Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA DASAR II


( TITRASI REDOKS )

OLEH

NAMA : RISKI AMALIA JAUHARI

NIM : 60500119045

KELOMPOK :A

ASISTEN : Sjamsiah, S.Si.,M.Si., Ph.D

DOSEN PENANGGUNG JAWAB : Dra.St. Chadijah, M.Si

Sappewali, S.Pd.,M.Si

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKONOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019/2020
A. JUDUL PERCOBAAN
Titrasi Redoks (Reaksi Oksidasi)
B. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan titrasi redoks secara oksidimetri dan
iodometri, serta untuk menentukan konsentrasi Iodida (I2) dan larutan KMnO4
C. PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip percobaan titrasi redoks adalah mereaksikan sejumlah zat tertentu yang akan di
analisis, yang mempunyai bilangan oksidasi dan potensial reduksi tertentu dengan standar
bilangan oksidasi dan juga memiliki harga potensial reduksi tertentu yang memungkinkan
untuk bereaksi. Titrasi redoks memiliki prinsip kerja yaitu melibatkan reaksi oksidasi
reduksi yang berkaitan dengan perpindahan elektron. Titrasi redoks adalah titrasi suatu
larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi
oksidasi-reuksi antara analit dengan titran.
Reaksi titrasi redoks dapat digambarkan sebgai berikut:
Red1 + e ↔ Oks1 (Reduksi)
Oks2 ↔ Red2 + e (Oksidasi)
Red1 + Oks2 ↔ Oks1 + Red2 (Redoks)
Reaksi ini menggambarkan perpindahan elektron yang menjadi dasar titrasi redoks.
D. TEORI DASAR
Semula istilah “oksidasi” diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan
oksigen dan istilah “reduksi” digunakan untuk menggambarkan reaksi dimana oksigen
diambil dari suatu senyawa. Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian
bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari percobaan masing-masing dapat
ditentukan pereaksi dan hasil reaksi serta koefisiennya masing-masing.
Titrasi berdasarkan reaksi redoks yaitu perpindahan elektron, disini terdapat unsur-unsur
yang mengalami perubahan tingkat oksidasi.Contoh-contohnya:
5(COOH)2 + 2KMnO4 + 3H2SO4 → 10CO2 + 8H2O + K2SO4 + 2MnSO4
Ce4+ + Fe2+ → Ce3+ + Fe3+
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S2O3
Titrasi berdasarkan reaksi oksidasi-reduksi dibedakan menjadi:
1. Oksidimetri
Pada titrasi oksidimetrsi, proses yang terjadi merupakan reaksi oksidasi reduksi. Pada
proses oksidimetri zat oksidator sebagai larutan baku dan zat yang ditentukan kadarnya
bersifat sebagai reduktor. Dalam analisis oksidasi-reduksi konsentrasi larutan biasanya
dinyatakan dalam normalitas. Normalitas larutan menyatakan jumlah eqivalen zat
terlarut dalam 1 liter larutan. Berat eqivalen pada reaksi redoks adalah zat (gram) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi ½ gram atom oksigen atau
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑖𝑜𝑛
Berat eqivalen =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠

a. Permanganometri
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dan telah digunakan secara luas,
mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator. Permanganat dapat mengalami
reaksi yang bermacam-macam karena Mn dapat berada dalam keadaan dengan
bilangan oksidasi +2, +3, +-4, +6 dan +7.
Reaksi dalam suasana asam:
MnO4- + 8 H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O

Dan dalam suasana alkalis, reaksi yang terjadi:

MnO4- + 4 OH+ + 3e → MnO2 + 2H2O

Reaksi yang paling banyak dijumpai di laboratorium adalah reaksi yang berlangsung
dalam suasana yang sangat asam.

