Anda di halaman 1dari 36

Dikrometri

dan
Cerrimetri
DIKHKROME
CERIMETRI
TRI

Kalium Cerium
dikromat sulfat
K2Cr2O7 Ce(SO4)2

OKSIDAT
OR
INDIKATOR SERTA
PENGGUNAANNYA
INDIKATOR
REDOKS
1. Diphenilamin
sulfonic acid (E 1. Perubahan E
ind=0,88 V) sepanjang titrasi
2. Methyl Ferroin 2. E indikator dari
(E ind=1,02V) indikatornya
3. Nitroferroin
(E ind=1,25 V)
Memilih Indikator yang tepat

Larutan E (VOLT) Larutan E (VOLT)


K2Cr2O7 K2Cr2O7
5 0,734 24,8 0,894
10 0,760 25 1,25
15 0,780 25,2 1,323
20 0,806 25,4 1,327
24 0,852 25,6 1,329
24,2 0,858 25,8 1,330
24,4 0,865 26 1,331
24,6 0,875 30 1,338
Jika pada titrasi menggunakan indikator
Diphenilamin sulfonic acid E ind =0,88 Volt
o Pada saat volume larutan baku yang digunakan
24,6 mL dan E sistem titrasi = 0,875 kurang dari
E ind 0,88 volt, indikator masih dalam bentuk
tereduksi.
o Pada saat larutan baku mencapai 24,8 mL, maka
E sistem titrasi = 0,894 V lebih besar dari E ind
0,88 volt, jadi indikator berubah bentuk menjadi
bentuk teroksidasinya warna indikator, sehingga
titik akhirnya tercapai.
o Pada saat itu TE sebenarnya belum tercapai maka
kesalahan titrasinya adalah 0,2/25 x 100% = 0,8
Jika pada titrasi menggunakan indikator
Methyl Ferroin E ind = 1,02 Volt

o Pada saat volume larutan baku yang


digunakan 24,8 mL dan E sistem titrasi =
0,894 volt kurang dari E ind 1,02 volt,
indikator masih dalam bentuk tereduksi.
o Pada saat larutan baku mencapai 25 mL,
maka E sistem titrasi = 1,25 V lebih besar
dari E ind 1,02 volt, jadi indikator berubah
warna, sehingga titik akhirnya tercapai.
o Pada penggunaan indikator ini TE sama
dengan TA sehingga kesalahannya 0 %
Jika pada titrasi menggunakan indikator Nitro
Ferroin E ind = 1,25 Volt

o Pada saat volume larutan baku yang


digunakan 25 mL maka E sistem titrasi =
1,25 volt pada saat ini indikator belum
berubah masih dalam bentuk tereduksi.
o Pada sat larutan baku mencapai 25,2 mL,
maka E sistem titrasi = 1,323 V dan
indikator berubah warna maka TA tercapai
tetapi TE lebih sedikit maka kesalahan
titrasinya adalah 0,2/25 x 100% = 0,8 %
Sifat Larutan Baku
K2Cr2O7

1.Stabil
2.Tidak Higroskopis
3.Murni
4.Bila dibuat dengan benar
tidak perlu diragukan
kenormalannya
Larutan Baku
K2Cr2O7
1.Timbang dengan teliti 4,9
gram K2Cr2O7 pa larutkan
dalam air pada labu ukur
1000 mL
2.Kocok sampai homogen
pindahkan ke dalam botol
pereaksi
3.Tentukan Normalitasnya
Sifat Larutan Baku
Ce(SO4)2

