Anda di halaman 1dari 12

Laporan Akhir

Praktikum Kimia Fisika II

KENAIKAN TITIK DIDIH

Tanggal Percobaan : Jumat, 31 Maret 2021

Kelas : Kimia 4C

Nama : Sasti Maziya Zulfah 11190960000097

Dosen : Nurmaya Arofah

Laboratorium Kimia

Pusat Laboratorium Terpadu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2020/2021
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan kenaikan titik didih molal dari pelarut murni kalau pelarut tersebut
melarutkan suatu zat.
2. Menentukan berat molekul suatu zat yang belum diketahui besarnya.

B. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan kali ini adalah mengetahui kenaikan titik didih sebuah
pelarut setelah ditambahkan senyawa lainnya karena keadaan keseimbangan antara
fase cair dan gas dari pelarut pada titik didihnya akan terganggu dan larutan tadi akan
mendidih pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu titik didih pelarut. Serta
melakukan penentuan berat molekul sebuah zat berdasarkan titik didih pelarut murni
dan kenaikan titik didih dari larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.

C. Tinjauan Pustaka
Menurut Rahayu (2008), Titik didih cairan adalah suhu tetap saat ia mendidih.
Pada suhu ini, tekanan uap cairan sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Ini
menyebabkan semua bagian pada zat cair menguap. Titik didih zat cair diukur pada
tekanan 1 atmosfer. Misalnya titik didih air adalah 100 ° C. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut
murni.
Menurut Kamaluddin (2005), Titik didih adalah temperatur (suhu) di mana
tekanan uap suatu zat cair sama dengan tekanan pada lingkungan yang dialami oleh
cairan. Kenaikan titik didih larutan bergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi
larutan, dan tidak ada hubungannya dengan jenis zat terlarut. Untuk larutan yang
sangat encer, tekanan uap zat terlarut dapat diabaikan, jadi hanya pelarut akan
mempengaruhi titik didih larutan zat terlarut.
Berdasarkan Dogra (2009), Kenaikan titik didih larutan merupakan fenomena
kenaikan titik didih sebuah pelarut yang disebabkan oleh zat terlarut yang terkandung
dalam larutan tersebut . Artinya titik didih pelarut akan semakin rendah dibandingkan
zat terlarut di dalamnya, misalnya jika gula atau garam meja dilarutkan dalam air, titik
didih air akan melebihi 100 ° C.
Menurut Fredi (2009), Hasil eksperimen Roult menunjukkan bahwa jika
konsentrasi (molar) zat terlarut akan semakin besar, kenaikan titik didih pun akan
semakin besar. Titik didih larutan akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan titik didih pada larutan adalah harga Kb
dan zat pelarut.
Berdasarkan Chang (2002), untuk menghitung perubahan titik didih larutan
dapat digunakan persamaan berikut ini :
∆Tb = Kb . m
sedangkan titik didih larutan dapat pula dicari dengan persamaan berikut :
∆Tb = Tb larutan – Tb pelarut
Keterangan :
∆Tb = Kenaikan titik didih larutan
m = molalitas larutan (mol)
Kb = konstanta titik didih pelarut
i = Faktor Van’t Hoff

D. Metode Percobaan

1. Alat dan Bahan


Alat :
 Alat destilasi (labu leher 3, thermometer, kondensor destilasi)
 Batu didih
 Heating mantle
 Gelas ukur 50 Ml

Bahan :
 Kloroform
 Naftalen
 Zat X (tidak diketahui)

2. Cara Kerja
a. Disusun alat-alat yang digunakan
b. Sebanyak 50 ml kloroform dimasukkan ke dalam erlemeyer tertutup dan
ditentukan beratnya.
c. Kloroform dituangkan kedalam alat penentuan titik didih.
d. Ditimbang 6 buah naftalen dengan berat masing-masing lebih kurang 0,5
gram.
e. Kalau suhu titik didih sudah tercapai, suhu pada termometer dibaca setiap
2 menit.
f. Jika suhu sudah tetap pada 2 kali pembacaan suhu, suhu tersebut dicatat.
g. Dimasukkan satu pelet naftalen kedalam labu. Pembacaan suhu diteruskan,
dicatat suhu setelah dua kali pembacaan tetap.
h. Diulangi langkah 7 sampai ke 6 naftalen terlarutkan.
i. Dibuat grafik titik didih sebagai fungsi naftalen yang ditambahkan.
j. Kalau yang dicari BM zat X, langkah 1-9 diulangi dengan pelarut murni
dan zat yang tidak diketahui berat molekulnya.

E. Hasil dan Pembahasan


Sampel Suhu Suhu rata-rata Berat sampel
(oC) (oC)
CHCl3 39 39 62,97 gram
39
S1 41 41 0,5 gram
41
S2 45 53 0,5 gram
61
S3 - - -
-
S4 - - -
-
CHCl3 37 38 62,97 gram
39
Zat X 41 41 0,5 gram
41
Zat X 44 44,5 0,5 gram
45
Zat X 60 60 0,5 gram
60

Titik didih adalah temperatur (suhu) di mana tekanan uap suatu zat cair sama dengan
tekanan pada lingkungan yang dialami oleh cairan (Kamaluddin, 2005). Kenaikan titik didih
larutan merupakan fenomena kenaikan titik didih sebuah pelarut yang disebabkan oleh zat
terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut (Dogra, 2009).

Faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih adalah nilai Kb pelarutnya. Kenaikan
titik didih tidak dipengaruhi oleh jenis zat terlarutnya, melainkan oleh jumlah partikel mol zat
terlarutnya, terutama yang berhubungan dengan proses ionisasi. Untuk zat terlarut Persamaan
elektrolit menjadi :

∆Tb = Kb . m [ 1+ (n-1) ] ɑ

Dimana,

n = Jumlah ion- ion dalam larutan

ɑ = Derajat ionisasi

( Atkins .1993 )

Percobaan ini dilakukan berdasarkan sifat dari larutan non ideal atau yang biasa
dikenal dengan sifat koligatif larutan, spesifiknya adalah kenaikan titik didih. Sifat koligatif
larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi tergantung
pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999).

Pada percobaan pertama dilakukan pengamatan kenaikan titik didih naftalen terhadap
pelarut kloroform yang telah diketahui titik didihnya. Titik didih kloroform adalah sebesar
61oC dan titik lebur naftalen adalah 80,2 oC. Pertama-tama, dilakukan pengukuran suhu titik
didih kloroform yang telah diukur massanya sebesar 62,97 gram, dan didapatkan suhu 39 oC,
nilai ini sangat berbeda dengan literatur yang kemungkinan disebabkan oleh praktikan saat
melakukan persiapan bahan dan penggunaan alat. Kemudian, dimasukkan 0,5 gram naftalen
ke dalam larutan kloroform. Ketika penambahan naftalen, dapat terlihat kloroform tidak
langsung mendidih kembali, hal ini disebabkan molekul-molekul naftalen mengganggu
kesetimbangan molekul kloroform. Kemudian, didapatkan suhu ketika mendidih adalah 41oC.
Setelah itu, dilakukan kembali penambahan 0,5 gram naftalen dan didapatkan suhu kembali
meningkat menjadi 53oC.

Grafik ∆T/Wb Naftalen


60
kenaikan suhu (oC) .

50
40
y = 14x + 37.333
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5
gram zat terlarut (gram)

Kenaikan titik didih ini dapat terjadi karena ketika dilakukan penambahan naftalen,
gerakan molekul kloroform menjadi terbatas dikarenakan kehadiran molekul naftalen.
Sehingga, kloroform perlu menambahkan kalor untung meningkatkan energi kinetiknya
melalui proses pemanasan. Dengan diserapnya kembali sejumlah kalor oleh kloroform,
terjadi kenaikan suhu larutan. Hal ini menandakan bahwa percobaan sesuai dengan teori hasil
eksperimen Roult yang menunjukkan bahwa jika konsentrasi (molar) zat terlarut akan
semakin besar, kenaikan titik didih pun akan semakin besar (Fredi, 2009). Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh Kb sebesar 72,291 oC g/mol.

Pada percobaan kedua, akan ditentukan bobot molekul zat X dengan mengetahui
gradien dari grafik berikut :
Grafik ∆T/Wb Zat X
70 60
kenaikan suhu (oC)

60
44.5
50 38 41
40
y = 13.9x + 35.45
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2
massa zat terlarut (gram)

Sesuai dengan hasil percobaan sebelumnya, titik didih bertambah seiring dengan penambahan
zat X pada larutan. Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik diatas yang memiliki gradien
sebesar 13,9 hal ini menandakan titik didih mengalami kenaikan secara konstan.

Kemudian, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh berat molekul zat X sebesar


82,597 g/mol.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasli percobaan, dapat disimpulkan :
1. Nilai kenaikan titik didih akan bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi
zat terlarut pada larutan.
2. Diperoleh kenaikan titik didih molal (Kb) larutan sebesar 72,291 oC g/mol.
3. Diperoleh berat molekul dari zat X sebesar 82,597 g/mol.
Daftar Pustaka

Atkins, P.W. 1983. Kimia Fisika. Oxford University Press: New York

Chang, Raymond. 2002. Kimia Dasar Jilid 1. Erlangga: Jakarta

Dogra, S.K dan S. Dogra. 2009. Kimia Fisika dan Soal-soal. UI-Press: Jakarta

Fredi. 2009. Titik Leleh dan Titik Didih. Bandung: Pakar Karya

Rahayu. 2008. Praktis Belajar Kimia. Visindo: Bandung

Syukri. (1999). Kimia Dasar. Bandung. Bandung: ITB.

