Kelas : Kimia 2B
Laboratorium Kimia
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari sifat-sifat fisika (kelarutan, keasaman, dan aroma) asam karboksilat
2. Membuat berbagai jenis ester dan mengetahui aromanya
3. Mempelajari reaksi saponifikasi
B. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mengidentifikasi sifat-sifat fisika senyawa asam
karboksilat dan ester dan mengenal berbagai jenis ester dan aromanya dengan metode
esterifikasi serta mempelajari metode reaksi saponifikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam karboksilat merupakan asam yang mempunyai peranan sangat penting. Gugus
fungsi karboksilat, -COOH yang menjadi cirinya. Bila suatu gugus hidroksil terikat langsung
pada suatu atom karbon dari gugus karbonil maka akan terbentuk suatu gugus fungsi baru
yaitu gugus karboksil. Senyaa-senyawa yang mengandung gugus karboksil merupakan asam,
karena dalam air senyawa-senyawa tersebut sedikit mengalami ionisasi dengan pelepasan
proton dan dapat dinetralisasikan dengan basa. Asam karboksilat ditinjau secara struktur
menyerupai aldehida dan keton karena mengandung gugus karbonil. Perbedaannya adalah
pada asam karboksilat terdapat gugus hidroksil yang terikat pada karbon karbonil. Hal ini
menyebabkan sifatnya yang spesifik, yaitu sebagai asam. Asam karboksilat tergolong asam
lemah karena hanya sedikit terionisasi dalam air. Pada saat kesetimbangan, sebagian besar
asam berada dalam bentuk molekul yang tidak terionisasi. Konstanta disosiasi, Ka, asam
karboksilat, dimana R sebagai gugus alkil, adalah 10-3 atau kurang. Asam karboksilat adalah
senyawa yang banyak terdapat di alam. (Wilbraham, 1992 ; Saurawati, 2006)
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil, -CO2H. Gugus karbuksil mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuah gugus
hidroksil; antar-aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik.
(Fessenden dan Fessenden, 1994).
Asam karboksilat memiliki gugus fungsional -COOH. Gugus fungsi ini dinamakan
karboksil, terdiri atas satu gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil. Kelompok senyawa ini
cukup penting karena dalam kehidupan sehari-hari banyak digunakan dalam industri maupun
laboratorium. Beberapa contoh senyawanya yang banyak terdapat di alam, di antaranya
adalah lemak hewan dan minyak tumbuhan (Rasyid, 2006).
Gugus karboksil (-COOH) mengandung gugus karbonil dan gugus hidroksil
sekaligus. Dapat diduga bahwa asam karboksilat bersifat seperti golongan senyawa organik
yang mengandung gugus tersebut. Seperti halnya alkohol, asam menjalani pengikatan
hidrogen antar molekul. Interaksi ini menyebabkan titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Asam yang berbobot molekul rendah juga sangat larut air karena senyawa ini mampu
berikatan hidrogen dengan air (Rasyid, 2006).
Sebagaimana diramalkan dari strukturnya, asam karboksilat bersifat polar, seperti
halnya alkohol. Asam karboksilat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya atau
dengan molekul lain. Karena itu, titik didihnya lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol
dengan bobot molekul sama tetapi titik didihnya berturut-turut 118oC dan 97oC. Penetapan
bobot molekul menunjukkan bahwa asam-asam format dan asetat merupakan dimer dalam
pelarut non polar, sekalipun dalam keadaan gasnya. Dua molekul saling berpegangan melalui
ikatan hidrogen (Rasyid, 2006).
Untuk memahami tingkat keasaman yang lebih besar dari asam karboksilat
dibandingkan dengan air dan alkohol, bandingkan perubahan struktural yang menyertai
ionisasi salah satu jenis alkohol (etanol) dan salah satu jenis asam karboksilat (asam asetat)
(Carey, 2000).
Ester anorganik dari alkohol ialah senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara alkohol
dan asam mineral atau halida asam, asam nitrat merupakan zat pengoksidasi kuat , dan
oksidasi alkohol dapat menyertai pembentukan ester nitrat, ester itu sendiri adalah bahan
peledak (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Dinamakan asam karboksilat karena banyak senyawa dengan R berupa gugus alifatik
yang telah banyak dikenal dengan asam lemak karena banyak terdapat di dalam lemak dan
minyak. Gugus karboksil juga dapat menempel pada cicin benzena, jika dua asam karboksilat
terdapat pada satu molekul, senyawa itu dinamakan asam karboksilat (Petrucci, 1999).