a. Larutan Standar KMnO4 0,1 N


Reaksi (dalam suasana asam)
MnO4- + 8 H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
1 mol MnO4- memerlukan 5e
BE KMnO4 – 1/5 BM
2. Iodometri
Pada titrasi iodometri digunakan ion iodida sebagai reduktor. Terdapat banyak oksidator
yang dapat bereaksi sempurna dengan ion iodida, misalnya ion besi (III) dan ion Cu (II),
berlebih ditambahkan terhadap oksidator yang ditentukan, kemudian iodium yang
dilepaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat. Istilah iodometri lebih
disukai dari iodimetri
Reaksinya:
I2 + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Pereaksi:
Larutan standar Natrium Tiosulfat 0,1 N Larutan standar Natrium Tiosulfat 0,1 N dibuat
dengan melarutkan kira-kira 25 gram natrium tiosulfat dalam aquades yang telah
dididihkan dan sudah dingin dalam labu takar 1 L. Tambahkan 0,2 gram Na2CO3.
Encerkan sampai tanda garis.
Beberapa titrasi redoks menggunakan titrant sebagai indikator, contohnya
penentuan asam oksalat dengan permanganate, atau penentuan alcohol dengan kalium
dikromat. Indikator titrasi redoks tentunya tergantung dari jenisnya masing-masing dan
pastinya berbeda-beda. Ada yang menggunakan amilum sebagai indikator, khusus nya
titrasi redoks yang melibatkan iodine. Atau ada juga yang tidak menggunakan indikator
seperti permanganometri. Biasanya dua jenis indikator digunakan untuk menentukan
titik akhir titrasi. Indikator tersebut adalah indikator eksternal maupun indikator internal.
Indikator dari jenis ini harus menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar titik
ekuivalen reaksi redoks.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Oksidimetri
a. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
✓ 2 buah gelas beaker,
✓ biuret,
✓ corong kaca,
✓ gelas ukur,
✓ pipet volume,
✓ Erlenmeyer,
✓ Labu ukur 100 ml,
✓ Pipet tetes,
✓ Botol semprot,
✓ Bunsen,
✓ kaki tiga,
✓ kawat kasa,
✓ statif dan klem.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
✓ Larutan asam oksalat (C2H2O4),
✓ akuades (H2O)
✓ Kalium permanganate (KMnO4).

2. Iodometri
a. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
✓ Buret
✓ Bulp
✓ Erlenmeyer
✓ pipet volume
✓ statif dan klem.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
✓ Larutan Iodida (I2)
✓ larutan kanji (amilum)
✓ larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
F. PROSEDUR KERJA
1. Oksidimetri
a. Dilakukan pembilasan terhadap buret menggunakan larutan KMnO4.
b. Diencerkan asam oksalat yang ada dalam labu ukur menggunakan akuades hingga
tanda batas.
c. Dimasukkan asam oksalat ke dalam gelas beaker untuk kemudian diambil sebanyak
10 mL, menggunakan pipet tetes ke dalam erlenmeyer.
d. Diencerkan kembali asam oksalat dengan akuades 10 mL yang telah di pipet ke
dalam erlenmyer.
e. Di ambil asam sulfat sebanyak 2 mL menggunakan pipet tetes dan memasukkannya
ke dalam labu ukur
f. Dimasukkan asam sulfat 2 mL ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan asam oksalat
yang telah diencerkan.
g. Dipanaskan campuran asam sulfat dan asam oksalat menggunakan bunsen hingga
menguap disuhu sekitar 80oC.
h. Dilakukan titrasi menggunakan KMnO4 hingga terjadi perubahan warna.
i. Dicatat volume rata-rata KMnO4 yang digunakan dan lakukan perhitungan
konsentrasi larutan KMnO4.
2. Iodimetri
a. Di bilas buret menggunakan larutan Iodida (I2).
b. Di pasang buret ke statif dan klem.
c. Dimasukkan larutan iodide (I2) sebanyak 50 mL ke dalam buret hingga skala 0.
d. Dipasang bulp pada pipet volume 10 mL, lalu dibilas pipet volume menggunakan
larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3),
e. Diambil larutan Natrium Tiosulfat sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume
sampai tanda batas ke dalam erlenmeyer.
f. Ditambahkan indikator amilum sebanyak 2 tetes dengan menggunakan pipet tetes.
g. Di titrasi larutan Iodida (I2) dengan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) yang telah
ditambahkan indikator amilum dengan cara meneteskan sedikit demi sedikit larutan
iodida (I2) hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu.
h. Di catat volume larutan iodida (I2) dan di hitung konsentrasi larutan Iodida (I2).
G. PEMBAHASAN
1. Reaksi
a. Reaksi Oksidimetri
2KMnO4 + 3H2SO4 + 5H2C2O4 → 2MnSO4 + K2SO4 + 8H2O + 10 CO2

