Anda di halaman 1dari 34

Iodometri, Iodimetri, Cerimetri

dan Kompleksometri

MUSYIRNA RAHMAH NST, M.Si


STIFAR RIAU
Iodometri
• Analisa volumetri  Titrasi redoks Titrasi Iodometri 
titirasi tak langsung.
• Sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan KI (kalium
iodida) berlebih dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat
• Na2S2O3 sebagai titer
• Sampel: senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti:
Penetapan kadar CuSO4, penetapan klorin (Cl2) dalam agen
pemutih, dsb
• Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat,
karena dalam metoda ini analat direduksi terlebih dahulu
dengan KI sehingga terjadi I2
• I2 inilah yang dititrasi dengan Na2S2O3
• Reaksi :
Oks Analat + I-  Red Analat + I2
2S2O3 + I2  S4O6 -2 + 2I-

• Banyaknya volume natrium tiosulfat yang digunakan setara


dengan iodium yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya
sampel
• Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator karena I2 yang dititrasi
akan lenyap bila titik akhir tercapai
• Titik akhir  mula-mula warna yg muncul coklat agak tua mjd
lebih muda kemudian kuning muda dan seterusnya hilangnya
warna iodine
• Konsentrasi Iodium 5 10-6 M masih dapat dilihat mata, Namun
Titik akhir lebih tegas terlihat jika ditambahkan indikator
(amilum) ke dalam titran
• Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru
tua
• Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati
titik akhir titrasi (ketika warna titran menjadi kuning muda
karena I2 tinggal sedikit)
– tujuannya agar amilum tidak membungkus I2 dan
menyebabkan sukar lepas .
– Hal ini berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga
titik akhir tidak kelihatan tajam lagi
– Bila I2 masih banyak sekali  dapat menguraikan amilum
dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna
pada titik akhir
Larutan Na2S2O3

• Dibuat dari garam pentahidrat Na2S2O3 . 5 H2O (BM (248,17)


• Dibakukan dengan larutan standart primer K2Cr2O7
• Larutan ini harus sering distandarisasi ulang karena:
– Kestabilan larutan mudah dipengaruhi oleh sinar matahari,
pH rendah dan bakteri
– Pada pH rendah terjadi penguraian:
S2O3= + H+  HS2O3- + S
– Bakteri dapat menyebabkan perubahan S2O3= menjadi
SO3=, SO2= dan S. S sebagai endapan koloidal yang
membuat larutan menjadi keruh  ini pertanda larutan
harus diganti. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri
pembuatan larutan hendaknya dipakai air yang sudah
dididihkan ataupun dipakai pengawet kloroform atau
natrium benzoat.

– Kestabilan larutan ini paling baik pada pH 9 dan 10


Sumber kesalahan titirasi
• Oksigen diudara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi
karena dapat mengoksidasi ion I- (Iodida) mendajadi I2 (Iodin)
O2 + 4 I- + 4 H+  2 I2 + 2H2O
– Ctt: jg membiarkan larutan untuk dititrasi terlalu lama 
titirasi harus dilakukan secara cepat
• Pada pH tinggi  I2 yang terbentuk bereaksi dengan air:
I2 + H2O  HOI + I- + H+
4HOI + S2O3= + H2O  2 SO4 + 4I- + 6 H+
• Pemberian amilum terlalu awal
• Reaksi analat dengan KI berjalan agak lambat sehingga sering
kali harus ditunggu sebelum titrasi, sebaliknya menunggu
terlalu lama tidak baik karena kemungkinan I2 menguap.
Berat Ekivalen

• BE suatu zat dihitung dari banyaknya zat (mol) yang


menghasilkan atau membutuhkan satu mol atom I2
• BE = BM
n atom I2
Prosedur Kerja

• Pembakuan Larutan Na2S2O3


– Pipet 10 ml larutan standar primer K2Cr2O7 0,1 N kedalam erlenmeyer
– Tambahkan 2 ml KI 20% dan 1 ml HCL pekat, tutup erlenmeyer dan
biarkan 10 menit
– Titrasi dengan larutan tiosulfat, sampai warna berubah menjadi
kuning muda, (usahakan titrasi secepat mungkin dan cegah I2 sampai
jangan keluar
– Tambahkan 1 ml larutan kanji
– Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang
– Percobaan diatas dilakukan sebanyak 3x
– Hitung konsentrasi larutan Na2S2O3
Contoh:
• Penetapan kadar CuSO4
– Pipet 10 ml larutan CuSO4 ke dalam erlenmeyer
– Tambahkan larutan KI 20% dan 4 ml asam asetat 2N. Tutup
erlenmeyer dan biarkan 10 menit
– Titrasi dengan larutan tiosulfat sampai warna berubah
menjadi kuning muda
– Tambahkan 1 ml larutan kanji
– Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilag
– Catat volume Na2S2O3 yang terpakai
– Percobaan diatas diulang 3x
– Hitung kadar CuSO4
Iodimetri
Iodimetri
• Dikenal sebagai Iodometri dengan titrasi langsung
• Titer : Larutan I2
• Analat dioksidasi oleh I2 sehingga I2 tereduksi menjadi ion
Iodida (I-). I2 merupkan oksidator yang tidak terlalu kuat,
sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup
kuat dapat dititrasi.
Ared + I2  AOks + I-
• Indikator: amilum (tak berwarna  biru)
• Standarisasi larutan I2 dengan larutan Na2S2O3 atau dengan
larutan As2O3
Penetapan BE

• Berbeda halnya dengan titrasi Iodometri, BE dihitung


berdasar jumlah atom I2 yang terlibat, dalam titrasi Iodimetri
BE dihitung berdasarkan jumlah perubahan Bilangan Oksidasi
(BO) yang dialami oleh sebuah molekul zat
• BE = BM
jlh valensi (BO) molekul ybs
Contoh

• Titrasi ini banyak digunakan untuk menentukan bilangan


Iodium minyak dan lemak dan vitamin C
-C=C- + I2 _  -CI-CI-

+ I2
+ 2H+ + 2 I-
Penetapan [I2]

• Pipet 25,00 mL larutan Na2S2O3 standar


• Masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 mL bertutup
asah
• Tambahkan 5 mL amylum
• Titrasi dengan I2 yang akan ditetapkan konsentrasinya s.d
TA (biru jelas)
• Baca volum pemakaian
• Hitung [I2]
Penentuan kadar Vitamin C

• Timbang 20 tablet vitamin C dan rata-ratakan berat per-


tabletnya
• Gerus hingga halus
• Timbang sejumlah sampel vitamin C
• Masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bertutup asah
• Tambahkan 25 mL aquadest
• Tambahkan 2 mL amylum 1%
• Titrasi dengan larutan iodium standar s.d. TA biru jelas
• Baca volume pemakaian
• Hitung % Vit. C dalam contoh !
Serimetri
Serimetri

• Serimetri merupakan suatu reaksi redoks


• Serimetri adalah analisa kuantitatif suatu reduktor dengan
menggunakan larutan serium (IV) sulfat sebagai pentitrasi
(Oksidator)
• Titirasi ini hanya dilakukan dalam suasana asam, karena
suasana netral akan terbentuk endapan hidroksida atau
garamnya
• Prinsip reaksi penetapan: zat uji (reduktor) dalam asam sulfat
encer dititrasi dengan serium (IV) sulfat. Indikator dapat
dipakai Ferroin dengan perubahan warna dari merah  biru
pucat atau kalau encer dari merah jambu tidak berwarna
Ce+4 + e-  Ce+3
• Indikator
– Larutan serium (IV) sulfat berwarna kuning cerah, sehingga
ia sendiri dapat berfungsi sebagai indikator meskipun
perubahan warnanya tidak sejelas KMnO4 sehingga lebih
disukai penggunaan indikator redoks larutan feroin sulfat.
Larutan feroin sulfat adalah senyawa komplek dari besi (II)
sulfat dengan o-fenanthrolin
– Pembuatan feroin sulfat
700 mg besi (II) sulfat dalam 70 ml air dengan 1,5 g o-
fenanthrolin dalam air hingga 100ml
• Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara serimetri
dalam FI ed IV adalah:
– Besi (II) fumarat,
– besi(II) glukonat,
– besi (II) sulfat,
– Hidrokuionon,
– Vitamin K (menadion),
– Vitamin E (tokoferol) bebas.
Berat ekivalen

Ce+4 + e-  Ce+3
• BE zat uji = BM/n  n = 1
mgrek zat uji = mgrek Ce(SO4)2
• Pembakuan Ce(SO4)2
– Pipet 10 ml asam oksalat 0,1 N, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
– Tambahkan 10 ml H2SO4, Panaskan pada suhu 70-80oC
– Titrasi dengan Ce(SO4)2 sampai warna kuning muda, catat
volume yang Ce(SO4)2 terpakai
– Ulangi 3x dan hitung normalitas larutan Ce(SO4)2
Contoh

• Penentuan kadar FeSO4.7H2O


– Pipet 10 ml Larutan FeSO4 masukkan ke dalam erlenmeyer
– Tambahkan 7ml asam sulfat 10%
– Tambahkan 2 tetes indikator larutan ferroin sulfat
– Titrasi dengan Ce(SO4)2 yang sudah dibakukan, catat
volume yang terpakai pada titik akhir
– Ulangi3x dan hitung kadar FeSO4.7H2O
KOMPLEKSOMETRI
 Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan
zat pembentuk kompleks
 Kompleksometri  Digunakan untuk menentukan
kandungan garam-garam logam
 Titran : Garam logam
 Titer: EDTA (etilen diamin tetra asetat)
 EDTA akan membentuk kompleks stabil dengan semua logam
kecuali: logam alkali Ex: Na dan Mg pada pH rendah sehingga
titrasi dilakukan pd larutan buffer amonia pH 10
 Mn+ + Na2EDTA  (MEDTA)n-4+2H+
• Logam dengan EDTA (disingkat H2Y-2)
selalu membentuk kompleks 1:1
yaitu 1 mol logam selalu bereaksi
dengan 1 mol EDTA
• Contoh:
– Ca+2 + H2Y-2  CaY-2 + 2H+
– Zn+2 + H2Y-2  ZnY-2 + 2H+
– Al+2 + H2Y-2  AlY-2 + 2H+

EDTA
 asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat
(asam etilenadiaminatetraasetat)
• Reaksi secara umum:

Mn+ + H2Y-2  MYn-4 + 2H+

• Pada reaksi tersebut : hasil reaksi menghasilkan 2 molekul H+,


ini berarti setiap titrasi kompleksometri pH larutannya tidak
stabil atau bertambah asam. Untuk mencegah hal tersebut
maka pada setiap titrasi kompleksometri selalu ditambahkan
larutan buffer sehingga pHnya akan stabil
 Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam 
indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks
dengan ion logam
 Indikator yg sering digunakan
 Hitam eriokrom (Eriochrom Black T)  TA: merah
menjadi biru
 jingga xilenol  TA : merah menjadi kuning,
 biru hidroksi naftol  TA: merah  biru jernih
• Indikator lain: Mordant Black II, Solochrome Black, mureksid,
jingga pirokatekol, asam kalkon karbonat, kalmagit.

• Indikator ditambahkan sebelum titrasi dilakukan, zat indikator


akan membentuk kompleks dengan sejumlah kecil sampel
logam, Pada saat titik akhir, (kelebihan sedikit EDTA) akan
memecah kompleks tersebut dan menghasilkan warna yang
berbeda.
• Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kadar :
– Bismut subkarbonat, Bismutsubnitrat
– Kalsium karbonat, Kalsium klorida, Kalsium pantotenat,
kalsium sulfat
– Magnesium karbonat,Magnesium sulfat, magnesium
stearat
– Zink klorida dan zink sulfat
– dsb
• Pembakuan Na2EDTA
– Pipet 10 ml larutan ZnSO4, masukkan kedalam erlenmeyer
– Tambahkan indikator EBT dan 3 ml buffer salmiak
– Titrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi perubahan
warna dari merah menjadi biru
– Catat volume Na2EDTA yang terpakai
– Ulangi 3x dan hitung molaritas Na2EDTA
Contoh

• Penetapan kadar MgSO4


– Pipet 10 ml larutan MgSO4, masukkan kedalam erlenmeyer
– Tambahkan indikator EBT dan 3 ml buffer salmiak
– Titrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi perubahan
warna dari merah menjadi biru
– Catat volume Na2EDTA yang terpakai
– Ulangi 3x dan hitung kadar MgSO4

Anda mungkin juga menyukai