Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


SENYAWA ALDEHID DAN KETON

Tanggal Percobaan : 18 Mei 2020

Kelas : Kimia 2B

Anggota Kelompok : Putri Ardiatul Hidayah 11190960000048

Raihanah Nurul Annisa Lubis 11190960000060

Reggi Ahmad Fauzi 11190960000066

Laboratorium Kimia

Pusat Laboratorium Terpadu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari sifat-sifat kimia aldehida dan keton
2. Mempelajari tes untuk membedakan aldehida dan keton

B. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mengidentifikasi aldehid dan keton yang memiliki
gugus karbonil yang ditandai dengan pembentukan warna endapan dan gas melalui tes
oksidasi KMnO4, tes tollens, tes benedict, tes fehling, dan tes iodoform.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan
“al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida
(Petrucci, 1987).

Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada
nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai
berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana,
reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).

Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer.
Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam
karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator
yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat (Petrucci, 1987).

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat
pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa
organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak
mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).

Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir
semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3),
phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat
(KMnO4) (Respati, 1986).

Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi,
sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang
sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi
alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung
hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada
alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik
elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan
tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. Pemanas listrik
5. Gelas piala
6. Gelas ukur
7. Kaca arloji
8. Termometer

B. Bahan
1. Formaldehida
2. Aseton
3. NaOH
4. Pereaksi fehling
5. Pereaksi benedicy
6. Benzaldehida
7. KMnO4
8. Pereaksi tollens
9. Larutan iodine

C. Prosedur Percobaan
1. Oksidasi dengan KMnO4
2.
Tabung A Tabung B Tabung C

+ 5mL KMnO4 1% + 5mL KMnO4 1% + 5mL KMnO4 1%


+ 5 tetes formaldehida + 5 tetes aseton + 5 tetes benzaldehida

↓Cokelat MnO2 ↓Cokelat MnO2 ↓Cokelat MnO2


2. Tes Tollens

Tabung A Tabung B Tabung C

+ 1mL larutan tollens A + 1mL larutan tollens A + 1mL larutan tollens A


+ 1mL larutan tollens B + 1mL larutan tollens B + 1mL larutan tollens B
+ larutan amonia 2% + larutan amonia 2% + larutan amonia 2%
+ 2 tetes formaldehid + 2 tetes aseton + 2 tetes benzaldehida
- Dihomogenkan - Dihomogenkan - Dihomogenkan
- Dipanaskan 60˚C 5 menit - Dipanaskan 60˚C 5 menit - Dipanaskan 60˚C 5 menit

↓Cermin perak ↓Cermin perak ↓Cermin perak


3. Tes Benedict

Penanggas air 90˚C

Tabung A Tabung B Tabung B Tabung D


+ 10 tetes + 10 tetes aseton + 10 tetes + 10 tetes
formaldehida + 2mL benedict benzaldehid glukosa
+ 2mL benedict - Dipanaskan + 2mL benedict + 2mL benedict
- Dipanaskan - Didinginkan - Dipanaskan - Dipanaskan
- Didinginkan - Diamaati - Didinginkan - Didinginkan
- Diamaati terbentuknya - Diamaati - Diamaati
terbentuknya ↓ merah bata terbentuknya terbentuknya

↓ merah bata ↓ merah bata ↓ merah bata


Hasil Hasil Hasil Hasil

4. Tes Fehling

Tabung A Tabung B Tabung C Tabung D


+ 2mL fehling A + 2mL fehling A + 2mL fehling A + 2mL fehling A
+ 2mL fehling B + 2mL fehling B + 2mL fehling B + 2mL fehling B
+ 6 tetes + 6 tetes aseton + 6 tetes + 6 tetes glukosa
formaldehid - Dihomogenkan benzaldehida - Dihomogenkan
- Dihomogenkan - Dipanskan - Dihomogenkan - Dipanskan
- Dipanskan - Dipanskan

↓Merah Bata ↓Merah Bata ↓Merah Bata ↓Merah Bata


5. Tes Iodoform

Tabung A Tabung B Tabung C


+ 4mL NaOH 5 % + 4mL NaOH 5 % + 4mL NaOH 5 %
- Didinginkan - Didinginkan - Didinginkan
+ 40 tetes iodin + 40 tetes iodin + 40 tetes iodin
+ 20 tetes formaldehid + 20 tetes aseton + 20 tetes benzaldehida

