Anda di halaman 1dari 9

KESETIMBANGAN KIMIA

Vedra Febrylighia (2201789643)


Bayu Meindrawan / Cokro Wijaya / Anastasia Stella
Departemen Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pangan
Fakultas Teknik BINUS University

1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan
konsentrasi terhadap kesetimbangan reaksi, membuktikan adanya reaksi
dapat balik (reversible), dan mengetahui pengaruh perubahan suhu
terhadap kesetimbangan reaksi.

2. Metodologi

2.1. Alat
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Gelas beaker
 Timbangan
 Spatula
 Hot plate
 Gelas ukur
 Pengaduk gelas
 Vortex

2.2. Bahan
 Aquades
 KSCN 1 M
 FeCl3 1 M
 KSCN 1 M
 FeCl3 3 M
 Na2HPO4
 CuSO4.5H2O

1
2.3. Diagram Alir

2.3.1. Diagram Alir Pengaruh Perubahan Konsentasi terhadap


Kesetimbangan Reaksi

Memasukkan 25 ml H2O ke dalam gelas beaker 50 ml

+ 2 tetes KSCN 1 M dan 2 tetes FeCl3 1 M lalu mengaduknya

Membagi 25 ml larutan tersebut ke dalam 5 tabung reaksi

5 ml larutan 5 ml larutan 5 ml larutan 5 ml 5 ml


(pembanding) + 1 tetes + 1 tetes larutan + larutan +
KSCN 3 M larutan FeCl Na2HPO4 ml H2O
3M

Menghomogenkan larutan dengan vortex

Membandingkan dan mencatat hasil

2.3.2. Diagram Alir Menentukan Reaksi Bolak-Balik (Reversible)

Menimbang 3 gram CuSO4.5H2O dalam gelas beaker 100 ml

Memanaskannya hingga berubah warna

Mendinginkan padatan kemudian menetesi dengan aquades

Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi

2
3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Hasil

Tabel 1. Pengaruh Perubahan Konsentrasi terhadap Kesetimbangan


Larutan Standar Gambar Warna
Campuran + 1 tetes Merah tua pekat
KSCN 3M

Gambar 1. Campuran +
KSCN
(Data Praktikum)
Campuran + 1 tetes Merah tua
FeCl3 3M

Gambar 2. Campuran +
FeCl3
(Data Praktikum)
Campuran + putih bening
Na2HPO4

Gambar 3. Campuran +
Na2HPO4
(Data Praktikum)

3
Campuran + 5ml Oranye muda
Aquades

Gambar 4. Campuran +
Aquades
(Data Praktikum)
Campuran (Kontrol) Oranye kecoklatan

Gambar 5. Campuran
tanpa ditetesi apapun
(Data Praktikum)

Tabel 2. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Kesetimbangan Reaksi


Perlakuan Gambar Warna
Sebelum dipanaskan Biru

Gambar 6. CuSO4.5H2O
Sebelum dipanaskan
(Data Praktikum)

4
Setelah dipanaskan Putih kebiruan

Gambar 7. CuSO4.5H2O
Sesudah dipanaskan
(Data Praktikum)
Setelah ditetesi Biru
aquades

Gambar 8. CuSO4.5H2O
Setelah didinginkan dan
ditetesi H2O
(Data Praktikum)

3.2. Pembahasan

Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi ke depan


dan reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang
berlawanan. Pada umumnya suatu reaksi kimia yang berlangsug
spontan akan terus berlangsung sampai dicapai keadaan
kesetimbangan. Oleh karena kesetimbangan kimia adalah kondisi yang
dinamis, maka pergeseran kesetimbangan adalah bagian yang tak
terpisahkan dari kesetimbangan itu sendiri. Suatu sistem yang
setimbang akan cenderung mempertahankan kesetimbangannya. Pada
saat ada pengaruh dari luar, maka sistem tersebut akan berubah
sedemikian rupa untuk mencapai kondisi setimbang. Hal ini dikenal
dengan asas Le Chatelier, yaitu jika dalam suatu sistem
kesetimbangan diberikan aksi, maka sistem akan berubah sedemikian
rupa sehingga pengaruh aksi tersebut menjadi sekecil mungkin
(Bresnick, 2002).
Berdasarkan arah reaksinya, reaksi kimia dikelompokkan menjadi
dua, yaitu reaksi reversible (dapat balik) dan reaksi irreversible (tidak
dapat balik). Reaksi reversible adalah reaksi kimia yang berjalan dua
arah (bolak-balik), dari reaktan membentuk produk dan dapat kembali

5
membentuk reaktan. Sementara itu, reaksi irreversible adalah reaksi
kimia yang berjalan searah, dari reaktan membentuk produk dan tidak
dapat kembali membentuk reaktan. Dari kaidah penulisan kimia, reaksi
irreversible ditulis dengan panah searah ke kanan (→), sedangkan
reaksi reversible dituliskan dengan panah bolak-balik (↔) (Triyono,
2013).
Adapun ciri-ciri kesetimbangan kimia yaitu reaksi yang
berlangsung adalah reaksi reversible, berlangsung dalam ruang
tertutup, laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama besar, dan tidak terjadi
perubahan makroskopis (Triyono 2013). Hukum kesetimbangan
menyatakan bahwa ketika suatu reaksi dalam keadaan setimbang,
maka nilai perbandingan hasil kali konsentrasi produk dipangkatkan
koefisiennya dengan hasil kali konsentrasi reaktan dipangkatkan
koefisien adalah konstan (Oxtoby, Gilis, dan Nachtrieb, 2001).
Berdasarkan asas Le Chatelier, adanya aksi pada sistem
kesetimbangan menyebabkan pergeseran kesetimbangan. Pergeseran
kesetimbangan adalah kondisi saat reaksi berubah arah karena adanya
aksi atau faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan. Faktor-
faktor yang memengaruhi kesetimbangan yaitu konsentrasi zat, suhu
sistem, volume dan tekanan. Dalam suatu kesetimbangan, jika
konsentrasi salah satu zat diubah, maka kesetimbangan akan bergeser
menjauhi zat yang dinaikkan konsentrasinya atau bergeser ke arah zat
yang diturunkan konsentrasinya. Reaksi akan bergeser ke arah produk
jika konsentrasi reaktan dinaikkan atau konsentrasi produk diturunkan.
Reaksi akan bergeser ke arah reaktan jika konsentrasi produk dinaikan
atau konsentrasi reaktan diturunkan. Pengaruh suhu pada pergeseran
kesetimbangan yaitu ketika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah reaksi endoterm (∆H = +). Jika suhu diturunkan,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi eksoterm (∆H = -).
Volume dan tekanan menggeser kesetimbangan dengan mekanisme
yang sama tetapi berkebalikan. Hali ini terjadi karena hubungan
keduanya berbanding terbalik pada hokum gas ideal (PV = nRT).
Pergeseran kesetimbangan yang dipengaruhi oleh volume dan tekanan
yaitu jika volume diperbesar atau tekanan diperkecil, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien reaksi yang lebih besar.
Jika volume diperkecil atau tekanan diperbesar, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang lebih kecil.
Namun, jika jumlah koefisien reaksi sebelah kiri (reaktan) sama
dengan jumlah koefisien reaksi sebelah kanan (produk), maka
perubahan volume dan tekanan tidak menggeser kesetimbangan
(Chang, 2005)
Pada percobaan pertama yaitu percobaan kesetimbangan 2 tetes
FeCl3 1 M yang direaksikan dengan 2 tetes KSCN 2 M yang
dimasukkan ke dalam gelas beaker yang berisi 25 ml H2O. Semula
FeCl3 berwarna kuning dan KSCN berwarna putih bening ketika
direaksikan menjadi warna oranye kecoklatan. 25 ml larutan tersebut

6
dibagi ke dalam 5 tabung reaksi (masing-masing 5 ml). Pada tabung
reaksi pertama tidak dilakukan penambahan apapun karena dijadikan
sebagai pembanding (variable konrol). Pada tabung reaksi kedua,
larutan tersebut ditambahkan dengan 1 tetes KSCN 3 M sehingga
larutan menjadi merah tua pekat (hampir kecoklatan) . Hal tersebut
disebabkan karena penambahan KSCN akan menyebabkan
penambahan ion SCN- yang kemudian akan bereaksi dengan ion Fe3+
dan ion FeSCN3+ yang terbentuk akan bertambah (ditandai dengan
warna larutan akan semakin berwarna merah tua pekat) sehingga
kesetimbangan akan bergeser ke kanan. Pada tabung reaksi ketiga,
larutan ditambahkan dengan 1 tetes FeCl3 3 M dan menghasilkan
warna merah tua namun tidak sepekat pada tabung reaksi dua. Sama
halnya seperti pada tabung reaksi dua, penambahan FeCl3 yang
merupakan reaktan akan menyebabkan ion FeSCN3+ bertambah karena
penambahan FeCl3 akan menyebabkan adanya penambahan ion Fe3+
yang akan bereaksi dengan SCN- sehingga ion FeSCN3+ yang
terbentuk semakin banyak sehingga akan menggeser kesetimbangan ke
kanan. Dari hasil percobaan tabung reaksi kedua dan ketiga terbukti
sejalan dengan teori bahwa penambahan konsentrasi reaktan akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah produk. Pada tabung
reaksi keempat, larutan ditambahkan dengan Na2HPO4 dan
menghasilkan warna putih bening pada larutan. Hal tersebut
disebabkan karena penambahan Na2HPO4 akan menyebabkan adanya
penambahan ion HPO4- yang akan mengikat ion Fe3+ membentuk
Fe2(HPO4)3 sehingga akan menurunkan Fe3+ yang berikatan dengan
SCN- dan ion FeSCN3+ akan berkurang. Untuk menangkal perubahan
tersebut maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (ke arah reaktan)
yang menyebabkan larutan berubah menjadi tidak berwarna (warna
bening) (Chang,2005). Pada tabung reaksi kelima, larutan ditambahkan
dengan 5 ml H2O dan menghasilkan warna oranye (warna yang lebih
muda dari warna tabung reaksi pertama / kontrol). Hal tersebut
dikarenakan pada penambahan air tidak terjadi pergeseran
kesetimbangan karena air sifatnya adalah netral dan hanya mengurangi
kepekatan dari suatu larutan (Moran dan Shapiro, 2004).
Pada percobaan kedua yaitu pengaruh suhu terhadap
kesetimbangan reaksi. Pada percobaan ini, pada saat sebelum
CuSO4.5H2O dipanaskan berwarna biru dan setelah dipanaskan
berubah menjadi putih. Hal tersebut disebabkan pada saat
CuSO4.5H2O dipanaskan, akan menyebabkan molekul hidrat tersebut
akan kehilangan molekul airnya (H2O) sehingga membentuk senyawa
anhidrat (berwarna putih kebiruan) dengan reaksi persamaan sebagai
berikut.
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
CuSO4.5H2O(s) ↔ CuSO4(s) + 5H2O(g)
Karena proses penguraian CuSO4.5H2O membutuhkan panas maka
proses penguraian CuSO4.5H2O merupakan reaksi endotermis
(menyerap energi). Dalam hal ini, ketika dipanaskan atau suhu

7
dinaikkan maka CuSO4.5H2O semakin putih menunjukkan terjadi
pergeseran ke kanan atau ke arah produk. Setelah itu padatan
didinginkan dan ditetesi air maka warnanya akan berubah menjadi biru
kembali. Hal ini menunjukkan ketika didinginkan maka terjadi
penurunan suhu dan karena warna yang terbentuk adalah biru (warna
dari CuSO4.5H2O) maka kesetimbangan bergeser ke arah reaktan atau
ke kiri. Sehingga jika suhu diturunkan reaksi akan bergeser ke arah
yang membebaskan kalor ( ke arah eksotermis). Dari percobaan ini,
sesuai dengan teori pengaruh suhu terhadap kesetimbangan reaksi
bahwa ketika suhu dinaikkan maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah endoterm dan jika suhu diturunkan maka akan
bergeser ke arah eksoterm. Dari percobaan ini juga menunjukkan
bahwa reaksi kesetimbangan bersifat reversible (bolak-balik) (Chang,
2005).
Persamaan reaksi dari percobaan pertama dan kedua :
a. 3KSCN(aq) + FeCl3(aq) ↔ KCl(aq) + Fe(SCN)3(aq) + H2O(l)
1. KCl(aq) ↔ K+(aq) + Cl-(aq)
2. Fe(SCN)3(aq) ↔ Fe3+(aq) + 3SCN-(aq)
3. Na2HPO4(s) ↔ 2Na+(s) + HPO42-(aq)
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
b. CuSO4.5H2O(s) ↔ CuSO4(s) + 5H2O(g)

4. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan praktikum “Kesetimbangan Kimia”
disimpulkan bahwa kesetimbangan kimia merupakan proses dinamis
ketika reaksi ke depan dan reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi
pada arah yang berlawanan.. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia, yaitu perubahan konsentrasi, volume dan tekanan,
serta suhu. Dalam suatu kesetimbangan, jika konsentrasi salah satu zat
diubah, maka kesetimbangan akan bergeser menjauhi zat yang dinaikkan
konsentrasinya atau bergeser ke arah zat yang diturunkan konsentrasinya.
Reaksi akan bergeser ke arah produk jika konsentrasi reaktan dinaikkan
atau konsentrasi produk diturunkan. Ketika suhu dinaikkan, maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah endoterm dan jika suhu diturunkan
maka akan bergeser ke arah eksoterm. Reaksi kesetimbangan merupakan
reaksi yang reversible.

8
5. Daftar Pustaka

Bresnick, S. (2002). Intisari Kimia Umum. Jakarta : Erlangga.


Chang, R. (2005). Kimia Dasar (3th ed). Jakarta : Erlangga.
Moran, M.J., Shapiro, H.N. (2004). Termodinamika Teknik (4th ed).
Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D. W., Gilis, H. P., & Nachtrieb, N. H. (2001). Prinsip-Prinsip
Kimia Modern (4th ed). Jakarta : Erlangga.
Triyono. (2013). Kesetimbangan Kimia. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai