Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya,

diantaranya:

permanganometri,

dikromatometri,

cerimetri,

iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya


titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi
dengan semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan
melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan
rekasi oksidasi dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya
oksidator maka sampelnya adalah oksidator.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi
reduksi-oksidasi (redoks), di mana pada titrasi ini menggunakan kalium
permanganat yang merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara
yang berbeda-beda, tergantung dari pH dari larutannya. Kekuatan sebagai
oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang
berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman
valensi dari mangan.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi
menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO 4-, contoh disiapkan dengan
cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO 4-. Mn2+ mempunyai
warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan
yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya
penambahan satu tetes lagi MnO4-.
MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk mempelajari
metode permanganometri lebih lanjut maka ditulis makalah mengenai
permanganometri ini yang meliputi definisi, prinsip, metode serta percoban
dari titrasi permanganometri.
1

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud titrasi permanganometri ?
2. Bagaimana prinsip dari titrasi permanganometri ?
3. Bagaimana percobaan titrasi permanganometri ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan titrasi permanganometri ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Definisi titrasi permanganometri
2. Prinsip titrasi permanganometri
3. Percobaan titrasi permanganometri
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan titrasi permanganometri

II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Titrasi Permanganometri
Permanganometri adalah proses titrasi dimana garam kalium permanganat
(KMnO4) digunakan sebagai zat standar karena kalium permanganat
(KMnO4) merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang
berbeda-beda tergantung dari pH larutannya, selain itu KmnO 4 tidak murni,
banyak mengandung oksida (MnO dan Mn2O3), maka zat tersebut bukan
merupakan standar primer. Standarisasi dapat dilakukan dengan beberapa

reduktor, seperti : As2O3, Fe, Na2C2O4, H2C2O4.2H2O, KHC2O4, K4{Fe(CN)6},


Fe(NH4)2(SO4)2.
2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri
Prinsip dari metode Permanganometri adalah berdasarkan reaksi reduksi
oksidasi (serah terima elektron). Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi
perubahan bilangan oksidasi atau perpindahan elektron-elektron dari zat zat
yang bereaksi. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat
bereaksi dengan cara yang berbeda-beda tergantung dari pH larutannya.
Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang
terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam itu disebabkan oleh
keragaman valensi dari mangan, yaitu dari 1 sampai 7 yang semuanya stabil
kecuali valensi 1 dan 5. Reduksi MnO- berlangsung sebagai berikut :
a. Dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih
MnO4- +8H+ + 5e
Mn2+ +4H2O
b. Dalam larutan netral ph 4-10
MnO4- + 4 H+ + 3e
MnO2
+ 2H2O
c. Dalam larutan basa OH- 1 N atau lebih
MnO4- + e
MnO4
Dalam reaksi ini, ion MnO4 bertindak sebagai oksidator. Ion MnO 4 akan
berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa
digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.
Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator
kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas
sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat
memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan
dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan
pereaksi.
Satu tetes 0,1 N permanat memberikan warna merah muda yang jelas pada
volumen dari larutan yang biasa dipergunakan dalam titrasi. Warna ini
dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat
menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi-

kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Kelebihan sedikit dari permanganat
yang hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya
pengendapan sejulah MnO2. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk
menentukan kadar oksalat. Permanganometri juga bisa digunakan untuk
menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi
permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat
asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan
yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak-balik,
sedangkan potensial elktroda sangat bergantung pada pH. Pereaksi kalium
permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu
dibakukan terlebih dahulu.
Titrasi dilakukan dalam lingkungan asam, sebab untuk menjaga supaya
konsentrasi hidrogen ion (H) tetap selama titrasi berlangsung karena dalam
lingkungan netral atau basa sebagian dari KMnO4 diubah menjadi MnO4
sehingga larutan berwarna coklat yang akan menyukarkan pengamatan pada
titik akhir titrasi. Sebagai asam umumnya digunakana H 2SO4 encer tidak
dapat digunakan HCl, HBr, HI, atau HNO3, sebab:
1.
HCl, HBr, HI akan dioksidsi sendiri oleh KMnO4.
2.
HNO3 sendiri bersifat sebagai oksidator .
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan
netral. Kelebihan sedikit dari permanganate yang hadir pada titik akhir dari
titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.
Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak
diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi-titrasi permanganate.
a. Titik Akhir pada titrasi Permanganometri
Warna larutan KMnO4 sangat kelam dan dipakai untuk menunjukkan titik
akhir. Hanya 0,01 -0,02 ml KMnO 4 0,02 M sudah cukup untuk memberikan
warna yang tampak dalam 100 ml air (2-4*10-6 M ). Selama titrasi
berlangsung KMnO4 lenyap bereaksi, tetapi setelah titrat habis, maka
kelebihan setetes KMnO4 menimbulkan warna yang dengan mudah dapat
dipakai sebagai penunuuk berakhirnya titrasi.

Warna pada titik akhir ini tidak tetap bertahan. Setelah beberapa lama lenyap
kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO4- tadi dengan ion Mn2+hasil
titrasi :
2H2O + 2MnO4- +3Mn2+
5MnO2
+ 4H+
Dengan konstanta kesetimbangan besar (1047). Namun, karena reaksinya
sangat lambat, warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan
keraguan apakah benar sudah tercapai titik akhir titrasi.
b. Kestabilan, Pembuatan, dan Penyimpanan larutan KMnO4
Kalium permanganat mampumengosidasi air sebagai berikut :
4 MnO4- + 2H2O
4 MnO2
+ 3O2
+ 4OHKonstanta kesetimbangan reaksi ini juga besar, tetapi lajunya kecil. Tampak
bahwa asam akan menggeser reaksi ke kanan, selain itu MnO2 merupakan
otokatalisator. Juga basa, cahaya, panas, dan ion Mn 2+ akan mempercepat
reaksi tersebut. Tak heran bila buret bekas KMnO 4 sering tampak kecoklatcoklatan akibat MnO4 yang terbentuk. Janganlah menambahkan sejumlah
besar KMnO4 lalu memasukkannya, misalnya untuk titrasi kembali.
Kristal KMnO4 untuk pembuatan larutan sering sudah terkontaminasi dengan
MnO2, di samping itu MnO2 juga mudah terbentuk di dalam larutan karena
adanya berbagai bahan organik. Maka, pada pembuatan larutannya, sesudah
kristal larut, sebaiknya larutan dipanaskan untuk mempercepat oksidasi zatzat organik, setelah dingin larutan disaring utnuk memisahkan MnO 2. Tentu
penyaringan ini tidak boleh menggunakan kertas saring karena mudah
teroksidasi. Selanjutnya larutan disimpan dalam botol berwarna gelap dan
tanpa penambahan basa. Standarisasi ulang perlu dilakukan.
c. Standardisasi.
KMnO4 dapat distandardisasi dengan :
As2O3 merupakan bahan baku primer yang sangat baik, karena sangan
murni, stabil, tidak higroskopis, dan mudah diperoleh. Setelah dilarutkan
dalam NaOH, diasamkan dengan HCl lalu dititrasi :

5 HAsO2 + 2 MnO4- + 6H+ +2H2O


2 Mn2+ +5 H3AsO4
Natrium Oksalat, juga merupakan bahan baku primer yang baik, sangat
murni, stabil selama pengeringan, dan tidak higroskopis. Natrium Oksalat
dititrasi dalam larutan asam :
5 H2C2O4 + 2 MnO4- + 6 H+

