Anda di halaman 1dari 7

Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang

Kelarutan Dua Cairan Yang Saling Bercampur Sebagian


Naomi Rahma Dania Jounza, Aikal Irsyad, Selvia Ramadani, Yordi Afiq Syahrizal
Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia, Universitas Negeri Padang

naomi.rahma2903@gmail.com

Abstract — Pada praktikum praktikum kali ini bertujuan untuk membuat kurva kelarutan dua zat yang saling
bercampur Sebagian dan menentukan suhu kritis larutan dua zat yang saling bercampur sebgaian. Kelarutan
timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah
temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen)
dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali ke dalam
kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperature timbal balik adalah kelarutan butano dan air
pada tekanan tetap peristiwa ini disebut juga sistem biner butanol-air. Prinsip pada percobaan kali ini adalah
dengan melakukan pemanasan pada setiap penambahan 1 ml butanol ke dalam air atau 1ml air ke dalam butanol
hingga volume penambahan larutan mencapai 10 ml. Penambahan sebagai penentu keadaan fasa campuran pada
kelarutan timbal balik.

Keywords — Kelatutan tibal balik, suhu kritis, fasa, bercampur sebagian

I. PENDAHULUAN bergantung pada komposisi komponen dan suhu. Bila suhu


Bila dua zat cair dicampur dengan komposisi berbeda atau dinaikkan, maka energi kinetik kedua partikel makin besar
sama, maka ada tiga tipe keadaan yang dapat terjadi, yaitu sehingga kecenderungan bercampur sempurna bertambah.
sebagai berikut. Contohnya campuran air (A) dan anilin (B). Pada saat
campuran membentuk dua lapisan, di lapisan atas adalah air
1. Tipe 1, kedua zat cair dapat bercampur sempurna dalam yang melarutkan sedikit anilin, sedangkan lapisan bawah
berbagai komposisi seperti campuran alkohol dan air. adalah anilin yang melarutkan sedikit air.

2. Tipe 2, kedua zat cair tidak dapat bercampur sama sekali, 3) . Kedua campuran dalam kubah a2- a1- P- b1- b2 adalah
seperti antara air dengan raksa dan air dengan minyak. dua fasa (dua campuran), sedangkan diluar itu kubah itu
berfasa satu.
3. Tipe 3, kedua zat cair hanya dapat bercampur pada
komposisi tertentu dan larut sebagian pada komposisi lain, Pada suhu rendah, campuran dapat membentuk satu fasa bila
contohnya air - aniline, air - butanol dan air – fenol. konsentrasi anilin amat kecil, atau sebaliknya bila konsentrasi
air amat kecil. Tetapi bila suhu dinaikkan, kelarutan anilin
- Bila konsentrasi kedua cairan relatif besar, maka keduanya
dalam air murni meningkat, atau kelarutan air dalam anilin
tidak bercampur sempurna tetapi membentuk dua lapisan (dua
murni bertambah. Hal ini tampak dari kemiringan grafik a2 a1
fasa) yang dibatasi oleh satu bidang batas. Dalam hal ini, A
P dan b2 b1 P. Sistem dalam dua fasa dapat diubah jadi satu
larut sebagian dalam B, dan B larut sebagian dalam A.
fasa bila dipanaskan sampai suhu tertentu. Suhu saat terjadi
- Bila konsentrasi salah satu (B) kecil sekali akan membentuk perubahan tersebut bergantung pada komposisi campuran.
satu fasa, karena semua B larut dalam A yang konsentrasinya Suhu tertinggi perubahan itu disebut suhu kritik larutan atau
besar. Sebaliknya, bila konsentrasi A kecil sekali akan suhu konsulat. contoh campuran air anilin mempunyai suhu
membentuk satu fasa karena semua A larut dalam B. konsulat 168 0 C. Suhu konsulat dapat dicapai bila campuran
mempunyai komposisi tertentu. Pada komposisi tersebut (P),
- Bila suhu dinaikan, maka komposisi B larut sempurna dalam komposisi lapisan I dan II dapat diketahui dari gambar dengan
A bertambah besar, dan demikian juga komposisi A larut cara mencari perpotongannya dengan grafik. Contohnya
sempurna dalam B juga bertambah. Jika komposisikomposisi campuran ber-komposisi c1 yang bersuhu t1 akan mempunyai
itu dibuat dalam berbagai suhu akan membentuk suatu garis lapisan I berkomposisi a1 dan lapisan II berkomposisi b1.
lengkung (kubah). Jadi ternyata keadaan fasa campuran Demikian juga pada komposisi c2 yang bersuhu t2 akan

