Anda di halaman 1dari 7

KENAIKAN TITIK DIDIH

JESSICA ELIANA DEWI


XII MIPA 2/13
SMAN 1 Bangkalan
Tahun pelajaran 2022/2023

1
A. Tujuan
Dapat menentukan pengaruh zat terlarut terhadap titik didih larutan.

B. Dasar Teori
Titik didih merujuk pada suhu yang dicapai oleh suatu larutan
sehingga mengalami pendidihan. Syarat utama untuk mendidih adalah
temperatur larutan tersebut memiliki nilai yang sama dengan temperatur
atmosfer.Temperatur atmosfer yang standar sebesar 76 mmHg atau 760
mmHg. Apabila dikonversi ke satuan celcius maka menjadi 250 C.
Standar tersebut diberlakukan oleh International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC) yakni badan yang membawahi penamaan
senyawa kimia.Temperatur bisa berubah apabila suatu larutan dimasuki
oleh zat terlarut. Terdapat dua jenis zat terlarut yakni volatil (mudah
menguap) dan non volatil (susah menguap). Zat terlarut non volatil
itulah yang menyebabkan kenaikan titik didih.Kenaikan titik didih
menurut Rosenberg (1992) adalah nilai selisih titik didih larutan dengan
nilai titik didih zat pelarut. Larutan yang ditambahkan dengan zat
terlarut cenderung membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk bisa
menyamai suhu udara luar.Seperti halnya yang ditekankan oleh Petrucci
(1999) bahwa zat cair yang bercampur dengan zat non volatile akan
membutuhkan temperatur yang lebih tinggi karena tekanan uap suatu
larutan mengalami penurunan.konstanta kenaikan titik didih sama
dengan perubahan titik didih untuk larutan satu molal dari zat terlarut
molekuler yang tidak mudah menguap. Jika pelarut murni yang
digunakan adalah air, maka nilai Kb-nya adalah 0,512 °C kg/mol.
∆Tb = kb m
∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
Tb = titik didih
∆Tb = kenaikan titik didih larutan
M = molalitas
Kb = ketetapan kenaikan titik didih molal

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan

 Kaki tiga ( 2 buah)


 Kasa asbes (2 buah)
 Pembakar spirtus (2 buah)
 Termometer (2 buah)
 Gelas kimia 100 mL (2 buah)
 Kaca arloji (2 buah)
 Batang pengaduk (2 buah)
 Korek api (1 buah)
 Penjepit kayu (2 buah)
 Pipet tetes (2 buah)

Bahan yang digunakan

 Garam (3 gram)

2
 Gula (3 gram)
 Air (20 mL)

D. Prosedur Kerja
1) Mengisi tiap gelas kimia dengan air sebanyak 20 mL.
2) Nyalakan api pada pembakar spirtus lalu letakkan gelas kimia
yang sudah terisi air di atas kasa asbes dan tunggu sampai
mendidih.
3) Ukur derajat titik didih kedua air tersebut.
4) Mengambil gula dan garam menggunakan kaca arloji masing-
masing sebanyak 3 gram.
5) Masukkan gula sebanyak 3 gram dan garam sebanyak 3 gram ke
gelas kimia yang berisi air yang sudah mendidih.
6) Aduk menggunakan batang pengaduk.
7) Ukur suhu larutan garam dan larutan gula.
8) Mencatat data-data yang didapat.
9) Menurunkan gelas kimia dari kaki tiga menggunakan penjepit
kayu dan matikan apinya.
10) Membersihkan peralatan yang telah dipakai.

E. Hasil Pengamatan
Sampel Titik Berdasarkan Berdasar
didih praktikum kan teori
Air pada 95 °C - -
gelas
kimia
pertama
Air pada 83 °C - -
gelas
kimia
kedua
Larutan 101 °C 18 °C 2,66656 °C
garam
Larutan 91 °C -4 °C 0,43316 °C
gula
Berdasarkan praktikum
∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 101 °C – 83 °C
= 18 °C

∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan


= 91 °C – 95 °C
= -4 °C

Berdasarkan teori
∆Tb = kb m i
= 0,52 x gt/mr x 1000/gp x i
= 0,52 x 3/58,5 x 1000/20 x i
= 0,52 x 0,05128 x 50 x 2

3
= 2,66656 °C

∆Tb = kb m
= 0,52 x gt/mr x 1000/gp
= 0,52 x 3/180 x 1000/20
= 0,52 x 0,01666 x 50
= 0,43316 °C

F. Pembahasan
Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa titik didih larutan
garam berbeda dengan titik didih larutan gula, yakni 101 °C dan 91 °C.
Hal tersebut dikarenakan larutan garam merupakan larutan elektrolit
yang dipengaruhi oleh faktor Vant hoff sehingga titik didih larutan
elektrolit lebih besar dari pada larutan non elektrolit. Kemudian, titik
didih air murni pada gelas pertama maupun gelas kedua seharusnya
sama, tetapi pada saat percobaan didapat hasil yang berbeda. Selain itu
terdapat perbedaan pada kenaikan titik didih larutan berdasarkan
praktikum dengan kenaikan titik didih larutan berdasarkan teori.
Ketidaksesuaian hasil dengan teori ini disebabkan oleh kelalaian yang
dilakukan saat pelaksanaan percobaan dan juga faktor alat yang
digunakaan saat percobaan. Misalnya, alat pembakar spirtus
menghasilkan api yang berbeda dan tidak konstan. Bisa karena isi cairan
spirtus yang berbeda maupun karena kurang tepat dalam meletakkan
nya di bawah kaki tiga sehingga api tidak mengenai bagian tengah dari
gelas kimia dan juga bisa karena tertiup angin. Termometer 1 dan
termometer 2 menunjukkan suhu yang berbeda, terbukti saat saya
menukar kedua termometer tersebut dalam gelas kimia yang berbeda.

G. Kesimpulan
Dari hasil percobaan “kenaikan titik didih” dapat
disimpulkan:
Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh jenis zat terlarut (elektrolit dan
non elektrolit). Kenaikan titik didih larutan elektrolit lebih besar
dibandingkan larutan non elektrolit.

H. Jawaban Pertanyaan
1. Bagaimana pengaruh adanya zat terlarut di dalam pelarut terhadap
titik didih larutannya?
Zat terlarut didalam pelarut berpengaruh terhadap titik didih
larutannya tergantung dengan jenis zat terlarutnya. Jika zat terlarut
bersifat non elektrolit seperti pada gula, maka kenaikan titik
didihnya sedikit atau rendah. Sedangkan jika zat terlarut bersifat
elektrolit seperti pada garam, maka kenaikan titik didihnya lebih
besar dari pada zat terlarut non elektrolit. Hal ini karena molekul air
yang ditambahi garam lebih sulit menguap. Ini membuat titik
didihnya naik.
2. Bagaimana titik didih larutan garam apabila dibandingkan dengan
titik didih larutan gula berdasarkan hasil percobaan Anda! Mengapa
demikian?
4
titik didih larutan garam lebih besar daripada titik didih larutan gula.
hal ini terjadi karena garam merupakan zat terlarut yang bersifat
elektrolit sedangkan gula merupakan zat terlarut yang bersifat
nonelektrolit. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil pengamatan
bahwa,
Tb garam > Tb gula
Tb elektrolit > Tb non elektrolit

5
I. Lampiran

6
7

Anda mungkin juga menyukai