2 Mn2+ + 10 CO2

+ 8H2O

Reaksi sebenarnya kompleks sekali dan berjalan lambat walaupun pada


suhu tinggi, tetapi setelah mulai selanjutnya berlangsung lebih cepat
berkat katalisa oleh Mn2+ yang terbentuk (otokatalisa). Diperkirakan
otokatalisa itu terjadi karena Mn2+ dengan cepat dioksidasi oleh MnO4menjadi Mn bervalensi 3 atau 4, inilah yang dengan cepat sekali
mengoksidasi oksalat sambil kembali menjadi Mn2+. Ada petunjuk,
bahwa sebagian kecil oksalat teroksidasi oleh udara menjadi peroksida
yang kemudian dapat terurai sendiri dalam larutan yang panas :
H2C2O4 + O2
H2O2 + 2 CO2
H2O2
H2O + O2
Hal ini ternyata akan mengurangi jumlah KMnO4 yang dihabiskan untuk
titrasi. Umumnya titrasi oksalat oleh KMnO4 berlangsung pada larutan yang
sudah dipanaskan sampai sekitar 60O, dengan penambahan KMnO4 tidak
terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat. Pemberian yang terlalu cepat
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ (kesalahan
positif), sedang bila terlampau lambat, mungkin terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air (kesalahan
negatif). Dalam praktik, ini berarti tetes berikut diberikan secepat tetes
sebelumnya telah lenyap warnanya.
Fe, yang dapat diperoleh sebagai kawat dengan kemurnian yang sangat
tinggi. Kawat dilarutkan dalam HCl dan dapat dititrasi dingin. Terjadi
kesulitan di sini karena reaksi MnO4- dengan Cl- berjalan cepat. Memiliki
potensial redoksnya, MnO4- memang sanggup mengoksidasi Cl-. Tetapi
reaksinya berjalan lambat. Adanya ion Fe mempercepat laju reaksi oksidasi
Cl- tersebut sehingga terjadi pemakaian titran berlebih. Kesulitan ini dapat
diatasi dengan menambahkan pereaksi Zimmerman-Reinhardt (300 gram
MnSO4. 4 H2O, 400 ml H2SO4 pekat, 400 ml H3PO4 85% lalu diencerkan
menjadi3liter)

2.3 Penemuan Data

Alat Dan Bahan


Untuk membuat larutan standart kalium permanganat (KMnO4)
0,1 N
Alat

Ukuran
500 mL

Jumlah
1 buah

Neraca analitik

1 buah

Corong

1 buah

Batang pengaduk

1 buah

Gelas kimia

250 mL

1 buah

Botol kosong

1 buah

Labu takar

Bahan

Ukuran

Jumlah

Kristal KMnO4

1,612 gram

Aquades

500 mL

Untuk membuat larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O)


Alat
Labu takar

Ukuran
500 mL

Jumlah
1 buah

Gelas ukur

25 mL

1 buah

Neraca analitik

1 buah

Corong

1 buah

Batang pengaduk

1 buah

Gelas kimia

250 mL

1 buah

Botol kosong

1 buah

Ukuran

Jumlah

Kristal H2C2O4 . 2H2O

3,1 gram

Aquades

500 mL

Bahan

Untuk membuat larutan garam nitrit (NaNO2)

Labu takar

Alat

Ukuran
500 mL

Jumlah
1 buah

Gelas ukur

25 mL

1 buah

Neraca analitik

1 buah

Corong

1 buah

Batang pengaduk

1 buah

Gelas kimia

250 mL

1 buah

Botol kosong

1 buah

Bahan

Ukuran

Jumlah

Kristal NaNO2

2,20 gram

Aquades

500 mL

Untuk membuat standarisasi larutan kalium permanganat


(KMnO4) dengan larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O)
Alat
Labu Erlenmeyer

Ukuran
-

Jumlah
3 buah

Corong

1 buah

Buret

Lengkap

Pipet volume/pipet gondok

10 mL

1 buah

Gelas ukur

25 mL

1 buah

Termometer

1 buah

Gelas kimia

500 mL

1 buah

1 buah

Penangas

Bahan
Larutan H2SO4

Ukuran

Jumlah

1N

5 mL

Aquades

secukupnya

Untuk menetapkan kemurnian nitrit dalam garam nitrit (NaNO2)