1.Lambat larut dalam air dingin sehingga


 

pelarutannya butuh pemanasan


2.Dalam bentuk garam akan terhidrolisis
sehingga perlu penambahan asam 0,5 N
3.Bukan larutana baku primer sehingga
dilakukan pembakuan,
4.Senyawa baku primer yang biasa digunakan
As2O3 atau K4Fe(CN)6
PENENTUAN
SECARA
DIKHROMETRI
PENETAPAN
1. Timbang dengan teliti sebanyak 1,96 gram cuplikan
KADAR
garam besi (II)
Fe (II)
2. Larutkan dalam 25 mL larutan H2SO4 1M pada
labu ukur 50mL. Kocok sampai semua cuplikan
larut kemudian tanda bataskan dengan aqua DM.
3. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu Erlenmeyer
4. Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 2M dan 1 mL
H3PO4 85%, tambahkan 1 – 3 tetes indikator
Barium Diphenilamin sulfonat.
5. Titrasi dengan larutan K2Cr2O7 standar (Ungu).
6. Lakukan langkah ke 3-5 sampai didapat volume
larutan baku K2Cr2O7 dari dua titrasi yang
berurutan tidak berselisih lebih dari 0,02 mL
Penentuan Kadar Besi Total secara
1. Timbang 2,4 gram cuplikan garam besi dengan teliti
Dikhrometri
kemudian larutkan dalam 20 mL H SO 2M dalam labu
2 4
ukur 100 mL, tanda bataskan.
2. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam erlenmeyer, tambahkan 1
mL HCl pekat, kocok, panaskan larutan sampai suhu 800C
lalu tambahkan tetes demi tetes larutan SnCl2 sambil
diaduk hingga warna kuning hilang dan berubah menjadi
hijau muda, dinginkan larutan, kemudian tambahkan 1 mL
HgCl2 1% sekaligus, kocok. Biarkan beberapa lama,
endapan yang terbentuk harus berwarna putih.
3. Tambahkan 1 mL asam fospat 85 %, 3 tetes larutan
indikator Barium Diphenilamin Sulfonat (hijau) lalu titrasi
dengan larutan baku K2Cr2O7 sampai berwarna ungu.
4. Lakukan langkah kedua dan ketiga sampai didapat volume
dari dua titrasi berturutan tidak berselisih lebih dari 0,02
Reaksi dan perhitungan yang terjadi pada Dikhrometri

Proses pelarutan :
Fe2+ + H2SO4  FeSO4 + 2H+
2Fe3+ + 3H2SO4  Fe2(SO4)3
+6H+
Penambahan HCl :
Fe2+ + 2HCl  FeCl2
+ 2H+
Fe3+ + 3HCl  FeCl3
+ 3H+
Penambahan SnCl2 :
Red Fe 3+ + e  Fe2+ x2
Oks Sn2+  Sn4+ + 2e
2Fe3+ + Sn2+  2Fe2+ + Sn4+

Penambahan HgCl2 :
Red Hg2+ + e  Hg+ x2
Oks Sn2+  Sn4+ + 2e
2Hg2+ + Sn2+  2Hg+ +
Sn4+
PERHITUNGAN

Pada saat TE
ekivalen Fe = ekivalen K2Cr2O7
= Vt x N
mg Fe = ekivalen Fe x Ar Fe
mg total Fe = Fe
% Fe =
Penentuan Kadar Besi total secara
• Besi dalam Dikhrometri
bijih besi didapat sebagai
besi (III)
• Bila didapat Besi (II) sebagian akan
teroksidasi oleh O2 menjadi besi (III)
• Pada Oksidimetri hanya besi (II) yang
terukur sedangkan besi (III) tidak
• Pada penentuan kadar besi total harus
dimulai dengan pereduksian Besi (III)
sebelum titrasi dimulai
• Zat pereduksi yang biasa digunakan
adalah SnCl disusul dengan HgCl atau
Reaksi
Reaksi yang terjadi :

Reduksi : Fe3+ + e  Fe2+


Oksidasi : 2Cr3+ + 7H2O → Cr2O72- + 14 H+ + 6e
====================================
========
Redoks : 2Cr3+ +6 Fe3+ + 7H2O  Cr2O72- + 6
Fe2+ + 14 H+
Penentuan Kadar Cr Secara 3+

Dikhrometri
1. Timbang dengan teliti sebanyak 0,5 g cuplikan Cr 3+

2. Larutkan dengan 10 mL aqua DM pada labu Erlenmeyer


kemudian tambahkan 2 mL larutan AgNO3 0,1 M dan 10
mL larutan amonium persulfat 10% .
3. Tutup labu Erlenmeyer dengan corong pendek kecil dan
didihkan larutan selama 10 menit. Biarkan hingga
temperatur kamar lalu pindahkan larutan secara kuantitatif
ke dalam labu ukur 50 mL.
4. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu Erlenmeyer.
5. Tambahkan 10 mL larutan baku Fe2+ 0,1N (dengan
menggunakan volumetric pipet), 5 mL H2SO4 2M dan tiga
tetes larutan feroin
6. Titrasi oleh larutan baku K2Cr2O7
7. Lakukan langkah ke 4-6 sampai didapat volume dari dua
Pembahasan
Kadar Cr dalam senyawa Cr dapat ditentukan
dengan cara dikhrometri meskipun Cr3+ sendiri
tidak dapat dioksidasi oleh larutan K 2Cr2O7. Maka
titrasi dapat ditempuh dengan jalan :
Cr dioksidasi menjadi Cr2O72- dengan ammonium
persulfat atau PbO2 berlebih.
Reaksinya :
2Cr3+ + S2O82- + 7H2O → Cr2O72- + HSO4-
+8H+
Pembahasan
Kelebihan S2O82- dapat dihilangkan
dengan cara pemanasan.

S2O82- + 2H2O → O2 + 4HSO4- Reaksi


2 Lambat

AgNO3 dan dipanaskan


Pembahasan
Ion Cr2O72- yang terbentuk direaksikan dengan
larutan baku Fe2+ berlebih dan kelebihannya
(Fe2+) yang dititrasi oleh K2Cr2O7.

Ferroin atau barium


Indikator diphenilamin
sulfonat.
Pembahasan
Pada penentuan ini, rangkaian pekerjaan
titrasinya akan berlaku :
Ekivalen Cr2O72-(1) + Cr2O72-(II) = ekivalen
Fe
Cr22+O72- (1) = ekivalen Cr2O72- yang berasal dari
oksidasi Cr3+ cuplikan dan Cr2O72- (2) = ekivalen
Cr2O72- dari larutan baku.
Sehingga untuk setiap titrasi berlaku ekivalen
Cr2O72-(1)+ Cr2O72- (2) = ekivalen Fe2+
Ekivalen Cr2O72-(1) = ekivalen Fe2+ - Ekivalen
Cr2O72- (2)
Reaksi
Reaksi yang terjadi :
Oksidasi : ( Fe 2+  Fe3+ + e ) x 6
Reduksi : (Cr2O7 2-+ 14 H+ + 6e  2Cr3+ +
7H2O ) x1
====================================
========
Redoks : Cr2O72-+ 14 H+ + 6Fe2+  2Cr3+ +
6Fe3++ 7H2O
Perhitungan
Ekivalen Cr2O72- (1) =
 

Untuk Cr2O72- dengan reaksi reduksi


Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O
1 ekivalen K2Cr2O7 = 1/6 mol K2Cr2O7
Sehingga pada satu kali titrasi jumlah mol Cr 2O72-
yang ada adalah:
Perhitungan
Jumlah Cr2O72- (I) ialah jumlah yang ada pada
Vpipet larutan cuplikan, maka untuk menghitung
kadar Cr dalam cuplikan ialah

  V Labu
3+¿ = ×2 ¿ ¿ ¿
V
Kadar Cr pipet
PENENTUAN
SECARA
CERRIMETRI
Penentuan Kadar Nitrit secara
Cerimetri
oRumus molekulnya NaNO 2
oBahan berwarna putih sampai kekuningan
oBerbentuk tepung butiran atau bentuk stik
oBerasa hambar atau rasa garam
oLarutannya bersifat alkali pada lakmus
oLarut dalam air dan agak larut dalam
alkohol
oPenggunaan nitrit dan nitrat dalam
makanan (terutama produk daging)
dibatasi karena ada efek meracuni dari zat
Penentuan Kadar Nitrit secara Cerimetri

oNitrit akan bereaksi dengan amino


sekunder atau tersier membentuk senyawa
N-nitrosamin yang bersifat mutagen dan
karsinogen.
oResidu yang tertinggal dalam produk akan
menimbulkan kematian bila melebihi 15-20
mg/kg bobot badan yang mengkonsumsi
Penentuan Kadar Nitrit secara
Cerimetri

