Anda di halaman 1dari 5

JURNAL PRAKTIKUM 7

SISTEM BINER FENOL-AIR

Nama Anggota Kelompok:

1. Ni Made Dwi Dahlia Wati (1613031016)


2. Ni Made Megantari (1613031018)
3. A.A. Istri Diah Berlianthy (1613031027)
4. Ayu Putu Arya Mega Utami (1613031043)
Kelas : V/A
Jurusan/ Fakultas : Pendidikan Kimia/ MIPA

I. TUJUAN
 Membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada tekanan.
 Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air.
II. DASAR TEORI
Suatu zat memiliki kemungkinan berada dalam fase padat, cair ataupun gas. Kata
‘fase’ berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase adalah keadaan materi
yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya, melainkan
juga dalam keadaan fisiknya.
Komponen adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner (Atkins :1996). Sistem biner fenol – air merupakan sistem yang
memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan
tekanan tetap. Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah
pelarut. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran.
Sistem campuran fenol-air sistem terdiri dari dua komponen yaitu fenol dan air,
sehingga dikatakan sebagai sistem biner. Sistem biner fenol – air tergolong fase padat –
cair, fenol berupa padatan dan air berupa cairan. Kelarutan sistem ini akan berubah apabila
ke dalam campuran ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.
Temperatur akan mempengaruhi komposisi kedua fase pada kesetimbangan. Jika
temperature semakin tinggi, maka kemampuan kedua komponen untuk melarut akan
semakin tinggi juga (Atkins : 1996).
Sistem biner fenol-air merupakan sistem dua komponen yang mempunyai derajat
kebebasan F = 4 - P. Jika sistem ada dalam satu fasa, maka F = 3. Hal ini berarti sistem
mempunyai tiga varian atau tiga derajat kebebasan. Keadaan sistem digambarkan dengan
tiga koordinat atau tiga dimensi (diagram ruang).
Penggambaran keadaan sistem melalui diagram ruang sulit untuk dibuat dan
dipelajari. Untuk menyederhanakan penggambaran sistem maka salah satu variabel di atas
dibuat konstan atau tetap sehingga tinggal 2 variabel bebas. Dengan penyederhanaan ini
diagram dapat digambarkan dalam bentuk dua dimensi. Ada tiga kemungkinan bentuk
diagram, yaitu:
 Diagram P-konsentrasi pada T tetap
 Diagram T-konsentrasi pada P tetap
 Diagram P-T pada konsentrasi tetap
Penyederhanaan selanjutnya dilakukan dengan cara mempelajari berbagai
kesetimbangan yang mungkin terdapat dalam sistem secara terpisah. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengatur tekanan dan temperatur sistem.
Pada praktikum ini, sistem biner fenol air diartikan sebagai sistem yang
memperlihatkan sistem kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan
tekanan tetap. Jika komposisi campuran fenol-air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh
sebuah kurva seperti gambar berikut:

T daerah 1 fasa L0
L1

A2 B2
T2
Suhu A1 B1
T1

To
XA = 1 XC XF = 1

Gambar 1. Diagram fasa sistem biner fenol-air


Keterangan:
L1 = fasa fenol dalam air
L2 = fasa air dalam fenol
xA = mol fraksi air mol
xF = mol fraksi fenol
xC = mol fraksi komponen pada titik kritis (TC)
Terdapat dua fasa pada daerah di dalam kurva. Titik-titik pasangan komposisi
temperatur di dalam kurva selalu menggambarkan dua fasa. Komposisi tiap fasa terletak
pada kurva. Tetapi hanya terdapat satu fasa diluar kurva. Temperatur konsulat atas atau
titik kritis maksimumnya adalah titik maksimum kurva. Diatas temperatur titik kritis tidak
mungkin terdapat dua fasa.
Sistem biner ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap yaitu suhu
minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada T1
dengan komposisi antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fasa (keruh). Sedangkan pada
saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih, sistem berada pada satu fasa. Apabila
percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi maka akan diperoleh batas kelarutan
yang berbeda. Jika suhu semakin tinggi, maka kelarutan masing-masing komponen
meningkat sehingga daerah dua fasa semakin menyempit.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Alat–Alat yang Digunakan dalam Praktikum Sistem Biner Fenol-Air
Nama Alat Ukuran Jumlah
Labu Erlenmeyer 100 mL 1 buah
Tutup labu Erlenmeyer - 1 buah
Batang pengaduk - 1 buah
Gelas kimia 500 ml 2 buah
Statif dan Klem - 1 buah
Spatula - 1 buah
Gelas kimia 100 ml 2 buah
Pemanas listrik - 1 buah
Buret 50 mL 1 buah
Termometer - 1 buah
Tabel 2. Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Sistem Biner Fenol-Air
NAMA BAHAN Konsentrasi JUMLAH
Kristal fenol - 5 gram
Aquades - 250 mL

IV. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN


Tabel 3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan

No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


1. Tabung (bersih dan kering) diisi dengan fenol
kemudian timbang sampai diperoleh massa
fenol sekitar 5 gram.

2. Selanjutnya alat disusun seperti gambar di


bawah

Batang Pengaduk
Tabung reaksi
berdiameter
Termometer4
cm
Fenol + air

Penangas air

Gambar 3. Rangkaian Alat

3. Isi buret dengan aquades. Ke dalam tabung,


tambahkan aquades melalui buret dengan
volume 0,1. Jika larutan keruh, tambahkan
kembali 0,1 mL aquades.
4. Panaskan campuran tersebut dalam
penangas air (kira-kira suhu 90°C) sambil
diaduk perlahan dan konstan. Suhu
campuran tersebut (T1) pada saat campuran
mulai berubah dari keruh menjadi bening.
Biarkan suhu naik menjadi T1 + 4°C.
Kemudian tabung dikeluarkan dari
penangas dan biarkan campuran mendingin
di udara sambil diaduk. Suhunya dicatat
(T2) pada saat kekeruhan muncul kembali,
kemudian dihitung suhu rata-rata (T).

5. Selanjutnya ditambahkan aquades untuk


mendapatkan T1 dan T2 sesuai dengan
langkah diatas.

Singaraja,
Dosen Pengampu

Ni Made Wiratini, S.Pd.,M.Sc

NIP.198306272006042002

Anda mungkin juga menyukai