Alat
Neraca analitik

Ukuran
-

Jumlah
1buah

Gelas kimia

250 mL

1 buah

Labu Erlenmeyer

3 buah

Corong

1 buah

Buret

Lengkap

Pipet volume/pipet gondok

10 mL

1 buah

Gelas ukur

25 mL

1 buah

Ukuran

Jumlah

2,5 gram

0,1 N

secukupnya

50 mL

0,1 N

15 mL

Indikator Universal

secukupnya

Indikator amilum

1 2 mL

Bahan
Kristal CuSO4
Larutan NH4OH
Larutan standart Na2S2O4
Larutan KI

Aquades

secukupnya

Prosedur Percobaan
Untuk membuat larutan standart kalium permanganat (KMnO4)
0,1N

1. Menimbang kristal KMnO4 sebanyak 1,612 gram dengan menggunakan


neraca analitik dan gelas kimia.
2. Melarutkan kristal KMnO4 di dalam gelas kimia tersebut dengan
menggunakan aquades secukupnya.
3. Memasukkan larutan KMnO4 ke dalam labu takar 500 mL dan
menambahkan aquades ke dalamnya sampai pada tanda batas.
4. Mengocok larutan KMnO4 tersebut agar dapat bercampur dengan
aquades dan menghasilkan warna larutan yang berwarna violet.
5. Memindahkan larutan tersebut ke dalam suatu botol kosong dan bersih.

Untuk membuat larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O)


1. Menimbang kristal asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) sebanyak 3,1 gram
dengan menggunakan neraca analitik dan gelas kimia.
2. Melarutkan kristal asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) di dalam gelas kimia
tersebut dengan menggunakan aquades secukupnya.
3. Memasukkan larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) ke dalam labu takar
500 mL dan menambahkan aquades ke dalamnya sampai pada tanda
batas.
4. Mengocok larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) tersebut agar dapat
bercampur dengan aquades dan menghasilkan warna larutan yang
berwarna violet.
5. Memindahkan larutan tersebut ke dalam suatu botol kosong dan bersih.

Untuk membuat larutan garam nitrit (NaNO2)


1. Menimbang kristal garam nitrit (NaNO2) sebanyak 2,20 gram dengan
menggunakan neraca analitik dan gelas kimia.
2. Melarutkan kristal garam nitrit (NaNO2) di dalam gelas kimia tersebut
dengan menggunakan aquades secukupnya.
3. Memasukkan larutan garam nitrit (NaNO2) ke dalam labu takar 500 mL
dan menambahkan aquades ke dalamnya sampai pada tanda batas.

10

4. Mengocok larutan garam nitrit (NaNO2) tersebut agar dapat bercampur


dengan aquades dan menghasilkan warna larutan yang berwarna violet.
5. Memindahkan larutan tersebut ke dalam suatu botol kosong dan bersih.
Untuk membuat standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan
H2C2O4 . 2H2O
1. Mengisi buret dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) sampai
penuh (50 mL).
2. Mengukur 10 mL larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) dari kegiatan
percobaan di atas dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.
3. Menambahkan larutan H2SO4 1 N sebanyak 5 mL ke dalam labu
erlenmeyer, kemudian memanaskannya sampai pada suhu 70C.
4. Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut
dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) melalui
buret sampai terjadi perubahan warna larutan dari yang tidak berwarna
(bening) sampai menjadi berwarna cokelat (warna permanen).
5. Melakukan kegiatan percobaan ini sebanyak 3 kali pengulangan dan
mencatat hasil pengamatannya pada lembar pengamatan.

