Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

“ KENAIKAN TITIK DIDIH ”


NAMA : Clivkha Khismatik (11180960000009)
KELAS : Kimia 4 A
TANGGAL : 26 Maret 2020
DOSEN PENGAMPU : Nurmaya Arofah M.Eng
KELOMPOK : 2
1. Prasetyo Alfaridzi K (11180960000001)
2. Dede Kurniasih (11180960000015)
3. Fajrin Dini Islami (11180960000013)
4. Reni Rosspertiwi ( 11180960000023)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYRAIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
A. PRINSIP PEROBAAN

Menentukan kenaikan titik didih dan berat molekul suatu zat dengan destilasi

B. TUJUAN PERCOBAAAN
1. Menentukan kenaikan titik didih molal dari pelarut murni kalau pelarut tsb
melarutkan suatu zat

2. Menentukan berat molekul suatu zat yang belum di ketahui besarnya

C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Titik Didih
Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zat cair sama
dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Berdasarkan nilai titik didih zat
terlarut, larutan dapat dibagi dua yaitu titik didih zat terlarut lebih kecil daripada
pelarutnya sehingga zat terlarut lebih mudah menguap O2, NH2, H2S dan alkohol
didalam air.Yang kedua yaitu zat terlarut lebih besar dari pada pelarutnya dan jika
dipanaskan pelarut yang lebih dulu menguap. Kenaikan titik didih larutan bergantung
pada jenis pelarut dan konsentrasi larutan, tidak bergantung pada jenis zat
terlarutnya.Untuk larutan yang sangat encer, tekanan uap zat terlarut dapat diabaikan,
sehingga yang mempengaruhi titik didih larutan hanya pelarutnya. (Kamaluddin, 2008)
Berlawanan dengan penurunan titik beku larutan.Kenaikan titik didih larutan
merupakan fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat
terlarut didalam pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil jika
dibandingkan dengan titik larutan. Sebagai contoh titik didih air murni adalah 100 ˚C jika
kita melarutkan gula atau garam dapur ke dalam air maka titik didihnya akan lebih dari
100˚C. (Dogra, 2009).

Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tidak langsung betapa
kuatnya gaya tarik antar molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat,
titik didihnya lebih tinggi dan begitu juga sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik
didihnya rendah. Faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih adalah konsentrasi
molalitas. Hasil experimen Roult menunjukkan bahwa kenaikan titik didih larutan akan
semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut akan semakin besar pula. Titik
didih larutan akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Hal yang berpengaruh pada
kenaikan titik didih adalah harga Kb dan zat pelarut (Fredi, 2009). Untuk menghitung
perubahan titik didih larutan maka kita bisa menggunakan persamaan berikut ini:

Tb = Kb. m .i ................................................................. 1
sedangkan titik didih larutan dicari dengan persamaan,
Tb = Tblarutan – Tbpelarut .......................................... 2
dimana :
Tb= penurunan titik beku larutan
Tb = titik beku larutan
m = molalitas larutan
mol Kb = konstanta titik beku pelarut
i = Faktor Van’t Hoff
(Chang, 2010)

2.Faktor Van’t Hoff


Faktor Van’t Hoff adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut
berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik).Faktor Van’t Hoff dihitung dari besarnya
konsentrasi sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan dibanding dengan
konsentrasi zat terlarut hasil perhitungan dari massanya. Untuk zat non elektrolit maka
vaktor Van’t Hoffnya adalah 1 dan nonelektrolit adalah sama dengan jumlah ion yang
terbentuk didalam larutan. Faktor Van’t Hoff secara teori dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
i = 1 + (n-1) α) ................................................................3
dengan α adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika suatu
zat berada didalam larutan. (Halliday,2005)

3. Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan
terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
nonelektrolit (Rahayu, 2007)

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Alat destilasi (labu leher 3, thermometer, kondensor destilasi)
 Batu didih
 Heating mantle
 Gelas ukur 50 ml
2. Bahan
 Kloroform
 Naftalen
 Zat X

