Setelah titrasi :
Normalitas Na.Thiosulfate : N Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O =
Keterangan :
o BE : Berat Ekivalen
o BP : Baku Primer
o W : Penimbangan BP
o N
1
: Normalitas larutan baku primer
o V
1
: Volume larutan baku primer yang dipipet
o Vt : Volume titrasi larutan baku sekunder (Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O)
o N
2
: Normalitas Baku Sekunder (Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O)
o V : Volume baku primer yang dibuat
6
KIO
3
=
%
KIO
3
=
(ppm)
VI. DATA PERCOBAAN
a. Data penimbangan :
1. Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O = 0,0100 N
2. KIO
3
= 0,0100 N
3. Berat garam setelah penimbangan :
Berat Garam = 25,0431 gram
Berat Garam = 25,1024 gram
Berat Garam = 24,9931 gram
Data Standarisasi Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O
No. Volume KIO
3
yang ditetes Pembacaan Buret Volume Titran
(Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O)
1. 10,0 mL 0,00 mL - 10,90 mL 10,90 mL
2. 10,0 mL 10,90 mL - 22,40 mL 11,50 mL
3. 10,0 mL 22,40 mL 33,50 mL 11,10 mL
b. Data Penetapan Kadar I
2
dalam Garam Beriodium
No. Berat Sample
yang ditimbang Pembacaan Buret Volume Titran
(Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O)
1. 25,0431 gram 2,10 mL 4,30 mL 2,20 mL
2. 25,1024 gram 4,30 mL 6,30 mL 2,00 mL
3. 24,9931 gram 6,30 mL 8,10 mL 1,80 mL
VII. PERHITUNGAN
Sebelum titrasi :
Diketahui :
Normalitas
KIO
3
= 0,0500 N
Volume Aquades = 250,0 mL
7
BM KIO
3
= 214,0 gram/ mol BE = BM/6 = 35,6 gram/mol
Penyelesaian :
Volume KIO
3
= 0,0100 N x 250 mL
0,0500 N
= 50 mL sample yang dipipet
a. Standarisasi
Normalitas (N) Baku Sekunder Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O setelah titrasi dengan KIO
3
1. Diketahui:
KIO
3
= 0,0100 N
Volume rata-rata Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O =
= 11,16 mL
2. Diketahui:
Normalitas Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O =
= 0,0089 N
bulatkan menjadi 0,0090 N
Penetapan Kadar
b. Penghitungan Iodium
Kadar KIO
3
dalam Garam Beriodum
1. Diketahui:
Normalitas KIO
3
= 0,0090 N
Berat Garam BerIodium = 25,0431 gram
Volume titrasi = 2,20 mL
Kadar KIO
3
dalam Garam = 100% x 2,20 mL x 0,0090 N x 35,65
gr/mol 25043,1 mg
= 0,0028 %
= 2,20 mL x 0,0090 N x 35,65 gr/mol
25.0431 x
kg
= 28,18 mg/kg
2. Diketahui:
Normalitas KIO
3
= 0,0090 N
Berat Garam BerIodium = 25,1024 gram
8
Volume titrasi = 2,00 mL
Kadar KIO
3
dalam Garam = 100% x 2,00 mL x 0,0090 N x 35,65
gr/mol 25102,4 mg
= 0,0026 %
= 2,00 mL x 0,0090 N x 35,65 gr/mol
25.1024 x
kg
= 25.56 mg/kg
3. Diketahui:
Normalitas KIO
3
= 0,0090 N
Berat Garam BerIodium = 24,9931 gram
Volume titrasi = 1,80 mL
Kadar KIO
3
dalam Garam = 100% x 1,80 mL x 0,0090 N x 35,65
gr/mol 24993,1 mg
= 0,0023 %
= 1,80 mL x 0,0090 N x 35,65 gr/mol
24.9931 x
kg
= 23.10 mg/kg
Rata-rata kadar Iodium yang diperiksa = 28.18 ppm + 25.56 ppm + 23.00
ppm 3
= 25.62 ppm
= 0,0028 % + 0,0026 % + 0,0023 %
3
= 0,0025 %
Catatan : SNI No. 01-3556 tahun 1994 kadar iodium standar dalam garam adalah 30-80 ppm.
VIII. HASIL PERCOBAAN dan KESIMPULAN
C. Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil :
1. Normalitas Na
2
S
2
O
3.
5H
2
O setelah dilakukan standarisasi yakni 0,0090 N
9
2. Kadar I
2
dalam garam beriodium yang diperiksa sebesar 25,62 ppm atau
0,0025 %
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Kadar KIO
3
dalam garam beriodium yang
diperiksa sebesar 25.62 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar tersebut
kurang dari standar yang ditetapkan oleh Pemerintah (SNI) yakni dengan
rentang 30-80 ppm. Sehingga kadar Iodium yang diperiksa 25.62 ppm < 30
ppm.
