Anda di halaman 1dari 55

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

I. Judul Percobaan : Kenaikan titik didih

II. Tujuan Percobaan : untuk menentukan berat molekul zat yang tidak
mudah menguap atau non volatile dengan method
kenaikan titik didih.

III. Dasar Teori :


A. Sifat Koligatif Larutan
Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari kara Latin colligare yang
berarti berkumpul bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh
kebersamaan (kolektif) semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan
partikel. Sifat koligatif larutan ada empat macam yaitu penurunan tekanan uap
(ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb), penurunan titik beku (ΔTf) dan tekanan
osmosis (π). Sifat kologatif dapat digunakan untuk menentukan massa molekul
relatif suatu zat. (Hiskia Achmad, 1996 : 35-36)

B. Titik Didih Pelarut Murni


Suatu zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan
tekanan udara disekitarnya. Apabila air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm
(760 mmHg) maka air akan mendidih pada temperatur 100 oC, karena pada
tekanan uap jenuh zat cair yang sama dengan 1 atm disebut titik didih normal
zat cair itu. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah temperatur pada saat
tekanan uap jenuh larutan sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada
permukaan larutan).

C. Kenaikan Titik Didih Larutan


Jika pada suhu tertentu, suatu pelarut murni (air) ditambahkan zat terlarut
misalnya gula pasir, maka tekanan uap air akan turun. Jika semakin banyak zat
terlarut yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya. Hal
ini mengakibatkan larutan gula belum mendidih pada suhu 100 °C. Agar
larutan gula cepat mendidih, diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga
tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan uap di sekitarnya. Adanya
penambahan zat terlarut ini dapat menghalangi penguapan partikel pelarut.

1
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Sehingga, penguapan partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang


besar. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut
kenaikan titik didih (ΔTb).
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut
ΔTb = Tb - Tb°

Gambar 1. Grafik tekanan uap larutan


Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pada setiap saat tekanan uap
larutan (P) selalu lebih kecil dari tekanan uap pelarut murni (P°). Sehingga
grafik tekanan uap larutan selalu ada di bawah pelarut dan titik didih larutan
akan lebih tinggi dari pelarut murninya.
Kenaikan titik didih yang disebabkan oleh 1 mol zat yang dilarutkan dalam
1000 gram zat pelarut mempunyai harga yang tetap disebut tetapan kenaikan
titik didih(Kb). Perhatikan grafik berikut ini :

Gambar 2. Grafik kenaikan titik didih

2
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Menurut hukum Roult, kenaikan titik didih (ΔTb = boiling point elevation)
sebanding dengan hasil kali kemolalan larutan (m) dengan kenaikan titik didih
molal (Kb). Kenaikan titik didih dapat dirumuskan sebagai berikut :
ΔTb = m x Kb
Berikut ini adalah nilai harga Kb dari beberapa pelarut :
Pelarut Titik Didih (°C) Kb (Cmolal-1)
Air 100 0,52
Aseton 56,5 1,75
Etanol 78,4 1,20
Benzena 80,1 2,52
Etil Eter 34,6 2,11
Asam asetat 118,3 3,07
Kloroform 61,2 3,63

D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


Sifat koligatif larutan ditentukan oleh jumlah partikel (ion, molekul) dalam
larutan. Oleh karena itu, untuk konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan
elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Hal ini
dikarenakan jumlah partikel dalam larutan elektrolit akan lebih banyak karena
adanya proses ionisasi zat terlarut.
Zat elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel-partikel di dalam larutan. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada
satu mol larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan nonelektrolit.
Misalnya, larutan nonelektrolit C6H12O6, jika dimasukkan ke dalam air
menghasilkan 1 mol partikel, sehingga larutan C6H12O6 1 M akan membeku
pada suhu 1,86 °C di bawah titik beku air murni.
Sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1
mol Na+ dan 1 mol Cl–. Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol
partikel per 1.000 gram air, jadi secara teoretis akan menurunkan titik beku 2
× 1,86 °C = 3,72 °C.
Banyaknya ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat
ionisasinya (α). Larutan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar
daripada larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit
kuat dan mendekati nol untuk larutan elektrolit lemah.

3
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Secara umum dapat disimpulkan bahwa: “untuk konsentrasi yang sama,


larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan yang lebih besar
dibandingkan larutan non elektrolit”.
Untuk menghitung nilai sifat-sifat koligatif larutan elektrolit, persamaan-
persamaan yang diberikan sebelumnya untuk larutan non-elektrolit dapat
digunakan dengan menambahkan faktor i, seperti diusulkan van’t Hoff (1880).
Nilai faktor van’t Hoff merupakan perbandingan antara efek koligatif larutan
elektrolit dengan larutan non-elektrolit pada konsentrasi yang sama. Derajat
ionisasi dirumuskan sebagai berikut :
i = 1+ (n-1) α
dimana, i = jumlah partikel yang diukur / jumlah partikel yang diperkirakan
α = jumlah molekul zat yang terurai / jumlah molekul mula-mula
yang sama.
Untuk menentukan kenaikan titik didihnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
ΔTb = m x Kb x i

IV. Alat dan Bahan :


a. Alat
 kortel
 Beakerglass
 Pinometer
 Thermometer
 Batu didih
b. Bahan
 Nafthalen
 Aseton
 Zat X

V. Prosedur Percobaan :
1. Tentukan berat jenis aseton dengan alat piknometer.

4
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

2. Ambil 100 ml aseton sebagai solvent masukkan ke dalam alat kortel


dipanasi pelan-pelan dan hati-hati, sampai temperatur tetap sebagai
tanda titik didihhnya dan catat titi didihhnya.
3. Alat dan larutan didinginkan dengan mengangkat alat dari penangas
air, sampai temperatur sama dengan temperatur kamar.
4. Masukkan 0,25 gram nafthalen diaduk sampai larut, kemudian
dipanaskan lagi dan catat titik didihnya. Didinginkan lagi kemudian
ditambah kedalam alat nafthalen sebanyak 0,21 gram sehingga
jumlahnya menjadi 0,46 gram.
5. Larutan dimasukkan dan lakukan seperti cara diatas dengan
mengambil solute zat X yang akan dicari bbm-nya, sebanyak 0,25
gram dan 0,46 gram.

Catatan :
1. Percobaan ini dipakai untuk menentukan Bm zat yang kalau
menguap tak terurai, sehingga harus dicari pelarut yang cocok.
2. Percobaan ini dapat juga untuk menyelediki kemurnian suatu zat dan
dapat membantu untuk menentukan rumus molekul suatu zat.
3. Harga kd suatu solvent harganya tetap, tidak bergantung pada
macam dan banyaknya solute yang dilarutkan.

