Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN II
ANALISA KUALITATIF ASAM SIANIDA PADA SINGKONG DENGAN
MENGGUNAKAN ASAM PIKRAT

Putri Amanda
1112096000059
Kelompok 2 B

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

PERCOBAAN II
ANALISA KUALITATIF ASAM SIANIDA PADA SINGKONG DENGAN
MENGGUNAKAN ASAM PIKRAT
Hari, Tanggal Percobaan : Senin, 17 Maret 2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
a. Memanfaatkan hasil sintesis asam pikrat untuk uji kandungan sianida pada
tanaman singkong
1.2 Dasar Teori
Rebung merupakan salah satu bahan makanan yang cukup populer di masyarakat.
Rebung biasanya dibuang kelopaknya, diris-iris, kemudian diolah dengan cara
dikukus atau direbus. Rebung yang sering dikenal dengan nama bung ( bahasa Jawa ),
oleh masyarakat pedesaan sudah sejak zaman dahulu dimanfaatkan sebagai bahan
masakan.
Rebung yang mengandung sianida dapat menimbulkan rasa pahit, rasa pahit itu
menandakan bahwa kadar Asam Sianida pada rebung itu cukup tinggi dan apabila
rebung itu dikonsumsi, maka akan mengakibatkan keracunan dan dapat berujung pada
kematian. Asam sianida sangat berbahaya bagi manusia apalagi racun ini terdapat
pada salah satu bahan makanan yaitu rebung yang sering di jadikan menjadi aneka
olahan yang sering dikonsumsi oleh manusia contohnya yaitu pada jajanan lumpia,
sayuran dan lain-lain.
Asam Sianida dapat pula disebut dengan nama Hidrogen sianida. Hidrogen
sianida merupakan salah satu senyawa dari berbagai contoh senyawa sianida lainnya.
Sianida dihasilkan oleh beberapa bakteri, jamur dan ganggang. Contoh dari senyawa
sianida lainnya adalah Sodium sianida ( NaCN ) dan Potasium Sianida ( KCN ).
Sianida juga dapat ditemukan di sejumlah makanan dan secara alami terdapat di
berbagai tumbuhan.
Di dalam tubuh, sianida dapat bergabung dengan senyawa lain, membentuk
vitamin B12. Hidrogen sianida merupakan gas tak berwarna yang samar-samar,
dingin dan tak berbau. Hidrogen sianida dapat digunakan dalam elektroplating,
metalurgi, produksi zat kimia, pengembangan fotografi, pembuatan plastik dan

beberapa proses pertambangan. Oleh karena dipakai dalam proses pertambangan,


hidrogen sianida merupakan salah satu pencemar air.
Hidrogen sianida adalah cairan tak berwarna atau juga dapat berwarna biru pucat
pada suhu kamar. Hidrogen sianida bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen
sianida dapat bedifusi baik dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen sianida sangat
mudah bercampur dengan air, sehingga sering digunakan. Sianida juga banyak
digunakan dalam industri terutama dalam pembuatan garam seperti Natrium, Kalium
atau Kalsium sianida.
Sianida dengan konsentrasi tinggi sangatlah berbahaya. Sebenarnya bila sianida
masuk kedalam tubuh dalam konsentrasi yang kecil, maka sianida dapat diubah
menjadi tiosianat dan berikatan dengan vitamin B12,tetapi bila kadar sianida yang
masuk meninggi,maka sianida akan mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom
oksidase dan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik.
Asam Sianida pada Rebung
Semua bagian tunas Rebung berisi atau mengeluarkan getah berwarna putih. Getah ini
mengandung zat glucosida yang mengandung racun HCN ( Cyanogenetic glucoside)
dan yang dinamakan juga Linamarine ( C10H17O6N). Dengan adanya Glucosida ini
maka semua jenis rebung mengandung racun HCN. Kadar HCN pada Rebung ada
yang tinggi, ada pula yang rendah, jenis Rebung beserta dengan kadar HCN-nya
adalah sebagai berikut:

Yang tidak berbahaya dengan kadar < 50 mg HCN / kg rebung.

Yang agak berbahaya dengan kadar > 50-80 mg HCN / kg rebung

Yang beracun dengan kadar > 80-100 mg HCN / kg rebung.

Yang sangat beracun dengan kadar HCN > 100 mg / kg rebung


Beberapa jenis rebung yang memiliki rasa lebih pahit, merupakan salah satu ciri

rebung yang mengandung sianida tinggi. Asam sianida pada rebung terbentuk secara
enzimatis dari dua senyawa prekursor yaitu linamarine dan mertil linamarine. Bila
umbi mengalami kerusakan secara mekanis ( terpotong atau tergores ), kedua senyawa
prekusors itu akan mengadakan kontak dengan enzim linamarine dan oksigen dari
udara yang merombaknya menjadi glukosa, aseton, dan Asam sianida ( HCN )
Dampak asam Sianida Bagi Manusia
Sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang
mengakibatkan timbulnya kematian atau histotoxic anoxia adalah karena sianida
mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan

terhentinya sel secara aerobik. Sebagai akibatnya, hanya dalam waktu beberapa menit,
akan mengganggu transmisi secara neuronal. Sianida dapat dibuang melalui proses
tertentu sebelum sianida berhasil masuk kedalam sel. Proses yang paling berperan
disini adalah pembentukan Cyanomethemoglobin ( CNMe + Hb ), sebagai hasil dari
reaksi antara ion sianida ( CN+ ) dan Me + Hb. Sianida dalam jumlah kecil akan
diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan disekresikan melalui urine, selain itu
sianida dapat berikatan denga vitamin B12, tapi bila jumlah sianida yang masuk
dalam jumlah besar, tubuh tak akan mampu mengikatnya dengan vitamin B12.
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan
darah, penglihatan, paru-paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom
dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih di mata
karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernapasan.
Sianida sangat berbahaya apalagi jika terpapar dalam konsentrasi yang tinggi. Hanya
dalam jangka waktu 5-8 menit, akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat
dengan berakhir dengan kematian.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah:

Hiperapnea sementara

Nyeri kepala

Disapnea

Kecemasan

Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah.

Berkeringat banyak, warna kulit memerah, tubuh terasa lemah dan vertigo

Tanda akhir adanya keracunan sianida adalah koma, dilatasi pupil, tremor, aritmia,
kejang-kejang, gagal nafas sampai henti jantung. Efek racun dari sianida adalah
memblok pengambilan dan penggunaan oksigen maka akan didapatkan rendahnya
kadar oksigen dalam jaringan.
II. METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
a. Erlenmeyer + tutup
b. Batang pengaduk
c. Kertas Saring
d. Gelas ukur
e. Labu takar

f. Penangas Air
2.1.2 Bahan
a. Singkong 50 gr
b. Asam pikrat
c. Asam tartrat
d. Na2CO3 8 %
e. Aquades
2.2 Prosedur Kerja
1.

Dimaserasi 50 gr singkong yang telah ditumbuk dalam 50 ml air pada Erlenmeyer


250 ml dan ditambahkan 10 ml larutan asam tartrat 5 %

2.

Disiapkan kertas saring ukuran 1 x 7 cm dicelupkan dalam larutan asam pikrat


jenuh, kemudian dikeringkan diudara. Setelah kering dibasahi dengan larutan
Na2CO3 8 % dan digantung pada leher Erlenmeyer di atas, dan ditutup
sedemikian rupa sehingga kertas tak kontak dengan cairan dalam Erlenmeyer.

3.

Kemudian dipanaskan di atas penangas air 50 oC selama 15 menit. Apabila warna


orange dari kertas pikrat berubah menjadi warna merrah berarti singkong
mengandung HCN.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


a. Massa singkong : 50,2 gr
b. Warna kertas pikrat awal : kuning
c. Warna kertas pikrat akhir : orange kemerahan
3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan HCN secara kualitatif
pada sampel singkong yang digunakan. Percobaan diawali dengan memaserasikan 50
gram sampel yang telah dihaluskan ke dalam air pada erlenmeyer. Maserasi sampel
bertujuan untuk melakukan penyarian zat aktif yang terdapat pada sampel. Cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah.
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di
luar sel dan di dalam sel dimana zat glucosida yang mengandung HCN ini akan larut
dalam cairan penyari. Sampel yang dihaluskan terlebih dahulu bertujuan mempercepat
proses penyarian zat aktif selama maserasi dilakukan. Reaksi yang terjadi pada saat
maserasi adalah :

CN- + H2O HCN + OHPada saat proses maserasi, ditambahkan pula asam tartarat 5%. Penambahan asam
tartrat bertujuan untuk menghasilkan uap HCN. Uap HCN yang terbentuk disebabkan
oleh hidrogen dari asam tartrat ( H2.C4H4O6 ) yang beraksi dengan ion CN- terlarut
dalam air. Reaksi yang berlangsung adalah :
2 CN- + 2H+ 2 HCN
Setelah proses maserasi selesai, kertas pikrat yang telah dibuat sebelumnya dari kertas
saring yang dicelupkan kedalam asam pikrat dan kemudian dikeringkan dan dibasahi
dengan larutan Na2CO3 8%, digantungkan pada leher erlenmeyer. Kertas saring yang
dicelupkan kedalam asam pikrat berwarna kuning dan bertujuan untuk menangkap
uap HCN didalam asam tersebut sehingga uap HCN yang dihasilkan dapat mengubah
warna kertas saring menjadi orange.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa singkong mengandung HCN yang ditandai
perubahan warna dari kuning menjadi warna orange pada kertas saring yang di
gantung pada leher labu erlenmeyer. Hal ini dapat terjadi karena singkong
mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat
menghasilkan racun biru atau HCN ( cyanida ) yang bersifat sangat toksik. Zat
glikosida ini diberi nama Linamarin
KESIMPULAN
a. Sampel singkong yang dianalisa positif mengandung asam sianida, HCN.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.

Gusnidar. 2008. Analisis Gravimetri. Bandung : ITB.

Horizon. 2001. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : UNJA.

Lehninger. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.

LAMPIRAN
Foto-foto percobaan

1. Pada saat awal pemanasan

2. Menjelang titik akhir

3. Kertas pikrat setelah pemanasan

Anda mungkin juga menyukai