Pembuatan dan reaksi anhidrida dan ester sama saja. Anhidrida terbentuk karena
lepasnya molekul air dan dua gugus asam karboksilat. Reaksi ini dapat terjadi secara
antarmolekul (antara dua gugus karboksil dari dua molekul yang berbeda) atau secara intra
molekul (antara dua gugus karboksil pada molekul yang sama). Ester terbentuk karena
lepasnya molekul air bila alkohol bereaksi dengan asam karboksilat atau karena reaksi antara
alkohol dengan anhidrida. Baik anhidrida maupun ester terhidrolisis oleh air. Anhidrida
menghasilkan dua asam karboksilat, ester memberikan alkohol dan asam karboksilat (garam
dari asam karboksilat jika reaksi berkatalisiskan basa) (Staley, 1992).
Reaksi esterifikasi asam lemak dengan katalis BF3/metanol merupakan reaksi
reversibel sehingga untuk mendapatkan metil ester maksimal maka kesetimbangan reaksi
harus bergeser ke kanan. Untuk meningkatkan kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan maka
komponen reaktan harus berlebih yaitu metanol (Amri, 2012).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
B. Bahan
C. Prosedur Percobaan
1. Asam karboksilat dan garamnya
Tabung A Tabung B
2. Esterifikasi
Hasil
3. Saponifikasi
Tabung Reaksi
Lapisan ester
- Didinginkan
Diamati aromanya
+ HCl 6M (1mL tiap penambahan
hingga suasana asam)
- Diuji pH dengan lakmus
Diamati senyawa
yang terbentuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Asam karboksilat dan garamnya
2. Esterifikasi
3. Saponifikasi
OH ONa
Kemudian pada penambahan HCl tetes demi tetes hingga asam (dibutuhkan 16 tetes),
larutan kembali beraroma asam (cuka) dan pH turun kembali menjadi pH 1. tujuan
penambahan HCl ini supaya suasana larutan menjadi asam kembali membentuk asam
asetat seperti semula (menetralkan kembali). Berikut adalah reaksinya :
O O
ONa OH
Selanjutnya percobaan dilakukan dengan menggunakan asam benzoat, dimana
asam benzoat termasuk ke dalam asam karboksilat. Dimasukkan asam benzoat 1gr ke
dalam aquades. Setelah diamati asam benzoat tidak larut sempurna dalam aquades,
melainkan hanya sebagian saja. Hal ini dikarenakan adanya gugus aromatik benzena
pada struktur asam benzoat yang tidak reaktif sehingga menyebabkan kelarutannya
berkurang dan juga dikarenakan bobot molekul yang tinggi. sedangkan sebagian
molekulnya yang larut dalam air membentuk ikatan hidrogen dengan reaksi sebagai
berikut :
O O
OH O–
+ H2O + H3O+
Pada asam benzoat, aroma yang dihasilkan seperti aroma karet, tidak menyengat
seperti pada asam asetat dikarenakan pH dari asam benzoat adalah 4, tidak se-asam
pH asam asetat. Ketika asam benzoat ditambahkan NaOH 2M sebanyak 1mL hingga
campuran menjadi basa dan diperoleh pH bernilai 12. Reaksi dari campuran tersebut
menghasilkan natrium benzoat seperti sebagai berikut :
O O
OH ONa
+ NaOH + H2O
OH
ONa
+ HCl + NaCl
2. Esterifikasi
Pada kedua yaitu esterifikasi. Esterifikasi bertujuan untuk membuat
ester dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol primer atau
sekunder dengan asam sebagai katalis lalu dipanaskan. Pemanasan dilakukan
untuk mempercepat terjadinya reaksi dan aroma yang di keluarkan lebih
tercium.
Pada percampuran asam asetat + etanol + asam sulfat pH yang didapat
yaitu satu, berbau karet dan berwarna kuning. Tujuan penambahan asam sulfat
adalah sebagai katalisator yang mengurangi energy aktivasi sehingga reaksi
dapat berlangsung dengan cepat. Reaksi yang terjadi saat ditambahkan asam
sulfat kedalam tabung reaksi adalah reaksi eksoterm dikarenakan timbul panas
dari larutan tersebut. Kemudian ditambahkan aquades sebanyak 2 mL. didapat
mekanisme reaksi sebagai berikut :
O H 2S O 4
H3C C OH + C H 3C H 2O H C H 3C O O C H 2C H 3 + H 2O
acetic acid
Pada percampuran asaam asetat + isoamil alcohol + asam sulfat
didapat pH sebesar satu yang memiliki bau seperti pisang dan berwarna
bening. Prosedur yang dilakukan sama seperti sebelumnya. Asam sulfat
berperan sebagai katalisator dan dilakukan pemanasan agar reaksi berlangsung
cepat dan mengeluarkan aroma. Dan ditambahkan aquades sebanyak 2 mL.
didapat mekanisme reaksi sebagai berikut :
OH
O CH3
O H 2SO
+
4
acetic acid
OH H 2SO CH3
4 O
C H 2O H + + H 2O
OH
Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa ketiga tabung reaksi dengan
larutan berbeda ini masing-masing ditambahkan dengan asam sulfat. Asam
sulfat yang digunakan ialah asam sulfat dengan konsentrasi pekat. Apabila
digunakan asam sulfat encer maka tidak akan mempengaruhi hasil reaksi.
Namun reaksi akan berlangsung lebih lama. Kecepatan kosentrasi asam sulfat
ini mempengaruhi kecepatan reaksi esterifikasi juga.
3. Saponifikasi
Percobaan saponifikasi menggunakan metil salisilat 10 tetes lalu ditambah
5 ml NaOH 6M. Pada saat penambahan NaOH terbentuk endapan putih.
Kemudian dipanaskan pada penangas air kurang lebih selama 15 menit. Endapan
putih tadi larut dalam air panas. Setelah itu didinginkan. Terbentuk aroma berbau
balsem dari metil salisilat. Setelah itu ditambahkan HCl 6M sampai suasana
larutan menjadi asam.
Penambahan HCl berfungsi untuk mengetahui banyaknya NaOH yang masih
tersisa dalam proses reaksi dengan metil salisilat dalam reaksi saponifikasi.
Karena mula-mula hasil saponifikasi karboksilat dengan penambahan HCl
menjadi asam karboksilat.
O -N a +
O N-a +
OH
+2HCl →
C O Na
- +
C OH
O O
OH
O CH
+ 2 N aO H → O -N a +
3
C C
O O
O -N a +
OH
+ 2 H C l →
O -N a +
OH
C C
O O
4.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan-percobaan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Asam karboksilat dengan rantai karbon sedikit (asam asetat) memiliki kelarutan
paling tinggi pada air dan dapat larut dalam basa kuat NaOH.
2. Asam asetat dengan etanol menghasilkan aroma karet.
3. Asam asetat dengan air menghasilkan aroma cuka.
4. Asam asetat dengan isoamil alkohol menghasilkan aroma manis.
5. Asam salisilat dengan metanol akan menghasilkan aroma balsem.
6. Asam salisilat dengan air + NaOH + HCl akan membentuk endapan putih.
7. Percobaan esterifikasi menghasilkan aroma minyak angin pada tabung A, aroma
manis pada tabung B, dan aroma cuka pada tabung C.
8. Percobaan saponifikasi menghasilkan garam asam dan jika ditambah dengan asam
kuat HCl akan terjadi pengasaman kembali membentuk asam karboksilat
DAFTAR PUSTAKA
Amri, A., P., Burhan dan A., Wahyudi, 2012, Sintesis 2-Hidroksi propil karboksilat dari
Asam Lemak, Jurnal Teknik Pomits, 1(1): 1-4.
Carey, F.A., 2000. Organic Chemistry fourth edition, McGraw-Hill Companies, Boston.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik edisi ketiga jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik edisi ketiga jilid 2. Erlangga,
Jakarta.
Saurawati. 2006. Pengaruh K2O2, Konsentrasi NaOH dan Waktu terhadap Asam Karboksilat.
Jurnal Kimia. vol 3 (13).
Staley, D., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati, ITB, Bandung.