E. PROSEDUR PERCOBAAN

ALAT ALAT

- Disusun

ERLENMEYER
TERTUTUP

+ 50 ml klorofrom
-Ditentukan beratnya

HASIL

-Kloroform dituang ke alat penentuan titik didih


-Disiapkan naftalen 0.5g 6 buah
-Dicek suhu setiap 2 menit 2kali,jika sudah tetap
+Dimasukannaftalen ke labu.
-Suhu di cek catat stlh dua kali pembacaan tetap
- diulangi langkah 7sampai ke 6 naftalen terlarutkan
HASIL

- di buat grafik titik didih sbg fungs naftalen yang


ditambahkan
- -Dicari BM X di ulangi langkah di atas dengan pelarut
murni yg tidak diketahu BM nya di buat grafik titik
didih sbg fungs naftalen yang ditambahkan
Prosedur Kerja
1. Disusun alat- alat yang digunakan
2. Dimasukkan kloroform sebanyak 50 ml ke dalam erlenmeyer tertutup dan ditentukan
beratnya.
3. Dituangkan kloroform ke dalam alat penentuan titik didih
4. Ditimbang 6 buah naftalen dengan berat masing masing lebih kurang 0,5 gram.
5. Dibaca suhu termometer setiap 2 menit bila suhu sudah tercapai
6. Jika pada 2x dibaca suhu tetap, maka suhu tetap dicatat
7. Dimasukkan satu palet naftalen kedalam labu. Diteruskan pembacaan suhu, dicatat
suhu setelah dua kali pembacaan tetap
8. Diulangi langkah 7 sampai 6 naftalen terlarut
9. Jika dicari BM zat X, maka diulangi langkah diatas dengan pelarut murni dan zat
yang tidak diketahui melokulnya.

F. HASIL PERCOBAAN DAN HITUNGAN

SAMPE SUHU SUHU BERATSAMPEL


L RATA YANG DI
RATA GUNAKAN
CHCL3 1.39 39 62,27 gram
2.39
S1 1.41 41 0,5 gram
2.41
S2 1.45 53 0,5 gram
2.61
S3 1.- - -
2.
S4 1.- - -
2.
ZATX 1.37 38 0,5 gram
2.39
ZATX 1.41 41 0,5 gram
2.41
ZAT X 1.44 44.5 0,5 gram
2.24
ZAT X 1.60 60 0,5 gram
2.60
Percobaan 1 ( Naftalen )
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T1 = 41°C - 39°C
= 2°C
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T2 = 53°C - 39°C
= 14°C
Percobaan 2 ( zat X)
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T1 = 38°C - 39°C
= -1°C ( tidak tepat)
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T2 = 41°C - 39°C
= 2°C

∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut


∆T3 = 44,5°C - 39°C
= 5,5°C
∆T = Tzat terlarut – Tzat pelarut
∆T4 = 60°C - 39°C
= 21°C

Percobaan 1 ( Naftalen)

BMnaftalen x WCHCl 3 x ∆ T
Kb =
1000 x Wnaftalen

g
128,1705 x 62,27 g x 2 ° C
Kb1 = mol
1000 x 0,5 g

= 31,92 ° C g /mol

g
128,1705 x 62,27 g x 14 ° C
Kb2 = mol
1000 x 1 g

= 111,73° C g /mol
Kb1+ Kb 2
Kbrata-rata =
2
31,92+111,73
=
2
= 71 , 825° C g/mol

1000 x Kbrata−rata
BMzat x =
W kloroform x b
1000 x 71,825 g /mol
=
62,27 g x 13,9
= 82, 98 g/mol

G. PEMBAHASAN
Titik didih merupakan suatu sifat yang dapat digunakan untuk
memperkirakan secara tidak langsung berapa kuat nya gaya tarik menarik antar molekul
dalam suatu cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat maka
titik didihnya tinggi dan sebaliknya apabila gaya tarik antar molekulnya lemah
titik didihnya rendah. (Chang, 2010)