Lampiran

1. Pertanyaan pra kerja :


a. Bagaimana cara mengukur suhu?
Jawab : suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer. Termometer
memiliki berbagai jenis, antara lain adalah termometer klinis, termometer lab,
termometer ruang, termometer digital, dsb.

b. Bagaimana cara menimbang naftalen?


Jawab :
a. Letakkan piringan di atas timbangan.
b. Tekan tombol “tare” agar bobot piringan nol.
c. Buka salah satu kaca pada timbangan.
d. Letakkan bahan kimia akan diukur bobotnya di atas piringan tersebut. Gunakan
alat bantu saat meletakkan bahan kimia tersebut karena meletakkan dengan
tangan, debu yang ada pada tangan akan mempengaruhi berat bahan tersebut.
e. Tekan tombol yang ada pada timbangan dan unggu angka yang tertera hingga 4
digit di belakang koma.
f. Bersihkan timbangan dengan sikat pembersih agar sisa bahan kimia tidak
tertinggal yang akan mempengaruhi keakuratannya saat melakukan timbangan
berikutnya.

2. Pertanyaan Setelah Kerja :


a. Apa yang dimaksud dengan titik didih ?
Jawab : Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zat cair
sama dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan
b. Mengapa komposisi suatu campuran dapat mempengaruhi titik didih ?
Jawab : Karena keadaan keseimbangan antara fasa cair dan gas dari pelarut pada
titik didihnya akan terganggu dan larutan tadi akan mendidih pada suhu yang lebih
tinggi daripada suhu titik didih pelarut.
c. Buktikan persamaan :
∆ =( . 02. /∆ .1000)
R = konstanta gas
To = titik didih pelarut
m = molalitas
BMA = BM pelarut
Jawab :
3. Perhitungan
a. Percobaan 1 (Naftalen)
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T1 = 41 – 39
= 2oC
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T2 = 53 – 39
= 14oC

Kb =

Kb1 =

= 32,129 oC g/mol

Kb2 =

= 112,453 oC g/mol

Kbrata-rata =

= 72,291 oC g/mol

b. Percobaan 2 (Zat X)
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T3 = 41 – 38
= 3oC
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T4 = 44,5 – 38
= 6,5oC
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T4 = 60 – 38
= 22oC
 Wa = 62,97 gram
 Kb rata-rata = 72,291 oC g/mol
 Gradien = m
y = mx + c
y = 13.9x + 35.45
m = 13,9

BM zat X =

BM zat X =

BM zat X = 82,597 g/mol

4. MSDS
 Kloroform
- Bentuk fisik : Cair
- Bau : Seperti eter.
- Rasa : Membakar. Manis
- BeratMolekul : 119,38 g/mol
- Warna : Tidak berwarna. Jernih
- Titikdidih : 61°C (141.8°F)
- Titikleleh : -63.5°C (-82.3°F)
- Kelarutan : Lebih larut dalam air dingin
- Bahaya Efek Kesehatan : iritasi.
- Pertolongan Pertama
a. Kontak mata : Cek dan lepas lensa kontak (jika ada). Segera basuh
mata dengan air selama 15 menit.
b. Kontak kulit: Segera basuh kulit dengan air. Tutupi kulit yang teriritasi
dengan emmolient .Lepas sepatu atau baju yang terkontaminasi. Cuci
baju dan sepatu sebelum dipakai ulang.
c. Terhirup : Segera hirup udara segar. Jika tidak dapat bernafas, beri
nafas buatan. Jikasulit bernafas, beri Oksigen
 Naftalena
- Bau :aromatik.
- Rasa : Tidak tersedia.
- Berat molekul :128,19 g / mol
- Warna : Putih.
- Titik didih :218 ° C (424,4 ° F)
- Melting Point :80,2 ° C (176,4 ° F)
- Berat Jenis :1,162 (Air = 1).
- Bahaya : zat beracun.
- PertolonganPertama
a. Kontak mata : Cek dan lepas lensa kontak (jika ada). Segera basuh
mata dengan air selama 15 menit.
b. Kontak kulit: Segera basuh kulit dengan air. Tutupi kulit yang
teriritasi dengan emmolient. Lepas sepatu atau baju yang
terkontaminasi. Cuci baju dan sepatu sebelum dipakai ulang.
c. Terhirup : Segera hirup udara segar. Jika tidak dapat bernafas, beri
nafas buatan. Jika sulit bernafas, beri oksigen.

Anda mungkin juga menyukai