Untuk menetapkan kemurnian nitrit dalam garam nitrit (NaNO 2)


1. Mengukur 10 mL larutan garam nitrit (NaNO2) dari kegiatan percobaan
di atas dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.
2. Menambahkan larutan H2SO4 1 N sebanyak 5 mL ke dalam labu
erlenmeyer, kemudian memanaskannya sampai pada suhu 70C.
3. Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut
dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) melalui
buret sampai terjadi perubahan warna larutan dari yang tidak berwarna
(bening) sampai menjadi berwarna violet muda (warna permanen).
4. Melakukan kegiatan percobaan ini sebanyak 3 kali pengulangan dan
mencatat hasil pengamatannya pada lembar pengamatan.

11

Data Percobaan
A. Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan larutan
asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O)
Tb
g

Hasil pengamatan (Penambahan


Perlakuan
10 mL H2C2O4 . 2H2O +

5 mL H2SO4 dan
dipanaskan (t=70C )
10 mL H2C2O4 . 2H2O +

II

5 mL H2SO4 dan
dipanaskan (t=70C )
10 mL H2C2O4 . 2H2O +

III

5 mL H2SO4 dan
dipanaskan (t=70C )

B.
Tb
g

Berwarna

coklat, saat

bening

V KMnO4 =
10,15 mL
Berwarna

Berwarna

coklat, saat

bening

V KMnO4 =
10,58 mL
Berwarna

Berwarna

coklat, saat

bening

V KMnO4 =
10,12 mL

Hasil pengamatan (Penambahan


Perlakuan

5 mL H2SO4 dan
dipanaskan (t=70C )
10 mL larutan nitrit +

II

Setelah
Berwarna

Menetapkan kemurnian nitrit dalam garam nitrit (NaNO2)

10 mL larutan nitrit +
I

KMnO4 )
Sebelum

5 mL H2SO4 dan
dipanaskan (t=70C )

KMnO4 )
Sebelum

Setelah
Berwarna violet

Berwarna

muda,

bening

V KMnO4 = 7,77

Berwarna
bening

mL
Berwarna violet
muda, V KMnO4
= 5,44 mL
12

Berwarna violet

10 mL larutan nitrit +
5 mL H2SO4 dan

III

Berwarna

muda,

bening

V KMnO4 = 3,30

dipanaskan (t=70C )

mL

Analisis Data
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh bahwa:
1. Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan larutan asam
oksalat (H2C2O4 . 2H2O)
Mula-mula H2C2O4 . 2H2O ditambahkan dengan 5 mL larutan asam sulfat
(H2SO4) dan dipanaskan sampai suhu 70C adalah tidak berwarna (bening).
Setelah dititrasi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) akan
menghasilkan

larutan

yang

berwarna

cokelat

pada

penambahan

volume larutan kalium permanganat (KMnO4) yang berbeda-beda untuk 3


kali pengulangan. Reaksi keseluruhan yang terjadi dalam titrasi ini adalah :
C2O4 2-

2CO2

Dimana,
1 mol C2O4

2 ekivalen C2O4

1 ekivalen C2O4

mol C2O4

Diketahui :

Mr H2C2O4 . 2H2O

BE H2C2O4 . 2H2O

126
. 126 = 63 g/ek

Massa H2C2O4 . 2H2O = 3,10 gram = 310 mg

Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari larutan kalium permanganat
(KMnO4). Persamaan yang digunakan adalah :
mek analit

= mek titran

13

mek H2C2O4 . 2H2O = mek KMnO4

massa H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
10 mL
x
V . N KMnO4
BE H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
500 mL

Oleh sebab itu, berikut ini adalah perhitungan normalitas larutan


kalium permanganat (KMnO4) dari standarisasi dengan larutan asam oksalat
(H2C2O4 . 2H2O).
a. Volume titrasi 10,15 mL
mek analit

mek H2C2O4 . 2H2O =

mek titran
mek KMnO4

massa H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
10 mL
x
V . N KMnO4
BE H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
500 mL
310 mg
x 0,02
63 g/ek
0,0984 mek
N KMnO4