↓Kuning ↓Kuning ↓Kuning


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Oksidasi KMnO4

Formaldehida Aseton Benzaldehid


Endapan coklat (+) Tidak bereaksi (-) Endapan coklat pekat (+)

2. Tes Tollens

Formaldehida Aseton Benzaldehid


Endapan cermin perak (+) Tidak bereaksi (-) Endapan cermin perak (+)

3. Tes Benedict

Formaldehida Aseton Benzaldehid Glukosa


Endapan merah Tidak bereaksi (-) Tidak bereaksi (-) Endapan merah
bata (+) bata (+)

4. Tes Fehling

Formaldehida Aseton Benzaldehid Glukosa


Endapan merah Tidak bereaksi (-) Endapan merah Endapan merah
bata (+) bata pekat (+) bata (+)

5. Tes Iodoform

Formaldehida Aseton Benzaldehid


Tidak bereaksi (-) Endapan kuning (+) Tidak bereaksi (-)

B. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk membedakan senyawa aldehid dan senyawa
keton dan juga mempelajari sifat sifat kimia dari aldehid dan keton. Aldehid dan
keton keduanya merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil. Aldehid adalah salah satu kelompok senyawa karbonil yang memiliki gugus
karbonil yang berikatan dengan atom hidrogen pada ujung rantai induknya.
Sedangkan keton merupakan senyawa organik yang diidentikkan dengan gugus
karbonil yang terikat oleh 2 atom karbon.

1. Tes Oksidasi KMnO4

ALDEHIDA KETON
Percobaan pertama, direaksikan 5mL KMnO4 1% dengan formaldehid, aseton,
dan benzaldehida pada tiga tabung berbeda. Pada formaldehida + KMnO 4 larutan
yang awalnya berwarna ungu berubah menjadi merah bata dan terbentuk endapan
coklat. Pada aseton + KMnO4 tidak terjadi perubahan apapun yang menandakan tidak
terjadinya reaksi. Pada benzaldehida + KMnO 4 terbentuk endapan coklat. Ketiga
reaksi diatas menunjukan bahwa senyawa aldehid (fornaldehid dan benzaldehid)
menunjukan reaksi positif pada percobaan oksidasi dengan KMnO4. Sedangkan
senyawa keton (aseton) menunjukan reaksi negatif.
Senyawa aldehid dan keton keduanya mengandung gugus karbonil (C=O).
Namun, yang membedakan keduanya adalah gugus karbonil pada aldehida selalu
berikatan dengan hidrogen dan karena adanya hidrogen tersebut menyebabkan
senyawa aldehid mudah teroksidasi. Sementara, keton tidak mengikat hidrogen pada
gugus karbonilnya sehingga keton lebih sulit untuk teroksidasi. Benzaldehid dan
formaldehid merupakan senyawa aldehida karena membentuk endapan coklat (reaksi
positif). Sedangkan aseton merupakan senyawa keton yang gugusnya tidak mengikat
hidrogen sehingga tidak terbentuk endapan coklat (reaksi negatif). Hasil oksidasi
KMnO4 ini mengubah gugus aldehid menjadi asam karboksilat.
 Reaksi formaldehid + KMnO4 menghasilkan asam metanoat dan endapan
coklat MnO2 (gugus aldehid berubah menjadi gugus karrboksilat)
O O

C + KMnO4 C + ↓MnO2 + KOH


H H H OH

 Reaksi benzaldehid + KMnO4 menghasilkan asam benzoat dan endapan coklat


MnO4 (gugus aldehid berubah menjadi gugus karrboksilat)
O O
C C
H OH

+ KMnO4 + ↓MnO2 + KOH

 Reaksi aseton + KMnO4 (tidak bereaksi)


