang
dengan meningkatnya temperatur. Dengan kata hidrofilik karena adanya gugus amina bebas dan
lain, semakin besar suhu yang digunakan maka gugus hidroksi pada atom C-6. Dengan adanya
semakin besar juga massa membran yang hilang. penambahan volume TEOS, berarti akan
Hal ini disebabkan oleh lepasnya H2O melalui meningkatkan derajat hidrofilisitas dari rantai
reaksi intramolekul selama pemanasan utama kitosan. Hal ini berimbas pada
berlangsung. Begitupun pada fisik membran terjadi meningkatnya derajat penyerapan airnya.
perubahan warna membran dari transparan menjadi Pada Tabel 5 juga menunjukkan dengan
kekuningan. Ini menunjukkan bahwa membran meningkatnya suhu pemanasan, nilai persen
telah mengalami degradasi. penyerapan air kecenderungannya semakin besar.
Salah satu karakteristik membran yang dapat Hal ini dikarenakan semakin banyak spesi yang
digunakan sebagai elektrolit di dalam fuel cell menambah sifat hidrofilisitasnya, yaitu gugus
adalah derajat penyerapan airnya. Nilai ini hidroksi, namun ketika suhu pemanasan mencapai
ditentukan dengan metode gravimetri yaitu dengan 1200C, nilai persen penyerapan airnya menurun
menghitung selisih massa basah dengan massa drastis. Hal ini disebabkan oleh dampak dari
kering dari membran. Nilai ini juga menentukan degradasi membran yang cukup tinggi dengan
sifat fisik dari membran, apakah tahan terhadap air melihat penurunan nilai persen berat membran
atau tidak, karena di dalam aplikasinya pada suhu 1200C. Sehingga ada kemungkinan
menggunakan larutan metanol (ada kandungan lepasnya molekul air pada interaksi intramolekul
airnya). Makin banyak air yang diserap, biasanya semakin banyak.
konduktivitas membran akan meningkat. Hal ini Analisis Kapasitas Penukar Ion
disebabkan oleh peranan molekul air yang dapat
membuat spesi pembawa muatan terdisosiasi dan Kapasitas penukar ion menunjukkan jumlah
mempermudah mobilitas spesi tersebut, yaitu gugus ionik dalam matriks polimer yang secara
proton. Tetapi ada batasannya, jika derajat tidak langsung berkaitan dengan konduktivitas
penyerapannya terlalu tinggi (lebih dari 50%) maka proton suatu polimer.
0,06
Nilai Kapasitas pertukaran
0,05
proton (meq/gr)
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 0,5 1 1,5 2
Volume TEOS yang ditambahkan (mL)
42
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
Gambar 7 menunjukkan hasil nilai kapasitas Tabel 6. Data Nilai Ion H+ (meq/g) parameter suhu.
penukar ion pada suhu 600C, dengan meningkatnya Tipe Suhu Suhu Suhu Suhu
penambahan volume TEOS, maka nilai kapasitas Membran 250C 600C 1000C 1200C
penukar ion cenderung meningkat. Begitupun CTSN-0,5 0,01 0,02 0,09 0,04
dengan kenaikan suhu hingga 100 0C terjadi CTSN-1 0,01 0,04 0,01 0,01
peningkatan nilai kapasitas pertukaran ionnya. Hal CTSN-1,5 0,02 0,04 0,11 0,07
ini membuktikan bahwa di dalam struktur kitosan CTSN-2 - 0,05 0,07 0,04
hanya memiliki gugus NH2 sebagai gugus
ioniknya, sedangkan pada membran CTSN-TEOS Analisis Permeabilitas Metanol.
terdapat gugus NH2 dan gugus Si-OH yang dapat
bertindak sebagai gugus ioniknya. Sedangkan pada Besarnya nilai permeabilitas metanol
suhu 1200C, terjadi penurunan nilai pertukaran ion, menjadi faktor utama untuk melihat berapa besar
hal ini menunjukkan adanya hubungan dengan nilai metanol cross-over yang terjadi pada sistem
proses degradasi, dimana ketika terjadi proses fuel cell. Hal ini akan berdampak kepada besarnya
degradasi dengan peningkatan suhu, gugus-gusus nilai konduktivas yang dihasilkan. Besarnya nilai
ionik seperti –OH- yang berkompeten untuk dapat permeabilitas metanol ditunjukkan dengan adanya
menukarkan proton, mengalami interaksi dengan proses difusi metanol melewati membran. Untuk
gugus silanol (Si-OH) membentuk ikatan Si-O-Si. melihat kemampuan membran dalam melewatkan
Berdasarkan data yang diperoleh, dan terlihat proton dan transport metanol dinyatakan dengan
pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai kapasitas nilai fluks (J), yang didasarkan pada hukum
penukar ion tertinggi dimiliki oleh type membran pertama Fick’s. Berdasarkan analisis kromatograpi
CTSN-1,5 yaitu 0,114 meq/g. Yang ternyata masih gas (GC) diperoleh kurva aluran konsentrasi
berada jauh dibawah nilai kapasitas penukar ion metanol pada kompartemen permeat terhadap
pada Nafion yang mencapai 0,9 meq/g. waktu.