10,15 mL x N KMnO4
10,15 mL x N KMnO4
0,0984 mek
10,51 mL
0,01 N

b. Volume titrasi 10,58 mL


mek analit

mek H2C2O4 . 2H2O =

mek titran
mek KMnO4

14

massa H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
10 mL
x
V . N KMnO4
BE H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
500 mL
310 mg
x 0,02
63 g/ek
0,0984 mek
N KMnO4

10,58 mL x N KMnO4
10,58 mL x N KMnO4
0,0984 mek
10,58 mL
0,01 N

c. Volume titrasi 10,12 mL


mek analit

mek H2C2O4 . 2H2O =

mek titran
mek KMnO4

massa H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
10 mL
x
V . N KMnO4
BE H 2 C 2 O 4 .2H 2 O
500 mL
310 mg
x 0,02
63 g/ek
0,0984 mek
N KMnO4

10,12 mL x N KMnO4
10,12 mL x N KMnO4
0,0984 mek
10,12 mL
0,01 N

Dari perhitungan normalitas larutan kalium permanganat (KMnO4)


dapat dicari rerata normalitas larutan kalium permanganat (KMnO4) dan
standar deviasinya, yaitu :
Rerata Normalitas larutan kalium permanganat (KMnO4)
N

N1 N 2 N 3
0,01 0,01 0,01
0,03

0,01 N
3
3
3

Standar Deviasi

15

(N i - N) 2
n -1

(0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2


3 -1
0 0 0

2
0

0
2

Sehingga normalitas larutan kalium permanganat (KMnO 4) hasil


perhitungan adalah
N = N S = 0,01 N 0 = 0,01 N

2. Menetapkan kemurnian nitrit dalam garam nitrit (NaNO2)


Mula-mula garam nitrit (NaNO2) yang ditambahkan dengan 5 mL
larutan asam sulfat (H2SO4) dan dipanaskan sampai suhu 70C adalah
tidak berwarna (bening). Setelah dititrasi dengan larutan kalium
permanganat (KMnO4) akan menghasilkan larutan yang berwarna violet
muda pada penambahan volume larutan kalium permanganat (KMnO4)
yang berbeda-beda untuk 3 kali pengulangan.
Reaksi keseluruhan yang terjadi dalam titrasi ini adalah :
NO2 -

NO3 -

Dimana,
1 mol NaNO2
Diketahui : Mr NO2

1 ekivalen NaNO2
= 46

BE NO2

= Mr = 46 g/ek

Massa NO2

= 2,20 gram = 220 mg

16

Normalitas KMnO4

= 0,01 N

Jadi, yang perlu dicari adalah kemurniaan dari NO2. Persamaan yang
digunakan adalah :
mek analit

mek NO2

= mek KMnO4

massa NO 2
10 mL
x
BE NO 2
500 mL

mek titran

V . N KMnO4

massa NO 2
x 0,02 V . N KMnO4
BE NO 2
massa NO 2

V . N KMnO4 . BE NO 2
0,02

Oleh sebab itu, berikut ini adalah perhitungan kemurniaan dari nitrit
(NO2) dalam garam nitrit (NaNO2) untuk tiap volume titrasi adalah
a. Volume titrasi 7,77 mL
mek analit

mek NO2

= mek KMnO4

massa NO 2
10 mL
x
BE NO 2
500 mL

mek titran

V . N KMnO4

massa NO 2
x 0,02 V . N KMnO4
BE NO 2
V . N KMnO4 . BE NO 2
0,02
7,77 mL x 0,01 ek/L x 46 g/ek

0,02
3,5742 mg

178,71 mg
0,02
0,18 gram

massa NO 2

17

kemurnian (k) NO 2 dalam NaNO2

berat NO 2
x 100%
berat NaNO2

0,18 gram
x 100%
2,20 gram
8,18 %

b. Volume titrasi 5,44 mL


mek analit
mek NO2
massa NO 2
10 mL
x
BE NO 2
500 mL

mek titran

= mek KMnO4

V . N KMnO4

massa NO 2
x 0,02 V . N KMnO4
BE NO 2
V . N KMnO4 . BE NO 2
0,02
5,44 mL x 0,01 ek/L x 46 g/ek