VI. Data Pengamatan :


No. Larutan Titik suhu (awal) Titik didih
1. Aseton (100ml) 28oC 64oC
2. + naftalena (0,25 gr) 28oC 62oC
+ naftalena (0,46 gr) 28oC 60oc
3. Aseton (100 ml) 28oC 58 oC
4. + oksalat (0,25 gr) 31 oC 57 oC
+ oksalat (0,46 gr) 31 oC 59 oC

5
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

VII. Analisa Hasil Percobaan


 Percobaan 1 gelas A
Larutan aseton sebanyak 100 ml dipanaskan sampai mndidih titik suhu
awal 28 oC. lalu didinginkan sampai suhu kembali turun dan netral. Lalu
dipanaskan kembali dengan memasukkan naftalena sebanyak 0,25 gr.
(zat yang akan dilarutkan) ternyata mengalami kenaikan suhu dari 28 oC
menjadi 62 oC.

 Percobaan 1 gelas B
Larutan aseton sebanyak 100 ml dipanaskan sampai mendidih titik suhu
awal 28 oC. lalu didinginkan sampai suhu kembali turun dan netral. Lalu
dipanaskan kembali dengan memasukkan naftalena sebanya 0,46 gr. ( zat
yang akan dilarutkan). Ternyata mengalami kenaikan suhu dari 28 oC
menjadi 60 oC

 Percobaan II gelas A
Larutan aseton 100 ml dipanaskan suhu awal 28 oC mengalami kenaikan
titik didih menjadi 58 oC. lalu didinginkan sampai suhu kembali dengan
memasukkan oksalat sebanyak 0,25 gr (zat yang akan dilarutkan) titik
suhu menjadi 31 oC dan ternyata mengalami kenaikan titik didih selama
1 menit menjadi 57 oC dan zat oksalat tidak larut.

 Percobaan II gelas B
Larutan aseton sebanyak 100 ml di panaskan suhu awal 28 oC dan
mengalami kenaikan titik didih selama 1 menit menjadi 58 lalu
didinginkan sampai suhu kembali turun dan netral. Lalu dipanaskan
kembali dengan memasukkan oksalat sebanyak 0,46 gr (zat yang akan
dilarutkan) titik suhu menjadi 31 oC dan ternyata mengalami kenaikan
titik didih selama 1 menit menjadi 59 oC dan zat oksalat tidak larut.

VIII. Tugas :
1. Apakah sifat-sifat khas dari peristiwa berikut: Penurunan tekanan uap ,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan teanan osmosis.
Jawaban:

6
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Sifat khas dari peristiwa berikut adalah sifat koligatif larutan atau sifat
larutan yang tidak tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dlam
larutan. Jadi sifat- sifat tersebut tidak tergantung pada larutan.

2. Berikan definisi kenaikan titik didih


Jawaban:
Titik didih adalah suhu dimana cairan mendidih dimana tekanan uap
sebuah zat cair sama dengan tekanan eksternal yang dialami cairan.

IX. Kesimpulan :
Dari percobaan ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Titik didih adalah suhu saat tekanan uap jenuh cairan sama dengan
tekanan udara luar. Kenaikan titik didih adalah selisih titik didih larutan
dengan titik didih pelarut factor yang mempengaruhi titik didih adalah
konsentrasi dan harga kb. Semakin tinggi konsentrasi, maka kenaikan titik
didih larutan semakin tinggi. Semakin tinggi harga kb kenaikan titik didih
larutan semakin tinggi. Kenaikan titik didih tidak dipengauhi oleh jenis zat
yang terlarut

DAFTAR PUSTAKA
http://chemistlive.blogspot.co.id/2013/11/laporan-praktikum-kimia-fisika.html
http://devianaeka.blogspot.co.id/2015/12/laporan-praktikum-larutan-tentang.html
https://www.academia.edu/19646613/LAPORAN_PRAKTIKUM_Kenaikan_titik
_didih

7
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

LAMPIRAN
A. Gambar Alat
No Nama Alat Gambar Alat
1. Erlenmeyer

2. Pipet Tetes

3. Thermometer

4. Cawan Petri

8
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

5. Beacker Glass

Palembang, oktober 2017


Mengetahui, Praktikan
Asisten Laboratorium
1. Ir. Mujiharti ( )

Yokasari
12.2016.032

9
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

I. Judul Percobaan : Berat Molekul

II. Tujuan Percobaan : setelah melakukan percobaan ini diharapkan :


1. Dapat menghitung berat molekul senyawa yang
mudah menguap dengan pengukuran massa
jenis gas.
2. Dapat menggunakan alat dengan terampil dan
teliti.

III. Dasar Teori :


Menentukan berat molekul dalam metode penentuan massa jenis gas
menggunakan alat victor meyer . persamaan gas ideal bersama – sama dengan
massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa
volatile .
Dari persamaan gas ideal di dapat :
P V = n R T , dimana n = m / BM
P V = ( m/ BM) RT
P.BM = ( m / V ) RT ……. d = m / v
BM = ( d/ p ) RT
Dimana :

BM = berat molekul
P = tekanan gas ( Atm )
R = tekanan gas ideal ( atm liter / mol
K)
V = volume gas ( liter )
T = temperature absolute ( K)

⍴ = massa jenis ( gram / liter )

10
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Bila suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari 100oc ditempatkan
dalam labu Erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian
tutupnya , kemudian labu Erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai 100oc ,
cairan yang ada dalam Erlenmeyer akan menguap dan uapnya akan mendorong
udara yang terdapat pada labu Erlenmeyer keluar melalui lubang dan uapnya
akan mendorong udara yang terdapat pada labu erlenmyer keluar melalui
lubang kecil tadi . setelah semua udara keluar , uap cairan sendiri yang akan
keluar , sampai akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila keadaan
kesetimbangan dicapai yaitu tekanan uap cairan dalkam labu erlemnmeyer sama
dengan tekanan udara luar . pada kondisi kesetimbangan ini , labu erlenmeyer
hanya berisi uap cairan dengan tekanan sama dengan titik didih air dalam
penangas air ( sekitar 100oc) labu Erlenmeyer ini kemudian diambil dari
penangas air dingin dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat
didalamnya dapat diketahui , kemudian dengan menggunakan persamaan :

BM = ( ⍴ / p ) RT , berat molekul senyawa dapat ditentukan .

Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana ( CHCl3)


kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius . meskipun
banyak digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboraturium atauu industry .
wujudnya pada suhu yang berupa cairan , kloroform mudah menguap .
kloroform mempunyai titik didih 61 , 2 oc , nama IUPAC nya adalah kloroform
juga memiliki titik lebur -63,5oc.