10
8 y = 0,0643x + 4,5589
R2 = 0,5157
[Metanol] M
6 y = 0,1101x + 0,5612
R2 = 0,7525
4
2 y = 0,0541x - 0,6098
R2 = 0,8738
0
-2 0 20 40 60 80
Waktu (menit)
43
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
5
4,5
CTSN
4 y = -0,0545x + 4,7905
CTSN-1,5
3,5 R2 = 0,9193
CTSN-2
- ln Cf/Co 3
Linear (CTSN)
2,5 y = -0,0221x + 1,9015
Linear (CTSN-2)
2 R2 = 0,5924
Linear (CTSN-1,5)
1,5
1
y = -0,0097x + 1,0216
0,5
R2 = 0,1876
0
0 20 40 60 80
waktu (menit)
Besarnya nilai permeabilitas yang diperoleh Diperoleh nilai permeabilitas metanol seperti
kemudian digunakan untuk memperoleh nilai fluks terlihat pada Tabel 7 di bawah ini.
dan selektivitas membran sebagai karakteristiknya.
Adapun nilai selektivitas dinyatakan dengan Hal ini ada kesesuaian dengan meningkatnya nilai
persamaan: persen kehilangan massa pada suhu 1000C, karena
terbentuknya ikatan silang yang memungkinkan
JH+ terjadi penyempitan pori-pori pada membran. Nilai
= (2) konduktivitas proton dari CTSN-1,5 terlihat pada
J methanol
Gambar 10.
Pengukuran dilakukan dalam keadaan basah,
Berdasarkan Tabel 7, menyatakan bahwa CTSN diharapkan dengan adanya spesi air didalam
tanpa TEOS memberikan hasil yang lebih baik. matriks polimer, sehingga spesi-spesi pembawa
muatan akan terdisosiasi oleh air dan dapat
Analisis Konduktivitas Membran bergerak menghantarkan proton. Makin banyak
jumlah molekul air dalam matriks polimer maka
Besarnya nilai konduktivitas proton suatu konduktivitas akan meningkat. Hal ini disebabkan
membran merupakan parameter optimalisasi oleh spesi pembawa muatan yang terdisosiasi
penggunaan membran tersebut sebagai elektrolit bertambah banyak dan pergerakannya pun akan
dalam sistem fuel cell. Pada penelitian ini semakin cepat. Adanya gugus ionik dalam matriks
dilakukan pada satu frekuensi 50 Hz karena polimer seperti hidroksi akan meningkatkan
keterbatasan alat serta waktu. Dengan mengetahui konduktivitas, terutama pada keadaan basah.
Rm (tahanan membran) hasil konversi dari hantaran, Mekanisme yang terjadi pada CTSN basah
maka konduktivitas dapat ditentukan dengan diperkirakan melibatkan spesi OH- sebagai spesi
persamaan yaitu: pembawa muatan. Gugus NH2 kitosan akan
l terprotonasi dalam air menjadi NH3+ menurut
= (3) reaksi:
RA
dimana nilai tahanan diperoleh dari 1/hantaran (S). NH2+ H2O → NH3+ + OH- (1)
Dari data yang diperoleh pada frekuensi 50 Hz,
dengan meningkatnya volume TEOS yang Spesi OH inilah yang bebas bergerak dan
ditambahkan, nilai konduktivitasnya meningkat. berkontribusi pada konduktivitas [15].
44
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
Gambar 10. Grafik Konduktivitas proton pada membran CTSN dan membran CTSN-1,5.
Scanning Electron Microscopy (SEM) suatu membran yang memiliki nilai permeabilitas
metanol besar , maka struktur porinya akan lebih
Teknik analisis yang dapat memberikan besar. Serta terlihat pada penampang lintang yang
gambaran jelas mengenai struktur pori membran menunjukkan adanya perubahan, pada kitosan pori-
adalah Scanning Electron Microscopy (SEM) dapat porinya halus sedangkan pada membran kitosan-
dilihat pada Gambar 11. TEOS 1,5 terdapat perubahan ukuran pori.