pada percobaan kloroform dalam litelaturnya mendidih pada suhu 61,2˚C, suhu
kloroform dalam percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan litelatur karena suhu
didih dalam perngujian adalah 39˚C untuk pengukuran suhu pertama dan begitu pula
dengan pengukuran suhu kedua yang dilakukan setiap 2 menit yang bertujuan agar
mengetahui atau memastikan bahwa suhu yang dicapai sudah konstan. Hasil percobaan
kloroform yang mendidih pada suhu 39˚C mengalami kenaikan saat ditambahkan dengan
naftalen menjadi 41˚C pada penambahan naftalen pertama dan lebih meningkat ketika
ditambahkan naftalen kedua yaitu 45˚C pada pembacaan pertama, dan 61˚C pada
pembacaan kedua yaitu dengan rata- rata suhu 53˚C. Kenaikan titik didih ini disebabkan
karena adanya gerakan molekul- molekul kloroform yang dihalangi oleh naftalen
sehingga kloroform butuh tambahan kalor atau energi kinetik melalui proses pemanasan.
Dari hasil yang didapatkan nilai Kb sebesar71,825 ° C g/mol Semakin tinggi ∆T yang
dihasilkan maka semakin besar nilai Kb. ∆T mengalami kenaikan karena beberapa faktor
salah satunya adalah konsentrasi saat zat terlarut mempengaruhi kenaikan titik didih,
dimana semakin besar konsentrasi (molal) suatu larutan maka semakin tinggi pula
kenaikan titik didihnya.
Untuk pengujian zat X hasil menunjukaan bahwa pada penambahan pertama
mengalami penurunan, setelah dilakukan penambahan sebanyak 2-4 kali maka mengujian
mengalami peningkatan . Dimana dari data didapatkan BM zat X adalah 82, 98 g/mol.
Penambahan zat X i kedalam pelarut sama halnya dengan penambahan naftalen pada
kloroform yang mengalami kenikan titik didih larutan karena molekul kloroform
terhalang oleh zat X sehingga untuk mencapai titik didihnya dibutuhkan energi yang
besar.

H. KESIMPULAN
 Dari hasil percobaan dapat diketahui berat molekul suatu zat X sebesar 82, 98 g/mol
 Kenaikan titik didih larutan bergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi larutan, tidak
bergantung pada jenis zat terlarutnya.

I. DAFTAR PUSTAKA

Chang, Reymond. 2010. Kimia dasar . Edisi Ke Tiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Dogra, S.K dan S. dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal .Terjemahan Umar

Mansyu. Jakarta : UI-Press


Fredi. 2009. Titik Leleh dan Titik Didih. Bandung : Pakar Karya
Halliday, R 2005. Kimia Fisika. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Kamaluddin, A. 2005. Intisari Kimia.Yogyakarta : C.V Andi Offish
Rahayu, imam. 2007. Praktis Belajar Kimia. Bandung : PT Grafindo Media
Pratama
Sutresna, Nana. 2006. Cerdas Belajar Kimia. Bandung : PT Grafindo Media Pratama

J. LAMPIRAN

1. foto
\

2. MSDS
a. KLOROFORM

Penampilan: Jelas, cairan tidak berwarna.

Bau: bau halus Karakteristik.


Kelarutan: air 0.8g/100g @ 20C (68F).

Titik lebur:-63.5C (-83F)

Bahaya : dapat menyebabkan iritasi gangguan inhalasi dan pernapasan

Penanganan : bilas air 15 menit dan pindah ke udara segar

b. NAFTALENA

Penampilan: kristal putih

Bau: bau batubara kuat

Massa jenis : 1,145 g/cm3

Titik lebur : 80,26°C

Bahaya : dapat menyebabkan iritasi gangguan inhalasi dan pernapasan

Penanganan : bilas air 15 menit dan pindah ke udara segar

3. Grafik
Percobaan II (Zat X)
perubahan suhu larutan
25
f(x) = 6.95 x − 10.5
R² = 0.84
20
kenaikan suhu larutan

15
perubahan suhu larutan
Linear (perubahan suhu
larutan)
10

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

-5
kenaikan bobot zat x

y= bx + a
y= 13,9x – 10,5
gradiden= 13,9
1000 x Kbrata−rata
BMzat x =
W kloroform x b
1000 x 71,825 g /mol
=
62,27 g x 13,9
= 82, 98 g/mol

Anda mungkin juga menyukai