IX. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung kadar Iodium dalam garam beriodium
yang diperiksa. Penentuan Iodum dilakukan dengan titrimetri metode iodometri. Seperti
yang diketahui kadar Iodum dalam garam beriodium bertujuan untuk mencegah
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan hormon tiroksin yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid. Dimana kadar iodium tersebut merangsang untuk dikeluarkan hormon
tersebut.
Karena pentingnya kadar iodium dalam tubuh untuk itu perlu asupan dari luar
yang berupa garam beriodium yang pada umumnya dapat kita konsumsi sehari-hari.
Seperti yang kita ketahui Iodium sangat mudah untuk menguap sehingga menyebabkan
kadarnya dalam garam beriodium dapat berkurang dari dimulai diproduksinya merek
dagang tersebut.
Garam yang beredar di masyarakat masih banyak yang tidak maupun kurang
memenuhi syarat kandungan iodium. Hal ini diduga akibat banyaknya produsen garam
yang menggunakan iodium kurang dari jumlah yang disyaratkan (30-80 ppm iodium
sebagai KIO3), atau kandungan iodium hilang maupun berkurang selama masa
penyimpanan atau transportasi. Oleh karena itu kandungan iodium yang terdapat di
dalam garam dapur penting untuk dianalisis kadarnya untuk mengetahui apakah
kandungannya telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di dalam SNI
maupun WHO.
Prinsipnya Iodium akan membebaskan iodine I
2
dari larutan kaliumiodida KI jika
pH < 8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4) karena menggunakan pH 3-4 maka digunakanlah
asam sulfat pekat karena sesuai dengan pH tersebut. Sebagai indicator digunakan kanji
atau amilum yang merubah warna sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi
biru. Untuk menentukan jumlah Iodium, iodine yang telah dibebaskan oleh Iodium
10
tersebut dititrasikan dengan larutan standar Natriumtiosulfat. Titik akhir titrasi
dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan.
Sampel yang digunakan yaitu berbagai jenis garam yang biasa digunakan sehari-
hari. Sampel garam ditimbang sekitar 5-25 gram kemudian dilarutkan dalam 50 ml air
bebas ion untuk memastikan tidak ada zat pengganggu yang terkandung dalam pelarut
yang dapat mempengaruhi hasil, setelah itu ditambahkan 3 ml orthofosfat untuk
memberi suasana asam. Suasana asam ini berfungsi untuk mereduksi KIO
3
dari KI
berlebih dan menghasilkan I
2
yang akan membentuk kompleks berwarna biru dengan
amilum. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga larutan menjadi
tidak berwarna. Volume tiosulfat yang digunakan kemudian dicatat untuk mengetahui
kadar iodium yang terkandung dalam garam tersebut.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh Normalitas Natrium
Thiosulfat sebesar 0,0089 N dan dibulatkan menjadi 0,0090 N. Normalitas kemudian
digunakan untuk menghitung kadar Iodium dalam sample. Setelah dilakukan
perhitungan kadar Iodium dam sample dan dirata-ratakan yakni sebesar 25.47 ppm.
Dari hasil ini dapat diambil kesimpulan kadar Iodium dalam sample tersebut jauh dari
kadar yang telah ditetapkan menurut SNI No. 01-3556 tahun 1994 kadar iodium standar
dalam garam adalah 30-80 ppm. Sehingga kadar iodium yang diperiksa 25.62 ppm < 30
ppm.
Hasil yang begitu jauh ini dapat disebabkan oleh hal antara lain kestabilan iodat
dalam garam dapur yang dipengaruhi oleh kadar air, tingkat kemurnian garam, jenis
pengemas, proses pengolahan, (iodisasi), kelembaman, suhu, kehadiran zat-zat
pereduksi, pH dan lama penyimpanan. Selain itu keberadaan zat-zat pengotor yang
bersifat higrokopis seperti magnesium klorida, kalsium klorida, magnesium sulfat, dan
kalsium sulfat, mempunyai kemampuan menyerap air yang sangat besar, sehingga
dapat memberikan konstribusi terhadap kestabilan iodat dalam garam beriodium.
Disamping hal tersebut faktor teknis dan personal dapat pula mempengaruhi hasil titrasi
tersebut. Garam beriodium yang mengandung iodat kecil tetapi kadar iodida hasil
penguraian iodat yang tinggi masih dapat digunakan sebagai sumber iodium asalkan
memenuhii syarat SNI yakni 30-80 ppm.