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 1


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang

mempunyai lapisan I berkomposisi a2 dan lapisan II kritis, sistem larutan kembali ke keadaan tercampur
berkomposisi b2, dan seterusnya. Garis a1 b1, a2 b2, dan sebagian. Contoh resiprositas suhu Sarah Sonu adalah
seterusnya disebut garis ikatan (tie line).
kelarutan fenol dalam air, yang membentuk kurva
Kurva kelarutan air – butanol atau air – fenol (diagram parabola berdasarkan persentase kenaikan fenol
biner) dan sekaligus menentukan suhu kritisnya sebagai dengan setiap perubahan suhu penyimpanan di bawah
berikut. suhu kritis (Karyadi, 1990).
a. Bila ke dalam sejumlah air ditambah butanol sedikit demi Suhu kritis (Tc) adalah batas suhu atas di mana
sedikit pada suhu tertentu, maka akan terjadi larutan butanol
pemisahan fasa terjadi. atau di atas batas suhu atas,
dalam air.
kedua komponen dicampur secara menyeluruh. Pada
b. Bila penambahan butanol diteruskan, pada suatu saat akan suhu ini, agitasi termal lebih besar dan miscibility dari
diperoleh larutan jenuh butanol dalam air. dua komponen ditingkatkan. Dalam hal ini, kedua
c. Tetapi bila penambahan butanol diteruskan lagi akan komponen lebih larut pada suhu rendah. Hal ini karena
diperoleh larutan air dalam fenol yang memisah sebagai komponen membentuk kompleks lemah, dan pada
larutan tersendiri sehingga terjadi dua lapisan. suhu tinggi kompleks terurai, mengurangi miscibility
dari dua komponen (Atuins, 1999).
d. Pada penambahan selanjutnya akan dicapai larutan jenuh
air dalam butanol, dimana pada saat ini kedua lapisan akan Ketika suhu dalam kelarutan air fenol mencapai 50 ° C
hilang dan menjadi satu lapisan lagi. Larutan jenuh air dalam
atau lebih tinggi, komposisi larutan dari sistem larutan
butanol atau sebaliknya dikatakan sebagai larutan konjugat.
Larutan konjugat ini hanya terjadi pada range suhu tertentu. menyebabkan perubahan kandungan denol dalam air di
Berdasarkan literatur, maka di atas suhu ini air dan butanol lapisan atas (di atas 11,8%) dan kandungan fenol di
selalu dapat saling melarutkan pada komposisi yang diberikan. lapisan bawah. menurun (kurang dari 62,6%). Ketika
Suhu ini disebut suhu kritis air – butanol. suhu leleh mencapai 66°C, komposisi sistem larutan
seimbang dan tercampur rata. Fase didefinisikan
Kelarutan dapat digambarkan sebagai kemampuan
sebagai bagian tunggal atau homogen dari sistem
sejumlah tertentu bahan kimia untuk larut dalam
antara dua submakro, tetapi benar-benar terpisah dari
pelarut pada kesetimbangan. Zat tertentu akan larut
sistem lainnya dengan cara yang jelas dan terdefinisi
dalam komposisi dan rasio pelarut apa pun. Properti ini
dengan baik. Campuran zat padat atau cair. Mereka
juga disebut Misbull. Pelarut yang digunakan adalah
yang tidak bercampur dapat membentuk fase terpisah.
cairan, biasanya berupa gas atau cairan padat.
Karena sistemnya homogen, campuran gas adalah satu
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat terlarut untuk
fase, tetapi simbol yang umum adalah p (Dogra,2008).
larut dalam pelarut tertentu. Misalnya, etanol dalam
air. Pelarut umumnya berupa cairan dalam bentuk gas Kemampuan 1-butanol sebagai obat tambahan dinilai
murni atau campuran zat. Zat terlarut dapat berupa gas, dengan koefisien dan selektivitas Dotbust.
cairan lain, atau padatan. Larutan ini sangat bervariasi, Mempertimbangkan efek samping dari ekstra akHF-
dari yang selalu larut, seperti etanol dalam d, hingga Strat kedua untuk sistem Termer, 1-butanol menjadi
yang sedikit larut, seperti perak morida, yang larut bank untuk ekstraksi furfural dari larutan berair pada
dalam air. Pada kondisi tertentu, titik kesetimbangan suhu kamar, terutama pada suhu kamar (Stephenson,
larutan dapat dilampaui sehingga terbentuk larutan 1986).
metastabil yang disebut lewat jenuh (Darmaji, 2005).
Kelarutan timah hitam adalah kelarutan dalam larutan Larutan jenuh air dalam butanol atau sebaliknya
berair. Campurkan beberapa suhu di bawah suhu kritis. disebut larutan konjugasi. Larutan konjugasi ini hanya
Ketika suhu kritis tercapai, larutan menjadi tercampur terjadi pada rentang suhu tertentu. Literatur
sempurna (homogen), dan ketika suhu melebihi suhu menunjukkan bahwa air dan butanol selalu dapat larut