Semakin besar konsentrasi membran,
permukaan dan penampang polimer akan semakin
kompak dan rapat. Porositas permukaan membran
pun menurun seiring dengan bertambahnya
konsentrasi polimer. Peningkatan konsentrasi
polimer akan mengurangi konsentrasi pelarut yang
digunakan, sehingga pada saat koagulasi parsial
pelarut, membran dengan konsentrasi polimer yang
besar akan memiliki lapisan atas yang lebih kaya
Penampang lintang Penampang lintang polimer, dan menghasilkan membran dengan
CTSN CTSN-1,5 lapisan aktif yang lebih rapat (dense).Terjadinya
pengikatan silang antara TEOS dengan kitosan
terlihat pada SEM dimana pori-porinya jauh lebih
rapat, terlihat pada perbesaran 5000 kali.
SIMPULAN
45
al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (35-46) Juni 2020/Dzulqa’idah 1441 H
ion terbesar dimiliki oleh type membran CTSN-1,5 [8] K. Hong, K. Meyers, and K.S. Lee, “Isolation
dengan nilai 0,114 meq/g. Pengukuran and characterization of chitin from crawfish
permeabilitas metanol menunjukkan perlunya shell waste”, Journal of Agricultural and
modifikasi lain dalam turunan kitosan, karena Food Chemistry, vol. 37, no. 3, pp. 575-579,
nilainyat lebih besar dari kitosan. Sedangkan pada 1989.
SEM terlihat perubahan ukuran pori. [9] M. Campo and J.G. Grigera, “Molecular
dynamics simulation of OH-in water”,
UCAPAN TERIMA KASIH Molecular Simulation, vol. 30, no. 8, pp. 537-
542, 2004.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ibu
Deana Wahyuningrum serta Bapak Muhammad Ali [10] A. Mokrini, and J.L. Acosta, “New ion
Zulfikar selaku pembimbing dan Program Studi conducting systems based on star branched
Kimia ITB atas bantuan dan fasilitas untuk block copolymer”, Polymer, vol. 42, no. 21,
penelitian ini. pp. 8817-8824, 2011.
[11] J. Brugnerotto, J. Lizardi, F.M. Goycoolea,
REFERENSI W. Argüelles-Monal, J. Desbrières, and M.
Rinaudo, "An infrared investigation in
[1] E. Agel, J. Bouet, and J.F. Fauvarque, relation with chitin and chitosan
"Characterization and use of anionic characterization", Polymer, vol. 42, no. 8, pp.
membranes for alkaline fuel cells", Journal of 3569–3580, 2001.
Power Sources, vol. 101, no. 2, pp. 267-274, [12] M. Mulder, Basic Principle of Membrane
2001. Technology, Netherlands: Kluwer Academic
[2] D. Shekhawat, D.A. Berry, and J.J. Spivey, Publisher, pp. 210-278., 1996.
Introduction to fuel processing. In Fuel [13] L. Gabrielli, L. Russo, A.Poveda, J. R. Jones,
Cells: Technologies for Fuel Processing, F. Nicotra, JJ. Jiménez‐Barbero, and L.
Elsevier, pp. 1-9, 2011. Cipolla, “Epoxide opening versus silica
[3] L. JE and A. Dicks, Fuel cell system condensation during sol–gel hybrid
explained, 2nd edition, Chichester, UK: John biomaterial synthesis”, Chemistry A
Wiley and Sons, 2003. European Journal, vol. 19, no. 24, pp. 7856-
[4] S.M. Haile, “Fuel Cell materials and 7864., 2013.
components”, Acta Materialia, vol. 51, no. [14] C. Li, G. Sun, S. Ren, J. Liu, Q. Wang, Z. Wu,
19, pp. 5981-6000, 2003. and W. Jin, “Casting Nafion–sulfonated
[5] M. Rikukawa and K. Sanusi, “Proton- organosilica nano-composite membranes
Conducting polymer electrolyte membrane used in direct methanol fuel cells”, Journal of
based on hydrocarbon polymers”, Progress membrane science, vol. 272, no. 1-2, pp. 50-
in Polymer Science, vol. 25, no. 10, pp. 1463- 57, 2006.
1502, 2000. [15] Y.Y. Wan, K.A.M. Creber, B.A. Peppley,
[6] B. Smitha, S. Sridhar, and A.A. Khan, and V.T. Bui, “Ionic conductivity and related
“Chitosan–sodium alginate polyion properties of crosslinked chitosan
complexes as fuel cell membranes”, membranes”, Journal of Applied Polymer
European Polymer Journal, vol. 41, no. 8, Science, vol. 89, no. 2, pp. 306-317, 2003.
pp. 1859-1866, 2005.
[7] K.D. Kreuer, S.J. Paddison, E. Spohr, and M.
Schuster, “Transport in proton conductors for
fuel-cell applications: simulations,
elementary reactions, and phenomenology”,
Chemical reviews, vol. 104, no. 10, pp. 4637-
4678, 2004.
46