Kloroform disebut juga holoform disebabkan karena brom dan klor juga
bereaksi dengan metal keton yang menghasilkan masing – masing bromoform
dan kloroform . hal ini disebut haloform . kloroform merupakan senyawa dari
asam formiat dan termasuk senyawa polihalogen yaitu senyawa turunan
karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom halogen .
Dalam industry kloroform diperoleh dengan pemanasan campuran dari
klorin dan kloro metana atau metana . beberapa senyawa yang dapat membentuk

11
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

kloroform dan senyawa halofom adalah etanol , 2 – proponol , 2-butanol


propanon , 2-butanon .
Reaksi kloroform berlangsung dalam tiga tingkat :
 Oksidasi
 Subsitusi
 Penguraian oleh basa
Sifat – sifat fisika kloroform
a. Beracun
b. Berbau khas
c. Berbentuk cairan
d. Airan yang tak berwarna
Sifat – sifat kimia kloroform
a. Tidak bercampur dengan air
b. Merupakan asam lemah
c. Tidak mudah terbakar
Penggunaan kloroform
a. Pemadam kebakaran
b. Pembersih noda
c. Untuk pengasapan
Bahaya kloroform
a. Pembesaran hati
b. Gangguan pernapasan dan ginjal
c. Tekanan darah rendah

Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah
terbakar , ia merupakan keton yang paling sederhana , aseton larut kedalam air
, etanol ,. Aseton digunakan untuk membuat plastic , serat , obat – obatan .

12
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasr isopropyl
alcohol dengan cara oksidasi .
Sifat kimia aseton
a. Bersifat polar
b. Tidak berwarna
c. Baunya sengit
d. Tidak berwarna
Kegunaan aseton
a. Sebagai bahan pembuat cat
b. Sebagai bahan pembuatan parfum
c. Sebagai pembersih cat kuku

IV. Alat dan Bahan :


a. Alat
 Labu Erlenmeyer 250 ml atau labu godok 100 ml/ 250 ml
 Gelas piala 600 ml
 Penangas air (water batch) atau hotplate
 Termometer 100oC
 Pipet ukut 10 ml, 25 ml
 Bola karet
 Alumunium foil
 Karet dan tali
 Jarum
 Ring standard dan clain statip

b. Bahan
 Aquadest
 Kloroform (CHCL3) atau aseton (CH3COCH3)

13
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

V. Prosedur Percobaan :
1. mengambil labu erlenmeyer 250 ml (labu godok) yang bersih dan kering
ditutup dengan menggunakan alumunium foil, kemudian dikencangkan
dengan menggunakan karet atau tali
2. menimbang labu erlenmeyer dan alumunium foil.
3. Mengambil 5 ml cairan yang mudah menguap masukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Kemudian ditutup kembali dengan menggunakan alumunium
foil dan dikencangkan kembali dengan karet, sehingga tutup ini bersifat
kedap gas. Dengan jarum membuat sebuah lubang kecil pada alumunium
foil agar uap dapat keluar.
4. Erlenmeyer ditaruh dalam penangas air mendidih (100oC) sampai air kira-
kira 1 cm dibawah alumunium foil. Biarkan labu erlenmeyer tersebut
dalam penangas air sampai semua cairan volatil menguap. Mencatat suhu
penangas air tersebut.
5. Setelah cairan volatil dalam erlenmeyer menguap, diangkat labu
erlenmeyer dari penangas dan dikeringkan air yang terdapat pada bagian
luar labu erlenmeyer dalam desikator untuk mendinginkannya. Udara akan
masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer melalui lubang kecil tadi dan
uap cairan volatil yang terdapat dalam labu erlenmeyer akan kembali
mengembun menjadi cairan.
6. Menimbang labu erlenmeyer yang telah dingin tadi dengan menggunakan
neraca analitis.
7. Menentukan volume labu erlenmeyer dengan jalan mengisi labu
Erlenmeyer dengan air sampai penuh dan mengukur massa air yang
terdapat dalam labu Erlenmeyer tersebut. Mengukur suhu air sehingga
massa jenis air pada suhu tersebut = m/V.
8. Mengukur tekanan atmosfer dngan barometer.

VI. Data Pengamatan :


 Labu erlenmeyer, alumunium foil dan karet =110,3068 gr
 Massa labu erlenmeyer, alumunium foil, karet dan cairan x atau
kondesat =118,57 gr
 Massa cairan x / kondensat = 8,264 gr
 Massa Erlenmeyer kosong =110,26 gr

14
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

 Massa labu Erlenmeyer + air = 1260 gr


 Massa air = 1149 gr
 Suhu air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer = 28oC
 Suhu penangas air = 100oC
 Tekanan atmosfer = 760 mmHg

VII. Analisa Hasil Percobaan


Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat molekul suatu
senyawa. Berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan
persamaan gas ideal. Percobaan ini menggunakan senyawa volatil
berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan alat viktor meyer. Senyawa
volatil merupakan senyawa yang yang mudah menguap menjadi gas bila
terjadi peningkatan suhu ( umumnya 100oC). Jika senyawa-senyawa volatil
ini menguap, komponennya akan mengalami penurunan mutu. Berat
molekul senyawa volatil dapat diukur berdasarkan pengukuran massa jenis
gas yang menguap. Hasil yang di dapat pada proses praktikum dapat dilihat
dari data pengamatan.

X. Perhitungan :
1. Hitung volume labu Erlenmeyer dengan menggunakan massa jenis
dalam tabel berikut ini :
Suhu 0oC 2 oC 4 oC 6 oC 8 oC
10 oC 0,9997 0,9995 0,9993 0,9990 0,9986
20 oC 0,9982 0,9981 0,9973 0,9968 0,9968
30 oC 0,9957 0,9951 0,9944 0,9937

15
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Jawaban :
1. Menghitung volume labu Erlenmeyer
Massa air 1 = 300, 14 gr
⍴ = 0, 9957 gr / ml
Massa air 2 = 298 , 51 gr
⍴ = 0 , 9951 gr/ml

V1 = m1
⍴1
= 300,14 gr
0 , 9957 gr / ml
= 301 , 44 ml
= 0,30144 liter .

V2 = m2
⍴2
= 298 , 52 gr
0 , 9951 gr/ml
= 299, 98 ml
= 0,29998 liter .