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 2


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang

di atas suhu ini untuk komposisi tertentu. Suhu ini terlebih dahulu kami menyiapkan penangas air dan alat-alat
disebut suhu kritis air-butanol (Tim Kimia Fisik, 2019). yang akan digunakan dalam percobaan pertama ini.
Selanjutnya kami memasukkan 10 ml air kedalam tabung
Larutan padat menyerupai larutan cair yang terdiri reaksi melalui buret, kemudian kami memasukkan 1 ml
dari satu fase, terlepas dari jumlah komponennya. butanol kedalam air yang berada di dalam tabung reaksi tadi.
Setelah butanol dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
Untuk larutan padat, ukuran partikel mengecil. Larutan
berisi air, tabung reaksi kami panaskan beserta isinya dengan
padat memiliki komponen yang larut dalam semua menggunakan penangas sambil di aduk sampai larutan
proporsi. Solusi padat terputus-putus membatasi didalam tabung reaksi tidak tampak lagi keruhnya. Setelah
kelarutan masing-masing komponen serta yang lain. larutan tidak tampak lagi keruhnya, tabung reaksi kami angkat
Untuk alasan praktis, istilah larutan padat hanya boleh dan kami biarkan dingin secara perlahan sambil terus kami
digunakan ketika kelarutan timbal balik dari dua aduk. Ketika larutan sudah kembali keruh, maka kami
komponen melebihi 5% (Patil et al, 2017). mengukur suhu larutan tersebut dan kami catat di dalam tabel
pengamatan. Langkah kerja ini terus di ulang setiap kali
Kelarutan dapat digambarkan sebagai jumlah penambahan 1 ml butanol kedalam air sampai penambahan
maksimum bahan kimia tertentu yang dapat dilarutkan butanol menjadi 10 ml.
Pada percobaan kedua yaitu penambahan air ke dalam
dalam pelarut pada kesetimbangan. Zat-zat ini dapat
butanol, langkah-langkah kerja yang kami lakukan yaitu kami
larut dari pelarut (solvents) dengan perbandingan
memasukkan 10 ml butanol kedalam tabung reaksi melalui
komposisi yang besar, dan sifat ini disebut juga buret, kemudian kami menambahkan 1 ml air kedalam tabung
miratable. Pelarut yang digunakan umumnya cairan reaksi yang berisi butanol tadi dengan menggunakan buret.
dalam bentuk cair, gas atau padat. Kelarutan adalah Setelah kami menambahkan 1 ml air kedalam butanol, tabung
kemampuan suatu zat (zat terlarut) yang terbentuk reaksi kami panaskan beserta isinya dengan menggunakan
penangas sambil di aduk sampai larutan di dalam tabung
untuk larut dalam pelarut tertentu seperti etanol dalam
reaksi tidak tampak lagi keruhnya. Setelah larutan di dalam
air. Kelarutan ini sangat bervariasi, sangat larut dalam
tabung reaksi sudah tidak tampak lagi keruhnya, tabung reaksi
air seperti etanol dan sedikit larut dalam air seperti kami angkat dan kami dinginkan secara perlahan sambil kami
perak oksida. Dalam kondisi tertentu, kesetimbangan aduk. Ketika larutan sudah kembali keruh, maka kami
disolusi dapat dicampur untuk menghasilkan larutan mengukur suhu larutan tersebut dan kami catat di dalam tabel
yang disebut larutan jenuh (Putri, 2019). pengamatan. Langkah kerja ini terus di ulang setiap kali
penambahan 1 ml air ke dalam butanol sampai penambahan
air menjadi 10 ml.