oIon nitrit bersifat sebagai reduktor sehingga


dapat dititrasi oleh larutan cerium sulfat.
oDalam suasana asam ion nitrit akan
mengurai menjadi 2NO2- + 2H+  H2O
+ NO + NO2
Larutan Baku
Ce(SO4)2
1. Timbang dengan teliti sebanyak 0,4
gram Ce(SO4)2
2. Masukkan ke dalam gelas kimia 600
mL, tambahkan kira-kira 100 mL air
disusul dengan 0,3 mL H2SO4 pekat
sedikit demi sedikit sambil terus
diaduk sampai larut, bila perlu
panaskan dengan hati-hati sambil
Penentuan Kenormalan
Terhadap As O
2
Ce(SO4)2
3
1. Timbang dengan teliti 0,15 gram As2O3 pa lalu
masukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan 25
mL larutan NaOH 2M, kocok sampai padatan larut
jika perlu dipanaskan, tetapi dinginkan kembali
setelah larut
2. Tambahkan 75 mL air, 40 mL larutan H2SO4 2M, 2
tetes larutan Ferroin dan 3 tetes larutan osmium
tetraoksida 0,01 N kemudian titrasi dengan larutan
baku Ce(SO4)2
3. Hitung kenormalan larutan baku Ce(SO4)2
4. Lakukan langkah kesatu sampai ketiga hingga hasil
Penentuan Kenormalan Ce(SO4)2
Terhadap K4Fe(CN)6
1. Timbang dengan teliti 0,4 gram K4Fe(CN)6 pa
kemudian larutkan dan tanda bataskan dengan air
yang bebas CO2 dalam labu ukur 100mL
2. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam erlenmeyer,
tambahkan 10 mL H2SO4 2M dan 3 tetes larutan
indikator Ferroin kemudian titrasi dengan larutan
baku Ce(SO4)2 (merah)
3. Lakukan langkah kedua sampai didapat volume
larutan penitrasi pada dua titrasi berturutan tidak
berselisih lebih dari 0,02 mL
4. Hitung kenormalan larutan baku tersebut
Penentuan Kadar Nitrit secara
Cerimetri
1. Timbang dengan teliti 0,04 gram cuplikan garam
nitrit, larutkan dengan air di dalam labu ukur 100
mL tanda bataskan.
2. Masukkan 10 mL larutan baku Ce(SO4)2 melalui
volumetric pipet ke dalam labu erlenmeyer,
asamkan dengan 5 mL H2SO4, masukkan 5 mL
larutan cuplikan melalui volumetric pipet ke dalam
larutan baku Ce(SO4)2 ini dengan ujung pipet selalu
berada dibawah permukaan cairan selama
pengaliran, biarkan sekitar 5 menit kemudian
teteskan 3 tetes larutan indikator ferroin dan titrasi
terhadap larutan baku Fe2+
3. Lakukan langkah kedua sampai didapat titrasi yang
Teknik Titrasi Kembali
Larutan cerisulfat yang
diasamkan dimasukkan
dalam erlenmeyer kemudian
cuplikan dimasukkan ke
Prinsi dalam larutan cerisulfat
p melalui ujung pipet yang
selama pengaliran, larutan
ujung pipet tercelup dalam
larutan baku cerisulfat dan
kelebihan cerisulfat dititrasi
oleh larutan baku Fe2 +
Reaksi yang terjadi
Reduksi : (Ce4+ + e  Ce3+ ) x 2
Oksidasi : (NO2- + H2O  NO3- + 2H+ + 2e ) x1
Redoks : 2Ce4+ + NO2- + H2O  2Ce3+ + NO3- +
2H+
Untuk NO2- berlaku :
1 ekivalen NO2- = ½ mol NO2-
Jumlah ekivalen Ce4+ = Jumlah (Fe2+ + NO2-)
Larutan Ce4+ dan larutan Fe2+ merupakan larutan
baku yang konsentrasinya diketahui dengan pasti
maka kadar NO2- dapat dihitung

Anda mungkin juga menyukai