0,02
2,5024 mg

125,12 mg
0,02
0,13 gram

massa NO 2

kemurnian (k) NO 2 dalam NaNO2

berat NO 2
x 100%
berat NaNO2

0,13 gram
x 100%
2,20 gram
5,91 %

c. Volume titrasi 3,30 mL


mek analit

mek titran

mek NO2

= mek KMnO4

18

massa NO 2
10 mL
x
BE NO 2
500 mL

V . N KMnO4

massa NO 2
x 0,02 V . N KMnO4
BE NO 2
V . N KMnO4 . BE NO 2
0,02
3,30 mL x 0,01 ek/L x 46 g/ek

0,02
1,518 mg

75,90 mg
0,02
0,08 gram

massa NO 2

kemurnian (k) NO 2 dalam NaNO2

berat NO 2
x 100%
berat NaNO2

0,08 gram
x 100%
2,20 gram
3,64 %

Dari perhitungan dapat dicari rerata kemurnian Nitrit (NO 2) dalam


garam nitrit (NaNO2), yaitu :
Rerata kemurnian NO2
k

k1 k 2 k 3
8,18 % 5,91 % 3,64 %
17,73 %

5,91 %
3
3
3

Standar Deviasi

19

(k i - k ) 2
n -1

(0,0818 - 0,0591) 2 (0,0591 - 0,0591) 2 (0,0364 - 0,0591) 2

3 -1

5,15 . 10 -4 0 5,15 .10 -4

2
0,02

1,03 . 10 -3

5,15 . 10 -3

Sehingga kemurnian nitrit (NO2) dalam garam nitrit (NaNO2) hasil


perhitungan adalah
k = k S = 5,91% 2%
k = 5,91% + 2% = 7,91%
k = 5,91% - 2% = 3,91%

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


A. Kelebihan titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena
reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4
sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah
diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai
autoindikator.
B.

Kekurangan Titrasi Permanganometri


Larutan kalium permanganat jika terkena cahaya atau dititrasi cukup
lama maka mudah terurai menjadi MnO2 , sehingga pada titik akhir

20

titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat. Oleh karena itu


penggunaan buret yang berwarna gelap itu lebih baik.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H 2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4 dengan Mn2+. Dengan reaksi :
MnO4 + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Oleh karena itu pula, penambahan pentiter pada proses titrasi harus sedikit
demi sedikit, agar kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi dapat
dihindari.

III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip dari metode Permanganometri adalah berdasarkan reaksi reduksi
oksidasi (serah terima elektron). Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi
perubahan bilangan oksidasi atau perpindahan elektron-elektron dari zat
zat yang bereaksi
2. KMnO4 merupakan larutan standar primer sehingga perlu distandarisasi
telebih dahulu dengan larutan standar sekunder. Adapun larutan standar
sekunder yang digunakan yaitu As2O3, H2C2O4, dan Fe
3. Titrasi permanganometri ini dilakukan dalam lingkungan asam, sebab
untuk menjaga supaya konsentrasi hidrogen ion (H) tetap selama titrasi
berlangsung karena dalam lingkungan netral atau basa sebagian dari
KMnO4 diubah menjadi MnO4 sehingga larutan berwarna coklat yang akan
menyukarkan pengamatan pada titik akhir titrasi
4. Kelebihan dari titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan
efektif karena reaksi ini tidak memerlukan indikator. Sedangkan
kekurangannya larutan kalium permanganat ini jika terkena cahaya atau
21

dititrasi cukup lama maka mudah terurai menjadi MnO 2 , sehingga pada
titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat.

DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga
Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia
Pujianto,

Agus

Toni.

2011.

Permanganometri.

Diunduh

di

https://agustonipujianto.files.wordpress.com/2011/04/permanganometri.doc
pada 28 Mei 2015

22

Anda mungkin juga menyukai