b. Reaksi Iodometri
I2 + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + Na2S2O3 → NaI + Na2S4O6
Reduktor + I2 → 2I-
Na2S2O3 + I2 → NaI +Na2S4O6
2. Analisis data
a. Menentukan konsentrasi larutan KMnO4
Dik : N1 (asam oksalat) = 0,1 N
V1 (volume asam oksalat yang di pipet) = 10 mL
V2 (KMnO4) = 11 mL
Dit : N2 (KMnO4) …..?
Penyelesaian :
N1 × V1= N2× V2
𝑁1 ×𝑉1
N2 = 𝑉2
0,1 𝑁 ×10 𝑚𝐿
= 11 𝑚𝐿

N2 = 0,090 N
Jadi, konsentrasi KMnO4 yang diperoleh yakni 0,90 N
b. Menentukan konsentrasi larutan Iodida (I2)
Dik : V1 (I2) = 11,20 mL
N2 (Na2S2O3) = 0,1 N
V2 = 10 mL
Dit: N1 ….?
Penyelesaian :
N1 × V1= N2× V2
𝑁2 × 𝑉2
N1 = 𝑉1
0,1 𝑁×10 𝑚𝐿
N1 = 11,20 𝑚𝐿

N1 = 0,089 N
Jadi, konsentrasi larutan Iodida (I2) adalah 0,089 N
3. Pembahasan
Pada percobaan titrasi redoks, digunakan prinsip percobaan yaitu mereaksikan
sejumlah zat tertentu yang akan di analisis, yang mempunyai bilangan oksidasi dan
potensial reduksi tertentu dengan standar bilangan oksidasi dan juga memiliki harga
potensial reduksi tertentu yang memungkinkan untuk bereaksi. Titrasi redoks memiliki
prinsip kerja yaitu melibatkan reaksi oksidasi reduksi yang berkaitan dengan perpindahan
elektron. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu
reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reuksi antara analit dengan
titran.
Pada percobaan pertama uji oksidimetri, larutan kalium permanganat (KMnO4)
distandarisasi terhadap H2C2O4 (asam oksalat) dalam suasana asam (dengan
penambahan H2SO4 pekat) karena reaksi hanya dapat berlangsung dalam suasana asam
dan sangat cepat dalam suasana netral. Fungsi dari penambahan H2SO4 sebelum dan
sesudah reaksi atau sebelum titrasi dilakukan agar menambtah jumlah ion H+ sehingga
menambah keasaman larutan dan memudahkan untuk mengetahui titrasi sudah mendapati
titik ekuivalen (perubahan warna). Reaksi yang terjadi:
2KMnO4 + 3H2SO4 + 5H2C2O4 → 2MnSO4 + K2SO4 + 8H2O + 10 CO2