2. Massa jenis gas


· Kloroform
m1 = 1, 15 gr
⍴1 = m1
V1
= 1, 15 gr
0 , 30144 liter

16
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

= 3, 815 gr/liter
· Aseton
m2 = 0, 52 gr
⍴2 = m2
V2
= 0,52 gr
0,29998 liter
= 1, 73 gr / liter

3. Suhu penangas dalam Kelvin


T1 ( kloroform ) = 94oc + 273 = 367 K
T2 ( aseton ) =100oc + 273 = 373 K

4. Menentukan berat molekul


· Kloroform

m1 = 1,15 gr
V1 = 0,30144 liter
T1 = 367 k

· Aseton

m1 = 0,52 gr
V1 = 0,29998 liter
T2 = 373 k
R = 0,08206 l
atm / mol k
P = 1 atm

BM kloroform

17
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

BM =m.R.T
⍴.v
= 1 , 15 gr . 0,08206 l atm / mol k . 367 k
1 atm . 0,30144 liter
= 114 , 89 gr / mol
BM aseton
BM =m.R.T
⍴v
= 0 , 52 gr . 0,08206 l atm / mol k . 373 k
1 atm . 0, 29998 liter
= 53 , 058 gr / mol

% kesalahan

· % kloroform
= 119 , 38 – 114 , 89 x 100 %
119, 38
= 4,49 x 100
119 , 38
= 3, 76 %

· Aseton
= 58 , 08 – 53 , 058 x 100 %
58 , 08
= 5 , 022 x 100 %
58 , 08
= 8,65 %

Pertanyaan

18
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

1) Jika berat molekul gas x = 120 gr / mol , dan di analisa menunjukan bahwa
Karbon = 10%
Klor = 89,0 %
Hydrogen = 1,0%
Bagaimana rumus molekul senyawa tersebut ?
Penyelesaiian :
C = 10% = 10 x 120 = 12 gr/ mol
100
Cl = 89,0% = 89,0 x 120 = 106, gr/ mol
100
H = 1,0% = 1 x 120 = 1,2 gr/ mol
100
C= 12 = 1
12
C= 106,8 = 3,05 (3)
35
C= 1,2 = 1,2 (1)
1

Jadi rumus molekul = ( CHCl3) → chloroform ( CHCl3)

XI. Kesimpulan :
Jadi, dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
penentuan berat molekul senyawa yang mudah menguap dapat dilakukan
dengan cara mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan
gas ideal. Nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul

19
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

(Bm). Dngan demikian besar nilai dari massa cairan volatil maka semakin
besar pula nilai berat molekulnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://wahyusisilia.blogspot.co.id/2015/10/laporan-berat-molekul.html
Jobsheet . kimia fisika . politeknik negri sriwijaya . Palembang . 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/kloroform

http://kimiaunand.blogspot.com/2013/05/sintesis-kloroform.html

http://id.wikipedia.org/wiki/aseton

http://kimiaunand2012.blogspot.com/2013/05/sintesis-kloroform.html

20
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

LAMPIRAN
A. Gambar Alat
No Nama Alat Gambar Alat
1. Erlenmeyer

2. Alumunium Foil

3. Pipet Tetes

4. Thermometer

21
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

5. Cawan Petri

6. Pipet Ukur

7. Beacker Glass

Palembang, 09 November 2017

Mengetahui, Praktikan
Asisten Laboratorium
1. Ir. Mujiharti ( )

Yokasari
12.2016.032

22
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

I. Judul Percobaan : Penurunan Titik Beku

II. Tujuan Percobaan : setelah melakukan percobaan ini diharapkan :


1. Dapat menentukan harga kb suatu pelarut.
2. Dapat menghitung berat molekul suatu zat yang
tidak menguap dengan metode titik beku.

III. Dasar Teori :


Titik beku suatu zat cair adalah suhu dimana zat cair tersebut berubah wujud
padat. Selama proses pembekuan berlangsung tidak terjadi perubahan suhu. Jika
zat non volatile (sukar menguap) di larutkan ke dalam pelarut tertentu , maka
pelarut tersebut akan membeku pada suhu yang lebih rendah. Besarnya
penurunan titik beku bergantung pada zat tertentu. (Anonim.2011)
Menurut Raoult, penurunan titik beku larutan berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan.
∆Tb = Kb.m atau ∆Tb = n.Kb
m = gr x 1000 . Kb
Mr P

Keterangan:
∆Tb = menyatakan penurunan titik beku larutan.
n = menyatakan jumlah mol larutan.
P = menyatakan berat pelarut dalam satuan gram.
Kb = menyatakan tetapan penurunan titik beku molal pelarut.
gr = menyatakan massa zat yang terlarut
m = menyatakan molalitas
Tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam larutan sama dengan
tekanan uap komponen murni dengan fraksi mol komponen yang menguap
dalam larutan, pada suhu yang sama. Misalnya komponen A:

PA = POA . XA

Dimana :

23
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

PA = tekanan uap di atas larutan


XA = fraksi mol
POA = tekanan uap A murni.
(Anonim.2011)
Dengan kata lain, bunyi hukum ini : “Tekanan uap parsial komponen A dalam
larutan berbanding lurus dengan fraksi mol dan tetapan perbandingan adalah
tekanan uap komponen A murni". (Anonim.2011)
Hukum Raoult dasar dari empat macam sifat larutan encer yang di sebut sifat
koligatif. Kata koligatif berasal dari bahasa latin colligare yang berarti
berkumpul bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan
(kolektif) semua partikel dan tidak pada saat dan keadaan partikel.
Keempat sifat koligatif yaitu :
1. Penurunan tekanan uap (∆P)
2. Kenaikan titik didih (∆Tb)
3. Penurunan titik beku (∆Tf)
4. Tekanan osmotik
(Achmad.1996)
Sebagai akibat dari penurunan tekanan uap, maka terjadi kenaikan titik didih.
Suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer disebut titik
didih larutan. Dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu
larutan encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa.
2. Larutan encer semua zat terlarut yang tidak megion, dalam pelarut yang
sama dengan konsentrasi molal yang sama mempunyai titik didih atau titik beku
yang sama, pada tekanan yang sama. (Sukry.1999)

IV. Alat dan Bahan :


a. Alat
 Refegerator Circulating Batch (thermostat, pendingin)
 Gelas kimia 250 ml, 600 ml
 Pengaduk
 Thermometer 0-100oC
 Piknometer 25 ml atau 50 ml
 Kaca arloji

24
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

 Bak / wadah alat (untuk Batu es)


 Botol aquadest

b. Bahan
 Pelarut berupa asam asetat glacial
 Larutan standar naftalena
 Zat x yang dicari berat molekulnya
 Garam dapur
 Batu es

V. Prosedur Percobaan :
1. Menentukan berat jenis asam asetat glasial dengan menggunakan
piknometer atau arometer..
2. Mengambil 50 ml pelarut dimasukkan dalam alat sambil didinginkan,
dicatat suhunya untu setiap 30 detik, hingga suhu konstan, kemudian
dilihat sudah membeku atau belum.
3. Mencairkan pelarut kembali, kemudian ditambahkan zat yang sudah
diketahui berst molekulnya (naftalena) 2 gr, didinginkan lagi dan
mencatat suhunya setiap 30 detik hingga suhu tetap sampai
membeku.
4. Catat selisih titik beku dari percobaan 2 dan 3
5. Menggulang percobaan 2 dan 3 dengan mengambil zat terlarut yang
akan dicari berat molekulnya (zat x).

