BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengetahui kelarutan fenol dalam aquades dan kelarutan fenol dalam NaCl
Mengetahui perbedaan efek salting in dan salting out pada sistem fenol-aquades dan sistem
fenol-NaCl
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Mengetahui prinsip kelarutan timbal balik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu zat pelarut atau larutan. Kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut,
ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga yang sedikit larut. Konsentrasi dari larutan
jenuh, yaitu kelarutan, tergantung pada:
Sifat solvent
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan
dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Bila ada kesamaan
dari sifat-sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solvent, maka
gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solvent adalah kuat. Sebaliknya, bila tidak ada
kesamaan, maka gaya-gaya tarik solute-solvent lemah. Secara umum, padatan ionik
mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam solvent polar daripada dalam pelarut non-
polar. Juga, jika solvent lebih polar, maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih
besar.
Sifat solute
Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi solute-solute dan solute-
solvent.
Suhu
Kelarutan gas dalam air biasanya menurun jika suhu larutan dinaikkan. Gelembung-
gelembung kecil yang dibentuk bila air dipanaskan adalah kenyataan bahwa udara yang
terlarut menjadi kurang larut pada suhu-suhu yang lebih kecil. Hal yang serupa, tidak ada
aturan yang umum untuk perubahan suhu terhadap kelrutan cairan-cairan dan padatan-
padatan (Rahman, 2004).
Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut,
temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh.
Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung
jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam
pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena
kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian
bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan
tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati
temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur
sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air
yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap
perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis maupun saat mencapai dan setelah
melewati temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquades dinaikkan di
atas 50°C, maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan
fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah lebih dari 11,8 % dan kandungan fenol
dari lapisan bawah akan berkurang kurang dari 62,6 %. Pada saat suhu kelarutan mencapai
66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat
dicampur dengan sempurna (Voight, 1994).
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan
baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling
bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya
alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian
(partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika
air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga
gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya
lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya
berkurang pada temperature yang lebih tinggi.
Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara merata, maka penggunaan
larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bila zat A dilarutkan
dalam pelarut maka akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan, yaitu campuran yang mengandung sejumlah besar zat A.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut
dalam air pada volume dan tekanan tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi
batas kelarutannya didalam air pada temperatur tertentu (Sukardjo, 2004).
4.4 Pembahasan
Kelarutan timbal balik merupakan suatu keadaan dimana kelarutan suatu zat dapat menjadi
homogen atau heterogen, berganrung pada suhunya. Jika suatu zat dipanaskan mencapai titik
kritiknya (suhunya) maka zat tersebut akan menjadi satu fasa atau dapat dikatakan homogen.
Namun saat zat tersebut dipanaskan
melewati titik kritiknya, maka zat tersebut akan berubah menjadi dua fasa atau dapat
dikatakan heterogen, sama seperti sebelum pemanasan.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Misalnya, zat terlarut terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Jika zat terlarut bersifat volatil (mudah menguap), maka uap
di permukaan larutan hanya terdiri atas uap pelarut dan uap zat terlarut. Akan tetapi, jika zat
terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan larutan hanya terdiri dari uap zat pelarut
saja. Komposisi uap di permukaanlarutan telah dipelajari oleh kimiawan dari Perancis,
Francois Marie Raoult. Raoult menemukan bahwa tekanan uap suatu komponen bergantung
pada fraksi mol komponen itu dalam larutan, dengan hubungan sebagai berikut
Misalkan komponen A
PA
maka
PoA
o
PA= P A . XA → XA=
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fenol tidak melarut sempurna ketika dilarutkan dalam aquades dan NaCl. Hal ini
dikarenakan fenol bersifat nonpolar sedangkan aquades dan NaCl bersifat polar. Oleh karena
itu fenol tidak akan membentuk campuran homogen.
Efek salting in terjadi saat adanya zat terlarut yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam
pelarut menjadi lebih besar sehingga akan terbentuk campuran homogen. Efek ini terjadi
pada sistem fenol-aquades ketika campuran keduanya mencapai suhu kritik. Efek salting out
terjadi saat adanya zat terlarut yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat
utama, sehingga membentuk endapan. Efek ini terjadi pada system fenol-NaCl ketika
campuran keduanya mencapai suhu kritis
Factor yang mempengaruhi kelarutan antara lain, jenis zat, suhu dan ukuran zat yang
digunakan. Hanya zat yang memiliki kepolaran yang sejenis yang dapat saling melarutkan.
Pengaturan suhu yang disesuaikan dengan titik didih zat yang digunakan akan mempercepat
kelarutan. Semakin kecil luas permukaan zat maka semakin cepat zat tersebut bereaksi agar
dapat melarut
Prinsip dari percobaan ini adalah kelarutan dari dua jenis zat yang memiliki jenis kepolaran
yang berbeda, yang tidak saling melarut sebagai akibat dari pengaruh suhu. Pada saat di atas
suhu kritiknya, campuran keduanya akan memisah seperti sebelum pemanasan, namun saat
campuran keduanya mencapai titik kritik, kedua zat tersebut membentuk campuran homogen.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati ketika pengambilan fenol dan larutan NaCl
dapat diganti garam lainnya seperti MgCl2.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H.1993. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:Erlangga.