O

C + KMnO4
H3C CH3

2. Tes Tollens
Percobaan Kedua, dimasukkan AgNO3 dan NH4OH 2% pada ketiga tabung
berbeda. Ketika tabung A ditambahkan formaldehid maka warnanya menjadi keruh
dan setelah dipanaskan akan terbentuk endapan cermin perak. Kemudian, ketika
tabung B ditambahkan aseton, larutan akan menjadi bening dan ketika dipanaskan
tidak terbentuk endapan cermin perak. Kemudian, ketika tabung C ditambahkan
benzaldehid akan membentuk 2 fasa yang ketika dipanaskan akan terbentuk endapan
cermin perak.
Senyawa aldehid akan membentuk endapan cermin perak karena aldehid dapat
mereduksi larutan perak ammonia (AgNO3 dalam NH3 berlebih) dan juga karena
aldehid memiliki atom hidrogen yang mengikat gugus karbonil sehingga mampu
mereduksi senyawa tollens. Sedangkan keton (aseton) tidak bereaksi karena gugus
karbonilnya tidak mengikat hidrogen.
 Reaksi tollens dengan formaldehid menghasilkan asam metanoat dan endapan
cermin perak (gugus aldehid berubah menjadi gugus karrboksilat)
O O

C + 2[Ag(NH3)2]OH C + ↓2Ag + 3NH3↑ + H2O


H H H OH

 Reaksi tollens dengan benzaldehid menghasilkan endapan cermin perak


O O
C C
H O - NH +
4

+ 2[Ag(NH3)2]OH + ↓2Ag + 3NH3↑ + H2O

 Reaksi tollens dengan aseton (tidak terjadi reaksi)


O

C + 2[Ag(NH3)2]OH
H3C CH3

3. Tes Benedict
Percobaan ketiga, tes benedict untuk membedakan senyawa aldehid alifatik
dengan aldehid aromatik. Dimasukkan formaldehid, benzaldehid, aseton, dan glukosa
pada 4 tabung berbeda. Kemudian ditambahkan 2mL pereaksi benedict ke dalam
masing-masing tabung dan dipanaskan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Tes
benedict ini bertujuan untuk mereduksi gula. Reagen benedict mengandung ion
tembaga(II) Cu2+ berwarna biru yang akan direduksi menjadi tembaga(I) Cu+
berwarna merah ketika reaksi positif terjadi. Benedict (CuSO 4) akan tereduksi
menjadi Cu2O dengan membentuk endapan merah.
Pada percobaan mereaksikan formaldehid dengan benedict kemudian
dipanaskan dalam penanggas air selama kurang lebih 10 menit kemudian
didinginkan. didapat endapan merah bata Cu2O yang menunjukan bahwa reaksi
positif terjadi pada formaldehid. berikut reaksinya :
O O

C + 2Cu2+ + 4OH- C + ↓Cu2O + 2H2O

H H H OH
terbentuknya endapan Cu2O yang berwarna merah bata dikarenakan aldehida
mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembga(I). aldehid teroksidasi menjadi asam
karboksilat.
Pada percobaan mereaksikan aseton dengan benedict kemudian dipanaskan
dalam penanggas air selama kurang lebih 10 menit kemudian didinginkan. tidak
terlihat adanya reaksi yang menunjukan reaksi negatif terjadi. Hal ini dikarenakan
Cu2+ pada reagen benedict bersifat oksidator lemah sehingga ia hanya dapat
mengoksidasi aldehid, tapi tidak dengan keton.
O

C + 2Cu2+ + 4OH-
H3C CH3

Pada percobaan mereaksikan benzaldehid dengan benedict kemudian


dipanaskan dalam penanggas air selama kurang lebih 10 menit kemudian didinginkan.
menunjukan tidak adanya reaksi atau reaksi negatif. Hal ini dikarenakan benzaldehida
merupakan aldehid aromatik yang sulit bereaksi dan tidak mudah teroksidasi seperti
aldehid alifatik (formaldehid).
O
C
H

+ 2Cu2+ + 2OH-

Pada percobaan keempat mereaksikan glukosa dengan benedict kemudian


dipanaskan dalam penanggas air selama kurang lebih 10 menit kemudian didinginkan.
Didapat bahwa larutan glukosa menunjukan reaksi positif dengan adanya endapan
merah bata Cu2O. Hal ini dikarenakan ion tembaga(II) tereduksi menjadi tembaga(I)
sehingga membentuk gugus karboksilat pada glukosa dan membentuk endapan
berwarna merah bata. adanya atom H yang terikat pada gugus karbonil dari glukosa
menyebabkan glukosa mudah dioksidasi membentuk gugus karboksilat. Berikut
reaksinya :
HO CH2
HO CH2