KESELAMATAN KERJA
Untuk menjaga keselamatan dalam melakukan percobaan ini gunakan jas
lab, sarung tangan karet, masker dan kacamata

25
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

VI. Data Pengamatan :


Waktu (detik) 0 30 60 90 120 180 210 240 270
detik detik detik detik detik detik detik detik detik
Asam asetat
glasial suhu 22 18 16 15 13 12 11 10 8
(oC)
Naftalena
Suhu (oC) 22 19 16 14 13 12 9
Asam oksalat
Suhu (oC) 14 12 11,5 11 10 9 8 7

VII. Analisa Hasil Percobaan


Pada Percobaan asam asetat yang dimasukkan atau dibekukan dengan cara
diletakkan pada beacker glass yang telah berisi es batu mencapai titik beku
atau larutan asam asetat membeku pada saat suhu dalam asam asetat telah
mencair dengan suhu 8oC dengan waktu 270 detik. Saat asam asetat telah
mencair dengan suhu ruangan dimasukkan lagi dengan naftalena lalu diaduk
selanjutnya dibekukan lagi. Naftalena dan asam asetat mencapai titik beku
pada waktu 210 detik di suhu 9oC. selanjutnya dicairkan lagi dengan suhu
ruangan. Kemudian ditambahkan dengan oksalat. Sehingga didapat hasil
pada suhu 7oC dan pada waktu 240 detik larutan asam asetat+oksalat+
naftalena mengalami penurunan titik beku

VIII. Perhitungan :
Percobaan standart :
M2= 1000.Kb.G2
Tb.G1

26
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Dari M2 yang diketahui dapat diperoleh harga Kb. dengan menggunakan


rumus yang sama dengan dihitung berat molekul zat yang belum diketahui
(x). untuk mendapatkan harga Tb dilihat dari grafik versus waktu pada suhu
yang besar tetap harus diketahui sebagai garis lurus, maka ini suhu pada saat
membeku.
Penyelesaian :
Penentuan nilai titik beku (kb)
Diketahui : berat naftalena : 2 gram
Bm naftalena : 128,8 gr/mol
Ditanyakan : gram pelarut?

Gram pelarut = 𝜌asetat x vasetat

= 1,05 gr/mol x 50 ml
= 52,5 gr
Takhir asetat = 8oC
Takhir naftalena = 9 oC
∆Tf = 9 oC - 8 oC
= 1 oC

∆Tf = m x kf
1oC = gr x 1000 x Kf
Mr P
o
1C = 2 gram x 1000 x Kf
128,8 gr/mol 52,5 gr
o
1 C = 0,015/mol x 19,04/gr x Kf
1oC = 0,2856/gr.mol x Kf
Kf = 1oC
0,25856 gr.mol
Kf = 3,5014oC/gr.mol

BM zat X (Oksalat)

27
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Diketahui : gram oksalat : 2 gram


Gram pelarut : 52,5 gram
Jawab :
T1 asetat = 8oC
T2 asetat = 7 oC
∆Tf = T2 – T1
= 7oC - 8 oC
= -1 oC

Kf asetat = 3,5014 oC/gr.mol


∆Tf = m x kf
∆Tf = gr x 1000 x Kf
Mr P
o
-1 C = 2 gram x 1000 x 3,5014 oC/gr.mol
Mr 52,5 gr
-1 C x Mr = 2 gr x 19,04/gr x 3,5014 oC/gr.mol
o

-1oC x Mr = 133,331 oC/gr.mol


Mr = 133,331 oC/gr.mol
-1oC
Mr = 133,331gr/mol

Persen kesalahan :
Bm oksalat = 134,05 gr/ mol
= 134,05 -133,331 x 100%
134,05
= 0,71669 x 100%
134,05
= 0,0053465 x 100%
= 0,53%

28
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Pertanyaan :
1. Apa yang disebut titi beku suatu zat?
Jawaban :
Suhu yang dicapai suatu zat cair ketika menjadi padat atau disebut
membeku. Zat cair dapat menjadi beku ketika suhunya diturunkan terus
menerus seperti air yang kita masukkan ke dalam kulkas dan setelah
beberapa waktu menjadi beku. Pada saat itulah air mencapai titik
bekunya dan suhunya akan stabil pada titik beku tersebut.
Titik beku larutan lebih rendah dari pada titik pelarut murni.

2. Apa yang disebut penurunan titik beku molal?


Jawaban:
Selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana lebih
rendah dari titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.
Persamaan yang menghubungkan molaritas konstanta penurunan titik
beku, dimana jika konstanta atau kosnterasi (dalam molal) dari zat
terlarut semakin besar maka titik beku larutan semakin kecil sehingga
akan didapat selisih antara titik beku larutan dengan titik beku larutan.

3. Apa yang menyebabkan turunnya tekanan uap pada pemberian zat


terlarut?
Jawaban :
Yang menyebabkan turunnya tekanan uap pada pemberian zat terlarut
adalah karena zat itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga
kecepatan penguapan berkurang.
Turunnya tekanan uap pada pemberian zat terlarut didasarkan oleh ketika
terjadi penguapan maka uap bersentuhan dengan air dan mengalami
panas kondensasi

29
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

IX. Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat waktu dan suhu suatu zat
atau senyawa mencapai titik beku pada waktu ≤ 5 menit pada suhu 7oC –
9oC.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/27966093/PENENTUAN_TITIK_BEKU_LARUTAN

http://rosianah95.blogspot.co.id/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo_4.html

30
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

LAMPIRAN
A. Gambar Alat
No Nama Alat Gambar Alat
1. Erlenmeyer

2. Pipet Tetes

3. Thermometer

4. Cawan Petri

31
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

5. Beacker Glass

Palembang, oktober 2017


Mengetahui, Praktikan
Asisten Laboratorium
1. Ir. Mujiharti ( )

Yokasari
12.2016.032

32
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

I. Judul Percobaan : Hasil Kali Kelarutan (ksp)

II. Tujuan Percobaan :


Setelah melakukan percobaan ini diharapkan :
 Dapat mengenal prinsip-prinsip hasil kali kelarutan
 Menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut
 Menghitung panas pelarutan (∆H) PbCl2, dengan menggunakan sifat
ketergantungan ksp pada suhu.