II. HASIL DAN PEMBAHSAN

3.1 Hasil
I. EKSPERIMENTAL
1. penambahan butanol dalam air
2.1 Alat no Volume butanol dalam air Suhu (°c)
Alat-alat yang digunakan pada percobaan “Kelarutan dua 1 1 ml 76°c
cairan yang saling bercampur sebagian” adalah tabung reaksi 2 2 ml 87°c
besar dengan gabus, Beker Glass 800 ml, Buret 50 ml, Gelas 3 3 ml 87°c
Ukur 50 ml, Neraca, Corong, Pengaduk, Penangas dan Pipet 4 4 ml 82°c
ukur 10 ml. 5 5 ml 84°c
6 6 ml 85°c
2.2 Bahan 7 7 ml 82°c
- Aquades 8 8 ml 88°c
- N – butanol atau fenol 9 9 ml 89°c
10 10 ml 90°c
2.3 Prosedur Kerja
Pada percobaan pertama yaitu penambahan butanol ke
dalam air, langkah-langkah kerja yang kami lakukan yaitu

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 3


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang

2. penambahan air dalam butanol 7) Penambahan 7 ml air


no Volume air dalam butanol Suhu (°c) M = 1 g/ml x 7 ml = 7 g
1 1 ml 53°c 8) Penambahan 8 ml air
2 2 ml 67°c M = 1 g/ml x 8 ml = 8 g
3 3 ml 67°c 9) Penambahan 9 ml air
4 4 ml 86°c M = 1 g/ml x 9 ml = 9 g
5 5 ml 83°c 10) Penambahan 10 ml air
6 6 ml 85°c M = 1 g/ml x 10 ml = 10 g
7 7 ml 88°c
8 8 ml 89°c
9 9 ml 89°c Persen berat butanol dan air dalam tiap komposisi
10 10 ml 90°c
A. Persen berat butanol dalam air