OH
O O

+ 2Cu2+ + 4OH- + ↓Cu2O + 2H2O


OH
OH

OH
OH OH
OH

OH
OH

4. Tes Fehling

Pada percobaan ini digunakan fehling A dan fehling B, formaldehid yang ditetesi
dengan fehling A warn biru muda ditambah fehling B warnanya menjadi biru tua dan
setelah dipanaskan terbentuk endapan berwrna merah bata, hal ini dikarenakan
aldehid mampumereduksi Cu2+ menjadi Cu+ sehingga terbentuk endapan merah bata.
Sedangkan pada aseton yang ditambahkan pereaksi fehling setelah dipanaskan tidak
terjadi perubahan warna (tetap berwarna biru tua). Hal ini disebabkan karena aseton
dengan dua gugus alkil lebih stabil dibandingkan formaldehid yang tidak memiliki
ggus alkil. Aseton tidak bereaksi dengan pereaksi fehling karena gugus karbonil
distabilkan oleh alkil didekatnya yang sifatnya menolak elektron. Menurut teori
pereaksi fehling adalah zat pengoksidasi lemah, hanya aldehid yang dapat bereaksi
dengan pereaksi fehling sehingga untuk membedakan antara aldehid dan keton
digunakan pereaksi tollens dan pereaksi fehling yaitu fehling A dan B. berikut
reaksinya:

O O

O
H C H
H C H
+ 2 Cu2+ + 5 OH- Cu2O↓ + 3 H2O +

Formaldehid Asam Metanoat

H3 C C CH3 + 2 Cu + 5 OH
2+ -
tidak berekasi

Aseton

5. Tes Iodoform
Percobaan kelima, tes iodoform yang bertujuan untuk mengidentifikasi
senyawa yang mengandung gugus metil keton. tes iodofrom merupakan uji spesifik
terhadap keberadaan senyawa karbonil dengan struktur R-COCH₃. Mula-mula
dimasukan iodin ke dalam 3 tabung reaksi berbeda yang berisikan formaldehid,
aseton, dan benzaldehid. Kemudian ditambahkan masing-masing 5mL NaOH5%
yang bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menciptakan suasana basa pada
larutan. Berdasarkan pengamatan didapat bahwa formaldehid dan benzaldehid tidak
menunjukan reaksi atau reaksi negatif terjadi. sedangkan pada aseton terbentuk
endapan kuning yang menunjukan reaksi positif. Berikut reaksinya :
 Reaksi dengan aseton
O O

C
+ 3I2 + 4NaOH C + ↓3NaI + CHI
3
+ 3H2O
H3C H3C ONa
CH3
Aseton direaksikan dengan I2 dan larutan basa (NaOH), maka I2 akan mengoksidasi
aseton. Dalam lingkungan basa (NaOH), membentuk iodoform (CHI 3) dan endapan
kuning iodida.
 Reaksi dengan aldehid (formaldehid dan benzaldehid)
O

C
+ 3I2 + 4NaOH
H H
Formaldehid

O
C
H

+ 3I2 + 4NaOH

Benzaldehid
Reaksi berlangsung negatif karena uji iodoform hanya bereaksi positif pada senyawa
keton. Hal ini dikarenakan senyawa keton(aseton) mengikat metil pada gugus
karbonilnya yang dapat terionisasi pada penambahan iodin dan membenntuk endapan
kuning iodida. sedangkan pada aldehid, karena tidak memiliki gugus metil maka
reaksi tidak terjadi.
6.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan-percobaan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung gugus CO (karbonil)
yang mengikat atom hidrogen (H)
2. Keton adalah senyawa organik dengan gugus karbonil yang terikat pada dua
radikal atom karbon
3. Aldehid bereaksi dengan oksidator kuat seperti KMnO4. Aldehid juga bereaksi
dengan reagen tollens, reagen fehling, dan reagen benedict. Kecuali aldehid
aromatik tidak bereaksi dengan reagen benedict
4. Keton hanya dapat bereaksi dengan reagen iodoform.
5. Aldehid yang bereaksi (teroksidasi) gugusnya berubah menjadi gugus karboksilat
yang menandakan reaksi positif

6.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Suminar. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi keempat_Jilid 3.
Jakarta : Erlangga.

Besari, Ismail. 1982. Kimia Organik untuk Universitas. Bandung : Armico.

Fessenden & Fessenden.1992. Kimia Organik Edisi III. Erlangga : Jakarta.

Pudjaatmaka, Handayana. 1982. Kimia Organik Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.

Respati. 1986. Pengantar Kimia organic Jilid 1. Jakarta : Aksara Baru

Anda mungkin juga menyukai