III. Dasar Teori :


Hasil kali kelarutan (Ksp) senyawa dapat ditentukan dari percobaan
laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut
dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu,
kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat
terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Hasil
kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai
oleh hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari
garam yang hanya sedikit larut dan larutan itu. Hasil kali konsentrasi dari ion-
ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu adalah konstan, dengan
konsentrasi ion dipangkatkan bilangan yang sama dengan jumlah masing-
masing ion yang bersangkutan.
Kelarutan merupakan jumlah zat yang terlarut yang dapat larut dalam
sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Sedangkan hasil kali
kelarutan merupakan hasil akhir yang dicapai oleh hasil kali ion ketika
kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang hanya sedikit larut
dalam larutan tersebut. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol
elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya. Jika konsentrasi
ion total dalam larutan meningkat, gaya tarik ion menjadi lebih nyata dan
aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibandingkan konsentrasi

33
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

stoikhiometri atau terukurnya. Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan,
ini berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum
kesetimbangan tercapai dengan kata lain kelarutan akan meningkat.
Hasil kali kelarutan suatu garam adalah hasil kali konsentrasi semua ion dalam
larutan jenuh pada suhu tertentu dan masing-masing ion diberi pangkat dengan
koefisien dalam rumus tersebut.
AgCl Ksp = [Ag+] [Cl-]

PbCl2 Ksp = [Pb2+] [Cl-]2

Timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang terjadi

pada larutan PbCl2 jenuh dapat ditulis sebagai berikut:

PbCl2(s) ↔ Pb2+ (aq) + 2Cl- (aq)

Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas


adalah :

Ka = (aPb2+)(aCl-)
(aPbCl2(s))
Karena aktivitas padatan murni sama dengan satu, maka persamaan diatas
dapat disederhanakan menjadi :
Ksp = (aPb2+)(aCl-)
Dalam larutan encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi
dalam satuan molar. Nilai Ksp diatas dikenal sebagai konstanta hasil kelarutan
PbCl2.

IV. Alat dan Bahan :


a. Alat
 Rak tabung reaksi dan tabung reaksi
 Thermometer 100oC
 Erlenmeyer 250 ml

34
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

 Gelas kimia 250 ml, 400 ml


 Corong
 Spatula
 Pengaduk
 Labu ukur 100 ml, 250 ml
 Kaca arloji
 Buret 50 ml
 Bola karet
 Pipet Tetes

b. Bahan
 Larutan Pb(NO3)2 0,075 M
 Larutan KCl 1 M

V. Prosedur Percobaan :
1. Menyiapkan larutan Pb(NO3)2 0,075M dan KCl 1 M, lalu
menempatan KCl pada buret 50 ml yang berbeda.
2. Masukkan 10 ml Pb(NO3)2 0,075 M ke dalam tiap tabung reaksi,
baru menambahkan KCl sebanyak yang dicantumkan. Pada saat
pencampuran, tabung reaksi harus dikocok. Biarkan selama 5 menit
dan amati apaah sudah terbentu endapan atau belum. Isikan hasil
pengamatan pada tabel dibawah ini.

Table 2.1
Nomor Volume Volume Pembentukan
Campuran Pb(NO3)2 0,075 KCl 1 M endapan Suhu oC
M (ml) (ml) (sudah/belum)

35
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 2.1 pada tabung yang
terbentuk endapan dan tabung yang belum terbentuk endapan, ulangi
langah diatas untuk menentukan banyaknya volume KCl 1 M yang
dapat menyebabkan terbentuknya endapan sampai ketelitian 0,1 ml
dan dicatat pula hasilnya. Catat hasil pengamatan pada tabel 2.1.
catat pula volume KCl 1 M yang dapat menyebabkan terjadinya
pengendapan dan suhu.
4. Pada tabung reaksi yang lain, siapkan larutan berikut sesuai dengan
tabel 2.2 berikut ini :
Nomor Volume VolumeKCl Pembentukan
Campuran Pb(NO3)2 1 M (ml) endapan Suhu oC
0,075 M (ml) (sudah/belum)

5. Tempatkan campuran yang terbentuk endapan pada penangas atau


labu Erlenmeyer yang dipanaskan. Ketika penangas dipanaskan
digunakan thermometer untuk mengaduk larutan secara perlahan-
lahan (kecepatan pemanas kira-kira 1oC per menit). Catat suhu
ketika endapan tepat larut. Melakukan hal yang sama untuk

36
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

campuran-campuran lain. Catat semua hasil yang diperoleh pada


tabel 2.2
VI. Hasil Pengamatan :
Tabel 2.1
Nomor Volume Volume Pembentukan
Campuran Pb(NO3)2 0,075 KCl 1 M endapan Suhu oC
M (ml) (ml) (sudah/belum)
1. 10 0,5 Belum 29
2. 10 1,0 Belum 29,3
3. 10 1,2 Sudah 30
4. 10 1,4 Sudah 30,2
5. 10 1,5 Sudah 30,5
6. 10 2,0 Sudah 30,8

Tabel 2.2
Nomor Volume VolumeKCl Pembentukan
Campuran Pb(NO3)2 1 M (ml) endapan Suhu oC
0,075 M (ml) (sudah/belum)
1. 10 1,5 sudah 30,5
2. 10 2,0 Sudah 30,8
3. 10 2,5 Sudah 31
4. 10 3,0 Sudah 32
5. 10 3,5 Sudah 32,2

VII. Analisa Hasil Percobaan

37
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Pada percobaan ini dimasukkan Pb(NO3)2 0,075 M dan KCl 1 M ke

dalam dua buret yang berbeda. Kemudian direaksikan 10 ml larutan

Pb(NO3)2 yang dimasukkan ke dalam 9 tabung reaksi yang berbeda, dengan

larutan KCl 1 M yang volumenya masing-masing 0,5 mL; 1,0 mL; 1,2 mL;

1,4 m; 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; 3 mL dan 3,5 mL. Setelah itu larutan

dikocok dan didiamkan selama 5 menit, teknik pengocokan juga perlu

diperhatikan sehingga mempercepat aktivitas tumbukan partikel dan

mempercepat terbentuknya endapan.

VIII. Perhitungan :
1. Isilah tabel 2.1 di bawah ini :
Nomor Volume VolumeKCl Pembentukan
Campuran Pb(NO3)2 1 M (ml) endapan Suhu oC
0,075 M (ml) (sudah/belum)
1. 10 1,5 sudah 30,5
2. 10 2,0 Sudah 30,8
3. 10 2,5 Sudah 31
4. 10 3,0 Sudah 32
5. 10 3,5 Sudah 32,2

2. Dari campuran yang tepat menghasilkan endapan PbCl2, hitung


konsentrasi Pb+2, konsentrasi Cl- dan hasil kali kelarutan PbCl2 pada
suhu yang tercatat (gunakan konsentrasi dalam molar sebagai pengganti
aktivitas).
Penyelesaian :

Perhitungan Pembentukan Endapan PbCl2

38
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Penambahan 2,0 mL KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

= 2,0 mL x 1 M

= 2,0 mmol

- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 2,0 mL = 12 mL

Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)

m : 0,75 2,0

b : 0,75 1,5 0,75 1,5

s :0 0,5 0,75 1,5

n 0,75 mmol
[ PbCl2 ] = = = 0,0625 M
V 12 mL

PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)

s s 2s

Ksp = s (2s)2 = 4s3

= 4 (0,0625)3

= 9,7656 x 10-4 M

4.3.2 Perhitungan Pelarutan Endapan PbCl2

a. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M

- mmol KCl = V KCl x M KCl

39
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

3. Isilah tabel 2.2 dibawah ini:


No V 0,075 M V1M Suhu Suhu [Pb2+][Cl-] Ksp log 1/T
Camp Pb(NO3)2 KCl Pelaru Pelaru Ksp (K-1)
(mL) (mL) tan tan
Endap Endap
an (oC) an (K)

1 10 0,2 37 310 1,44 x 10-3 2,82 x -4,550 0,01388


10-5
2 10 0,3 45 318 2,12 x 10-3 6,17 x -4,210 0,01176
10-5
3 10 0,4 66 339 2,78 x 10-3 1,07 x -3,970 0,01136
10-4
4 10 0,5 77 350 3,40 x 10-3 1,62 x -3,791 0,01063
10-4
5 10 0,6 81 354 4,01 x 10-3 2,27 x -3,644 0,01030
10-4

IX. Kesimpulan :
Percobaan kali ini berhasil walaupun pada saat melakukan percobaan
agak sedikit terhambat karena praktikan salah dalam membaca prosedur
percobaan.

40
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H., 1996, Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.

Brady, J.E., 1999, Kimia Universitas : Asas Dan Struktur, Binapura Aksara,
Jakarta.

Castellan, G.W., 1983, Physical Chemistry, Third Edition, Addison–Wesley


Publishing Company, United Stated America.

41
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

LAMPIRAN

A. Data Perhitungan
 Pembuatan larutan
M x BM x V
=
1000
0,075 x 331,2 x 100
=
1000

= 2, 484 gram

 Pembuatan larutan KCl


N x BM x V
gram =
1000
1 x 74,5 x 50
=
1000
= 3,72 gram

B. Gambar Alat
No Nama Alat Gambar Alat
1. Erlenmeyer

42
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

2. Pipet Tetes

3. Thermometer

4. Cawan Petri

5. Beacker Glass

43
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Palembang, oktober 2017


Mengetahui, Praktikan
Asisten Laboratorium
1. Ir. Mujiharti ( )

Yokasari
12.2016.032

44
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

I. Judul Percobaan : Panas pelarutan (∆HS)

II. Tujuan Percobaan : setelah melakukan percobaan ini diharapkan :


1. Dapat menentukan panas reaksi pelarutan
CuSO4.5H2O dan CuSO4.
2. Dapat menghitung panas reaksi dengan
menggunakan hokum HESS.

III. Dasar Teori :


Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa disebut
panas pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi yang
menyertai pencemaran secara kimia. Energi ionisasi bila senyawa yang
dilarutkan mengalami peristiwa ionisasi. Pada umumnya panas pelarut untuk
garam – garam netral dan tidak mengalami disosiasi adalah positif, sehingga
reaksinya isotermis atau larutan akan menjadi dingin dan proses pelarutan
berlangsung secara adaibatis. Panas hidrasi, khususnya dalam sistem berair,
biasanya negatif dan relatif besar. Perubahan entalpi pada pelarutan suatu
senyawa tergantung pada jumlah, sifat zat terlarut dan pelarutnya temperatur
dan konsentrasi awal dan akhir dari larutannya.
Jadi panas pelarutan standar didefinisikan sebagai perubahan entalpi
yang terjadi pada suatu sistem apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam
n1 mol pelarut pada temperatur 250C dan tekanan atmosfir.
Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang mengandung 1
mol zat terlarut, relatif terhadap zat terlarut atau pelarutan murni pada suhu
dan tekanan sama. Entalpi suatu larutan pada suhu T relatif larutan dan zat
terlarut dan terlarutan murni pada suhu T0 dinyatakan sebagai :

H = n1H1 + n2H2 + n2Hs2

45
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Dimana :
- H = entalpi dari n1+n2 mol pelarut dari komponen 1 dan 2 pada suhu T
relatif terhadap suhu T0.
- H1 dan H2 = entalpi molal dari komponen 1 dan 2 murni pada suhu relatif
terhadap temperatur T0.
- ∆HS2 = Panas pelarutan intergral dari komponen 2 pada suhu T.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan mencari
panas pelarutan dua senyawa yaitu tembaga (II) sulfat 5H2O dan temabaga
(II) sulafat anhidrat. Dengan menggunakan hukum Hess dapat dihitung panas
reaksi :
CuSO4 (s) + aq à CuSO4.5H2O
Menurut hukum Hess bahwa perubahan entalpi suatu reaksi kimia
tidak tergantung kepada jalannya reaksi tetapi hanya tergantung kepada
keadaan awal dan akhir dari suatu reaksi.

Sebagai contoh penggunaan hukum Hess :

CuSO4 (s) + aq à CuSO4 (aq) ∆H0= a Kj

CuSO4.5H2O (s) + aq à CuSO4 (aq) + 5H2O(aq) ∆H0= b Kj

Sehingga :

CuSO4.5H2O (s) + aq à CuSO4 (aq) + 5H2O(aq) ∆H0= (a-b) Kj

IV. Alat dan Bahan :


a. Alat
 Kalorimeter (labu calorimeter)
 Mortar
 Thermometer 100oC
 Gelas ukur 100 ml

46
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

 Stopwatch
 Pipet ukur 10 ml, 25 ml
 Bola karet
 Kaca arloji
 Spatula
 Batang pengaduk
 Botol aquadest

b. Bahan
 CuSO.5H2O
 Air Aquadest

V. Prosedur Percobaan :
1. Menentukan tetapan harga kalorimeter
 Memasukkan air aquadest dalam kalorimeter sebanyak 50 ml
 Suhu air di dalam kalorimeter diukur dan dicatat (t1)
 Memanaskan air sebanyak 50 ml ke dalam gelas piala sekitar 10oC
diatas temperatur kamar (t2)
 Menuangkan dengan segera air panas ke dalam kalorimeter.
 Diaduk dan dicatat suhu campuran yang merupakan suhu tertinggi

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi


 Memasukkan 10 ml air aquadest ke dalam kalorimeter sebanyak 100
ml dan diaduk
 Suhu mula-mula dicatat dan setiap detik sampai suhu tidak berubah
 Menambahkan 5 gram CuSO4.5HO ke dalam kalorimeter dan diaduk
 Mengulangi langkah a sampai dengan d dengan menggunakan
serbuk CuSO4 anhidrat.

47
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

VI. Data Pengamatan :


1. Menentukan harga kalorimeter

Suhu air mula – mula (t1) = 280C

(t2) = 380C

(t3) = 320C

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi

Waktu Penambahan CuSO4 hidrat (0C) Penambahan CuSO4


(menit) anhidrat (0C)
0.5 29 30.2
1.0 28 30
1.5 28.6 30
2.0 28.6 30
2.5 28.7 29
3.0 29 29
3.5 29.1 28
4.0 29.1 28
4.5 29.2 28
5.0 29.2 27
5.5 - -
6.5 - -
Serbuk CuSo4 penta hidrat = 5 gram
Serbuk CuSO4 anhidrat = 4 gram

VII. Analisa Hasil Percobaan


Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu
mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Kalorimeter merupakan alat

48
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

yang digunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini dikarenakan,


kalorimeter dapat mengisap panas sehingga tidak semua panas terukur.

Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO4.5H2O, dimana air 100


ml dimasukan kedalam kalorimeter dan diukur suhunya, setelah air dalam
kalorimeter suhunya konstan maka serbuk CuSO4.5H2O yang telah ditimbang
dimasukan ke dalam kalorimeter, kemudian di aduk dan tepat pada itu juga
suhunya diukur pada setiap 30 detik sampai waktu 5 menit.

Pengamatan yang kedua yaitu pada serbuk CuSO4 anhidrat. Pertama


timbang CuSO4.5H2O kemudian dipanaskan atau dikeringkan dalam
menggunakan hotplate. Tujuan dari pemanasan ini adalah agar H2O hidrat
yang terdapat dalam CuSO4.5H2O ini hilang dan menghasilkan
CuSO4 anhidrat.. Setelah suhu air dalam kalorimeter yang sebelumnya telah
di aduk dan suhunya konstan, maka serbuk CuSO4 anhidrat dimasukkan ke
dalam kalorimeter, kemudian di aduk dan pada saat dimasukkan itu juga
suhunya diukur pada setiap 30 detik selama 5 menit.

VIII. Perhitungan :
1. Menentukan tetapan harga kalorimeter
Panas yang diterima oleh 50 ml (50 gram) air untuk menaikkan suhu t1
menjadi t3 X= m.Cp.dt dimana : m = massa air, Cp = panas jenis larutan
: 4,2 J/gramoC panas yang dilepanaskan oleh 50 ml air yang mempunyai
suhu t2 menjadi t3.
y = m. CP. Dt
panas yang diserapkan oleh kalorimeter dan thermometer = y - x
harga calorimeter = y – x / t3 – t1
Jawab :

Menetukan tetapan kalorimeter

49
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

V air = 50 ml

ρ air = 1 gr/ml

M air = V air x ρ air

= 50 ml x 1 gr/ml

= 50 gr

Cp = 4.2 J/gr 0C

X = m . Cp ( t3 – t1 )

= 50 gr x 4.2 J/gr 0C ( 32– 28 ) 0C

= 840 J

Y = m . Cp ( t2 – t3 )

= 50 gr x 4.2 J/gr 0C ( 38 – 32 ) 0C

= 1260 J

Harga calorimeter

K =Y–X = 1260 – 840 = 420 = 105 J/oC


t3 – t1 32 – 28 4

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi panas pelarutan = m. Cp. Dt


+ K dt, dimana : m = massa cair, Cp = panas jenis larutan dan k = tetapan
(harga) calorimeter panas reaksi dicari dengan menggunakan hokum Hess.
Untuk membantu mencari panas pelarutan.
Hitung perubahan panas 1 mol CuSO4 hindrat (panas pelarutan)

50
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Hitung perubahan panas 1 mol CuSO4 (panas pelarutan CuSO4) dengan


menggunakan hukum Hess. Tentukan panas reaksi dari :

b. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi

- CuSO4.5H2O

Panas pelarutan

Q = m . Cp ( t5 – t4 ) + K ( t5 – t4 )

= 5 gr x 4.2 J/gr 0C ( 28.7 – 28.6 ) 0C + 105 J/0C ( 28.7– 28.6 ) 0C

= 2.1 J + 10.5 J

= 12.6 J

Untuk 1 mol CuSO4.5H2O

∆H CuSO4.5H2O = 12.6 J x 249.5 = 628.74 J/mol = 0.628 kJ/mol

5 gr 1 mol

- CuSO4

panas pelarutan

Q = m . Cp ( t5 – t4 ) + K ( t5 – t4 )

= 5 gr x 4.2 J/gr 0C ( 29 – 30 ) 0C + 105 J/0C ( 29 – 30 ) 0C

= - 21 J + -105 J

= -126 J

51
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

Untuk 1 mol CuSO4

∆H CuSO4 : -126 J x 159 = - 4006.8 J/mol = -4.007 kJ/mol

5 gr 1 mol

Panas reaksi

CuSO4 (s) + aq à CuSO4 (aq) ∆H0= -0.628 Kj/mol

CuSO4.5H2O (s) + aq à CuSO4 (aq) + 5H2O(aq) ∆H0= -4.007 Kj/mol

Maka :

CuSO4 (s) + aq à CuSO4 (aq) ∆H0= - 0.628


Kj/mol

CuSO4 (aq) + 5H2O(aq) à CuSO4.5H2O (s) + aq ∆H0= 4.007 Kj/mol

CuSO4 (s) + 5H2O(aq) à CuSO4.5H2O (s) ∆H0= 3.379 Kj/mol

IX. Kesimpulan :
Dari percobaan dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Hukum Hess juga dikenal sebagai hukum penjumlahan kalor seingga


hukum Hess dapat digunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidka
langsung.

2. Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut.

52
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

3. Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang mengandung 1 mol
zat terlarut, relatif terhadap zat terlarut atau pelarutan murni pada suhu dan
tekanan sama.

4. Haraga ketetapan kalorimeter = 105 J/0C

5. Panas reaksi yang didapat ∆H0= 3.379 Kj/mol

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Politeknik Negeri
Sriwijaya.
http://fiskadiana.blogspot.co.id/2014/11/penentuan-kalor-reaksi.html?m=1

53
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

LAMPIRAN

A. Gambar Alat
No Nama Alat Gambar Alat
1. Erlenmeyer

2. Pipet Tetes

3. Thermometer

54
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
Jln. Jend Ahmad Yani 13 Ulu Palembang Tlp 0711513022. Fax 0711513078

4. Cawan Petri

5. Beacker Glass

7. Mortir

Palembang, oktober 2017


Mengetahui, Praktikan
Asisten Laboratorium
1. Ir. Mujiharti ( )

Yokasari
12.2016.032

55

Anda mungkin juga menyukai