ABSTRAK
Percobaan kali ini ialah kelarutan timbal balik yang bertujuan untuk mempelajari
kelarutan timbal balik antara dua cairan dan menggambarkan kelarutan tersebut
dengan suhu suatu diagram fasa. Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari
suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur
kritis. Jika mencapai temperature kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur
sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian
lagi. Prinsip percobaan dari kelarutan timbal balik fenol-air adalah dengan
menggunakan prinsip temperatur kritis suatu zat. Jika campuran mencapai titik
kritis, maka larutan akan homogen, tetapi jika dibawah atau melewati
temperature kritis, maka larutan akan tercampur sebagian. Pada percobaan ini
digunakan campuran fenol dan air, dengan perbandingan yang telah ditentukan.
Prinsip dari percobaan yaitu berdasarkan proses pemanasan pada larutan untuk
mengetahui kelarutan suatu zat padat pada saat sebelum mencapai titik kritis dan
setelah melewati titik kritis. Suatu zat akan menjadi dua fase sebelum dan sesudah
melewati titik kritis dan akan menjadi satu fase setelah mencapai titik kritis. Hasil
yang didapat dari percobaan hasil fraksi mol dari variasi konsentrasi fenol-air
0,1-0,5 ; 0,2-0,4 ; 0,3-0,3 ; 0,4-0,2 ; 0,5-0,1 secara berturut-turut 0,03684217
mol; 0,08728196 mol; 0,16055069 mol; 0,27668025 mol dan 0,48882757 mol.
Titik kritis pada percobaan adalah 47°C.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari kelarutan timbal balik fenol-air adalah dengan
menggunakan prinsip temperatur kritis suatu zat. Jika campuran mencapai titik
kritis, maka larutan akan homogen, tetapi jika dibawah atau melewati
temperature kritis, maka larutan akan tercampur sebagian. Pada percobaan ini
digunakan campuran fenol dan air, dengan perbandingan yang telah
ditentukan. Prinsip dari percobaan yaitu berdasarkan proses pemanasan pada
larutan untuk mengetahui kelarutan suatu zat padat pada saat sebelum
mencapai titik kritis dan setelah melewati titik kritis. Suatu zat akan menjadi
dua fase sebelum dan sesudah melewati titik kritis dan akan menjadi satu fase
setelah mencapai titik kritis.
Reaksi:
C6H6 + CH3OH → C7H8O + H2O
C6H6 + NaOH → C6H5ONa + H2O
1.2 Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kelarutan timbal balik antara dua
cairan dan menggambarkan kelarutan tersebut dengan suhu suatu diagram
fasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan dan Kelarutan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat
atau lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent) (Putri, dkk, 2017). Suatu larutan sudah pasti berfasa tunggal.
Berdasarkan wujud dari pelarutnya, suatu larutan dapat digolongkan ke
dalam larutan padat, cair ataupun gas. Zat terlarut dalam ketiga fasa
larutan tersebut juga dapat berupa gas, cair ataupun padat. Campuran gas
selalu membentuk larutan karena semua gas dapat saling campur dalam
berbagai perbandingan. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit,
larutan dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti
pelarut cair dengan cairan, padatan, atau gas sebagai zat yang terlarut.
(Petrucci, 1985). Titik didih suatu larutan merupakan suhu larutan
pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara
luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan) (Wolke, 2003).
Kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut
dalam jumlah pelarut atau jumlah larutan tertentu pada suhu tertentu
(Dzakwan dan Widodo, 2019). Kelarutan adalah kemampuan suatu zat
kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut
(solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang
larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut
larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini
lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut
umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran (Darmaji, 2005).
2.2 Kelarutan Timbal Balik
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang
bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1 Tabel Hasil Fenol-Air
Campuran Suhu Campuran
Suhu Rata-
No Keruh-
Fenol Air Bening-Keruh Rata(°C)
Bening
1 0,1 gr 0,5 mL 38°C 34°C 36°C
2 0,2 gr 0,4 mL 50°C 42°C 46°C
3 0,3 gr 0,3 mL 50°C 44°C 47°C
4 0,4 gr 0,2 mL 47°C 40°C 43,5°C
5 0,5 gr 0,1 mL 42°C 36°C 39°C
3.2 Tabel Hasil Fenol-Metanol
Campuran Suhu Campuran
Suhu Rata-
No Keruh-
Fenol Metanol Bening-Keruh Rata(°C)
Bening
1 0,1 gr 0,5 mL 45°C 43°C 44°C
3.3 Tabel Hasil Fenol-NaOH
Campuran Suhu Campuran
Suhu Rata-
No Keruh-
Fenol NaOH Bening-Keruh Rata(°C)
Bening
1 0,1 gr 0,5 mL - - -
3.2 Pembahasan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat
atau lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut
(solvent) (Petrucci, 1985). Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam suatu pelarut pada kesetimbangan (Darmaji, 2005).
25
20
15
10
5
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
fraksi mol
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa keadaan dimana
terjadinya perubahan warna dari keruh menjadi bening dan juga sebaliknya
merupakan contoh kelarutan timbal balik. Dalam percobaan ini,
temperature berbanding lurus dengan volume air yang digunakan. Dari
percobaan didapatkan hasil fraksi mol dari variasi konsentrasi fenol-air
0,1-0,5 ; 0,2-0,4 ; 0,3-0,3 ; 0,4-0,2 ; 0,5-0,1 secara berturut-turut adalah
0,03684217mol; 0,08728196 mol; 0,16055069 mol; 0,27668025 mol; dan
0,48882757 mol. Titik kritis dari percobaan ini yaitu pada suhu 47°C.
4.2 Saran
Dalam percobaan yang telah dilakukan, diharapkan kepada
praktikan lain untuk lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan, agar
hasil percobaan yang didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, M. R., Kartikatul, S. Q., Maulina, A. S., dan Setiawan, Y. R. 2013.
Laportorium Kimia Fisika: Timbal Balik Fenol-Air. FTI ITSN: Surabaya.
Atkins PW.1996. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Atkins, PW. 1999. Kimia Fisika. “Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I. Jakarta:
Erlangga.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika I. Jambi: Universitas Jambi.
Dzakwan, M., & Widodo, P. 2019. Peningkatan Kelarutan Fisetin Dengan Teknik
Kosolvensi. Jurnal para peemikir, 8(2), 5-9.
Karyadi, Beny. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Putri, L. M. A., Prihandono, T., & Supriadi, B. 2017. Pengaruh konsentrasi
larutan terhadap laju kenaikan suhu larutan. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 6(2), 151-157.
Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Wolke, R. L. 2003. Einstein Aja Gak Tau!. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
Mr Fenol= 94,114 g/mol
Mr Air= 18 g/mol
1. Fenol 0,1gr dan Air 0,5ml
Fraksi Mol=