X. CATATAN dan DOKUMENTASI
A. Catatan :
11
1. Penimbangan : gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang.
Akan lebih baik gunakan timbangan dengan neraca analitik. Jangan
menimbang zat melebihi kapasitas maksimal timbangan yang digunakan.
Untuk zat higroskopis, sebaiknya melebihi perhitungan zat sebenarnya apabila
dibandingkan dengan kurang dari masa perhitungannya. Apabila
menggunakan neraca sartorius, ketika penimbangan dilakukan tutup kaca
timbangan agar masa udara yang masuk kedalam timbangan tidak bercampur
dengan zat yang akan dihitung. Setelah penimbangan selesai dilakukan
apabila masih terdapat zat sisa bilas wadah tersebut dengan aquades yang
akan digunakan.
2. Pengukuran : pengukuran larutan bisa menggunakan gelas ukur, pipet volum,
dan labu ukur, sesuai dengan kapasitasnya. Namun apabila terdapat suatu
pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran
harus dilakukan dengan saksama, berarti pengukuran volume harus dengan
memakai alat yang sesuai dengan standar. Misalnya dengan menggunakan
pipet volum atau labu ukur.
3. Penggunaan buret :
o Sebelum melakukan titrasi periksa terlebih dahulu buret yang akan
digunakan apakah ada kebocoran atau bagian yang pecah.
o Apabila keran buret susah diputar atur sedemikian rupa atau dengan
pemberian vaselin pada kranagar pengaturan penetesan mudah
dilakukan.
o Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, lalu bilas buret dengan
zat kimia yang akan dimasukkan ke dalamnya.
o Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut
dengan menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh
bagian buret terisi dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.
o Cara titrasi
12
o Kertas putih untuk alas digunakan untuk mempermudah melihat titik
akhir titrasi.
o Pembacaan volume titrasi. Mata harus sejajar dengan miniskus,
miniskus bawah digunakan untuk larutan dalam buret yang tidak
berwarna, sedangkan miniskus atas digunakan untuk larutan berwarna.
4. Penulisan angka :
o untuk penulisan angka normalitas dengan batas 4 angka dibelakang
koma. Misalnya, NaOH 0,1 N ditulis menjadi NaOH 0,1000 N.
o Untuk penulisan angka di buret dengan batas 2 angka dibelakang koma.
Misalnya, volume NaOH yang terukur yakni 10,5 mL maka ditulis
menjadi 10, 50 mL.
5. Dalam mengisi larutan ke dalam labu erlenmeyer dengan pipet misal pipet
volum, labu erlenmeyer harus dimiringkan dan pipet posisinya vertikal dan
tegak lurus dengan dinding labu erlenmeyer.
6. Penambahan aquades ke dalam beaker glass, batang pengduk yang
digunakan tadi dibilas dengan aquades tersebut. Batang pengaduk tersebut
jangan sampai terkena larutan lagi ketika dibilas.
E. Dokumentasi
Di lembar berikutnya
13
14
B. Dokumentasi
Standarisasi
titrasi ke-1
sebelum penambahan
indikator
Penambahan indikator
sebelum titrasi ke 2
Setelah titrasi
Penetapan kadar
larutan KIO
3
10,0 mL,
0,0100 N + 5 mL
H
2
SO
4
6 N + 5 mL KI
10 % + beberapa mL
Na
2
S
2
O
3
+1 mL
amylum
Biru Gelap
larutan KIO
3
10,0 mL,
0,0100 N + 5 mL H
2
SO
4
6 N + 5 mL KI 10 % +
beberapa mL Na
2
S
2
O
3
Kuning jerami
larutan KIO
3
10,0 mL,
0,0100 N + 5 mL
H
2
SO
4
6 N + 5 mL KI
10 % + beberapa mL
Na
2
S
2
O
3
+ 1 mL
amylum
Tidak berwarna
larutan KIO
3
10,0 mL,
0,0100 N + 5 mL H
2
SO
4
6 N + 5 mL KI 10 %.
Warna Coklat
Sebelum titrasi
15
Sebelum titrasi
Sebelum penambahan indikator
Sebelum titrasi
Setelah penambahan indikator
Setelah titrasi
Mataram, 10 Maret 2014
Praktikan Dosen Pembimbing Praktikum
Chici Wulandari Haerul Anam, SKM
25 gram Sample + 3
mL Asam phosphate +
1 gr KI (kuning)
kuning jerami
25 gram Sample + 3
mL Asam phosphate +
1 gr KI (kuning) + 1
mL amylum
biru tua (donker)
25 gram Sample + 3
mL Asam phosphate +
1 gr KI (kuning) + 1
mL amylum beberapa
mL Na
2
S
2
O
3
biru tua (donker)