%w = x 100%
Berat butanol dan air tiap komposisi
1) Penambahan 1 ml butanol
A. Berat butano dalam air
Massa = massa jenis x volume %w = x 100% = 44,7%
1) Penambahan 1 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 1 ml = 0,81 g 2) Penambahan 2 ml butanol
2) Penambahan 2 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 2 ml = 1,62 g %w = x 100% = 61,8%
3) Penambahan 3 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 3 ml = 2,43 g 3) Penambahan 3 ml butanol
4) Penambahan 4 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 4 ml = 3,24 g %w = x 100% = 44,7%
5) Penambahan 5 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 5 ml = 4,05 g 4) Penambahan 4 ml butanol
6) Penambahan 6 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 6 ml = 4,86 g %w = x 100% = 70,8%
7) Penambahan 7 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 7 ml = 5,67 g 5) Penambahan 5 ml butanol
8) Penambahan 8 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 8 ml = 6,48 g %w = x 100% = 76,4%
9) Penambahan 9 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 9 ml = 7,2 g 6) Penambahan 6 ml butanol
10) Penambahan 10 ml butanol
M = 0,81 g/ml x 10 ml = 8,1 g %w = x 100% = 82,9%

B. Massa air dalam butanol 7) Penambahan 7 ml butanol


1) Penambahan 1 ml air
M = 1 g/ml x 1 ml = 1 g %w = x 100% = 85%
2) Penambahan 2 ml air
M = 1 g/ml x 2 ml = 2 g 8) Penambahan 8 ml butanol
3) Penambahan 3 ml air
M = 1 g/ml x 3 ml = 3 g %w = x 100% = 86,6%
4) Penambahan 4 ml air
M = 1 g/ml x 4 ml = 4 g 9) Penambahan 9 ml butanol
5) Penambahan 5 ml air
M = 1 g/ml x 5 ml = 5 g %w = x 100% = 87,8%
6) Penambahan 6 ml air
M = 1 g/ml x 6 ml = 6 g 10) Penambahan 10 ml butanol

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 4


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan


%w = x 100% = 89% yang bercampur Sebagian Ketika temperaturnya di bawah
temperature kritis. Jika mencapai temperature kritis maka
larutan tersebut dapat bercampur dengan sempurna (homogen)
dan jika temperaturnya telah melewati temperature kritis maka
B. Persen air dalm butanol
sistem larutan tersebut akan Kembali ke dalam kondisi
1) Penambahan 1ml air
bercampur Sebagian. Pada praktikum kali ini dilakukan dua
percobaan yaitu penambahan butanol kedalam air dan
%w = x 100% = 55,2% pembahan air ke dalam butanol.
Pada percobaan pertama dilakukan penambahan air ke
2) Penambahan 2ml air dalam butanol. Penambahan volume air dilakukan secara
bertahap sebanyak 1 ml hingga 10 ml ke dalam butanol yang
%w = x 100% = 71,1% bervolume 10 ml. Pada saat air ditambahkan ke dalam butanol
menyebabkan terbentuknya dua lapisan campuran yang di
3) Penambahan 3ml air batasi oleh bidang batas antara butanol dan air. Hal ini
menandakan bahwa campuran tidak homogen atau bercampur
%w = x 100% = 78,2% Sebagian. Ketika campuran air ke dalam butanol di panaskan
hingga mencapai temperature kritisnya maka campuran yang
tadinya membentuk dua fasa menjadi satu fasa atau disebut
4) Penambahan 4ml air juga dengan homogen yang ditandai dengan hilangnya bidang
batas pada larutan. Pada suhu kritis itulah kedua larutan saling
%w = x 100% = 83,1% melarutkan satu sama lain. Dari hal tersebut menandakan
bahwa suhu mempengaruhi kelarutan suatu campuran. Selain
5) Penambahan 5ml air suhu kelarutan juga dipengaruhi oleh komposisi campuran
tersebut. Pada hasil percobaan yang telah dilakukan semakin
%w = x 100% = 86% banyak volume air yang ditambahkan ke dalam butanol, maka
semakin tinggi suhu yang dibutuhkan unruk melarutkan
6) Penambahan 6ml air campuran tersebut.
Percobaan kedua tidak jauh berbeda dengan yang pertama
yaitu dilakukan penambahan volume butanol ke dalam air.
%w = x 100% = 88,1%
Sama dengan perobaan pertama penambahan butanol
dilakukan secara bertahap sebanyak 1 ml hingga mencapai
7) Penambahan 7ml air volume 10 ml ke dalam air yang bervolume 10 ml. pada saat
butanol ditambahkan ke dalam air menyebabkan campuran
%w = x 100% = 89,6% menjadi keruh. Hal ini menandakan bahwa campuran antara
butanol dan air tidak larut atau hanya bercamour Sebagian.
8) Penambahan 8ml air Pada saat campuran dipanaskan hingga mencapai suhu
kritisnya menyebabkan campuran yang awalnya keruh
%w = x 100% = 90,8% menjadi bening atau larut sempurna, dan Ketika saat
didinginkan sebentar sambal diaduk menyebabkan campuran
9) Penambahan 9ml air tersebut Kembali keruh seperti semula atau bercampur
Sebagian. Peristiwa tersebut menandakan bahwa suhu sangat
mempengaruhi kelarutan dan fasa dari suatu campuran. Jika
%w = x 100% = 91,7% telah mencapai suhu kritis maka campuran akan homogen atau
larut sempurna dan jika suhu melewati suhu kritis maka
10) Penambahan 10ml air campuran tersebut akan Kembali ke fasa semulanya. Serta
perubahan suhu juga bergantung pada komposisi campuran
%w = x 100% = 92,5% tersebut.

III. KESIMPULAN
3.2 Pembahasan 1. Kurva kelarutan dua zat cair yang bercampur Sebagian
Pada praktikum yang telah dilakukan tentang Kelarutan dapat dibuat dengan melakukan percobaan mengenai
Dua Zat Yang Saling Bercampur Sebagian yang bertujuan kelarutan dan perubahan apa yang terjadi, dalam hal ini
untuk membuat kurva kelarutan dan untuk menentukan suhu percobaan dilakukan terhadap butanol dan air yang
kritis kelarutan dua zat cair yang saling bercampur Sebagian. menunnjukkan adanya perbedaan suhu.
Prinsip pada percobaan ini yaitu kelarutan timbal balik.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 5


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang

2. Suhu kritis larutan diperoleh setelah melakukan semua


tahapan penelitian, dimana suhu kritis merupakan sushu
tertinggi larutan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih diucapkan kepada bapak Umar Kalmar
Nizar, S.Si., M.Si., Ph.D sebagai dosen pengampu mata kuliah
Kimia Fisika 1, kakak-kakak PLP, bang Aqil Marsya Sidiq,
kak Joya Sabrina, kak Maulidia Arsyta Rahmi, serta kak Suci
Yulia Rizki selaku asisten dosen yang telah membantu kami
saat eksperimen, dan tentunya kepada rekan-rekan tim
eksperimen yang telah bekerja sama dalam eksperimen ini.

REFERENSI
Atkins, P. W. 1992. The Element of Physical Chemistry.
Oxford University.
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Chavan, D. V. Dkk. 2013. Solubility enchining methods for
poorly soluble drugs: A Review. Internasional reach
jurnal of pharmaceutical and applied.
Dogra, S. 2008. Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta: UI-
PRESS.
F. Stephenson, J. Stuart. Jchem. 1986. Data. Eng. 56-57.
Patil, Dkk. 2017. Review article: Solubility echacement by
solid disporsion. International union of pure and
applied chemistry.
Putri. 2019. Kelarutan Dalam Duan Campuran yang Saling
Beracmpur Sebagian. Padang: UNP.
Tim Kimia Fisika. 2019. Modul Penuntun Praktikum Kimia
Fisika I. Padang: UNP.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika 1. Jambi: Universitas Jambi.
Karyadi. 1990. Dasar-dasar Kimia Fisika. Jakarta: Bumi
Pustaka.

LAMPIRAN

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 6


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang

Grafik

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 7


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131

Anda mungkin juga menyukai