Pada reaksi yang terjadi, dapat dilihat bahwa unsur Mn dalam senyawa KMnO4
mengalami penurunan biloks (mengalami reduksi) sebanyak 5 dari KMnO4 (+7) ke Mn
(+2). Sedangkan yang mengalami oksidasi adalah unsur C (karbon) pada H2C2O4 (+3) ke
CO2 (+4) dengan kenaikan biloks sebanyak 1.
Percobaan mengenai titrasi redoks (Permanganometri) ini membahas mengenai
tentang pembakuan larutan kalium permanganometri dengan natrium oksalat, yang berada
dalam bentuk indikator berbeda warna dari bentuk oksidasi pada penetrasian
KMnO4 terhadap larutan oksalat dalam suasana asam dengan suhu 70-80 oC, pemanasan
seperti ini dalam suatu reaksi bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi, sebab suhu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi reaksi sehingga diperoleh perubahan
warna dalam suatu larutan tersebut. Dalam penitrasian apabila terjadi perubahan warna
menjadi merah muda(pink), maka percobaan ini dianggap berhasil. Nilai volume titrasi
yang dihasilkan dari percobaan di diatas adalah 11 mL. Besarnya volume yang dihasilkan
dikarenakan dalam reaksinya menghasilkan CO2 dan H2O yang diperhatikan koefisiennya
bernilai besar. Normalitas KMnO4 yang dihasilkan adalah 0,090 N
Pada percobaan kedua yaitu percobaan Iodometri (I2) yang bertujuan untuk
menentukan konsentrasi larutan iodida (I2) dengan cara menitrasi dengan larutan Natrium
Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N yang telah ditambahkan larutan amilum (larutan kanji)
sebanyak 2 tetes, hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarnaa menjadi ungu.
Penambahan larutan amilum ini berfungsi sebagai indikator. Nilai volume titrasi yang
dihasilkan dari percobaan Iodometri adalah 11,20 mL. Sehingga diperoleh normalitas
Iodida (I2) sebesar 0,089 N.
Reaksi yang terjadi yaitu:
I2 + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Pada reaksi yang terjadi, iodida (I2) mengalami reduksi (penurunan biloks) dari I2 (0) ke
2NaI (-2)
H. KESIMPULAN
Dari percobaan tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada titrasi oksidimetrsi, proses yang terjadi merupakan reaksi oksidasi reduksi. Pada
proses oksidimetri zat oksidator sebagai larutan baku dan zat yang ditentukan kadarnya
bersifat sebagai reduktor. Sedangkan pada titrasi iodometri digunakan ion iodida
sebagai reduktor.
2. Pada titrasi oksidimetri larutan kalium permanganat (KMnO4) distandarisasi terhadap
larutan H2C2O4 (asam oksalat)dalam suasana asam (dengan penambahan H2SO4 pekat)
hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Nilai volume titrasi
yang dihasilkan dari percobaan di diatas adalah 11 mL. Normalitas KMnO4 yang
dihasilkan adalah 0,090 N. Hasil reaksi menunjukkan unsur Mn dalam senyawa KMnO4
mengalami penurunan biloks (mengalami reduksi) sebanyak 5 dari KMnO4 (+7) ke Mn
(+2). Sedangkan yang mengalami oksidasi adalah unsur C (karbon) pada H2C2O4 (+3)
ke CO2 (+4) dengan kenaikan biloks sebanyak 1.
3. Pada percobaan kedua yaitu percobaan Iodometri, dengan menitrasi larutan larutan
iodide (I2) dengan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N dengan yang telah
ditambahkan larutan amilum (larutan kanji) sebanyak 2 tetes, hingga terjadi perubahan
warna dari tak berwarnaa menjadi ungu. Nilai volume titrasi yang dihasilkan dari
percobaan Iodometri adalah 11,20 mL. Sehingga diperoleh normalitas Iodida (I2)
sebesar 0,089 N. pada hasil reaksi iodide, larutan iodida (I2) mengalami reduksi
(penurunan biloks) dari I2 (0) ke 2NaI (-2).
I. SARAN
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya menambah indikator lain
seperti ferroin atau metilen blue sehingga kita bisa mengetahui berbagai macam titik
ekuivalen yang dibentuk dari berbagai macam indikator.
J. TANGGAPAN
Menurut saya, praktikum pada semester ini bisa dikatakan belum maksimal. Karena tidak
adanya kontak langsung pada saat melakukan percobaan, dan hanya mengandalkan pada
video serta penuntun percobaan yang diberikan. Sehingga data percobaan juga tidak
begitu jelas. Namun, saya sangat menghargai dan berterima kasih atas keputusan dari
para dosen maupun laboran karena tetap membimbing kami pada praktikum ini meskipun
dengan berbagai keterbatasan yang ada. Sehingga kami para mahasiswa tetap bisa
merasakan suasana praktikum meski berada di tempat yang berbeda. Terima kasih atas
bimbingan serta arahan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai